Internal KUsta
Internal KUsta
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Penyakit kusta merupakan masalah kesehatan yang terjadi di masyarakat,
menyebabkan terjadinya kecacatan sehingga mengurangi produktifitas pada
SDM, mengurangi dan menghilangkan stigma di masyarakat agar pasien kusta
jangan di kucilkan.
Program pemberantasan penyakit menular bertujuan untuk mencegah
terjadinya penyakit, menurunkan angka kesakitan dan angka kematian serta
mencegah akibat buruk lebih lanjut sehingga memungkinkan tidak lagi menjadi
masalah kesehatan masyarakat.
Penyakit kusta adalah salah satu penyakit menular yang masih merupakan
masalah nasional kesehatan masyarakat, dimana beberapa daerah di Indonesia
prevalens rate masih tinggi dan permasalahan yang ditimbulkan sangat komplek.
Masalah yang dimaksud bukan saja dari segi medis tetapi meluas sampai
masalah sosial ekonomi, budaya, keamanan dan ketahanan sosial.
Dalam keadaan ini warga masyarakat berupaya menghindari penderita.
Sebagai akibat dari masalah-masalah tersebut akan mempunyai efek atau
pengaruh terhadap kehidupan bangsa dan negara, karena masalah-masalah
tersebut dapat mengakibatkan penderita kusta menjadi tuna sosial, tuna wisma,
tuna karya dan ada kemungkinan mengarah untuk melakukan kejahatan atau
gangguan di lingkungan masyarakat.
Di perkirakan jumlah kasus baru penemuan kasusnya per tahun stabil di
atas nilai 5 per 100.000 penduduk. Dan tahun 2005 didunia 296.499. julah di
indonesia tahun 2010 17.012.
Penderita kusta sebagian besar kelompok usia kerja produktif, kelompok
ekonomi lemah dan pendidikan lemah.
2. Tujuan Khusus
a. Tercapainya angka kesembuhan dari semua penderita baru yang di
temukan.
b. Tercapainya cakupan penemuan penderita kusta secara bertahap
c. Menemukan secara dini kusta sehingga mencegah terjadinya kecacatan
C. Sasaran Pedoman
1. Lintas Program
2. Rawat Jalan
3. Pembina Desa / Polindes
4. Perawat Puskesmas Pembantu
E. Batasan Operasional
Upaya pencegahan dan pengendalian penyakit kusta UPT Puskesmas Kelir
adalah setiap kegiatan untuk pengendalian atau pemutusan mata rantai
penularan melalui penemuan penderita, pengobatan, rehabitasi dan kelompok
perawatan diri.
BAB II
STANDAR KETENAGAAN
A. Kualifikasi SDM
Dalam melakukan kegiatan P2M Kusta petugas diharapkan minimal mempunyai
kualifikasi dan kompetensi sebagai berikut:
1. Kualifikasi tenaga
Latar belakang pendidikan minimal adalah lulusan diploma III serta memiliki
ijin memberikan pelayanan sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
2. Kompetensi tenaga
Kompetensi yang harus dimiliki yaitu:
B. Distribusi Ketenagaan
Kepala puskesmas merupakan penanggung jawab kegiatan P2 Kusta di
Puskesmas. Agar pelaksanaan dapat diselenggarakan secara optimal, maka di
setiap Puskesmas ditetapkan adanya :
C. Jadwal Kegiatan
Jadwal k egiatan program P2 Kusta UPT Puskesmas Kelir dapat dilihat pada tabel di
bawah ini :
NO KEGIATAN JADWAL TEMPAT PELAKSANA KET
1. Pemeriksaan Januari sd Rumah pasien Dokter
kontak kasus desember ,perawat ,bidan
kusta baru
A. Denah Ruangan
A. Lingkup Kegiatan
Adapun lingkup kegiatan upaya pencegahan dan penatalaksanaan penyakit
Kusta di UPTD Puskesmas Kelir dilaksanakan setiap ditemukannya Susp. Kusta
(Penderita Baru) maupun penderita sebelumnya.
B. Langkah Kegiatan
1. Anamnesis.
Nama, alamat, daerah asal
Riwayat tanda-tanda kulit / saraf yang dicurigai
Riwayat penyakit yang pernah diderita
Riwayat penyakit dalam keluarga
Riwayat pengobatan maupun alergi terhadap obat-obatan tertentu
2. Pemeriksaan klinis.
1) Kulit
Pemeriksaan Pandang
Pemeriksaan dilakukan dengan melihat dan memperhatikan
keadaan kulit dari kepala sampai kaki, dari depan dan belakang
penderita.
Catat / gambar semua kelainan pada kulit yang ditemukan.
Pemeriksaan Rasa Raba
Periksa rasa raba pada kelainan kulit untuk mengetahui hilang/
kurangnya rasa (dengan menggunakan kapas yang diruncingkan
ujungnya) secara tegak lurus pada kelainan kulit yang dicurigai.
Kelainan kulit diperiksa secara bergantian dengan kulit yang normal
disekitarnya untuk mengetahui ada tidaknya anestesi.
3. Saraf tepi
a. Perabaan (Palpasi) Saraf
Perabaan dengan tekanan ringan sehingga tidak menyakiti penderita
Perhatikan adanya penebalan / pembesaran.
Saraf kiri dan kanan sama besar atau berbeda.
Ada nyeri atau tidak (dengan melihat mimik penderita)
b. Pemeriksaan Gangguan Fungsi Saraf
1. Mata
Periksa adanya lagopthalmus pada mata
2. Tangan
Periksa adanya mati rasa pada telapak tangan kanan dan kiri.
