Anda di halaman 1dari 19

Modul 4.

PEMBELAJARAN PERMAINAN

Pembelajaran merupakan suatu peristiwa interaksi antara dua pihak; satu pihak ada yang

bertindak sebagai pemberi pengajaran dan satu pihak lagi sebagai yang menerima pengajaran,

oleh sebab itu maka terjadilah proses interaksi edukatif. Adapun ciri – ciri proses interaksi

edukatif yang diungkapkan oleh Winarmo Surachmad ( 1976 : 14 ), yaitu :

a. Ada bahan yang menjadi isi proses

b. Ada tujuan yang jelas yang akan dicapai

c. Ada pelajar yang aktif mengalami

d. Ada guru yang melaksanakan

e. Ada metode tertentu untuk mencapai tujuan

f. Proses interaksi tersebut berlangsung dalam ikatan situasional

Untuk mendapat hasil maksimal seorang guru harus memahami dasar interaksi edukatif

seperti berikut :

A. Tujuan

Tujuan pendidikan harus sejalur dengan filsafat negara, seorang guru bisa mendekati

masalah ini dengan membuat kategorisasi tujuan. Jadi seorang guru harus dapat membuat

kategori untuk tujuan yang akan dicapai dalam pendidikan dari tujuan nasional sampai

tujuan khusus, tujuan umum dan nasional telah tercantum dalam GBPP, sedangkan tujuan

khusus harus diuat boleh guru yang bersangkutan tapi harus mengacu pada ABCD (

Audience = penerima, murid; Behaviour = kelakuan; Condition = syarat; Degree = derajat,

tingkat ), tapi tetap ingat pada tujuan penjas dan peranan permainan dalam pencapaian

tujuan penjas.
B. Bahan

Pada suatu proses pembelajaran pasti ada bahan yang disampaikan oleh seorang

guru, dan diterima oleh para peserta didik, bahan itu merupakan bagian – bagian dari

permainan. Pada hakikatnya, mengajar permainan ialah mengajar keterampilan gerak

(motor skill) permainan itu. Dalam hal ini, guru dituntut untuk dapat membagi – bagi

permaianan dalam bagian terkecil, tetapi bermakna untuk kebulatan suatu permainan,

karena permainan merupakan situasi yang menyebabkan anak untuk bergerak secara

spontan.

Berdasarkan hal tersebut, maka harus diperhatikan pula teknik apa yang ada di dalamnya

dan unsur jasmani apa yang mendukungnya.. Disamping itu, seorang guru pendidikan jasmani

harus mengetahui kemapuan gerak yang bagaimana yang perlu ditingkatkan bagi anak – anak

untuk tiap tahap perkembangannya, karena berat ringannya suatu pelajaran bermain yang harus

dilakukan oleh anak sangat tergantung pada keadaan dan kemampuan jasmani pada tiap tahap

pertumbuhan dan perkembangan anak. Menurut Adams ( 1988:3-4 ) dan Matakupan ( 1991: 29-

30 ), gerak bagi anak mempunyai arti sebagai berikut :

 Hidup

Gerakan anak bukan hanya kepentingan hidupnya sendiri, tetapi juga untuk

kelengkapan hidupnya, mengadakan hubungan dengan semua benda yang bergerak lainnya.

Kugel ( Matakupan :30 ), pertama – pertama anak kecil menghubungkan hidupnya dengan

aktivitas dengan gerak spontan, dengan tumbuh – tumbuhan dan binatang, dan pada

akhirnya dengan manusia.

 Menemui diri

Mulai dari awal kekaguman nya terhadap fungsigerak yang instigtif sampai kepada

keterbatasannya pad aketerampilan olahraga yang kadang kala menjemukan dan

menyakitkan. Melalui kinestetik anak belajar bagaimana merasakan gerakan dan umpan

balik dari setiap gerakan yang memberikan isyarat – isyarat yang biasanya digunakan untuk
perkembangan gerak, dan selanjutnya dari pola – pola dorongan diri sendiri yang lebih

rumit sampai kepada menemukan susunan organisme yang meragukan.

