Anda di halaman 1dari 11

PRINSIP – PRINSIP ETIKA KESEHATAN MASYARAKAT

1. AUTONOMY ( OTONOMI )

Prinsip “Autonomy” (self-determination) Yaitu prinsip yang menghormati hak-hak pasien, terutama hak
otonomi pasien (the rights to self determination) dan merupakan kekuatan yang dimiliki pasien untuk
memutuskan suatu prosedur medis. Prinsip moral inilah yang kemudian melahirkan doktrin Informed
consent.

Prinsip otonomi didasarkan pada keyakinan bahwa individu mampu berpikir logis dan mampu membuat
keputusan sendiri, memilih dan memiliki berbagai keputusan atau pilihan yang harus dihargai oleh orang
lain. Prinsip otonomi merupakan bentuk respek terhadap seseorang, atau dipandang sebagai
persetujuan tidak memaksa dan bertindak secara rasional. Otonomi merupakan hak kemandirian dan
kebebasan individu yang menuntut pembedaan diri.

Contoh:

- Pasien berhak menentukan tindakan-tindakan baru dapat dilakukan atas persetujuan dirinya.

- Contoh yang tidak memperhatikan otonomi adalah Memberitahukan klien bahwa keadaanya
baik,padahal terdapat gangguanatau penyimpangan

2. Beneficience ( Berbuat baik )

Yaitu prinsip moral yang mengutamakan tindakan yang ditujukan ke kebaikan pasien atau penyediaan
keuntungan dan menyeimbangkan keuntungan tersebut dengan risiko dan biaya. Dalam Beneficence
tidak hanya dikenal perbuatan untuk kebaikan saja, melainkan juga perbuatan yang sisi baiknya
(manfaat) lebih besar daripada sisi buruknya (mudharat).

Beneficience berarti, hanya melakukan sesuatu yang baik. Kebaikan, memerlukan pencegahan dari
kesalahan atau kejahatan, penghapusan kesalahan atau kejahatan dan peningkatan kebaikan oleh diri
dan orang lain. Terkadang, dalam situasi pelayanan kesehatan, terjadi konflik antara prinsip ini dengan
otonomi.

Contoh:

Seorang perawat memberikan program latihan untuk memperbaiki kesehatan secara umum, tetapi
perawat menasehati untuk tidak dilakukan karena alasan resiko serangan jantung.

- Dokter memberi obat gatal –gatal tetapi mempunyai efek yang lain, maka dokter harus
mempertimbangkan secara cermat atas tindakannya tersebut.

- Seorang perawat memberikan pelayanan kepada seoarang pasien yang menderita penyakit TBC, maka
perawat tersebut harus mempertimbangkan dan berkonsultasi dengan ahlinya dalam memberikan
pelayanan kesehatan.- Pasien berhak menentukan tindakan-tindakan baru dapat dilakukan atas
persetujuan dirinya.

- Contoh yang tidak memperhatikan otonomi adalah Memberitahukan klien bahwa keadaanya
baik,padahal terdapat gangguanatau penyimpangan

3. Non Maleficience ( Tidak merugikan )

Prinsip tidak merugikan “Non-maleficence” adalah prinsip menghindari terjadinya kerusakan atau prinsip
moral yang melarang tindakan yang memperburuk keadaan pasien. Prinsip ini dikenal sebagai “primum
non nocere” atau “ above all do no harm “. Prinsip ini berarti tidak menimbulkan bahaya atau cidera fisik
dan psikologis pada klien atau pasien.

Contoh:

- Pendapat dokter dalam memberikan pelayanan tidak dapat diterima oleh pasien dan keluarganya
sehingga jika dipaksakan dapat merugikan pasien.

- seorang perawat memberikan pelayanan yang terbaik dalam usaha penyembuhan pencegahan tanpa
merugikan pasien atau masyarakat.

