Anda di halaman 1dari 18

TEORI AKUNTANSI

“Income Statement”

Disusun oleh :
1. Ni Ayu Galih Setiawati 023001818014
2. Satiya Mahendra 0230018180
3. Agung Marulitua 023001818015
4. Ari Ardiles Hasibuan 0230018180
5. Reyza Achyari 0230018180

JURUSAN AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI & BISNIS

UNIVERSITAS TRISAKTI

2019
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Laporan laba rugi adalah bagian dari laporan keuangan suatu perusahaan yang
dihasilkan pada suatu periode akuntansi yang menjabarkan unsur-unsur pendapatan dan
beban perusahaan sehingga menghasilkan suatu laba (atau rugi) bersih. Laporan laba rugi
juga disebut sebagai suatu laporan yang menunjukkan pendapatan-pendapatan dan biaya-
biaya dari suatu usaha untuk suatu periode tertentu. Selisih antara pendapatan-
pendapatan dan biaya merupakan laba yang diperoleh atau rugi yang diderita oleh
perusahaan. Laba atau rugi sering dimanfaatkan sebagai ukuran untuk menilai prestasi
perusahaan.
Maka arti penting dari laporan laba rugi yaitu sebagai alat untuk mengetahui
kemajuan yang dicapai perusahaan dan juga mengetahui berapakah hasil bersih atau laba
yang didapat dalam suatu periode.
1.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut, diidentifikasi permasalahan terkait Laporan laba
/ rugi
1.3. Maksud dan Tujuan

Maksud dari pembuatan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas Mata
Kuliah Teori Akuntansi pada materi pembahasan “Laporan Rugi Laba”.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1. Defenisi Laporan Laba Rugi (Income Statement)


Laporan laba rugi (Income Statement) adalah bagian dari laporan keuangan suatu
perusahaan yang dihasilkan pada suatu periode akuntansi yang menjabarkan unsur-unsur
pendapatan dan beban perusahaan sehingga menghasilkan suatu laba (atau rugi) bersih.
Menurut Van Horne dan Wachowicz (2005:193), laporan dari laba rugi adalah
ringkasan pendapatan dan biaya sebuah perusahaan, dalam waktu tertentu. Dan laporan
ini diakhiri dengan laba atau kerugian bersih pada periode tersebut.
Laporan laba rugi ini dibuat untuk memberi gambaran tentang performa
perusahaan, dalam menghasilkan pendapatan atas biaya yang dikeluarkan dalam satu
periode. Laporan yang satu ini memiliki tujuan akhir untuk mengetahui, apakah sebuah
perusahaan tersebut mendapatkan laba atau menderita kerugian selama periode
tersebut. Jadi laporan laba rugi ini bisa membantu perusahaan untuk menentukan
strategi untuk digunakan pada periode selanjutnya, dalam mengembangkan bisnisnya.
2.2. Pendapatan (Revenue)
1. Pengertian Pendapatan
Pendapatan merupakan hasil imbalan terhadap adanya penyerahan barang
atau jasa yang telah di produksi dalam operasi perusahaan. Pendapatan merupakan
unsure yang paling utama dalam menentukan tingkat laba yang dapat dilihat sebagai
prestasi perusahaan dalam mengoperasikan perusahaannya dalam suatu periode
tertentu. Di bawah ini penulis mengutip beberapa pendapat mengenai pengertian
pendapatan. Menurut Ahmed Riahi-Belkaoui dalam bukunya “Teori Akuntansi”
menyatakan sebagai berikut :
“Pendapatan (revenue) adalah arus masuk atau peningkatan nilai assets
dari sebuah entitas atau pelunasan utangnya (atau kombinasi dari keduanya)
selama satu periode tertentu yang berasal dari pengiriman atau pembuatan barang.
Pemberian jasa, atau pelaksanaan aktivitas lainnya yang merupakan kegiatan
utama yang masih berlangsung dari entitas tersebut”.
Dan dalam statement yang dibuat tahun 1957, The Committee On
Accounting Concept And Standart Of The American Accounting
Association merumuskan pendapatan dalam pernyataannya sebagai berikut :
“Pendapatan (revenue) adalah pernyataan moneter dari keseluruhan
produk dan jasa-jasa yang ditransfer oleh perusahaan kepada para pelanggannya
selama suatu periode”.
Dari beberapa pengertian pendapatan diatas dapat disimpulkan
bahwa revenue atau pendapatan adalah arus masuk bruto atau peningkatan nilai aset
dan penurunan kewajiban dari aktivitas normal perusahaan selama periode tertentu
yang dinyatakan dalam satuan moneter.
