BAB II Tinjauan Teori
BAB II Tinjauan Teori
Tinjauan Teori
A. Konsep Manajemen
1. Definisi
tersebut mencakup kegiatan koordinasi dan supervisi terhadap staf, sarana, dan
prasarana dalam mencapai tujuan organisasi (Grant & Massey, 1999 dalam
Nursalam 2007). Manajemen juga diartikan sebagai suatu organisasi bisnis yang
memfokuskan pada produksi dan dalam banyak hal lain untuk menghasilkan
suatu keuntungan.
teratur, sehingga bila manajemen dilaksanakan dengan baik akan mencapai hasil
melakukan kegiatan atau usaha untuk mencapai tujuan organisasi melalui kerja
sama dengan orang lain dan merupakan suatu serangkaian kegiatan (termasuk
a. Pembagian kerja
b. Keseimbangan wewenang dan tanggung jawab
c. Disiplin
d. Kesatuan komando
e. Kesatuan arah
f. Meletakkan kepentingan individu di bawah kepentingan bersama
g. Kompensasi yang adil
h. Sentralisasi
i. Rantai skala
j. Tertib
k. Adil
l. Kestabilan personalia
m. Inisiatif
n. Esprit de corps
3. Sumber daya
sering disingkat dengan (6M) yaitu : men, money, methode, materials, machines,
suatu proses bekerja melalui anggota staf keperawatan untuk memberikan asuhan
utama untuk seluruh aktivitas yang lain atau fungsi-fungsi dari manajemen.
Perencanaan adalah suatu pemikiran atau konsep nyata yang sering dilaksanakan
dan manifestasi dari nilai-nilai dalam keperawatan yang digunakan untuk berfikir
kebutuhan indvidu.
d. Asuhan keperawatan yang diberikan sebagai bagian integral dari pelayanan
kesehatan lain.
e. Perlunya koordinasi dan kerjasama dalam memanfaatkan sumber daya yang
perubahan yang terjadi saat ini dan yang akan datang yaitu tentang penduduk,
dalam melaksanakan visi yang telah ditetapkan, yaitu menjaga dan mengawasi
suatu proses profesionalisasi keperawatan indonesia agar terus berjalan dan
berkesinambungan.
S = V + M1 + M2
SV + M1 = Serba Tanggung
V + M2 = Melamun
M1 + M2 = Sampat ditempat yang salah
Keterangan :
S : Sukses
V : Visi
M1 : Misi
M2 : Motivasi
Proses Keperawatan
b. Perencanaan
1) Definisi
Perencanaan adalah keseluruhan proses pemikiran dan penentuan secara
matang hal-hal yang akan dikerjakan di masa yang akan datang dalam rangka
tujuan.
b) Hal tersebut bermakna pada pekerjaan.
c) Hal tersebut memberikan penggunaan efektif dari personel dan fasilitas
yang tersedia.
d) Hal tersebut efektif dalam hal biaya.
e) Hal tersebut berdasarkan masa lalu dan akan datang, sehingga membantu
elemen perubahan.
f) Hal tersebut dapat digunakan untuk menemukan kebbutuhan untuk
berubah.
g) Hal tersebut diperlukan untuk kontrol yang efektif
3) Langkah – langkah perencanaan
a) Pahami dan tentukan misi, filosofi dan tujuan
b) Kumpulkan data
c) Analisa
d) Buat alternatif
e) Pilih dan usulkan alternatif
f) Pimpinan menetapkan alternatif
g) Susun rencana
h) Kaji ulang
4) Tahapan dalam perencanaan
a) Pengumpulan data
(1) Sensus pasien harian
(2) Kapasitas tempat tidur
(3) BOR
(4) Rata- rata lama dirawat
(5) Kecenderungan populasi pasien
(6) Perkembangan teknologi
(7) Ketenagaan
b) Analisa lingkungan
(1) Internal : strength, weakness
(2) Eksternal : opportunity, threats
c) Pengorganisasian data
(1) Pilih data penunjang dan penghambat
d) Pembuatan rencana
c. Pengorganisasian
1) Definisi Pengorganisasian
penataan pola struktur, tugas, otoritas, tenaga kerja dan komunikasi. Tiga
organisasi.
c) Struktur kerja organisasi termasuk kelompok kegiatan yang sama,
perawat.
