Anda di halaman 1dari 10

‫اتق هللا حيثماكنت واتبع السيئة الحسنة‬:‫قال رسول هللا صلي هللا عليه وسلم في الحديث‬

]‫تمحها وخالق الناس بخلق حسن [رواه الترمذي‬

Allahu Akbar, Allahu Akbar, Allahu Akbar, La Ilaha Illalah Allahu Akbar,
Allahu Akbar Walillahi al Hamdu,
Ma’asyiral Muslimin Rohimakumullah

Pada Hari yang mulia ini, hari dimana Allah mengharamkan umat islam untuk
melakukan ibadah puasa, marilah bersyukur melalui lisan dengan cara
membanyak membaca takbir, tahlil dan tahmid sebagaimana perintah Allah.

Bersyukur dengan perbuatan dilakukan dengan cara meningkatkan ketakwaan


kita kepada Allah sebagaimana perintah Allah dan Rosulullah-Nya, mengiringi
perbuatan jelek dengan kebaikan dan bergaul dengan maunusia dengan tingkah
laku yang baik.
Bersyukur dengan hati dilakukan dengan cara menjaga keimanan kita hingga
nanti kita mati tetap dalam keadaan islam. Semoga amal ibadah kita di bulan
yang mulia diterima oleh Allah SWT dan kita dijadikan hamba-hamba yang
muttaqin. Amin
Hadirin jamaah Sholat Id Rohimakumullah.

Pada kesempatan ini khotib akan menyampaikan suatu teladan Rosulullah


dalam membangun masyarakat madni di Madinah. Peristiwa Hijrahnya
Rasullah menandai awal baru perabadaban islam, banyak tauladan Rosullah
sebagai pemimpin dalam meletakkan pondasi-pondasi kehidupan yang
kemudian berkembang menjadi pusat perabadan manusia di masa itu.
Syaikh Romadhon Al-Buthi RA, seorang ulama Syiria menyebutkan tiga
strategi yang dilakukan Rosullah sebagai pondasi awal membangun Madinah,
yaitu:
1. Membangun masjid
2. Mempersaudarakan kaum muslimin, dan
3. Melakukan perjanjian damai dengan berbagai komunitas yang ada di
Madinah.

‫هللا اكبر هللا اكبر و هلل الحمد‬


1. Membangun masjid sebagai sumber peradaban
Ketika Rasulullah Saw. hijrah ke Madinah, langkah pertama yang beliau
lakukan adalah membangun masjid. Kata masjid dalam Al-Qur’an terulang
sebanyak 28 kali. Dari segi bahasa, kata masjid terambil dari akar kata sajada-
yasjudu-sujuudan (patuh, taat, serta tunduk dengan penuh hormat serta
ta’dhim).
Adapun ismul makaan (nama tempat) adalah masjid (tempat bersujud),
yakni bangunan yang dikhususkan untuk melaksanakan shalat. Karena akar
katanya mengandung makna tunduk dan patuh, maka hakekat masjid adalah
tempat melakukan segala aktivitas yang mencerminkan kepatuhan, tunduk, taat
semata kepada Allah SWT.
Masjid adalah institusi pertama yang dibangun oleh Rasulullah SAW saat
beliau hijrah ke kota Madinah, yakni masjid Quba’, kemudian disusul dengan
Masjid Nabawi di Madinah. Terlepas dari perbedaan pendapat ulama tentang
masjid yang dijuluki Allah sebagai masjid yang dibangun atas dasar takwa (QS
Al-Tawbah [9]: 108), yang jelas bahwa keduanya–Masjid Quba dan masjid
Nabawi– dibangun atas dasar ketakwaan, dan setiap masjid seharusnya
memiliki landasan dan fungsi seperti itu.

Itulah sebabnya mengapa Rasulullah Saw meruntuhkan bangunan kaum


munafik yang juga mereka sebut masjid, dan menjadikan lokasi itu tempat
pembuangan sampah dan bangkai binatang, karena di bangunan tersebut

Selain sebagai tempat ibadah, masjid juga difungsikan sebagai pusat


pendidikan dan ekonomi. Rasullah memberikan bentuk pendidikan kepada
para sahabat dalam bentuk kutbhah dan halaqoh berdiskusi masalah agama,
termasuk juga Rasullah menempatkan para sahabat yang tidak memiliki
tempat tinggal untuk bertempat di Masjid sebagaimana sahabat Abu Hurarirah
RA. Demikian juga untuk orang-orang fakir yang tidak memiliki tempat
tinggal dan pekerjaan di Madinah mereka ditampung suatu area di dalam
Masjid Nabawi yang dikenal sebagai Suffah. Metode ini merupakan cara
Rosullah dalam menempatkan masyarakat sesuai dengan profesi dan
kemampuannya, selayaknya orang-orang yang tidak produktif secara ekonomi
menjadi tanggungan masyarakat di sekitarnya untuk mengurangi timbulnya
kecemburuan sosial dan kriminalitas. Sebaliknya mereka yang dikenal sebagai
ahli suffah diberi tugas untuk menuntut ilmu dan menghidupkan kegiatan
keagamaan di Masjid.