2. Sumber-sumber Pendapatan
Menurut Munandar (1996:17) pendapatan yang diperoleh perusahaan
berdasarkan sumbernya dapat dibedakan atas dua kelompok, yaitu :
a. Pendapatan Operasional (Operating Revenue)
Operating revenue adalah pendapatan yang diterima perusahaan, yang
berkaitan/berhubungan secara langsung dengan usaha pokok perusahaan tersebut.
Jenis-jenis dari pendapatan operasional antara lain:
 Penjualan (Sales) ialah hasil penjualan barang atau jasa yang menjadi objek
usaha pokok/utama dalam perusahaan. Contoh: pendapatan operasi PT Telkom
yang diperoleh dari jasa telekomunikasi yang diberikan kepada pelanggan
berupa penjualan Kartu Telepon dan lain-lain.Penjualan Sales dapat dibedakan
menjadi :
1. Penjualan bruto (Gross profit) yaitu semua hasil penjualan sebelum dikurangi
dengan berbagai potongan atau pengurangan-pengurangan lainnya.
2. Penjualan bersih (net profit) yaitu penjualan bersih yang sudah diperhitungkan
(dikurangi) dengan berbagai potongan dan pengurangan-pengurangan lainnya.
 Potongan pembelian tunai (purchase discount) ialah pendapatan yang diterima
oleh perusahaan karena pembelian barang secara tunai.
 Penerimaan tambahan dari pembelian (Penerimaan allowance) ialah tambahan
barang (ekstra) yang diterima oleh pihak penjual karena perusahaan membeli
barang-barang dalam jumlah besar.
b. Pendapatan bukan operasional (non operating revenue)
Non operating revenue ialah pendapatan yang diterima oleh perusahaan yang tidak
ada hubungannya secara langsung dengan usaha pokok perusahaan. Jenis-jenis
pendapatan bukan operasional antara lain :
 Normal revenue activities
 Pendapatan Bunga, yaitu bunga yang merupakan penghasilan dan sudah menjadi
hak perusahaan atas jasa yang telah diberikan kepada pihak lain.
 Pendapatan sewa (rent earned), yaitu sewa yang merupakan penghasilan dari
jasa menyewakan harta-harta kepada pihak lain.
 Pendapatan deviden kas (Cash devident earned), yaitu uang yang merupakan
penghasilan dan sudah menjadi hak perusahaan sebagai laba, karena perusahaan
memiliki saham-sahamnya yang dikeluarkan oleh perusahaan-perusahaan lain.
 Non revenue activities, yaitu pendapatan penjualan atau pertukaran yang bukan
barang dagangan yang dikenal dengan istilah Gain. Yang mana gain ini in flow
dari asset.
3. Sifat komponen Pendapatan (Revenue)
Sifat komponen revenue, Revenue diinterpretasikan sebagai:
 Aliran masuk aset bersih yang berasal dari penjualan barang atau Aliran keluar
barang atau jasa dari perusahaan kepada pelanggan
 Produk perusahaan yang dihasilkan dari penciptaan barang atau jasa oleh perusahaan
selama periode waktu tertentu
Secara mendasar terdapat dua pandangan tentang komponen revenue, yaitu:
 Pandangan komprehensif, revenue adalah semua hasil dari aktivitas bisnis dan
investasi.
 Pandangan sempit, revenue hanya memasukkan hasil yang berasal dari aktivitas
penghasil revenue dan mengeluarkan penghasilan investasi dan
keuntungan/kerugian dari pelepasan aset tetap.
4.Pengukuran Pendapatan (Revenue)
Nilai tukar produk atau jasa perusahaan merupakan ukuran terbaik bagi
pendapatan. Nillai tukar ini menunjukan ekuivalen kas atau nilai sekarang dari
pendiskontoan tagihan uang yang akhirnya akan diterima dari transaksi pendapatan..
Di dalam banyak kasus, nilai ini bisa di ekivalen dengan harga yang di sepakati
dalam transaksi dengan pelanggan. Tetapi penyisihan semestinya harus dibuat untuk
waktu menunggu hingga tagihan dibayar. Penjualan kas sebesar Rp. 100,
menghasilkan pendapatan sebesar Rp. 100, tetapi penjualan serupa dengan
pembayaran yang sama setahun kemudian menghasilkan pendapatan kurang dari Rp.
