Anda di halaman 1dari 6

Menumbuhkan Budaya Baca melalui Komunitas Literasi

untuk Indonesia Unggul dan Berdaya Saing


Oleh: Eka Imbia Agus Diartika
Mahasiswa Pascasarjana Biologi Universitas Negeri Malang

Indonesia Darurat Membaca


Membaca ialah aktivitas positif yang memberikan manfaat sangat besar.
Membaca dapat memperluas cakrawala ilmu, membentuk sikap dan
keterampilan seseorang. Tidak salah jika ada yang mengatakan bahwa kualitas
seseorang tergantung pada buku yang dibacanya. Seseorang yang gemar
membaca akan berpengetahuan luas, lebih kritis, dan mampu menanggapi
keadaan di sekitarnya dengan bijak.
Ironisnya, pada saat ini generasi muda banyak yang tidak suka membaca.
Berdasarkan data Kantor Perpustakaan Nasional Republik Indonesia, 90%
penduduk usia di atas 10 tahun tidak suka membaca buku. Penduduk negara
maju membaca 20 hingga 30 judul buku per tahun, namun penduduk Indonesia
hanya membaca sekitar 3 judul buku per tahun. Bahkan, menurut data statistik
dari UNESCO, dari total 61 negara, Indonesia berada di peringkat 60 dengan
tingkat literasi rendah. Peringkat 59 diisi oleh Thailand dan peringkat terakhir
diisi oleh Botswana. Finlandia menduduki peringkat pertama dengan tingkat
literasi yang tinggi, hampir mencapai 100%. Data ini jelas menunjukkan bahwa
minat membaca buku dan literasi penduduk Indonesia masih sangat rendah jika
dibandingkan negara lain. Hal ini dikarenakan membaca masih belum menjadi
gaya hidup penduduk Indonesia. Membaca masih menjadi beban, bukanlah
sebuah kebutuhan. Hal ini dikarenakan oleh berbagai faktor, seperti sulitnya
akses buku berkualitas, sistem pendidikan yang kurang mendukung,
perkembangan media sosial, dan minimnya dorongan dari keluarga untuk
membaca.
Pertama, sulitnya akses buku berkualitas dialami oleh penduduk yang
hidup di daerah terpencil. Perpustakaan yang kurang lengkap dan toko buku
yang hanya menjual beberapa jenis buku tentu saja kurang mendukung
masyarakat di daerah kecil untuk gemar membaca. Hal inilah yang dialami oleh
penulis yang berasal dari Kabupaten Trenggalek, salah satu kabupaten kecil di
Jawa Timur.
Kedua, adanya sistem pendidikan yang terkesan belajar hanya untuk
mencapai nilai yang tinggi pada saat ujian, menyebabkan minat membaca dan
memahami buku menjadi rendah. Parahnya, membaca hanya dilakukan pada
saat hendak ujian akhir, hanya untuk sekadar memenuhi kewajiban belajar,
bukan karena kebutuhan. Hal ini berkaitan erat dengan banyaknya orang yang
hanya suka membeli buku, namun malas membaca. Membeli buku hanyalah
sebuah keinginan untuk mengoleksi buku di rak, namun minim dalam hal
membaca.
Ketiga, perkembangan teknologi, termasuk televisi dan beragamnya
media sosial sangat menyita perhatian sebagian besar orang. Berdasarkan angket
google form1 yang disebar oleh penulis yang berisi tentang minat baca dan
penggunaan media sosial, sebanyak 90% lebih suka menggunakan media sosial
dibandingkan membaca buku. Lalu dalam penggunaan media sosial, hanya 19,3%
yang digunakan untuk membaca buku atau artikel, selebihnya dihabiskan untuk
membaca chat, melihat story orang, dan aktivitas lainnya. Hal ini menunjukkan
bahwa sebagian besar orang masih lebih tertarik menggunakan media sosial dari
pada membaca.
Keempat, minimnya dorongan dari keluarga untuk membaca. Masih
banyak keluarga di Indonesia yang masih beranggapan anak pasti akan bisa
menyukai membaca dengan sendirinya ketika sudah besar. Namun,
kenyataannya bukan demikian. Sebuah kebiasaan baik haruslah dibina sejak
kecil, sehingga ketika anak sudah besar, maka anak memiliki jiwa suka membaca.
Anak usia dini harusnya tidak dikenalkan pada media sosial terlebih dahulu,
namun lebih diarahkan untuk membaca tentang kisah sederhana yang mudah