2) Prinsip-prinsip pengorganisasian
a) Pembagian kerja
b) Pendelegasian tugas
c) Koordinasi
d) Manajemen waktu
pada besarnya organisasi dan tujuan yang ingin dicapai. Ruang rawat
menteri Kesehatan no. 134 dan 135 tahun 1978. oleh karena itu
direktur rumah sakit perlu menerbitkan surat keputusan yang ngatur
a) Tingkat Pendidikan
seseorang. Hal tersebut tidak kita pungkiri, termasuk dalam hal ini
yang baik.
(4) Orang ini percaya bahwa hal itu sesuai
memimpin.
(2) Teori Y : Teori Y mengasumsikan bahwa bawahan itu senang
yaitu :
Gaya kepemimpinan diktator : Gaya kepemimpinan yang
dari teori X.
Gaya kepemimpinan demokratis : Ditemukan adanya peran
(Azwar, 1996).
i) Menurut Robert house
(1) Directive
(2) Supportive
(3) Partisipative
(2) Konsultatif
(3) Partisipasi
(4) Delegasi
k) Menurut Ronal Lippit & Rapiph K white
(1) Otoriter
Gaya kepemimpinan ini pimpinan akan bertindak sendiri dan
bawahan
syarat
pimpinan
(5) Demokratis
Kepemimpinan gaya demokratis adalah kemampuan dalam
berikut :
(a) Wewenang pimpinan tidak mutlak
(b) Pimpinan bersedia melimpahkan sebagai wewenang
kepada bawahan
(c) Keputusan dibuat bersama antara pimpinan dan bawahan
(d) Komunikasi berlangsung timbal-balik
(e) Pengawasan dilakukan secara wajar
(f) Prakarsa dapat datang dari bawahan
(g) Banyak kesempatan dari bawahan untuk menyampaikan
bertindak
(m) Terdapat suasana saling percaya, saling menghormati dan
menghargai
(n) Tanggung jawab keberhasilan organisasi di tanggung
secara bersama-sama
produktivitasnya.
(6) Liberal
Kepemimpinan gaya Liberal atau Laissez Faire adalah
bawahan
(b) Keputusan lebih banyak dibuat oleh bawahan
(c) Kebijaksanaan lebih banyak dibuat oleh bawahan
(d) Pimpinan hanya berkomunikasi apabila diperlukan
bawahan
(e) Hampir tiada pengawasan terhadap tingkah laku bawahan
(f) Prakarsa selalu berasal dari bawahan
(g) Hampir tidak ada pengarahan dari pimpinan
(h) Peranan pimpinan sangat sedikit dalam kegiatan kelompok
(i) Kepentingan pribadi lebih penting daripada kepentingan
kelompok
(j) Tanggung jawab keberhasilan organisasi dipikul oleh
perorangan
atasan.
(b) Demokratis
(c) Partisipatif
2) Komunikasi
Komunikasi dalah alat atau cara seseorang mengirim pesan ke orang
lain dan mengharapkan respon dari orang tersebut (Johnson, 1981). Dalam
keduanya.
(4) Mempengaruhi
b) Hambatan Komunikasi
(faktor lingkungan, kurang kemapuan, waktu yang tidak tepat, media tidak
cocok). Secara subjektif hambatan yang secara sengaja dibuat sehingga
c) Faktor komunikator
(1) Keterampilan yang kurang dalam penyampaian isi pesan
d) Faktor komunikan
(1) Selektifitas
(2) Antisipasi terhadap isi pesan
(3) Komunikan mempunyai anggapan-anggapan tertentu terhadap
komunikator
e) Faktor Pendukung
(1) Komunikator
(a) Kepercayaan terhadap komunikator, faktor ahli dalam bidangnya,
tidak
(b) Daya tarik komunikator
(2) Komunikan
(a) Komunikan benar-benar mengerti isi pesan
fisik.
f) Tehnik Komunikasi
Teknik komunikasi efektif manajer dengan bawahan model ohio
state:
(1) Pertimbangan tinggi
PT – SR PT – ST
Partisipasi Selling
PR – SR PR – ST
Delegasi Telling
(2) Struktur tugas tinggi
(a) Telling
Digunakan untuk kondisi struktur tugas tinggi dan
pertismbangan rendah
Komunikasi satu arah
Manajer memerintahkan bawahan tentang apa, bagaimana,
hubungan rendah
Sebagian besar arahan masih dibuat oleh manajer
Komunikasi dilakukan dengan dua arah
(c) Partisipasi
Digunakan pada struktur tugas rendah dan pertimbangan/
hubungan tinggi
Pimpinan dan bawahan bersama-sama membuat keputusan
yang ada.