2. Mempersaudarakan sesama muslim.

Ketika Rasullah sampai di Madinah, hal utama yang beliau lakukan


adalah mempersaudarakan antara kaum Muhajirin (orang berasal dari mekah)
dengan kaum Ansor (masyarakat islam madinah). Metode ini cukup berhasil
dalam membangun persatuan antar umat islam, bahkan mampu memperkuat
pondasi ekonomi umat islam melalui prinsip syarikah. Kondisi ini kemudian di
puji oleh Allah melalui firmannya dalam Al-Qur’an surat Al-Hasyr [59:9].
Bahkan terkait dengan pentingnya membangun persaudaraan antar kaum
muslim, Rasullah bersabda tentang hak kaum muslim terhadap muslim yang
lain:

‫علَ ْي ُك ْم َح َرام‬ َ ‫ إِ َّن ِد َما َء ُك ْم َوأ َ ْم َوالَ ُك ْم َوأَع َْر‬....


َ ‫ض ُك ْم‬
“Sesungguhnya darah kalian, harta-harta kalian, dan kehormatan dan harga
diri kalian haram atas kalian….” (Hadits Riwayat Bukhari)
Hadis tersebut menjelaskan tentang keharaman darah, harta dan kerhormatan
muslim sehingga setiap muslim tidak boleh merusak jiwa, harta dan
kehormatan muslim yang lain.

Persaudaraan menjadi hal pokok dalam membangun masyarakat, suatu


peradaban masyarakat tidak dapat dibangun ditengah perpecahan dan saling
memusuhi, sebaliknya sikap gotong-royong dan saling menghormati
perbedaan akan menjadikan umat islam semakin kuat. Dengan metode ini
Rasullah telah membuat pondasi bagaimana membangun masyarakat dalam
landasan ukuwah islamiyah.
‫هللا اكبر هللا اكبر و هلل الحمد‬

3. Melakukan perjanjian damai dengan berbagai komunitas yang ada di


Madinah.
Ditengah masyarakat Madinah yang heterogen dimana terdapat beberapa
kelompok ras dan agama, Rasullah membuat terobosan dengan membuat suatu
perjanjian damai bagi semua golongan di Madinah, perjanjian ini kemudian
dikenal sebagai Piagam Madinah atau Mitsaqul Madinah. Landasan ini lah
kemudian yang kita adopsi dalam bentuk negara. Setiap non muslim yang
mengikuti kita wajib dijamin kehidupan maupun hak beragamanya, kita
diilarang untuk mengganggu jiwa dan harta benda mereka, begitu juga mereka
wajib membantu kita apabila ada tindakan kejahatan yang berasal dari luar.
Inti dari perjanjian itu adalah pemenuhan hak dan kewajiban sebagai suatu
unsur masyarakat yang majemuk.
Hikmah yang terkandung dalam Mitsaqul Madinah adalah di satu sisi kita
memberikan gambaran yang jelas tentang kedudukan seseorang di dalam
bernegara dan berbangsa tetapi di sisi lain kita harus meletakkan batas-batas
aturan islam khususnya dalam bentuk hal berkaitan dengan ibadah. Hal ini
adalah sebagai wujud meletakkan pondasi syariah yang benar. Dalam bentuk
urusan kenegaraan mungkin kita dapat mengacu Al-Qur’an Surat Al-
mumtahanah ayat 8:
Ayat adalah anjuran untuk berlaku adil bagi orang non muslim yang tidak
memusuhi kita. Sejumlah sahabat bertanya kepada Nabi Shallallahu 'Alaihi
Wasallam, “Apakah kami dapat pahala dalam berbuat baik ke binatang?”
Beliau menjawab,
ْ ‫في ُك ِّل َكبِّ ٍد َر‬
‫طبَ ٍة أجْ ر‬
“(Berbuat baik) terhadap setiap makhluq bernyawa diberi pahala.” (Muttafaq
‘Alaih)

Dan dalam bentuk beribadah dan syari’ah memang kita dianjurkan untuk
berhati-hati karina ini merupaka unsur pemisahaan sebagaimana dalam surat
Al-Kafirun Ayat 6:

setidaknya ketika kita bergaul dengan mereka berkaitan tentang unsur ibadah
dianjurkan untuk menanyakan kepada orang Alim yang lebih mengetahui.
Demikianlah tiga metode Rosulullah dalam membangun masyarakat, semoga
dengan bekal amalan ramadhon yang telah kita lakukan dapat memudahkan
kita untuk melaksanakan tauladan tersebut Amin.
Di ujung penutup khutbah ini izinkan Khatib membacakan janji allah bagi
penduduk yang beriman sebagaimana disebutkan dalam Surat Al-A’raf 96:
‫‪ :‬اما بعد‬

Anda mungkin juga menyukai