1
bit.ly/kuisionerminatbacadanpenggunaanmedsos
diingat oleh anak-anak, seperti kisah para pahlawan maupun kisah tentang nabi
dan rasul.
Kondisi yang telah dipaparkan di atas sangat memprihatinkan. Bisa
dikatakan bahwa Indonesia tengah mengalami darurat membaca. Hal ini sangat
ironis, yakni pada saat ini Indonesia tengah mempersiapkan generasi mudanya
untuk menjadi generasi yang unggul. Ini merupakan bencana bagi bangsa
Indonesia jika tidak segera mendapatkan penanganan khusus, karena
bagaimanapun untuk meningkatkan kualitas sebuah negara ialah tergantung
pada sumber daya manusianya. Manusia yang unggul dibangun oleh
pengetahuan yang luas, yang bisa diperoleh melalui aktivitas membaca. Langkah
utama untuk mendapatkan generasi unggul adalah dengan meningkatkan
kualitas sumber daya manusia, yaitu dengan membaca.

Komunitas Literasi
Menanggapi permasalahan rendahnya minat baca di Indonesia, maka
diperlukan sebuah kelompok yang peduli akan masalah ini, yaitu komunitas
literasi. Komunitas literasi diadakan dengan beragam kegiatan yang bermanfaat
berkaitan dengan membaca. Sebuah komunitas literasi perlu dibentuk karena
harapannya dapat saling memberi motivasi untuk membaca dalam suatu
keanggotaan komunitas tersebut. Penulis merancang komunitas literasi dengan
beberapa kegiatan sebagai berikut.
 Memfasilitasi pembelian buku baru dan berkualitas, terutama untuk daerah
kecil yang mengalami kesusahan akses terhadap buku bacaan. Dana
pembelian buku bisa bersumber dari anggota komunitas literasi maupun
donasi dari masyarakat. Hal ini dapat menjadi solusi terhadap minimnya buku
bacaan di daerah kecil.
 Memberikan anjuran untuk setiap anggota komunitas literasi agar membaca
minimal satu bacaan dalam sehari. Bacaan bisa saja beragam, tergantung isu
apa yang diminatinya. Setelah membaca, diharapkan setiap anggoa komunitas
literasi juga menuliskan rangkuman dari tulisan yang telah dibaca. Rangkuman
bisa dalam kalimat singkat atau quotes yang berisi inti dari bacaan tersebut,
yang kemudian bisa diunggah di instagram komunitas literasi, sebagai wahana
promosi kebaikan dan memotivasi orang lain di luar komunitas literasi.
Kegiatan ini bisa saja disebut dengan one day one posting sesuai dengan buku
bacaan yang telah dibaca.
 Mengadakan pertemuan khusus untuk kegiatan membaca dan saling
menceritakan isi buku kepada satu komunitas literasi. Hal ini bertujuan supaya
setiap orang memiliki andil dalam memilih bacaan yang disukainya kemudian
berbagi cerita kepada yang lain. Selain itu, juga dilanjutkan dengan tanya
jawab mengenai isi bacaan tersebut.
 Mengadakan kegiatan bedah buku secara berkala. Bedah buku ini bertujuan
untuk mengkaji lebih lanjut isi buku yang telah disediakan oleh komunitas
literasi, sehingga komunitas literasi tidak hanya membeli buku dan
meletakkannya di rak, namun juga mengupasnya secara mendalam.
Pembedah buku bisa berasal dari anggota komunitas literasi ataupun
mengundang orang yang lebih mahir dan berpengalaman. Hal ini diharapkan
dapat memotivasi masyarakat supaya gemar membaca dan memahaminya
secara mendalam.
 Selain kegiatan membaca, juga bisa dikembangkan pada kegiatan kepenulisan,
misalnya kepenulisan karya tulis ilmiah maupun kepenulisan feature koran.
Kegiatan ini juga sebagai aplikasi bahwasanya anggota komunitas literasi
sudah memahami bacaan yang dibaca, sehingga bisa menuliskan menjadi
sebuah karya baru. Dengan demikian, diharapkan anggota komunitas literasi
semakin produktif dan bisa menginspirasi banyak pihak luar untuk terus giat
membaca dan menulis.
 Mengadakan pojok literasi di berbagai tempat dengan konsep seperti
perpustakaan keliling. Pojok literasi bisa dilakukan dimana saja, asalkan tetap
kondusif untuk belajar, seperti di kampus, di perpustakaan, maupun sesekali
