Anda di halaman 1dari 20

LAPORAN KEGIATAN ROLE PLAY

DISCHARGE PLANNING
PRAKTIK PROFESI MANAJEMEN KEPERAWATAN
DI RUANG BOBO II RSUD Dr.SOETOMO
SURABAYA

Periode 15 Mei – 23 Juni 2017

Disusun Oleh:
Kelompok 4

Meviana Dwi Ariyani, S.Kep 131613143006


Nur Faizah, S.Kep 131613143010
Apriliya Dani Eka Susanti, S.Kep 131613143012
Firda Isnantri, S.Kep 131613143018
M. Naim Kurniawan, S.Kep 131613143023
Alfiatis Su’udiyah, S.Kep 131613143027
Novi Ikhyarul Hani, S.Kep 131613143029
Nurul Azizah, S.Kep 131613143035
Uswatun Khasanah, S.Kep 131613143040
Muthmainnah, S.Kep 131613143044
Meyvita Sari Rike Yunita, S.Kep 131613143049
Rio Cristianto, S.Kep 131613143050
Rifky Octavia Pradipta, S.Kep 131613143053

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN NERS


FAKULTAS KEPERAWATANUNIVERSITAS AIRLANGGA
SURABAYA
2017
KATA PENGANTAR

Puji syukur atas kehadirat Allah Yang Maha Esa atas segala rahmat dan
karuniaNya sehingga laporan discharge planning pada praktek profesi manajemen
keperawatan di ruang BOBO IIRSUD Dr.Soetomo Surabaya telah selesai.
Proposal ini dibuat untuk merencanakan kegiatan dalam pemenuhan kompetensi
manajemen keperawatan dalam penerapan model asuhan keperawatan profesional
pada profesi manajemen.
Kami selaku tim penulis menyadari bahwa tidak ada sesuatu yang
sempurna, begitu pula laporan yang kami buat, baik dari segi isi maupun
penulisan. Kritik dan saran dari pembaca sangat kami harapkan demi
kesempurnaan laporan kami selanjutnya.
Kami juga berterima kasih pada pembimbing klinik Fakultas Keperawatan
Universitas Airlangga, pembimbing klinik di RS, pasien dan keluarga serta teman-
teman kelompok yang telah membantu dalam proses penyelesaian laporan
discharge planning (persiapan pulang). Penyusun berharap agar laporan ini dapat
memberikan pengetahuan dan bermanfaat bagi semua calon perawat dan
masyarakat pada umumnya.