 Penemuan lingkungan

Menemukan dan melewati batas – batas hak dan milik orang lain, dimana dilakukan

dengan cara – cara penyesuaian diri.

 Kebebasan

Bebas dari hambatan – hambatan keterbatasan jasmani, dan bebas untuk

mengembangkan diri melalui ekspresi jasmani yang kreatif.

 Keamanan

Dalam hal – hal yang sangat mendasar, gerakan mempunyai nilai mempertahankan

hidup. Misalnya menghindari situasi – situasi yang berbahaya dengan melakukan gerakan –

gerakan cepat, tepat waktu, tepat arah, sebagai alat pencegah maupun alat perlawanan.

 Hubungan

Gerakan tubuh baginya adalah bahasa, dimana anak akan mengungkapkan gagasan –

gagasan ataupun perasaan – perasaan dan keinginannya.

 Kegembiraan

Dengan gerakan – gerakan yang berhasil, anak akan menikmati rasa gembira yang

dinyatakan di dalam ungkapan perilaku.

 Unggul, ritmik, dan anggun

Bila merasa unggul dalam gerakan tertentu maka akan mendorong untuk lebih

berinisiatif, dan sebaliknya jika tidak unggul, maka akan menjadi pasif dan rendah diri;

ritmik artinya dapat menyesuaikan diri dengan gerakan gerakan yang bersifat ritmik; dan

anggun artinya akan merasakan suatu kebanggan tersendiri bila dapat menguasai gerakan

tertentu dengan berhasil dan cepat.


C. Peserta Didik

Karakteristik peserta didik itu berbeda – beda berdasarkan tingkatan yakni tingkat

SD, SLTP, dan SMA, jika kita mempelajari karakteristik Peserta didik tingkat SD maka

akan kita ketahui bahwa karakteristik anak SD terbagi dalam tiga tahap pertumbuhan dan

perkembangan, dari sini kita bisa mengetahui pertumbuhan dan perkembangan mengenai

perkembangan jasmani dan sosial anak, dari data ini bisa kita berikan pembelajaran yang

tepat bagi peserta didik agar mencapai tujuan yang diinginkan.

D. Guru Pendidikan Jasmani.

Persyaratan guru pendidikan jasmani menurut seorang guru pendidikan jasmani

ialah.:

- Memahami pengetahuan penjas dan kesehatan sekolah

- Memahami karakteristik anak sekolah dasar

- Mampu membangkitkan dan memberikan kesempatan bagi anak SD untuk berkreasi dan

aktif agar dia mengetahui potensi dirinya.

- Mampu membimbing dan mengembangkan ank SD dalam proses pembelajaran untuk

mencapai tujuan pendidikan jasmani

- Mampu merencanakan, melaksanakan, mengendalikan dan menilai.

- Memiliki pemahaman dan penguasaan keterampilan gerak

- Memiliki pemahaman tentang unsur – unsur kondisi jasmani.

- Memiliki keampuan untuk menciptakan, mengembangkan dan memanfaatkan linkungan

yang sehat dalam upaya mencapai tujuan penjas.

- Memiliki kemamp[uan mengidentifikasi potensi murid dalam dunia olahraga

- Memiliki kemampuan untuk menyalurkan hobinya dalam olahraga.

Beberapa syarat untuk menjadi guru pendidikan jasmani dan kesehatan seperti di atas

diantaranya:
a. Sehat Jasmani

b. Berpenampilan menarik

c. Tidak gagap

d. Tidak buta warna

e. Intelegen

f. Enerfik dan berpenampilan motorik

E. Situasi.

Situasi ini biasanya muncul secara spontan dalam kegembiraan suatu permainan

yang dibatasi oleh peraturan yang di buat oleh guru atau yang sudah ada sejak dulu.

F. Metode atau Model

Metode mengajar merupakan aspek yang penting dalam proses belajar mengajar.