100, karena kita harus mendiskontokan jumlah tersebut. Apabila waktu menunggu
singkat, maka diskonto dapat diabaikan karena tiga alasan pragmatik sebagai berikut:
 Dengan tingkat diskonto yang rendah maka jumlah diskonto akan kecil dan
tidak mempengaruhi total penilaian pendapatan secara material. Misalnya,
tagihan yang akan dibayar dalam waktu 60 hari, maka jumlah diskonto dengan
tingkat 10% per tahun akan kurang dari 2% dari pendapatan.
 Karena bunga diklasifikasikan sebagai bagian dari total pendapatan, maka
pengaruh utama berasal dari pengaruh waktu. Bunga harus dicatat setelah
pencatatan pendapatan yang berasal dari transaksi awal. Akan tetapi, jika
jumlah bunga tidak material, maka pemasukannya dalam pendapatan penjualan
akan berpengaruh kecil terhadap total pendapatan untuk periode itu.
 Klasifikasi pendapatan yang timbul dari saat penantian (bunga) akan hilang dan
dimasukkan dalam klasifikasi pendapatan yang berasal dari penjualan produk
atau jasa.
Kriteria diatas untuk pengukuran pendapatan mengacu pada nilai sekarang dari
uang atau ekivalen uang yang akhirnya akan diterima sebagai hasil proses produksi
atau transaksi pendapatan. Maka jelaslah bahwa seluruh retur, potongan dagang, dan
pengurangan-pengurangan lainnya dari harga yang ditagih harus dikurangkan dari
pendapatan yang berasal dari transaksi tertentu. Perlakuan potongan tunai dan
kerugian akibat dari piutang tak tertagih mungkin tidak begitu jelas. Akan tetapi, hal
ini juga merupakan pengurangan dari harga yang ditagih, walaupun tidak sengaja,
seperti dalam hal kerugian dari piutang ragu-ragu.
5. Timing dari pada Pendapatan (Revenue)
Pendapatan membutuhkan pengetahuan mengenai kepastian bahwa dia dapat
diukur, dan bukan sekedar pengetahuan bahwa nilai tambah sudah terjadi.
Sprouse dan Moonitz mengatakan bahwa “ pendapatan (revenue) harus
diindentifikasikan dengan periode di mana kegiatan ekonomi yang utama untuk
menciptakan dan melemparkan barang dan jasa yang telah diselesaikan, dengan
catatan bahwa pengukuran yang objektif dapat dilakukan.
Istilah “pendapatan (revenue) realization” digunakan dalam pengertian teknis
oleh akuntan untuk membuat aturan-aturan khusus guna menentukan kapan suatu
pendapatan harus dilaporkan. Secara umum konsep realisasi merupakan laporan
pendapatan (revenue) pertukaran yang terjadi, dengan kata lain barang dan jasa telah
ditransfer kepada langganan atau klien sehingga menyebabkan meningkatnya jumlah
kas tuntutan/penagihan atas kas serta aktiva lainnya.
6.Laporan Pendapatan
a.Laporan pendapatan (revenue) selama produksi
Dasar akuntan akrual yang tradisional mengkui pendapatan pada saat dihasilkan
jika pada saat yang sama tagihan terhadap pelanggan atau klien meningkat. Prinsip
ini umumnya berlaku dalam industri jasa. Produk perusahaan terjadi ketika jasa
diberikan. Jumlah tagihan biasanya ditentukan berdasarkan persetujuan atau kontrak
sebelumnya, atau seringkali berdasarkan harga perdagangan yang telah ditetapkan,
walaupun klien atau penyewa tidak dituntut membayar sampai suatu tanggal
kemudian atau setidak-tidaknya samppai sejumlah jasa tertentu telah diberikan.
Beberapa contoh dasar akrual pada saat pelaporan selama produksi:
 Kontrak jangka panjang
Aplikasi kedua yang diterima untuk melaporkan pendapatan selama masa
produksi adalah pengakuan terhadap pendapatan dalam kontrak-kontrak jangka
panjang.
Pertimbangan yang paling penting adalah bahwa harga total kontrak telah
ditentukan terlebih dahulu dan demikian jumlahnya sudah pasti. Kepastian tentang
harga jual sudah ditekan seminim mungkin (hampir tidak ada masalah) dan
ketidakpastian yang berkenaan dengan pengumpulan harga yang sudah ditentukan
tersebut tidaklah besar terutama apabila pihak pembeli adalah unit-unit pemerintah
atau perusahaan-perusahaan besar yang sudah mapan. Prosedur ini mempunyai dua
kesulitan utama, yaitu:
 hal ini mengasumsikan bahwa keuntungan yang diterima perusahaan timbul
karena dikeluarkannya biaya padahal bagian penting dari kontribusi perusahaan
mungkin datangnya dari mana masa perencanaan dimana biaya belum begitu
dikeluarkan.