Surabaya, 18 Mei 2017

Tim Praktik Manajemen Keperawatan


Ruang Bobo II RSUD Dr.Soetomo, Surabaya
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Orang sakit sebagian besar membutuhkan sarana pelayanan kesehatan. Pada
saat mereka pergi ke pelayanan kesehatan mereka mengharapkan kesembuhan
dari penyakitnya. Rumah Sakit merupakan salah satu sistem pemberian pelayanan
kesehatan, dimana dalam memberikan pelayanan menggunakan multidisiplin.
Kolaborasi multidisiplin yang baik antara medis, perawat, gizi, fisioterapi,
farmasi, dan penunjang diharapkan mampu memberikan pelayanan yang baik
kepada masyarakat (Hariyati, et all 2008). Perawat dapat membantu klien yang
mengharapkan kesembuhannya dengan mempersiapkan mereka untuk
merencanakan pulang dari rumah sakit dan kembali ke rumah mereka masing-
masing. Salah satu bentuk peran perawat yang harus ditingkatkan
keefektivitasannya adalah saat perencanaan pulang (discharge planning).
Informasi yang diberikan perawat kepada pasien pada saat perencanaan pulang,
bertujuan agar pasien dan keluarga mampu mengenali tanda bahaya dan
mengetahui bagaimana cara manajemen pemberian perawatan di rumah. Dengan
adanya discharge planning, pasien diharapkan dapat mempertahankan kesehatan
dan membantu untuk lebih mempertanggungjawabkan kesehatan pasien secara
mandiri (Nursalam 2015).
Discharge planning merupakan sesuatu dokumentasi untuk menyelesaikan
masalah, intervensi, dan asuhan keperawatan klien yang akan pulang (Nursalam
2015). Perencanaan pasien pulang bertujuan untuk memandirikan pasien di rumah
sehingga pelaksanaan dan pendokumentasian perencanaan pulang diperlukan
komunikasi yang efektif dan tepat diharapkan tercapainya tujuan. Kegagalan
untuk memberikan dan mendokumentasikan discharge planning akan beresiko
terhadap beratnya penyakit, ancaman hidup, dan disfungsi fisik.
Perawat merupakan salah satu anggota team Discharge Planning, dan
sebagai discharge planner perawat mengkaji setiap pasien dengan mengumpulkan
dan menggunakan data yang berhubungan untuk mengidentifikasi masalah aktual
dan potensial, menentukan tujuan untuk mengajarkan dan mengkaji secara
individu dalam mempertahankan atau memulihkan kembali kondisi pasien secara
optimal dengan mengevaluasi asuhan keperawatan.
Pelaksanaan discharge planning di Ruang BOBO II RSUD Dr.Soetomo
Surabaya dilakukan saat pasien pertama kali masuk rumah sakit, selama dilakukan
perawatan dan saat pasien akan keluar dari rumah sakit. Hal-hal yang
didokumentasikan dalam form discharge planning di Ruang BOBO II RSUD
Dr.Soetomo Surabaya saat pasien akan keluar dari Rumah Sakit yaitu alat bantu
yang akan dilepas ketika pasien akan pulang, meliputi NGT, urin kateter, drain,
balutan luka, iv canule, CVL, dan gelang identitas. Discharge planning yang
dilakukan saat pasien pertama kali masuk yaitu informasi mengenai penyakitnya,
tindakan medis yang akan dilakukan, rehabilitasi, penjelasan komplikasi yang
mungkin terjadi, dan pengobatan. Beberapa kendala yang dapat terjadi saat
discharge planning yaitu pelaksanaan yang kurang optimal karena belum
tersedianya buku informasi atau leaflet yang dapat ditujukan keluarga saat
discharge planning. Dengan adanya kegiatan roleplay discharge planning yang
akan diadakan oleh mahasiswa pratika keperawatan manajemen di Ruang BOBO
II RSUD Dr.Soetomo Surabaya dapat tercapai secara maksimal serta mampu
memperbaiki sistem discharge planning yang ada di ruang BOBO II RSUD
Dr.Soetomo Surabaya.

1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum
Setelah pelaksanaan praktek keperawatan manajemen diharapkan
mahasiswa dan perawat di Ruang BOBO II RSUD Dr.Soetomo Surabaya mampu
menerapkan discharge planning dengan baik dan benar.
1.2.2 Tujuan Khusus
1) Mengidentifikasi kebutuhan klien untuk discharge planning.
2) Mengidentifikasi masalah klien dalam discharge planning.
3) Membuat perencanaan discharge planning pasien.
4) Hal-hal yang harus diketahui pasien sebelum pulang
5) Mengajarkan pada klien dan keluarga tentang perawatan klien di rumah yang
meliputi diet, aktivitas istirahat dan tempat kontrol.
6) Melakukan evaluasi kepada klien atau keluarga selama pelaksanaan discharge
planning.
7) Mendokumentasikan pelaksanaan discharge planning

1.3 Manfaat
1.3.1 Bagi Klien
1) Meningkatkan pengetahuan, sikap dan keterampilan dalam
memperbaiki serta mempertahankan status kesehatan klien.
2) Meningkatkan kemandirian klien dan keluarga dalam kesiapan
perawatan di rumah.
3) Meningkatkan kemandirian klien dan keluarga dalam melakukan
perawatan diri sendiri di rumah.
4) Meningkatkan kualitas perawatan secara berkelanjutan pada klien saat
di rumah.
1.3.2 Bagi mahasiswa
1) Membantu mahasiswa dalam mengembangkan ilmu yang telah dimiliki
serta mengaplikasikannya.
1) Terjadi pertukaran informasi antara mahasiswa sebagai perawat dan
klien sebagai penerima pelayanan.
2) Meningkatkan kemampuan mahasiswa dalam mengkaji kebutuhan
pasien secara komprehensif untuk menentukan perencanaan pulang bagi
pasien secara tepat.
3) Mengevaluasi pengaruh intervensi yang terencana dalam discharge
planning pada penyembuhan klien.
1.3.3 Bagi Rumah Sakit
1) Meningkatkan mutu pelayanan keperawatan dan dapat mengidentifikasi
pendokumentasian asuhan keperawatan, khususnya pelaksanaan
discharge planning (perencanaan pulang) di Rumah Sakit.
2) Sebagai bahan pertimbangan dalam menetapkan kebijakan manajemen,
khususnya manajemen keperawatan yang berimplikasi kepada
pendokumentasian asuhan keperawatan yang terkait dengan discharge
planning (perencanaan pulang) di Rumah Sakit
3) Untuk pengembangan pedoman discharge planning (perencanaan
pasien pulang) dari Rumah Sakit.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Discharge Planning