4. CONFIDENTIALITY ( KERAHASIAAN )

Institusi kesehatan akan menjaga kerahasiaan informasi yang bisa merugikan seseorang atau
masyarakat. Aturan dalam prinsip kerahasiaan adalah informasi tentang pasien harus dijaga privasi klien.
Segala sesuatu yang terdapat dalam dokumen catatan kesehatan pasien hanya boleh dibaca dalam
rangka pengobatan pasien. Tidak ada seorangpun dapat memperoleh informasi tersebut kecuali jika
diijinkan oleh pasien dengan bukti persetujuan. Diskusi tentang pasien diluar area pelayanan,
menyampaikan pada teman atau keluarga tentang pasien dengan tenaga kesehatan lain harus dihindari

Contoh:

- Seorang dokter maupun tenaga medis yang menangani pasien menjaga dan meng-back up setiap data
informasi yang dimiliki dari pasien tersebut, baik itu nama, alamat, panyakit yang diderita, dan
sebagainya.

- Seorang perawat atau petugas kesehatan merahasiakan segala bentuk data terkait dengan data survei
yang bersifat pribadi ( tidak dipublikasikan )l
5. Fidelity ( Menepati janji )

Prinsip fidelity dibutuhkan individu untuk menghargai janji dan komitmennya terhadap orang lain.
Tenaga Kesehatan setia pada komitmennya dan menepati janji serta menyimpan rahasia pasien.
Ketaatan, kesetiaan, adalah kewajiban seseorang untuk mempertahankan komitmen yang dibuatnya.
Kesetiaan, menggambarkan kepatuhan tenaga kesehatan terhadap kode etik yang menyatakan bahwa
tanggung jawab dasar dari tenaga kesehatan adalah untuk meningkatkan kesehatan, mencegah
penyakit, memulihkan kesehatan dan meminimalkan penderitaan.

Contoh:

- Seorang dokter berjanji dengan sungguh untuk menjaga setiap rahasia pasiennya, dan sampai
kapanpun akan tetpa menjaga komitmennya untuk menjaga kerahasiaan setiap pasiennya

- Seorang Petugas kesehatan menepati janjinya dalam usaha peningkatan dan perbaikan kesehatan di
masyarakat sesuai dengan program yang telah dibuat. Cotohnya perbaikan kesehatan mengenai
hipertensi

6. Fiduciarity ( Kepercayaan )

adalah hukum hubungan atau etika kepercayaan antara dua atau lebih pihak. Kepercayaan dibutuhkan
untuk komunikasi antara professional kesehatan dan pasien. Seseorang secara hukum ditunjuk dan
diberi wewenang untuk memegang aset dalam kepercayaan untuk orang lain. Para fidusia mengelola
aset untuk kepentingan orang lain daripada untuk keuntungan sendiri.

Contoh:

- Seorang dokter dipercaya oleh pasiennya untuk melakukan operasi pengankatan sel kanker dalam
tubuhnya.

- Seorang perawat diberi kepercayaan dalam memberikan asuhan keperawatan pada pasien dengan
kemampuan keterampilannya.

7. Justice ( Keadilan )

Yaitu prinsip moral yang mementingkan fairness dan keadilan dalam bersikap maupun dalam
mendistribusikan sumber daya (distributive justice) atau pendistribusian dari keuntungan, biaya dan
risiko secara adil.

Prinsip keadilan dibutuhkan untuk tercapai yang sama rata dan adil terhadap orang lain yang
menjunjung prinsip-prinsip moral, legal dan kemanusiaan.

Contoh:
- Tenaga kesehatan tidak boleh diskriminatif dalam memberikan pelayanan kesehatan antara
pasien JAMKESMAS dan pasien VVIP.

8. Veracity ( Kejujuran )

Prinsip veracity berarti penuh dengan kebenaran. Nilai ini diperlukan oleh pemberi pelayanan kesehatan
untuk menyampaikan kebenaran pada setiap pasien dan untuk meyakinkan bahwa pasien sangat
mengerti. Prinsip veracity berhubungan dengan kemampuan seseorang untuk mengatakan kebenaran.
Informasi harus ada agar menjadi akurat, komprensensif, dan objektif untuk memfasilitasi pemahaman
dan penerimaan materi yang ada, dan mengatakan yang sebenarnya kepada klien tentang segala sesuatu
yang berhubungan dengan keadaan dirinya selama menjalani perawatan.