 Kesulitan yang kedua timbul karena presentasi dihitung dengan menggunakan
biaya total sebagai angka penyebut.
 Pertambahan (accretion)
Pendapatan (revenue) yang berasal dari accretion hanya dapat diakui dengan
perbandingan penilain-penilaian persediaan. Nilai sekarang yang dihitung kembali
sulit untuk ditentukan karena hal tersebut tergantung kepada harapan-harapan
sehubungan dengan harga pasar pada masa yang akan datang. Perkiraan biaya yang
perlu dikeluarkan untuk peningkatan nilai tersebut, biaya-biaya dalam masa panen,
serta biaya-biaya yang harus dikeluarkan untuk memasarkan produk akhir.
Kriteria yang penting adalah adanya kepastian tentang harga jual akhir dari
produk dan biaya-biaya tambahan yang dibutuhkan untuk memungkinkan
pertumbuhan optimal dan persiapan-persiapan untuk melakukan penjualan.
b. laporan pendapatan (revenue) setelah produksi selesai
Pada saat produk diselesaikan, satu dari beberapa ketidakpastian terdahulu yaitu
biaya produksi sekarang dapat dihitung dengan tingkat ketepatan yang wajar. Harga
jual dan biaya tambahan penjualan serta penyerahan masih tetap belum pasti. Akan
tetapi, bila biaya-biaya ini dapat ditaksir cukup tepat, maka pada saat penyelesaian
produksi ini dapat dibenarkan untuk melaporkan pendapatan.
Dari segi pandang ekonomi, nilai bertambah pada semua kegiatan ekonomi
perusahaan, termasuk produksi akan tetapi pelaporan pendapatan pada waktu
penyelesaian produksi tergantung pada tingkat kepastian dimana harga jual dan biaya
tambahan dapat diestimasikan dengan baik.
Dalam beberapa hal laporan pendapatan pada saat penyelesaian proses produksi
diperbolehkan sekalipun produk-produk yang diproduksikan tidak berdasarkan pada
kontrak tertentu. Kriteria utama untuk hal tersebut adalah
 Adanya harga jual yang dapat ditentukan atau harga pasar yang stabil.
 Biaya pemasaran tidak besar.
 Saling pertukaran unit-unit produksi.
Ketidakmampuan dalam menentukan biaya bukanlah merupakan satu alasan yang
logis untuk mengukur pendapatan pada saat penyelesaian produksi. Pertimbangan
pokok adalah pada kemampuan untuk memperoleh pengukuran- pengukuran
pendapatan dan biaya-biaya yang dapat diverifikasikan secara baik dan dapat
dipercaya.
c. Laporan pendapatan pada saat penjualan
Laporan pendapatan pada saat penjualan didasarkan kepada :
 Harga pokok dapat ditetapkan secara pasti.
 Produk yang dijual telah meninggalkan perusahaan dan aktiva-aktiva baru sudah
menggantikan produk tersebut.
 Banyak pihak-pihak yang berkepentingan menganggap bahwa penjualan merupakan
kejadian keuangan yang paling penting dalam kegiatan ekonominya.
 Kebanyakan biaya produksi atau pengadaan barang produksi tersebut telah
dikeluarkan dengan mudah.
d. Laporan pendapatan sesudah penjualan
Penerimaan kas atau antisipasi penerimaan kas adalah signifikan dalam
pengukuran pendapatan tetapi kedua hal tersebut tidaklah penting sekali dalam proses
yang meningkatkan aktiva perusahaan. Namun demikian, apabila salah satu dari
kedua kriteria yang berikut dipenuhi, penundaan pengakuan pendapatan sampai saat
penerimaan tunai memang dapat dibenarkan :
 Apabila tidak mungkin mengukur nilai aktiva yang diterima secara cukup tepat.
 Apabila masih ada biaya-biaya yang material jumlahnya yang masih harus
dikeluarkan dan biaya-biaya ini tidak dapat ditaksirkan jumlahnya secara tepat.
Contoh yang sering dipergunakan untuk membenarkan penundaan pengukuran
pendapatan adalah penjualan dengan cicilan. Tagihan sering diragukan karena pembeli
mempunyai kecendrungan “besar pasak dari tiang”, atau pembeli diluar kesanggupan
untuk membayar.