Discharge planning adalah suatu proses dimana mulainya pasien
mendapatkan pelayanan kesehatan yang diikuti dengan kesinambungan perawatan
baik dalam proses penyembuhan maupun dalam mempertahankan derajat
kesehatannya sampai pasien merasa siap untuk kembali kelingkungannya
(Supriyati 2010). Discharge planning sebaiknya dilakukan sejak pasien diterima
di suatu pelayanan kesehatan, terkhusus di rumah sakit dimana rentang waktu
pasien untuk menginap semakin diperpendek. Discharge planning yang efektif
seharusnya mencakup pengkajian berkelanjutan untuk mendapatkan informasi
yang komprehensif tentang kebutuhan pasien yang berubah-ubah, pernyataan
diagnosa keperawatan, perencanaan untuk memastikan kebutuhan pasien sesuai
dengan apa yang dilakukan oleh pemberi layanan kesehatan (Kozier 2004).
Perencanaan pulang adalah proses dimana pasien mendapatkan pelayanan
kesehatan yang diikuti dengan kesinambungan perawatan baik dalam proses
penyembuhan maupun dalam mempertahankan derajat kesehatannya sampai
pasien merasa siap untuk kembali ke lingkungannya (Pemila 2009). Perencanaan
pulang didapatkan dari proses interaksi dimana perawat profesional, pasien dan
keluarga berkolaborasi untuk memberikan dan mengatur kontinuitas keperawatan
yang diperlukan oleh pasien dimana perencanaan harus berpusat pada masalah
pasien, yaitu pencegahan, terapeutik, rehabilitatif, serta perawatan rutin yang
sebenarnya (Swenberg 2000 dalam Kristina 2007).
Menurut Yosep (2007), perencanaan pulang merupakan komponen yang
terkait dengan rentang perawatan atau sering disebut perawatan yang
berkelanjutan. Rentang perawatan (continuum of care) adalah integrasi sistem
perawatan yang terfokus pada klien terdiri dari mekanisme pelayanan perawatan
yang membimbing dan mengarahkan klien sepanjang waktu kehidupan melalui
perencanaan yang komprehensif yaitu pelayanan yang meliputi kesehatan mental,
sosial dalam rentang semua tingkat perawatan.
2.2 Tujuan Discharge Planning
Tujuan perencanaan pemulangan adalah meningkatkan kontinuitas perawatan,
meningkatkan kualitas perawatan dan memaksimalkan manfaat sumber pelayanan
kesehatan. Perencanaan pemulangan juga dapat mengurangi hari rawatan pasien,
mencegah kekambuhan, meningkatkan perkembangan kondisi kesehatan pasien
dan menurunkan beban perawatan pada keluarga (Pemila 2009). Selain itu,
dengan adanya perencanaan pemulangan pasien dapat meningkatkan kemajuan
pasien, membantu pasien untuk mencapai kualitas hidup optimum sebelum
dipulangkan. Perencanaan pemulangan pasien yang baik juga akan memberikan
efek yang penting dalam menurunkan komplikasi penyakit, pencegahan
kekambuhan dan menurunkan angka mortalitas dan morbiditas (Pemila 2009).
Menurut WHO (2005) dinyatakan bahwa tujuan perencanaan pulang pasien
adalah:
1) Meningkatkan pemahaman pasien dan keluarga tentang masalah kesehatan
dan kemungkinan adanya komplikasi dari penyakitnya dan hal-hal yang
perlu pembatasan yang akan diberlakukan pada pasien di rumah.
2) Mengembangkan kemampuan pasien dan keluarga untuk merawat dan
memenuhi kebutuhan pasien dan memberikan lingkungan yang aman
untuk pasien di rumah.
3) Memastikan bahwa rujukan yang diperlukan untuk perawatan selanjutnya
pada pasien dibuat dengan tepat.
Carpenito (2009) menyebutkan bahwa tujuan perencanaan pulang adalah
untuk mengidentifikasi kebutuhan khusus untuk mempertahankan atau pencapaian
fungsi yang maksimal setelah pemulangan.
2.3 Manfaat Discharge Planning
Manfaat dari perencanaan pulang bagi pasien adalah merasakan bahwa
dirinya adalah bagian dari proses perawatan sebagai bagian yang aktif dan bukan