Walaupun demikian, terdapat beberapa argument mengatakan adanya batasan untuk kejujuran seperti
jika kebenaran akan kesalahan prognosis klien untuk pemulihan atau adanya hubungan paternalistik
bahwa ”doctors knows best” sebab individu memiliki otonomi, mereka memiliki hak untuk mendapatkan
informasi penuh tentang kondisinya. Kebenaran merupakan dasar dalam membangun hubungan saling
percaya.

Contoh:

- Tenaga kesehatan harus menyampaikan sejujurnya penyakit pasien namun tidak dapat diutarakan
semua kecuali kepada keluarga pasien.

https://gustinerz.com/8-prinsip-etika-dalam-keperawatan/
Prinsip-Prinsip Etik dalam Keperawatan

Etika dan moral merupakan sumber dalam merumuskan standar dan prinsip-prinsip yang menjadi
penuntun dalam berprilaku serta membuat keputusan untuk melindungi hakhak manusia. Etika
diperlukan oleh semua profesi termasuk juga keperawatan yang mendasari prinsip-prinsip suatu profesi
dan tercermin dalam standar praktek profesional, seperti:

a. Otonomi (Autonomy)

Dalam bekerja perawat harus memilik prinsip otonomi didasarkan pada keyakinan bahwa individu
mampu berpikir logis dan mampu membuat keputusan sendiri. Perawat harus kompeten dan memiliki
kekuatan membuat sendiri, memilih dan memiliki berbagai keputusan atau pilihan yang harus dihargai
dan tidak dipengaruhi atau intervensi profesi lain. Prinsip otonomi merupakan bentuk respek terhadap
klien, atau dipandang sebagai persetujuan tidak memaksa dan bertindak secara rasional. Otonomi
merupakan hak kemandirian dan kebebasan individu yang menuntut pembedaan diri. Praktek
profesional merefleksikan otonomi saat perawat menghargai hak-hak klien dalam membuat keputusan
tentang perawatan dirinya.

- Pasien berhak menentukan tindakan-tindakan baru dapat dilakukan atas persetujuan dirinya.

- Contoh yang tidak memperhatikan otonomi adalah Memberitahukan klien bahwa keadaanya
baik,padahal terdapat gangguanatau penyimpangan

b. Berbuat baik (Beneficience)

Beneficience berarti, hanya melakukan sesuatu yang baik. Setiap kali perawat bertindak atau bekerja
senantiasi didasari prinsip berbuat baik kepada klien. Kebaikan, memerlukan pencegahan dari kesalahan
atau kejahatan, penghapusan kesalahan atau kejahatan dan peningkatan kebaikan oleh diri dan orang
lain. Terkadang, dalam situasi pelayanan kesehatan, khususnya pelayanan keperawatan terjadi konflik
antara prinsip ini dengan otonomi.

Seorang perawat memberikan program latihan untuk memperbaiki kesehatan secara umum, tetapi
perawat menasehati untuk tidak dilakukan karena alasan resiko serangan jantung.

- Dokter memberi obat gatal –gatal tetapi mempunyai efek yang lain, maka dokter harus
mempertimbangkan secara cermat atas tindakannya tersebut.

- Seorang perawat memberikan pelayanan kepada seoarang pasien yang menderita penyakit TBC, maka
perawat tersebut harus mempertimbangkan dan berkonsultasi dengan ahlinya dalam memberikan
pelayanan kesehatan.

c. Keadilan (Justice)
Prinsip keadilan harus ditumbuh kembangan dan dibutuhkan dalam diri perawat, perawat bersikap yang
sama dan adil terhadap orang lain dan menjunjung prinsip-prinsip moral, legal dan kemanusiaan. Nilai ini
direfleksikan dalam memberikan asuhan keperawatan ketika perawat bekerja untuk yang benar sesuai
hukum, standar praktek dan keyakinan yang benar untuk memperoleh kualitas pelayanan keperawatan.