(d) Delegasi
Digunakan pada struktur tugas rendah dan pertimbangan/
hubungan rendah
Bawahan diberi kesempatan untuk memainkan kemampuan
yang dimilikinya
Dituntut bawahan memiliki kemampuan tinggi dalam
menyelesaikan masalah.
g) Proses Komunikasi
Komunikasi merupakan suatu seni untuk dapat menyusun dan
lain dapat mengerti dan menerima maksud dan tujuan pemberi pesan.
suhu, factor kekuasaan, dan waktu. Kedua belah harus peka terhadap
Factor internal
Komunikator
Factor eksternal
Tertulis
Verbal Pesan
Gambar Non-verbal
2.3 Diagram proses komunikasi (Marquis & Huston, 1998)
h) Prinsip komunikasi manajer keperawatan
Komunikasi dalam satu organisasi adalah sangat kompleks, manajer
Factor internal
harus dapat melaksanakan komunikasi melalui beberapa tahap di
Komunikan
Faktor eksternal
bawah ini (Nursalam, 2007):
(1) Manajer harus mengerti sruktur organisasi, termasuk pemahaman
meliputi:
(a) Mengetahui apa yang ingin disampaikan sebelum memulai
menulis
(b) Menulis nama orang dalam tulisan anda perlu
dipertimbangkan dampaknya
(c) Tulis kata yang sederhana, familiar, spesifik, dan nyata.
Gambar 2.4. Diagram strategi komunikasi yang terbaik dalam praktik keperawatan
3) Motivasi
Motivasi adalah karakteristik psikologis manusia yang memberi kontribusi
b) Berdasarkan prosesnya
(1) Equity theory (adams) = Berdasarkan nilai-nilai dan keadilan terhadap
karyawan
(2) Expectancy theory
d. Evaluasi
Tujuan evaluasi yaitu untuk menilai seberapa jauh staf mampu melaksanakan
1) TQM
a) Menseleksi kesempatan
b) Mendefinisikan masalah khusus
c) Mengidentifikasi sebab dari akar masalah
d) Memilih, menguji dan mengimplementasikan dalam upaya perbaikan
2) Benchmarking
a) Internal benchmarking
b) Competitive benchmarking
c) Functional benchmarking
d) Generic benchmarking
1. Manajemen Unit
Menurut Nursalam (2007), manajemen unit terdiri dari:
a. Ruangan
1) Sarana Ruangan : Lingkungan kerja untuk pencapaian proses manajerial
dengan jumlah tempat tidur, jumlah dan ukuran jendela sesuai dengan besar
ruangan, warna cat lembut, tidak berjamur, bersih, pintu fleksibel dapat dilalui
mengganggu delivery klien, sampiran ada pada setiap tempat tidur klien.
sarung guling, perlak, stik laken, selimut, baju klien, waslap, taplak meja, alas
kecil), bak steril, kom, pinset anatomis dan chirurgis, gunting (jaringan,
infus, lysol, spuit dengan berbagai ukuran, kapas, kassa plester, set infus,
lemari (besar dan kecil), lampu, alat makan (piring, sendok, gelas), kompor,
gayung, tempat sampah (medis, ATK, umum), kapstok pakaian, rak handuk,
Dengan kata lain kualitas asuhan yang diberikan pada klien sangat
dan whiteboard.
e. Hubungan perawat-profesi lain
1) bekerjasama sebagai sebuah tim kesehatan untuk menangani masalah tim
2) Komunikasi antar profesi berjalan dengan baik
3) Proses pendelegasian jelas dilakukan secara jelas dan tertulis
4) Tiap profesi membuat dokumentasi secara jelas
5) Saling menghargai antar profesi
f. Kepuasan kerja
1) Ada bukti bahwa kepuasan kerja yang rendah lebihsering mangkir danlebih
pekerjaan.