2.3. Beban (Expenses)
1. Pengertian Beban (Expenses)
Expense juga merupakan “konsep arus” (a flow concept) yang menggambarkan
perubahan-perubahan yang negatif (unfavoroble) dalam sumber perusahaan. Yang
lebih tepat expense dapat dikatakan sebagai pemakaian atau konsumsi barang ddan
jasa dalam proses untuk memperoleh pendapatan.
Tidak jarang terjadi expense didefenisikan dalam pengertian biaya yang habis
digunakan (cost expiration) atau alokasi biaya. Penilaian expense adalah suatu
masalah yang berbeda dengan defenisi expenses. Expenses diukur melalui penilaian
dari jumlah barang atau jasa yang diipakai atau diasumsikan. Pertayaan-pertayaan
sehubungan dengan istilah “extenses”.
Dalam defenisi diatas, hanya perubahan-perubahan negatif (unsavorable) yang
terjadi dalam proses pendapatan saja yang dimasukkan dalam expense.
Potongan-potongan penjualan (sales discont) dan bed debt losses secara
konvensional diperlukan sebagai expenses. Potongan-potongan adalah pengurangan
pendapatan dan bukanya bunga dari dana yang dipinjam.
Asset expiration dan kewajiban-kewajiban yang timbul dengan adanya
transaksi modal tidak boleh dimasukkan sebagai expense tetapi sebagai
pengurangan modal. Tujuan untuk memperoleh pendapatan sangat tidak langsung,
seperti halnya pengeluaran-pengeluaran yang dibutuhkan atas utang-utang atau
kebutuhan untuk menservice utang perusahaan.
Pengklasifikasian expenses kedalam “selling”, “administrative” atau “cost of
good sold” akan berguna untuk maksud-maksud penganalisaan didalam perusahaan
sendiri. Sementara masing-masing klasifikasi dapat menggambarkan pemakaian
barang-barang dan jasa dalam proses operasi perusahaan pada waktu yangberbeda-
beda, tetapi kesemuanya merupakan expense. Cost of good sold merupakan
expenses, sama saja halnya dengan komisi untuk para tenaga penjual.
Pengukuran barang-barang dan jasa-jasa yang dipakai dalam operasi perusahaan
tidak mempunyai solusi yang sederhana. Menurut pendapat pihak-pihak yang
menyatakan bahwa expenses merupakan penurunan aktiva perusahaan, pengukuran
yang logis adalah nilai dari barang-barang dan jasa yang digunakan dalam operasi
perusahaan. Sebaliknya, pihak-pihak yang menekankan pada laporan arus kas
expense diukur dalam pengertian transaksi.
Pengukuran-pengukuran yang umum diginakan dalam expense, adalah:
a. Biaya Historis
Alasan utama penggunaan biaya-biaya historis adalah karena biaya-biaya
tersebut dapat diverifikasi mengingat hal tersebut menggambarkan pengeluaran
perusahaan.
b. Harga yang berlaku sekarang (current price)
Seperti halnya pendapatan, expenses juga harus diukur dengan harga sekarang
dari barang atau jasa yang dipakai. Income yang dihasilkan penjualan
merupakan kelebihan kas atau claim yang akan diterima atas jumlah sumber-
sumber yang dipakai. Jadi, pengukuran expenses dalam harga-harga sekarang
mempunyai keuntungan karena membedakan:
 Income yang dihasilkan dari transaksi, dan
 Gains dan losses yang diakibatkan karena perusahaan memiliki/menahan
terlebih dahulu aktiva sebelum masanya dipakai dalam operasi. Harga
berlaku sekarang dapat menggambarkan baik harga likuidasi saat ini
(penjualan) ataupun biaya-biaya lainnya.
Pembuatan laporan expenses akan ditampakkan dengan mencatat aktivitas-
aktivitas (pemakaian) dalam perkiraan atau memasukkannya kedalam laporan
keuangan. Defenisi sebagai perubahan-perubahan dalam nilai pada umumnya
mengatakan bahwa expenses harus dilaporkan setiap saat terjadinya penurunan nilai
ataupun bilamana tidak ada keuntungan-keuntungan atau nilai-nilai yang jelas akan
diterima pada masa yang akan datang yang berasal dari penggunaan barang dan jasa.