Periksa kekuatan pada jari kelingking, ibu jari dan pergelangan
tangan kanan dan kiri
3. Kaki
Periksa adanya mati rasa pada telapak kaki kanan dan kiri.
Periksa kekuatan pada pergelangan kaki kanan dan kiri.
4. Pengobatan
Pengobatan dengan menggunakan regimen MDT
1. MDT PB (6 blister untuk 6 – 9 bulan)
Hari pertama (diminum didepan petugas):
Rifampisin 600 mg
Dapsone (DDS) 100 mg
Hari ke 2 – 28 (dibawa pulang):
1 tablet dapsone (DDS) 100 mg
2. MDT MB (12 blister untuk 12 – 18 bulan)
Hari pertama (diminum didepan petugas):
Rifampisin 600 mg
Dapsone (DDS) 100 mg
Clofazimine /Lamprene 300 mg
Hari ke 2 – 28 (dibawa pulang):
Dapsone (DDS) 100 mg
Clofazimine /Lamprene 50 mg
Dosis untuk anak:
Rifampisin : 10-15 mg/kg BB
Dapsone (DDS) : 1-2 mg/kg BB
Clofazimine : 1 mg/kg BB
Pengambilan Obat
Pada saat penderita datang untuk mengambil obat, lakukan:
a. Anamnesis tentang kondisi penderita
b. Pemeriksaan fungsi saraf mulai dari mata, tangan dan kaki
c. Catat hasil pemeriksaan pada buku penderita
d. Obat diminum didepan petugas untuk hari pertama sesuai tipe kusta
Reaksi Kusta
a. Reaksi Ringan
Berobat jalan, istirahat dirumah
Pemberian analgetik/antipiretik
MDT tetap diminum (bila masih dalam pengobatan)
Mencari dan menghilangkan faktor pencetus
b. Reaksi Berat
Immobilisasi lokal/istirahat di rumah
Pemberian analgesik/sedatif
Pemberian prednison sesuai skema (tappering off)
MDT tetap diminum (bila masih dalam pengobatan)
Mencari dan menghilangkan faktor pencetus
C. Metode
1. Kegiatan dalam gedung
a. Penyebarani nformasi melalui media poster, leaflet yang mudah dilihat
pengunjung.
b. Melakukan pemeriksaan dan tatalaksana penderita Kusta
c. Melakukan rujukan kasus yang tidak bisa ditangani di Puskesmas
d. Pengambilan obat dan pengawasan menelan obat MDT (awal bulan)
e. Penanganan pasien reaksi
f. Pelayanan konseling
g. Membuat pencatatan dan pelaporan kegiatan
2. Kegiatan luar gedung
a. Melakukan pencarian kasus penderita secara aktif (pelacakan kasus)
b. Melakukan kunjungan rumah
c. Pemeriksaan kontak penderita kusta
d. Penyuluhan kepada masyarakat melalui kegiatan yang ada di desa/
kelurahan setempat
e. Melakukan koordinasi lintas sektor dan tokoh masyarakat dalam rangka
pencegahan dan pengendalian penyakit kusta
f. Membuat pencatatan dan pelaporan kegiatan
Cara melakukan kegiatan program P2P Kusta adalah sesuai dengan PKP
Puskesmas Kelir. Adapun macam kegiatannya adalah sebagai berikut:
1) Kegiatan Penyuluhan
Kegiatan untuk menyampaikan informasi atau pengetahuan secara luas
kepada pasien guna menanamkan sikap dan perilaku sesuai dengan
informasi yang diberikan. Waktu kegiatan sesuai dengan jadwal yang
ditetapkan oleh Pelaksana Program Kusta.
2) Pemeriksaan kontak serumah
Pemeriksaan ditujukan pada semua anggota keluarga yang tinggal serumah
dengan penderita. Pemeriksaan ini dilakukan sekali setiap tahun.
3) Pemeriksaan/skreening
Pemeriksaan anak sekolah TK/SD dengan tujuan untuk mendapatkan kasus
baru secara. Pemeriksaan anak sekolah dilaksanakan terintegrasi dengan
pelaksanaan UKS, sekali dalam setahun.
4) Rapid Village Survey (RVS)
Kegiatan ini dilaksanakan sesuai dengan kebutuhan daerah, bertujuan untuk
mencari penderita baru dalam lingkup kecil dan membina partisipasi
masyarakat.
5) KPD (Kelompok Perawatan Diri) Kusta
Nama KPD kusta di puskesmas Kelir adalah “RUKUN SEHAT”. Kegiatan
dilaksanakan setiap hari Kamis Paing (Penanggalan Jawa yaitu 35 hari).
BAB V
LOGISTIK
Untuk menjamin keselamatan sasaran P2P Kusta harus dengan berpedoman pada:
a. Dasar hukum pelaksanaan kegiatan
b. Kebijakan internal Puskesmas
c. Standar operasional Prosedur (SOP) setiap bagian
d. Kerangka Acuan Kegiatan (KAK) setiap kegiatan
Adapun sasaran keselamatan pasien yang ada di UPT Puskesmas Kelir adalah:
a. Tidak terjadinya kesalahan identifikasi pasien
b. Terlaksananya komunikasi yang efektif dam pelayanan klinis
c. Tidak terjadinya kesalahan pemberian obat
d. Tidak terjadinya kesalahan prosedur tindakan medis dan keperawatan
e. Pengurangan terjadinya resiko infeksi di Puskesmas
f. Tidak terjadinya pasien jatuh
BAB VII
KESELAMATAN KERJA
.
BAB IX
PENUTUP
Mengetahui,
Kepala UPTD Puskesmas Kelir Koordinator Program P2 Kusta