4) Kepuasan kerja yang tinggi sejalan dengan produktivitas yang tinggi.
b) Dimensi tuntutan tugas yaitu unsur kesesuaian antar beban kerja diberi kepada
d) Dimensi interaksi yaitu unsur hubungan dan kerja sama antar tenaga perawat
2. Kekuatan Kerja
a. Man
1) Jumlah tenaga
Jumlah tenaga perawat keseluruhan (profesional lanjut, profesional
khusus yang dimiliki perawat yang dapat melalui kursus atau pendidikan dan
2007).
Ketenagaan menurut Douglas
Klasifikasi derajat ketergantungan yang didasarkan pada Douglas
(1992), klasifikasi derajat ketergantungan klien dibagi menjadi tiga, yaitu
perawatan minimal, perawatan parsial, dan perawatan total. Perawatan
minimal (1-2 jam/24 jam) dimana pasien mampu menjaga kebersihan,
makan dan minum secara mandiri, ambulasi dengan pengawasan, serta
pengobatan minimal. Perawatan parsial (3-4 jam/24 jam) dimana pasien
membutuhkan bantuan dalam pemenuhan kebersihan diri, makan dan
minum, membutuhkan observasi setiap 4 jam, serta pasien dengan folley
cateter. Klasifikasi terakhir adalah pasien dengan perawatan total (5-6 jam/
24 jam) dimana pasien mengalami disorientasi, perawatan luka komplek,
membutuhkan bantuan pada seluruh pemenuhan kebutuhan dasar,
membutuhkan observasi tanda-tanda vital setiap 2 jam, serta pemakaian
suction.
adalah:
X = jml perawat + jml perawat libur + jml tenaga non kep
Kualitas ketenagakerjaan
Kep, perawat lulusan D III sudah memiliki sikap profesional yang cukup
landasan kukuh dan landasan profesi yang mantap, sesuai dengan sifatnya
b. Metode
1) Model Penugasan Primer
Model primer dikembangkan pada awal tahun 1970-an,
masuk rumah sakit sampai pasien dinyatakan pulang. Selama jam kerja,
pasien, dokter, perawat asosiet, dan anggota tim kesehatan lain. Walaupun
maju pada umumnya perawat yang ditunjuk sebagai perawat primer adalah
bidang keperawatan.
a) Karakteristik modalitas keperawatan primer adalah :
(1) Perawat primer mempunyai tanggung jawab untuk asuhan
pemulangan.
(2) Perawat primer melakukan pengkajian kebutuhan asuhan
sepanjang hospitalisasi.
(4) Membebaskan manajer perawat klinis untuk melakukan peran
mereka.
(8) Waktu yang digunakan lebih sedikit dalam aktivitas koordinasi dan
klien.
(9) Pasien terlihat lebih menghargai. Pasien merasa dimanusiakan
asisten.
(5) Orientasi dan merencanakan karyawan baru.
(6) Merencanakan dan menyelenggarakan pengembangan staff.
f) Tanggung jawab perawat primer
(1) Menerima pasien dan mengkaji kebutuhan pasien secara
komprehensif.
(2) Membuat tujuan dan rencana keperawatan.
(3) Melaksanakan rencana yang telah dibuat selama dinas.
(4) Mengkomunikasikan dan mengkoordinasikan pelayanan yang
sosial dimasyarakat.
(8) Membuat jadual perjanjian klinis.
(9) Mengadakan kunjungan rumah
2) Konsep Timbang Terima
a) Definisi
Menurut Nursalam (2011) definisi timbang terima adalah suatu
cara dalam menyampaikan dan menerima sesuatu (laporan) yang
berkaitan dengan keadaan klien. Timbang terima merupakan
kegiatan yang harus dilakukan sebelum pergantian dinas. Selain
laporan antar dinas, dapat disampaikan juga informasi yang berkaitan
dengan rencana kegiatan yang telah atau belum dilaksanakan.
Timbang terima merupakan sistem kompleks yang didasarkan
pada perkembangan sosio-teknologi dan nilai-nilai yang dimiliki
perawat dalam berkomunikasi. Timbang terima dinas berperan
penting dalam menjaga kesinambungan layanan keperawatan
selama 24 jam (Kerr, 2002). Menurut Australian Medical
Association/AMA (2006), timbang terima merupakan pengalihan
tanggung jawab profesional dan akuntabilitas untuk beberapa atau
semua aspek perawatan pasien, atau kelompok pasien, kepada
orang lain atau kelompok profesional secara sementara atau
permanen.