Beberapa timing daripada expenses, yaitu :
a. Konsep Perbandingan (matching concept)
Sebagaimana didefenisikan oleh komite AAA pada tahun 1964, konsep
matching merupakan proses pelaporan beban berdasarkan hubungan sebab akibat
dengan pendapatan yang dilaporkan. Matching yang tepat hanya terjadi apabila
dapat ditemukan kaitan yang wajar antara pendapatan dengan beban. Dengan
demikian timing expenses mengisyaratkan adanya:
 Kaitannya dengan pendapatan, dan
 Dilaporkan dalam periode yang sama dengan laporan pendapatan
b.Perbandingan langsung atau produk
Dalam hal ini pemakaian barang dan jasa dikaitkan dengan produk tertentu
dan produk tersebut kemudian dihubungkan dengan pendapatan pada saat hal
tersebut dilaporkan. Penggunaan barang dan jasa dikaitkan dengan produk tertentu,
dan kemudian produk itu dikaitkan dengan pendapatan pada saat pendapatan
dilaporkan. Penandingan harga pokok produk dengan pendapatan menimbulkan
beberapa masalah yang rumit, yaitu:
 Identifikasi biaya produk
Biaya biaya atas produk yang masih ada dalam perusahaan baik sebagai
barang jadi yang belum terjual ataupun barang-barang setengah jadi harus
dimasukkan sebagai persedian dan simpanan sampai saat terjadinya penjualan atau
melaporkan pendapatan. Biaya-biaya produksi yang secara langsung dikaitkan
dengan produksi produk-produk tertentu. Sedangkan biaya-biaya produksi tidak
langsung merupakan barang-barang dan jasa-jasa yang dipakai dalam proses yang
tidak dapat diidentifikasikan dengan produk tertentu.
 Expenses yang berkaitan langsung dengan pendapatan yang akan datang tetapi tidak
termasuk dalam biaya produk.
Biaya-biaya yang dapat dikaitkan dengan pendapatan pada masa yang akan
datang tidak dapat dibebankan secara langsung kepada produk perusahaan karena
tidak menggambarkan nilai yang ditambahkan kepada produk-produk tertentu.
Biaya-biaya tersebut pada umumnya merupakan biaya-biaya administrasi dan
penjualan yang secara jelas dapat dihubungkan dengan pendapatan masa yang akan
datang. Biaya-biaya lain yang dapat dilanjutkan pembebanannya (carry forward)
pada dasarnya merupakan expense yang dibayar dimuka atau terlebih dahulu (repaid
exponses).
 Beban langsung yang timbul sesudah pendapatan dilaporkan
Kadang-kadang beban langsung akan terjadi sesudah pelaporan pendapatan yang
berkaitan.bilamana pendapatan dilaporkan terlebih dahulu sebelum pengiriman
terakhir barng-barang yang dijual maka akan sangat mungkin ada biaya-biaya
tambahan untuk penjualan dan pengiriman barang tersebut. Dimana dalam hal
seperti ini mana mungkin pantas untuk mencatat jumlah pendapatan sebesar harga
penjualan dikurangi dengan biaya-biaya tambahan yang diperkirakan.
c. Pembanding langsung atau pembanding disuatu periode
Laporan expenses dalam periode dimana barang dan jasa dipakai dalam proses
produksi adalah suatu proses matching pengukuran barang dan jasa dengan periode
pemakaiannya, hal ini merupakan laporan barang dan jasa dalam periode dimana
mereka diperoleh atau dibayar.
Hal-hal berikut ini sering kali digunakan sebagai justifikasi untuk pembandingan tak
langsung:
 Banyak expense periode secara tidak langsung dikaitkan dengan pendapatan yang
dihasilkan pada periode berjalan, jadi tidak ada penyimpangan yang material dari
prinsip matching apabila expense dilaporkan pada saat barang atau jasa dipakai
diproses produksi.
 Dalam banyak hal, tidak dapat ditemukan kaitan antara expense dengan
pendapatan, tetapi apabila expense diperlukan untuk keseluruhan proses produksi,
maka ini berarti bahwa expense tersebut harus dibebankan kepada periode
berjalan.
Langkah-langkah dalam proses membebankan expense kedalam suatu periode:
 Penentuan saat terjadinya ekspirasi barang dan jasa
 Mengklasifikasikan expense menurut aktivitas utama perusahaan.
2. Konsep Alokasi
Dalam bidang akuntansi, alokasi adalah suatu proses pembagian sekumpulan
atau sejumlah penilaian dan membebankan hasil-hasil yang diperoleh kedalam
klasifikasi atau periode yang terpisah.