objek yang tidak berdaya, menyadari haknya untuk dipenuhi segala
kebutuhannya, merasa nyaman untuk kelanjutan perawatannya dan memperoleh
support sebelum timbulnya masalah, dapat memilih prosedur perawatannya, dan
mengerti apa yang terjadi pada dirinya dan mengetahui siapa yang dapat
dihubunginya (Pemila 2009 dalam Purnamasari & Ropyanto 2012).
Manfaat perencanaan pulang bagi perawat antara lain merasakan bahwa
keahliannya diterima dan dapat digunakan, menerima informasi kunci setiap
waktu, memahami perannya dalam sistem, dapat mengembangkan ketrampilan
dalam prosedur baru, memiliki kesempatan untuk bekerja dalam tempat yang
berbeda dan cara yang berbeda, dan bekerja dalam suatu sistem dengan efektif
(Pemila 2009 dalam Purnamasari& Ropyanto 2012).
Kesuksesan tindakan discharge planning menjamin pasien mampu
melakukan tindakan perawatan lanjutan yang aman dan realistis setelah
meninggalkan rumah sakit (Hou 2001 dalam Perry &Potter 2006).
2.4 Prinsip Perencanaan Pulang
Ketika melakukan discharge planning dari suatu lingkungan kelingkungan
yang lain, ada beberapa prinsip yang harus diikuti/diperhatikan. Berikut ini
beberapa prinsip yang dikemukakan oleh the The Royal Marsden Hospital (2004),
yaitu:
1) Discharge planning harus merupakan proses multi disiplin, dimana
sumber-sumber untuk mempertemukan kebutuhan pasien dengan
pelayanan kesehatan ditempatkan pada satu temppat.
2) Prosedur discharge planning harus dilakukan secara konsisten dengan
kualitas tinggi pada semua pasien.
3) Kebutuhan pemberi asuhan (care giver) juga harus dikaji.
4) Pasien harus dipulangkan kepada suatu lingkungan yang aman dan
adekuat.
5) Keberlanjutan antar lingkungan harus merupakan hal yang utama.
6) Informasi tentang penyusunan pemulangan harus diinformasikan antara
tim kesehatan dengan pasien /care giver dan kemampuan terakhir
disediakan dalam bentuk tertulis tentang perawatan keberlanjutan.
7) Kebutuhan atas kepercayaan dan budaya pasien harus dipertimbangkan
ketika menyusun discharge planning.
Menurut Yosep (2007), prinsip-prinsip dalam perencanaan pemulangan
pasien adalah:
1) Klien sebagai fokus dalam perencanaan pulang. Nilai, keinginan, dan
kebutuhan klien perlu dikaji dan dievaluasi sehingga dapat dimasukkan
dalam perencanaan pulang klien.
2) Kebutuhan klien diidentifikasi saat masuk, dirawat sampai sebelum
pulang. Kebutuhan ini dikaitkan dengan masalah yang mungkin timbul
setelah pulang sehingga rencana antisipasi masalah dapat dianut untuk
dilaksanakan setelah pulang.
3) Perencanaan pulang dilakukan secara kolaboratif. Perencanaan pulang
adalah proses multidisiplin dan tergantung pada kerja sama yang jelas dan
komunikasi lisan atau tertulis di antara peserta tim.
2.5 Sasaran Perencanaan Pulang
Setiap klien memerlukan perawat yang terampil dalam pengkajian dan
mampu mengelola pelayanan keperawatan yang komprehensif. Klien juga
memerlukan pelayanan keperawatan yang terkoodinasi yang baik dengan tim
kesehatan yang lain dan dukungan-dukungan pelayanan, sehingga mereka dalat
selalu dipantau bagi yang lemah dan tinggal sendirian dirumah maupun tinggal
bersama keluarga dengan dukungan keluarga secara minimal, serta anak-anak dan
orang dewasa penyandang cacat akan memerlukan perencanaan pulang pasien.
The Interagency Council on Homelessness tahun 1994 (Baron, et al 2008)
dinyatakan bahwa perencanaan pulang pasien yang tidak memadai merupakan
faktor yang memberikan kontribusi bagi tunawisma pada orang-orang yang
mengalami sakit mental maupun gangguan penggunaan narkoba. Menurut Rice
1992 (dalam Potter & Perry 2006) mengatakanbahwa setiap klien yang dirawat di