Contoh

Tenaga kesehatan tidak boleh diskriminatif dalam memberikan pelayanan kesehatan antara pasien
JAMKESMAS dan pasien VVIP.

d. Tidak merugikan (Nonmaleficience)

Prinsip tidak merugikan harus di pegang oleh setiap perawat, prinsip ini berarti tidak menimbulkan
bahaya, cedera atau kerugian baik fisik maupun psikologis pada klien akibat praktik asuhan keperawatan
yang diberikan kepada individu maupun kelompok.

- Pendapat dokter dalam memberikan pelayanan tidak dapat diterima oleh pasien dan keluarganya
sehingga jika dipaksakan dapat merugikan pasien.

- seorang perawat memberikan pelayanan yang terbaik dalam usaha penyembuhan pencegahan tanpa
merugikan pasien atau masyarakat.

e. Kejujuran (Veracity)

Prinsip veracity berarti penuh dengan kebenaran,perawat harus menerpkan prinsi nilai ini setiap
memberikan pelayanan keperawatan untuk menyampaikan kebenaran pada setiap klien dan untuk
meyakinkan bahwa klien sangat mengerti. Prinsip veracity berhubungan dengan kemampuan seseorang
untuk mengatakan kebenaran. Informasi harus ada agar menjadi akurat, komprensensif, dan objektif
untuk memfasilitasi pemahaman dan penerimaan materi yang ada, dan mengatakan yang sebenarnya
kepada klien tentang segala sesuatu yang berhubungan dengan keadaan dirinya selama menjalani
perawatan. Walaupun demikian, terdapat beberapa argumen mengatakan adanya batasan untuk
kejujuran seperti jika kebenaran akan kesalahan prognosis klien untuk pemulihan atau adanya hubungan
paternalistik bahwa ”doctors knows best” sebab individu memiliki otonomi, mereka memiliki hak untuk
mendapatkan informasi penuh tentang kondisinya. Kebenaran merupakan dasar dalam membangun
hubungan saling percaya.

Contoh:

- Tenaga kesehatan harus menyampaikan sejujurnya penyakit pasien namun tidak dapat diutarakan
semua kecuali kepada keluarga pasien.

f. Menepati janji (Fidelity)


Prinsip fidelity dibutuhkan oleh setiap perawat untuk menghargai janji dan komitmennya terhadap orang
lain. Perawat setia pada komitmennya dan menepati janji serta menyimpan rahasia klien. Ketaatan,
kesetiaan, adalah kewajiban seseorang perawat untuk mempertahankan komitmen yang
dibuatnya.Kesetiaan, menggambarkan kepatuhan perawat terhadap kode etik yang menyatakan bahwa
tanggung jawab dasar dari perawat adalah untuk meningkatkan kesehatan, mencegah penyakit,
memulihkan kesehatan dan meminimalkan penderitaan.

- Seorang dokter berjanji dengan sungguh untuk menjaga setiap rahasia pasiennya, dan sampai
kapanpun akan tetpa menjaga komitmennya untuk menjaga kerahasiaan setiap pasiennya

- Seorang Petugas kesehatan menepati janjinya dalam usaha peningkatan dan perbaikan kesehatan di
masyarakat sesuai dengan program yang telah dibuat. Cotohnya perbaikan kesehatan mengenai
hipertensi

g. Karahasiaan (Confidentiality)

Aturan dalam prinsip kerahasiaan adalah informasi tentang klien harus dijaga privasi klien. Segala
sesuatu yang terdapat dalam dokumen catatan kesehatan klien hanya boleh dibaca dalam rangka
pengobatan klien. Tidak ada seorangpun dapat memperoleh informasi tersebut kecuali jika diijinkan oleh
klien dengan bukti persetujuan. Diskusi tentang klien diluar area pelayanan, menyampaikan pada teman
atau keluarga tentang klien dengan tenaga kesehatan lain harus dihindari.

- Seorang dokter maupun tenaga medis yang menangani pasien menjaga dan meng-back up setiap data
informasi yang dimiliki dari pasien tersebut, baik itu nama, alamat, panyakit yang diderita, dan
sebagainya.