Athur L. Thomas dalam tulisannya “The Allocation Problem in Financial
Accounting Theory” mengatakan bahwa untuk dijustifikasi secara teoritis, maka
alokasi harus dapat memenuhi tiga kriteria yaitu:
 Defensibility (dapat ditambahkan)
 Unambiguity (tidak membingungkan)
 Defensibity (dapat dipertahankan)

2.4. Gain
Gains merupakan kejadian yang menguntungkan, yang tidak berkaitan langsung
dengan kegiatan normal perusahaan yang menghasilkan pendapatan.
Hadiah (gains) yang diberikan kepada perusahaan dapat diklasifikasikan baik
sebagai kapital/modal maupun income, tergantung kepada maksud sipemberi serta
suasana yang menyertai pemberian tersebut. Sebagian besar gains yang lain dihasilkan
dari adanya pertukaran sehingga dengan demikian dibutuhkan matching antara aspek-
aspek positif dari pertukaran tersebut.
Pemberian harus diukur seperti pendapatan yaitu menurut nilai berjalan (nilai saat
ini) dari aktiva yang diterima. Pengukuran aspek yang menguntungkan serupa dengan
pengukuran pendapatan yaitu menurut nilai saat ini dari aktiva yang diterima atau
diakui berdasarkan nilai saat ini dari pengurangan hutang. Aspek yang tidak
menguntungkan harus diukur sama dengan beban yaitu menurut nilai barang dan jasa
yang digunakan atau dipertukarkan dalam transaksi.
Pada dasarnya, keengganan para akuntan mencatat kenaikan nilai berpangkal pada
dua sumber:

 Pertambahan nilai bersifat tidak pasti dan sementara

 Peningkatan nilai tidaklah menambah sumber-sumber likuid yang dapat


digunakan untuk membayar deviden.
2.5. Losses
Istilah “loss” digunakan oleh akuntan untuk menggambarkan kelebihan expenses
atau pendapatan dalam satu periode, jadi hal ini merupakan kebalikan dari income,
tetapi disisni pengertian tersebut dipergunakan sebagai lawan dari pengertian gains.
Bagian terpenting dari pengertian losses adalah bahwa hal tersebut
menggambarkan habisnya nilai yang tidak berhubungan dengan operasi-operasi
normal perusahaan disetiap periode. Pengukuran losses sama dengan pengukuran
expense kecuali semua jumlah penghasilan harus dikurangi secara langsung untuk
menunjukkan jumlah bersih dari kerugian itu.
Kriteria pengakuan kerugian sama dengan kriteria pengakuan beban periode.
Kerugian tidak dapat ditandingkan dengan pendapatan,sehingga harus diakui pada
periode di mana kerugian itu cukup pasti bahwa aktiva tertentu akan memberikan
manfaat yang lebih sedikit bagi perusahaan dibandingkan dengan yang dinyatakan
oleh nilai yang tercatat.
2.6. Bentuk Penyajian Laba Rugi
1. All Inclusive Income Dan Normal Operating
Perbedaan pendapat mengenai apakah suatu pos disajikan dalam laporan laba
rugi atau dalam laporan laba ditahan membedakan penyajian laporan laba rugi
menjadi:
a. Normal operating income
Berpendapat bahwa yang dicantumkan dalam laporan laba rugi hanyalah
pendapatan yang berasal dari kegiatan normal sedangkan pos yang berasal dari
kegiatan yang tidak biasa dicantumkan saja dalam laporan laba ditahan. Sehingga
laba di bottom line adalah laba normal.
b. All inclusive income
Berpendapat bahwa semua income yang berasal dari kegiatan normal dan
kegiatan insidentil dicantumkan dalam laporan laba rugi dan hasil akhirnya saja
yang dilaporkan ke laporan laba ditahan.
2. Single Step Dan Multiple Step
a. Single step
Di dalam laporan Laba/Rugi bentuk Single Step, semua Pendapatan
dikelompokkan tersendiri di bagian atas dan dijumlahkan, kemudian semua beban
dikelompokkan tersendiri di bagian bawah dan dijumlahkan. Artinya jumlah
pendapatan dikurangi jumlah beban, selisihnya merupakan laba bersih atau rugi
bersih.
Jadi: Pendapatan Jasa – Beban2 = Laba/Rugi
Contoh Formatnya:

b. Multiple step
Di dalam laporan Laba/Rugi bentuk Multiple Step, Pendapatan dibedakan
menjadi pendapatan usaha dan pendapatan lain-lain, demikian halnya dengan beban
dibedakan menjadi beban usaha dan beban lain-lain. Pendapatan dan beban di sajikan
pertama kemudian pendapatn dan beban lain-lain disajikan kemudian.