rumah sakit membutuhkan perencanaan pulang. Tetapi ada beberapa kondisi yang
menyebabkan klien beresiko tidak dapat memenuhi kebutuhan perawatan setelah
klien pulang. Kondisi klien dengan penyakit terminal, kecacatan permanen,
kurangnya sumber dana, operasi besar, operasi radikal, isolasi sosial dan emosi
atau mental yang tidak stabil dapat beresiko dalam perencanaan pulang. Jika klien
mengalami kondisi seperti ini, maka perlu dilakukan pengkajian tentang keinginan
dan kemampuan klien untuk perawatan di rumah.
2.6 Komponen Perencanaan Pulang
Menurut Jipp dan Sirass (1996) dalam Kristina (2007), komponen
perencanaan pulang terdiri dari:
1) Perawatan di rumah
Meliputi pemberian pengajaran atau pendidiakan kesehatan (health
education) mengenai diet, mobilisasi, waktu kontrol dan tempat kontrol.
Pemberian pelajaran disesuaikan dengan tingkat pemahaman dan
keluraga, mengenai perawatan selama pasien di rumah nanti.
2) Obat-obatan yang masih diminum dan jumlahnya
Pasien yang akan pulang dijelaskan obat-obat yang masih diminum,
dosis, cara pemberian dan waktu yang tepat minum obat.
3) Obat-obat yang dihentikan
Meskipun ada obat-obatan yang tidak diminum lagi oleh pasien, obat-
obat tersebut tetep dibawakan ke pasien.
4) Hasil pemeriksaan
Hasil pemeriksaan luar sebelum MRS dan hasil pemeriksaan selama
MRS dibawakan ke pasien waktu pulang.
5) Surat-surat seperti: surat keterangan sakit, surat control
2.7 Faktor-faktor yang perlu dikaji dalam Discharge Planning
Faktor-faktor yang perlu dikaji dalam Discharge Planning adalah:
1) Pengetahuan klien dan keluarga tentang penyakit, terapi dan perawatan
yang diperlukan.
2) Kebutuhan psikologis dan hubungan interpersonal di dalam keluarga.
3) Keinginan keluarga dan pasien menerima bantuan dan kempuan mereka
memberi asuhan.
4) Bantuan yang diperlukan pasien.
5) Pemenuhan kebutuhan aktivitas hidup sehari-hari seperti makan, minum,
eliminasi, istirahat dan tidur, berpakaian, kebersiahan diri, keamanan dari
bahaya, komunikasi, keagamaan, rekreasi dan sekolah.
6) Sumber dan sistem pendukung yang ada di masyarakat.
7) Sumber finansial dan pekerjaan.
8) Fasilitas yang ada dirumah dan harapan pasien setelah dirawat.
9) Kebutuhan perawatan dan harapan pasien setelah dirawat.
Purnamasari & Ropyanto (2012) menyebutkanadabeberapa tindakan
keperawatan yang dapat diberikan pada pasien sebelum pasien diperbolehkan
pulang antara lain:
1) Pendidikan kesehatan: diharapkan bisa mengurangi angka kekambuhan
atau komplikasi dan meningkatkan pengetahuan pasien serta keluarga
tentang perawatan pasca dirawat di rumahsakit
2) Program pulang bertahan: bertujuan untuk melatih pasien untuk kembali
ke lingkungan keluarga dan masyarakat antara lain apa yang harus
dilakukan pasien di rumah sakit dan apa yang harus dilakukan oleh
keluarga.
3) Rujukan: integritas pelayanan kesehatan harus mempunyai hubungan
langsung antara perawta komunitas atau praktik mandiri perawat dengan
rumah sakit sehingga dapat mengetahui perkembangan pasien di rumah.
2.8 Tindakan Keperawatan Pada Waktu Perencanaan Pulang
Tindakan keperawatan yang diberikan pada waktu perencanaan
pulangPurnamasari dan Ropyanto (2012):
1) Pendidikan (edukasi, redukasi, reorientasi)
Pendidikan kesehatan diharapkan bisa mengurangi angka kambuh dan
meningkatkan kekambuhan pasien. Program pendidikan yang bisa
dilakukan:
(1) Keterampilan khusus: Activity Daily Living, identifikasi masalah, gejala
pemecahan masalah yang timbul dalam kaitannya dengan perawatan di
rumah.
(2) Keterampilan umum: komunikasi, pengelolaan kebutuhan eliminasi