Timbang terima merupakan komunikasi yang terjadi pada saat
perawat melakukan pergantian dinas, dan memiliki tujuan yang
spesifik yaitu mengomunikasikan informasi tentang keadaan pasien
pada asuhan keperawatan sebelumnya.
b) Tujuan Timbang Terima
Menurut Australian Health Care and Hospitals Association/
AHHA (2009) tujuan timbang terima adalah untuk mengidentifikasi,
mengembangkan dan meningkatkan timbang terima klinis dalam
berbagai pengaturan kesehatan.
Menurut Nursalam (2011) tujuan dilaksanakan timbang terima adalah:
1. Menyampaikan kondisi atau keadaan pasien secara umum.
2. Menyampaikan hal-hal penting yang perlu ditindaklanjuti oleh dinas
berikutnya.
3. Tersusunnya rencana kerja untuk dinas berikutnya.
c) Manfaat Timbang Terima
Manfaat timbang terima menurut AHHA (2009) adalah:
1. Peningkatan kualitas asuhan keperawatan yang berkelanjutan.
Misalnya, penyediaan informasi yang tidak akurat atau adanya
kesalahan yang dapat membahayakan kondisi pasien.
2. Selain mentransfer informasi pasien, timbang terima juga
merupakan sebuah kebudayaan atau kebiasaan yang dilakukan
oleh perawat. Timbang terima mengandung unsur-unsur
kebudayaan, tradisi, dan kebiasaan. Selain itu, timbang terima
juga sebagai dukungan terhadap teman sejawat dalam melakukan
tindakan asuhan keperawatan selanjutnya.
3. Timbang terima juga memberikan “manfaat katarsis” (upaya untuk
melepaskan beban emosional yang terpendam), karena perawat
yang mengalami kelelahan emosional akibat asuhan keperawatan
yang dilakukan bisa diberikan kepada perawat berikutnya pada
pergantian dinas dan tidak dibawa pulang. Dengan kata lain,
proses timbang terima dapat mengurangi kecemasan yang terjadi
pada perawat.
4. Timbang terima memiliki dampak yang positif bagi perawat, yaitu
memberikan motivasi, menggunakan pengalaman dan informasi
untuk membantu perencanaan pada tahap asuhan keperawatan
selanjutnya (pelaksanaan asuhan keperawatan terhadap pasien
yang berkesinambungan), meningkatkan kemampuan komunikasi
antar perawat, menjalin suatu hubungan kerja sama dan
bertanggung jawab antar perawat, serta perawat dapat mengikuti
perkembangan pasien secara komprehensif.
5. Selain itu, timbang terima memiliki manfaat bagi pasien
diantaranya, pasien mendapatkan pelayanan kesehatan yang
optimal, dan dapat menyampaikan masalah secara langsung bila
ada yang belum terungkap. Bagi rumah sakit, timbang terima
dapat meningkatkan pelayanan keperawatan kepada pasien
secara komprehensif.
Menurut Nursalam (2011) timbang terima memberikan manfaat bagi
perawat dan bagi pasien. Bagi perawat manfaat timbang terima adalah
meningkatkan kemampuan komunikasi antar perawat, menjalin hubungan
kerjasama dan bertanggung jawab antar perawat, pelaksanaan asuhan
keperawatan terhadap pasien yang berkesinambungan, perawat dapat
mengikuti perkembangan pasien secara paripurna. Sedangkan bagi pasien,
saat timbang terima pasien dapat menyampaikan masalah secara langsung
bila ada yang belum terungkap.
d) Prinsip Timbang Terima
Friesen, White dan Byers (2009) memperkenalkan enam standar
prinsip timbang terima pasien, yaitu :
1. Kepemimpinan dalam timbang terima pasien
Semakin luas proses timbang terima (lebih banyak peserta
dalam kegiatan timbang terima), peran pemimpin menjadi sangat
penting untuk mengelola timbang terima pasien di klinis. Pemimpin
harus memiliki pemahaman yang komprehensif dari proses timbang
terima pasien dan perannya sebagai pemimpin. Tindakan segera harus
dilakukan oleh pemimpin pada eskalasi pasien yang memburuk.