- Seorang perawat atau petugas kesehatan merahasiakan segala bentuk data terkait dengan data survei
yang bersifat pribadi ( tidak dipublikasikan )

h. Akuntabilitas (Accountability)

Akuntabilitas merupakan standar yang pasti bahwa tindakan seorang profesional dapat dinilai dalam
situasi yang tidak jelas atau tanpa terkecuali.

Daftar pustaka

Kusnanto.(2004). Pengantar Profesi dan praktek keperawatan professional. EGC : Jakarta Potter, Patricia
A., dan Anne G. Perry. 2009. Fundamental Keperawatan. Jakarta : Salemba Medika.
PERILAKU ETIS PROFESIONAL

Perawat memiliki komitmen yang tinggi untuk memberikan asuhan keperawatan yang berkualitas
berdasarkan standar perilaku yang etis dalam praktek asuhan profesional. Pengetahuan tentang perilaku
etis dimulai dari pendidikan perawat dan berlanjut pada diskusi formal maupun informal dengan sejawat
atau teman. Perilaku yang etis mencapai puncaknya bila perawat mencoba dan mencontoh perilaku
pengambilan keputusan yang etis untuk membantu memecahkan masalah etika. Dalam hal ini, perawat
seringkali menggunakan dua pendekatan: yaitu pendekatan berdasarkan prinsip dan pendekatan
berdasarkan asuhan keperawatan.

* Pendekatan Berdasarkan Prinsip

Pendekatan berdasarkan prinsip, sering dilakukan dalam bio etika untuk menawarkan bimbingan untuk
tindakan khusus. Beauchamp Childress (1994) menyatakan empat pendekatan prinsip dalam etika
biomedik antara lain;

1. Sebaiknya mengarah langsung untuk bertindak sebagai penghargaan terhadap kapasitas otonomi
setiap orang

2. Menghindarkan berbuat suatu kesalahan

3. Bersedia dengan murah hati memberikan sesuatu yang bermanfaat dengan segala konsekuensinya

4. Keadilan menjelaskan tentang manfaat dan resiko yang dihadapi.

Dilema etik muncul ketika ketaatan terhadap prinsip menimbulkan penyebab konflik dalam bertindak.
Contoh; seorang ibu yang memerlukan biaya untuk pengobatan progresif bagi bayinya yang lahir tanpa
otak dan secara medis dinyatakan tidak akan pernah menikmati kehidupan bahagia yang paling
sederhana sekalipun. Di sini terlihat adanya kebutuhan untuk tetap menghargai otonomi si ibu akan
pilihan pengobatan bayinya, tetapi dilain pihak masyarakat berpendapat akan lebih adil bila pengobatan
diberikan kepada bayi yang masih memungkinkan mempunyai harapan hidup yang besar. Hal ini tentu
sangat mengecewakan karena tidak ada satu metoda pun yang mudah dan aman untuk menetapkan
prinsip-prinsip mana yang lebih penting, bila terjadi konflik diantara kedua prinsip yang berlawanan.
Umumnya, pendekatan berdasarkan prinsip dalam bioetik, hasilnya terkadang lebih membingungkan.
Hal ini dapat mengurangi perhatian perawat terhadap sesuatu yang penting dalam etika.

* Pendekatan Berdasarkan Asuhan

Ketidakpuasan yang timbul dalam pendekatan berdasarkan prinsip dalam bioetik mengarahkan banyak
perawat untuk memandang “care” atau asuhan sebagai fondasi dan kewajiban moral. Hubungan perawat
dengan pasien merupakan pusat pendekatan berdasarkan asuhan, dimana memberikan langsung
perhatian khusus kepada pasien, sebagaimana dilakukan sepanjang kehidupannya sebagai perawat.
Perspektif asuhan memberikan arah dengan cara bagaimana perawat dapat membagi waktu untuk dapat
duduk bersama dengan pasien atau sejawat, merupakan suatu kewajaran yang dapat membahagiakan
bila diterapkan berdasarkan etika. Karakteristik perspektif dari asuhan meliputi :

1. Berpusat pada hubungan interpersonal dalam asuhan

2. Meningkatkan penghormatan dan penghargaan terhadap martabat klien atau pasien sebagai
manusia

3. Mau mendengarkan dan mengolah saran-saran dari orang lain sebagai dasar yang mengarah pada
tanggung-jawab profesional; (4) Mengingat kembali arti tanggung-jawab moral yang meliputi kebajikan
seperti: kebaikan, kepedulian, empati, perasaan kasih-sayang, dan menerima kenyataan. (Taylor,1993).