motorik, pengelolaan emosi yang kontruktif, relaksasi, manajemen stres.
2) Program pulang bertahap
Bertujuan untuk melatih pasien kembali ke lingkungan keluarga dan
masyarakat antara lain apa yang harus dilakukan keluarga.
3) Rujukan
Integritas pelayanan kesehatan harus mempunyai hubungan langsung antara
perawat komunitas dengan rumah sakit, sehingga dapat mengetahui
perkembangan pasien di rumah.
2.9 Jenis Pemulangan
Arwani dan Supriyatno (2006), mengklasifikasikan jenis pemulangan
pasien sebagai berikut:
1) Conditioning discharge (pulang sementara atau cuti), keadaan pulang ini
dilakukan apabila kondisi pasien baik dan tidak terdapat komplikasi. Pasien
untuk sementara dirawat di rumah namun harus ada pengawasan dari pihak
rumah sakit atau Puskesmas terdekat.
2) Absolute discharge (pulang mutlak atau selamanya), cara ini merupakan akhir
dari hubungan pasien dengan rumah sakit. Namun apabila pasien perlu
dirawat kembali, maka prosedur perawatan dapat dilakukan kembali.
3) Judical discharge (pulang paksa), kondisi ini pasien diperbolehkan pulang
walaupun kondisi kesehatan tidak memungkinkan untuk pulang, tetapi pasien
harus dipantau dengan melakukan kerjasama dengan perawat Puskesmas
terdekat.
2.10 Keberhasilan Discharge Planning
Menurut Potter dan Perry (2006), hasil yang diperoleh harus ditujukan untuk
keberhasilan perencanaan pulang dimana :
1) Pasien dan keluarga memahami diagnosa, antisipasi tingkat fungsi, obat-
obatan dan tindakan pengobatan untuk kepulangan, antisipasi perawatan
tingkat lanjut, dan respon yang diambil pada kondisi kedaruratan.
2) Pendidikan khusus diberikan kepada pasien dan keluarga untuk memastikan
perawatan yang tepat setelah klien pulang.
3) Sistem pendukung di masyarakat dikoordinasikan agar memungkinkan pasien
untuk kembali ke rumahnya dan untuk membantu klien dankeluarga membuat
koping terhadap perubahan dalam status kesehatan pasien.
4) Melakukan relokasi klien dan koordinasi sistem pendukung atau
memindahkan klien ke tempat pelayanan kesehatan lain.
2.11 Dokumentasi
Menurut Iyer dan Camp (2005) dalam Arwani & Supriyatno (2006),
sebuah format yang memuat petunjuk yang mengingatkan pemberian pelayanan
kesehatan yang mengimplementasikan dan mendokumentasikan perencanaan
pemulangan sering dicantumkan dalam format terpisah dalam rekam medis,
format ini biasanya berisi hal-hal- berikut:
1) Pengkajian awal terhadap kebutuhan perencanaan pulang
2) Usaha untuk menempatkan pasien pada fasilitas yang tepat agar mendapatkan
perawatan yang kontinyu atau untuk mengatur pasien agar mendapatkan
perawatan di rumah sesuai kebutuhan.
2.12 Prosedur Perencanaan Pulang
1) Persiapan:
(1) Karu melihat persiapan untuk discharge planning pada perawat primer.
(2) Perawat primer menunjukkan kelengkapan untuk discharge planning
(leaflet, resume, obat-obatan) serta menyebutkan hal-hal yang perlu
diajarkan pada klien dan keluarga.
2) Pelaksanaan:
(1) Kepala ruangan membuka acara discharge planning
(2) Perawat primer mengucapkan salam.
(3) Perawat primer menyampaikan pendidikan kesehatan tentang: tanggal dan
tempat kontrol, makanan, obat yang diminum, perawatan luka aktivitas,
serta hal-hal khusus lain.
(4) Perawat primer memberikan kesempatan pada perawat assosiate untuk
memberikan informasi tambahan yang diperlukan.
(5) Perawat primer memberikan kesempatan pada klien dan keluarga untuk
bertanya serta melakukan evaluasi tentang hal-hal yang telah
disampaikan.
(6) Perawat primer melakukan pendokumentasian.
3) Penutup:
Karu memberikan reward kepada perawat primer dan perawat assosiate.
2.13 Alur Discharge Planning