Format bentuk Multiple Step:
2.7. Income Smoothing
Income Smoothing adalah bentuk manajemen pendapatan yang merefleksikan
akibat atau hasil ekonomi, bukan karena hasil-hasil tersebut, melainkan karena
manajemen menghasilkan kualitas laba atau keuntungan yang lebih rendah karena
pendapatan tidak menggambarkan kinerja ekonomi suatu bisnis selama periode tertentu.
Income Smoothing tidak tergantung pada kecurangan dan distorsi atau perubahan,
melainkan pada peluang yang muncul dalam alternatif prinsip-prinsip akuntansi transaksi
yang diterima dan penyebarannya.
Teori Efficiency Market Hypothesis(EMH) menyebutkan bahwa laporan
keuangan dapat mempengaruhi pasar modal. Ini menunjukkan betapa pentingnya
peranan laporan keuangan. Karena pentingnya laporan keuangan ini di masyarakat barat
khususnya, maka menunjang manajemen melakukan hal-hal yang mengubah laporan
laba rugi untuk kepentingan pribadinya, seperti mempertahankan jabatan atau
mendapatkan bonus yang tinggi. Biasanya laba yang stabil di mana tidak banyak
fluktuasi atau variancedari suatu periode lain dinilai sebagai prestasi baik. Upaya
menstabilkan laba ini disebut income smoothing.
Income Smoothing biasanya dilakukan dengan berbagai cara yaitu :
a. Mengatur waktu kejadian transaksi.
b. memilih prinsip atau metode alokasi.
c. mengatur penggolongan antara laba operasi normal dan laba yang bukan dari modal
normal.
Tidak semua negara menganggap Income Smoothing ini merupakan pekerjaan
haram. Swedia misalnya membenarkan perlakuan ini sepanjang dibuat secara transparan
dan memang pada hakikatnya hasilnya sama dalam jangka panjang.
2.8. Perubahan Akuntansi
Perubahan prinsip akuntansi bukan hanya mempengaruhi laba rugi periode
berjalan, tetapi juga periode yang lalu.Perubahan ini ada 3 yaitu :
1. Perubahan dalam Prinsip Akuntansi.
Perubahan ini timbul dari penerapan prinsip akuntansi yang baru yang berbeda
dari prinsip yang dianut sebelumnya,
2. Perubahan dalam Taksiran.
Dalam akuntansi kita sering melakukan taksiran, misalnya taksiran umur dan
taksiran deposit barang tambang setelah beberapa lama kita mendapat informasi
yang baru sehingga merubah taksiran yang lama disebut perubahan taksiran
dalam akuntansi.
3. Perubahan dalam Laporan Entitas.
Perubahan ini terjadi sebagai akibat dari perubahan yang materiil terjadi dalam
entitas yang sebelumnya dilaporkan melalui laporan keuangan.
PSAK memberi pedoman terhadap perubahan akuntansi ini sbb :
 Pengaruh kumulatif dari perubahan ke prinsip akuntansi yang baru dilaporkan dalam
perhitungan laba rugi periode berjalan, dan disajikan diantara pos biasa dan laba
bersih.
 Untuk perubahan penilaian persediaan dari atau ke metode LIFO di mana pengaruh
kumulatif umumnya sulit ditentukan.
 Laporan keuangan harus dinyatakan kembali secara retroaktif untuk perubahan
berikut ini :
a. Perubahan dalam periode akkuntansi untuk kontrak pembangunan jangka panjang.
b. Perubahan ke atau dari metode biaya penuh dalam industri ekstraktif.
 Sifat dan alasan dilakukan perubahan dalam kebijakan akuntansi harus diungkapkan
dalam catatan atas laporan kuangan periode terjadinya perubahan.
BAB III
PENUTUP
2.1. Kesimpulan
Laporan Laba-Rugi adalah suatu bentuk laporan keuangan yang menyajikan
informasi hasil usaha perusahaan yang isinya terdiri dari pendapatan usaha dan beban
usaha untuk satu periode akuntansi tertentu.
Untuk membuat laporan laba rugi kita harus mengetahui tentang pengertian
laporannya. Laporan laba rugi adalah suatu laporan yang sistematis tentang
penghasilan, beban/biaya, rugi-laba yang diperoleh oleh suatu perusahaan selama
periode tertentu. Yang kita dapatkan dalam laporan ini dimana dalam laporan ini
menggambarkan mengenai kemampuan perusahaan dalam menghasilkan rugi-laba
dalam suatu periode tertentu
2.2. Saran

Anda mungkin juga menyukai