Asuhan juga memiliki tradisi memberikan komitmen utamanya terhadap pasien dan belakangan ini
mengklaim bahwa advokasi terhadap pasien merupakan salah satu peran yang sudah dilegimitasi
sebagai peran dalam memberikan asuhan keperawatan. Advokasi adalah memberikan saran dalam
upaya melindungi dan mendukung hak-hak pasen. Hal tersebut merupakan suatu kewajiban moral bagi
perawat dalam menemukan kepastian tentang dua sistem pendekatan etika yang dilakukan yaitu
pendekatan berdasarkan prinsip dan asuhan. Perawat yang memiliki komitmen tinggi dalam
mempraktekkan keperawatan profesional dan tradisi tersebut perlu mengingat hal-hal sbb:

1. Pastikan bahwa loyalitas staf atau kolega agar tetap memegang teguh komitmen utamanya
terhadap pasien

2. Berikan prioritas utama terhadap pasien dan masyarakat pada umumnya

3. Kepedulian mengevaluasi terhadap kemungkinan adanya klaim otonomi dalam kesembuhan


pasien. Bila menghargai otonomi, perawat harus memberikan informasi yang akurat, menghormati dan
mendukung hak pasien dalam mengambil keputusan.

BAB III
PENUTUP

Etika pelayanan kesehatan adalah suatu pemahaman akan asas norma dan nilai yang berlaku di
masyarakat dalam tindakan medis pemberian obat-obatan dan jasa kepada masyarakat oleh pemerintah
dalam rangka tanggung jawabnya kepada publik, baik diberikan secara langsung maupun melalui
kemitraan dengan swasta masyarakat, berdasarkan jenis dan intensitas kebutuhan masyarakat,
kemampuan masyarakat. Dengan adanya prinsip-prinsip etika membuat para perawat serta tenaga
kesehatan lebih berhat-hati dan menaatinga dalam melakukan tindakan asuhan keperawatan tentunya
agar tidak merugikan pasien, serta memberi keadilan pemberian pelayanan kesehatan dari pasien
derajat terendah hingga tertinggi.

10 aplikasi pelayananan kesmas:

AmWell

AmWell adalah aplikasi professional kesehatan yang berpengalaman. Aplikasi ini menghubungkan anda
dengan dokter melalui video chat untuk berbicara tentang masalah kesehatan anda atau keluarga.
Dokter akan mendiagnosis penyakit yang dirasakan, serta akan memberikan resep obat. Untuk biaya
bicara dengan dokter melalui chating anda dikenakan biaya 49 dolar. Aplikasi ini bekerja untuk perangkat
iOS dan Android dan dapat di download secara gratis.

Doctor on Demand

Cara kerja aplikasi ini hampir sama dengan AmWell. Dokter akan terhubung ke chatting, dan dokterk
akan mendiagnosa penyakit pasien. Biaya konsultasi dengan dokter sekitar Rp 560 ribu. Aplikasi ini
bekerja untuk perangkat iOS dan Android dan dapat di download secara gratis.

MyChart

MyChart mengambil informasi dari penyedia layanan kesehatan terbaru Anda, mengkompilasinya dalam
aplikasi untuk akses mudah dan mentransfer ke penyedia baru. Aplikasi ini memberikan riwayat resep
obat, riwayat imunisasi dan hasil lab untuk membantu Anda menerima perawatan yang komprehensif.
Aplikasi ini bekerja untuk perangkat iOS dan Android dan dapat di download secara gratis.

Anda mungkin juga menyukai