Pasien baru diterima oleh Karu dan PP

PP membawa status pasien, kemudian mengkaji,


Awal merencanakan dan mendelegasikan pada PA
MRS
1. PP menyampaikan: kemungkinan penyakit pasien, perkiraan lama
pasien dirawat, intervensi keperawatan/medis yang biasa dilakukan
di ruangan, biaya perawatan,
2. PP mengorientasikan ruangan kepada keluarga pasien.

1. Menyampaikan pendidikan kesehatan:


1) Konsep penyakit
Selama 2) Terapi & intervensi yang akan diberikan
3) Pola diet
dirawat
4) Aktivitas dan istirahat
5) Tanggal & tempat kontrol
2. Menjelaskan prosedur, manfaat, dan efek samping dari setiap terapi
dan intervensi yang akan diberikan pada pasien & keluarga:
1) Proses perawatan di ruangan
2) Pemenuhan kebutuhan nutrisi yg adekuat
3. Mendokumentasikan

Dokter dan tim


kesehatan Klinis&pemeriksaan penunjang lain
Tingkat ketergantungan pasien

Perencanaan pulang
Saat
KRS
Penyelesaian Program HE:
Lain-lain
administrasi 1. Kontrol dan
obat/perawatan
2. Diet
3. Aktivitas dan
istirahat
4. Perawatan diri

Monitor oleh : keluarga dan petugas


Gambar 2.1 Alur Discharge Planning (Nursalam 2015)
2.14 Peran Perawat dalam Discharge Planning
1. Kepala ruangan
(1) Membuka acara discharge planning kepada pasien
(2) Menyetujui dan menandatangani format discharge planning
2. Perawat primer
(1) Membuat rencana discharge planning
(2) Membuat leaflet/ booklet
(3) Memberikan konseling
(4) Memberikan pendidikan kesehatan
(5) Menyediakan format discharge planning
(6) Mendokumentasi discharge planning
(7) Melakukan agenda discharge planning (pada awal perawatan sampai akhir
perawatan)
3. Perawat associate
Ikut membantu dalam melaksanakan discharge planning yang sudah
direncanakan oleh perawat primer.
BAB 3
RENCANA KEGIATAN

3.1 Rencanapelaksanaan discharge planning


Hari/ tanggal : Senin, 18 Maret 2019
Waktu : 10.00 WIB
Pelaksana : Kepala Ruangan, Perawat Primer,
Perawat Associate
Tempat :Di Ruang Bedah Herbra RSUD Dr.Soetomo
Surabaya

3.2 StrukturPengorganisasian
Penanggungjawab : NurulAzizah, S.Kep
Kepala Ruangan : Annisha
PP : Eva Surya
PA : Lailaturrohmah Kurniawati
Pembimbing Institusi :1. Dr. Mira Triharini, S.Kp.,M.Kep
2. Dr. Rizki F.,S.Kep.,Ns.,M.Kep
Pembimbing Klinik : 1.Evi Tri Wahyuningsih, S.Kep.,Ns.,M.Kes