2. Pemahaman tentang timbang terima pasien
Mengatur sedemikian rupa agar timbul suatu pemahaman
bahwa timbang terima pasien harus dilaksanakan dan merupakan
bagian penting dari pekerjaan sehari-hari dari perawat dalam merawat
pasien. Memastikan bahwa staf bersedia untuk menghadiri timbang
terima pasien yang relevan untuk mereka. Meninjau jadwal dinas staf
klinis untuk memastikan mereka hadir dan mendukung kegiatan timbang
terima pasien. Membuat solusi-solusi inovatif yang diperlukan untuk
memperkuat pentingnya kehadiran staf pada saat timbang terima
pasien.
3. Peserta yang mengikuti timbang terima pasien
Mengidentifikasi dan mengorientasikan peserta, melibatkan mereka
dalam tinjauan berkala tentang proses timbang terima pasien.
Mengidentifikasi staf yang harus hadir, jika memungkinkan pasien dan
keluarga harus dilibatkan dan dimasukkan sebagai peserta dalam
kegiatan timbang terima pasien. Dalam tim multidisiplin, timbang terima
pasien harus terstruktur dan memungkinkan anggota multiprofesi hadir
untuk pasiennya yang relevan.
4. Waktu timbang terima pasien
Mengatur waktu yang disepakati, durasi dan frekuensi untuk timbang
terima pasien. Hal ini sangat direkomendasikan, dimana strategi ini
memungkinkan untuk dapat memperkuat ketepatan waktu. Timbang
terima pasien tidak hanya pada pergantian jadwal kerja, tapi setiap kali
terjadi perubahan tanggung jawab misalnya ketika pasien diantar dari
bangsal ke tempat lain untuk suatu pemeriksaan. Ketepatan waktu
timbang terima sangat penting untuk memastikan proses perawatan
yang berkelanjutan, aman dan efektif.
5. Tempat timbang terima pasien
Sebaiknya, timbang terima pasien terjadi secara tatap muka dan di sisi
tempat tidur pasien. Jika tidak dapat dilakukan, maka pilihan lain harus
dipertimbangkan untuk memastikan timbang terima pasien berlangsung
efektif dan aman. Untuk komunikasi yang efektif, pastikan bahwa tempat
timbang terima pasien bebas dari gangguan misalnya kebisingan di
bangsal secara umum atau bunyi alat telekomunikasi.
perawatan.
c) Peran-peran
(1) Peran Ketua Tim dan Anggota Tim
(a) Menjelaskan keadaan dan data demografi klien.
(b) Menjelaskan masalah keperawata utama.
(c) Menjelaskan intervensi yang belum dan yang akan
dilakukan.
(d) Menjelaskan tindakan selanjutnya.
(e) Menjelaskan alasan ilmiah tindakan yang akan diambil.
(2) Peran Ketua Tim Lain dan atau Konselor
(a) Memberikan justifikasi
(b) Memberikan reinforcement.
(c) Menilai kebenaran dari suatu masalah, intervensi
pelaksanaan ronde.
(b) Pemberian inform consent kepada klien / keluarga
(4) Pelaksanaan
(a) Penjelasan tentang klien oleh perawat primer dalam hal
didiskusikan.
(b) Diskusikan antar anggota tim tentang kasus tersebut.
(c) Pemberian justifikasi oleh perawat primer atau perawat
tertentu.
b) Tujuan SOP
(1) Agar petugas/pegawai menjaga konsistensi dan tingkat
kerja.
petugas/pegawai terkait.
c) Fungsi SOP
(1) Memperlancar tugas petugas/pegawai atau tim/unit kerja.
mudah dilacak.
dalam bekerja.
d) Penerapan SOP
(1) SOP harus sudah ada sebelum suatu pekerjaan dilakukan
lingkungan kerja.
(2) Para pegawai akan lebih memiliki percaya diri dalam bekerja
pegawai.
6) Konsep Dasar SAK
c. Money
Sumber keuangan dan pengelolaannya/pengeluarannya harus
(Supriyatno, 2005).
d. Material
Material merupakan peralatan penunjang yang mendukung kelancaran
dalam memberikan asuha keperawatan kepada pasien. Secara kualitatif
fasilitas yang tersedia seharusnya sesuai dengan standar yang telah
dtetapkan. Fasilitas dan alat-alat kedokteran maupun keperawatan
dipenuhi melalui standar resmi yang telah ditetapkan oleh masing-masing
Rumah Sakit yang disesuaikan dengan jenis dan kapasitas unit
pelayanan.
kesehatan.
D. Metode Modifikasi