di car free day. Hal ini dilakukan supaya kegiatan komunitas literasi diketahui
oleh banyak orang dan bisa semakin berkembang.
 Mengadakan pembahasan mengenai isu-isu terkini yang tengah hangat
terjadi, seperti isu sosial kemanusiaan, agama, politik, maupun ekonomi.
Kegiatan ini bisa dilakukan dengan mendatangkan pemateri yang pakar di
bidangnya. Tujuannya yaitu untuk membuka cakrawala pengetahuan anggota
komunitas literasi terhadap segala isu yang ada, sehingga otak tidak tumpul
dan mampu berpikir kritis untuk menghadapi segala permasalahan yang ada
pada saat ini.
 Mengadakan kegiatan semacam public speaking, yaitu penyampaian sesuatu
secara baik di depan umum. Hal yang disampaikan bisa berupa ulasan buku
yang telah dibaca maupun bahasan lain yang masih layak untuk dibahas.
Kegiatan ini bisa didampingi oleh tutor maupun orang yang telah
berpengalaman, sehingga selain memiliki motivasi membaca juga memiliki
motivasi untuk menyampaikan dengan tata cara yang baik.
 Mengadakan kegiatan seminar atau workshop tentang pentingnya literasi dan
implementasi kegiatan literasi yang baik dengan mendatangkan ahlinya.
Kegiatan ini diadakan untuk umum bertujuan untuk membuka wawasan
tentang literasi.
 Memiliki target pencapaian dan diadakan kegiatan evaluasi secara berkala,
sehingga bisa mengontrol kegiatan apa saja yang telah dicapai ataupun yang
belum berdasarkan pengalaman setiap anggotanya. Kegiatan ini bertujuan
untuk memperbaiki kegiatan literasi yang telah ada.
Penjabaran di atas merupakan konsep yang dirancang untuk kegiatan
pada komunitas literasi. Semua kegiatan di komunitas literasi dilakukan secara
menyenangkan, sehingga tidak terkesan memaksa, meskipun tujuan utamanya
ialah membiasakan untuk gemar membaca. Kegiatan dalam komunitas literasi ini
dilakukan secara berkelompok dengan tempat bisa di indoor ataupun outdoor,
sehingga tidak menimbulkan kebosanan dan para anggota bisa nyaman
mengikuti kegiatan ini.
Menumbuhkan Budaya Baca melalui Komunitas Literasi untuk Indonesia
Unggul dan Berdaya Saing
Usaha menumbuhkan budaya baca bisa dilakukan dengan berbagai
macam cara. Cara yang diajukan oleh penulis ialah dengan membentuk
komunitas literasi. Karena bagaimanapun, cara yang paling ampuh untuk
membiasakan segala sesuatu ialah dengan menumbuhkan motivasi dari diri
sendiri. Motivasi diri sendiri yang terkadang naik dan turun bisa diatasi dengan
bertemunya dengan anggota komunitas literasi. Adanya komunitas literasi ini
diharapkan dapat saling memotivasi setiap anggota komunitas literasi agar bisa
gemar membaca dan menulis. Bertemunya seseorang di sebuah komunitas
tentunya akan menghadirkan energi positif untuk terus belajar dan
meningkatkan kualitas diri, dalam hal ini ialah dengan kegiatan membaca dan
menulis.
Sasaran utama dalam kegiatan komunitas literasi ini ialah generasi muda.
Selain institusi pendidikan formal, kegiatan informal maupun nonformal
tentunya juga memegang peranan penting untuk menyiapkan generasi muda di
masa mendatang. Dalam pelaksanaan komunitas literasi ini tentunya juga
membutuhkan berbagai pihak yang mendukung, termasuk keluarga. Keluarga
juga bisa dikatakan sumber motivasi utama seseorang selain komunitas ini.
Adanya komunitas literasi ini pada akhirnya bertujuan untuk menumbuhkan
budaya baca di Indonesia, sehingga minat baca masyarakat serta angka literasi di
Indonesia semakin meningkat. Meningkatnya angka literasi ini bisa menjadi
indikator baiknya kualitas masyarakat di Indonesia. Semakin tingginya kualitas
sumber daya manusia di Indonesia, pada akhirnya bisa mewujudkan generasi
unggul dan berdaya saing di ranah global. Manusia yang unggul dengan
kecerdasan intelektual, emosional, dan spiritual yang baik, produktif, inovatif,
kritis, dan peka terhadap lingkungan sekitar.

Anda mungkin juga menyukai