3.3 Metode
Metode yang digunakan dalam discharge planning adalah diskusi dan
tanya jawab setelah diberikan penjelasan tentang hal-hal yang perlu diperhatikan
dalam perawatan klien oleh keluarga selama di rumah sakit dan setelah keluar dari
rumah sakit.
3.4 Media
Media yang digunakan dalam pelaksanaan discharge planning kepada
klien dan keluarganya diantaranya
1. Status pasien
2. Lembar discharge planning
3. Lembar balik
3.5 Mekanisme Kegiatan
Tahap Kegiatan Waktu Tempat Pelaksana
Persiapan 1. PP melaporkan pada 10 menit Kantor PP
karu bahwa ada pasien kepala
yang akan dilakukan ruangan
dischage planning
2. Karu menanyakan Karu
bagaimana persiapan PP
untuk pelaksanaan
discharge planning dan
kelengkapan medical
record (status pasien,
format discharge
planning dan lembar
balik).
3. PP melaporkan sudah PP
siap dengan status
pasien, format discharge
planning dan lembar
balik, dan sudah
mengkaji sebelumnya
untuk menentukan
masalah keperawatan
pada klien.
4. PP menyebutkan PP
masalah klien dan hal-
hal yang perlu diajarkan
pada klien dan keluarga
5. Karu memeriksa Karu
kelengkapan
dokumentasi perawatan
Pelaksanaan 1. Karu membuka acara 20 menit Bed Karu
discharge planning pasien
2. PP dibantu PA PP dan PA
melakukan
penyuluhan kepada
pasien atau keluarga
tentang:
1) Tanggal dan
tempat control
2) Perawatan di
rumah
3) Diet khusus
4) Obat-obatan yang
masih diminum
5) Aktivitas dan
istirahat selama di
rumah
3. PP menanyakan PP
kembali kepada
pasien dan keluarga
tentang materi yang
telah disampaikan.
4. PP memberi PP
reinforcement positif
kepada klien dan
keluarga.
5. PP mengucapkan PP
terima kasih
6. PP dibantu PA PP dan PA
melakukan
pendokumentasian.
Penutup Karu mengevaluasi, 5 menit Kantor Karu, PP
memberikan pujian dan kepala dan PA
masukan atau saran kepada ruangan
PP dan PA

3.6 Evaluasi
1) Struktur
(1) Persiapan dilakukan saat pasien masuk ruang Bedah Herbra II RSUD
Dr.Soetomo Surabaya
(2) Koordinasi dengan pembimbing klinik dan akademik
(3) Menyusun proposal
(4) Menetapkan kasus
(5) Pengorganisasian peran
(6) Penyusunan lembar balik.
2) Proses
(1) Kelancaran kegiatan
(2) Peran serta perawat yang bertugas
3) Hasil
Informasi yang disampaikan dapat diterima oleh klien dan keluarga dan ada
dokumentasi dalam rekam medik pasien.
DAFTAR PUSTAKA

Arwani & Supriyatno. 2006. Manajemen Bangsal Keperawatan. Jakarta: EGC.

Barbara, Kozier. 2004. Fundamental of Nursing. Seventh Edition. Vol. 2. Jakarta :


EGC.

Baron, M., Erlenbusch, B., Moran, C.F., O’Connor, K., Rice, K., & Rodriguez, J.,
2008. Best Practices Manual for Discharge Planning: Mental Health &
Subtance Abuse Facilities, Hospital, Foster care, Prisons and Jails. Los
Angeles: Coalition to Hunger & Homelessness.

Carpenito L.J. 2009. Nursing Care Plans and Documentation: Nursing Diagnosis
and Collaborative Problems. 5th edition. Philadelphia: Wolter Kluwer Health.
Lippincott William & Wilkins.

Hariyati, T.S, Afifah, E. Handiyani, H. 2008. Evaluasi Model Perencanaan Pulang


Yang Berbasis Teknologi Informasi dalam Makara Vol. 12, No. 2, Desember
2008: 53-58.

Nursalam. 2015. Manajemen Keperawatan: Aplikasi dalam Praktek Keperawatan


Profesional. Jakarta: Salemba Medika.

Potter & Perry. 2006. Buku Ajar Fundamental Keperawatan : Konsep, Proses,
Praktik. Jakarta : EGC.

Punamasari, L.D, Ropyanto, C.B. 2012. Evaluasi Pelaksanaan Perencanaan


Pulang dalam Jurnal Nursing Studies Vol 1 Nomor 1 2012 Hal.213-218.

Stevens, et al. 1999. Ilmu Keperawatan Ed.2 Jilid 2. Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran EGC.

Swansburg. 2000. Pengantar Kepemimpinan dan Manajemen Keperawatan. Alih


Bahasa Suharyati Samba. Editor Monica Ester. Jakarta : EGC.

WHO. 2005. Pedoman Perawatan Pasien. Alih Bahasa Monica Ester. Editor Edisi
Bahasa Indonesia, Esty Wahyuningsih, Nike Budhi Subekti. Jakarta : EGC

Yosep, Iyus. 2007. Keperawatan Jiwa. Reflika Aditama.

Anda mungkin juga menyukai