Metode mengajar pada hakekatnya adalah cara guru memberikan bimbingan serta

pengalaman belajar yang telah disusun secara teratur kepada siswa. Mengajar permainan

pada hakekatnya ialah mengajar keterampilan gerak ( motor skill ) permainan itu. Pada

dasarnya mengajarkan kemampuan gerak dalam permainan dapat dilakukan dengan jalan

memberikan penjelasan dan setelah itu mereka harus melakukannya dengan sungguh –

sungguh dan dengan ulangan yang cukup banyak. Kesalahan – kesalahan yang terjadi harus

segera dibetulkan, karena kesalahan yang sudah menjadi kebiasaan sulit untuk diperbaiki.

Ada beberapa metode yang dapat digunakan dalam proses pembelajran permainan, yaitu :

a. Metode Keseluruhan ( Whole Method )

Pada metode ini, anak langsung disuruh bermain. Kelemahan dari metode ini adalah,

tidak diberikannya latihan teknik secara khusus, sehingga teknik bermain sulit untuk
dikuasai dan belum dikuasainya teknik bermain akan menyebabkan permainan kurang

lancar.

b. Metode Bagian ( Part Method )

Dalam metode ini, anak diharuskan mempelajari semua unsure – unsure atau teknik

– teknik bermain terlebih dahulu, setelah anak tersebut sudah dapat menguasainya barulah

anak itu diperbolehkan bermain. Adapun kelemahan dari metode ini adalah : hasrat anak

untuk bermain tidak dipenuhi, sehingga dapat mengurangi rasa senang anak – anak untuk

mengikuti pelajran olahraga.

c. Metode Bagian – Keseluruhan ( Part – Whole Methode )

Metode ini merupakan metode gabungna dari metode keseluruhan dan metode

bagian.

d. Perubahan dari Metode ke Model Pembelajaran

Seiring perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang terus melaju pesat, maka

dalam proses pembelajaran pendidikan jasmani di sekolah telah terjadi suatu inovasi

khususnya dalam hal pengajaran; yaitu terjadi perubahan dari metode ke model

pembelajaran. Pengertian model dalam konteks pembelajaran pendidikan jasmani adalah

menurut sistem swedia menirukan gerakan yang di contohkan gurunya. Model adalah suatu

abstraksi dari dunia nyata yang disederhanakan sehingga hanya parameter-parameter yang

penting saja yang muncul dalam bentuknya. Menurut Horton (1972: 182) dalam

Metzler(2000) sebagai berikut:

Sebuah model adalah pencerminan atau abstraksi dari sebuah objek, proses, peristiwa,

situasi atau sistem. Secara lebih luas, sebuah model adalah sesuatu yang mengungkap dan
menjelaskan tentang hubungan dari berbagai komponen, aksi dan reaksi, serta sebab dan

akibat.

Model hanyalah merupakan perkiraan dari kenyataan yang sebenarnya. Kita tidak

mungkin mampu membikin model yang benar-benar sama dengan realitas sesungguhnya.

Tiap model pembelajaran dapat dipandang sebagai perencanaan bagi guru dalam

mendesain dan menerapkan pembelajaran. Perencanaan ini membantu guru untuk membuat

suatu keputusan yang sama ketika menggunakan suatu model.

Menurut Siedentop, Model Pendidikan Olahraaga mempunyai implikasi kuat untuk

kurikulum, maka dari itu menghadirkan suatu rangkap- yang berfungsi sebagai model.

Implikasi yang paling menyolok mata adalah olahraga itu menjadi pusat pengaturan untuk

program pendidikan jasmani: semua hal yang diajar dan ter/dipelajari terpenuhi dalam

konteks format olahraga yang sesuai. Sebagai suatu intervi model," tujuan terbaik dicapai

melalui kombinasi, kecil kerjasama- kerja kelompok, dan mengamati mengajarkan..."(

Siedentop, 1998 p.18), yang dirancang di dalam suatu pendekatan menyeluruh kepada

pengajaran dan pelajaran olahraga.

Melainkan, dirancang untuk mengajarkan konsep dan melakukan olahraga, banyak yang

lebih luas yang ter/memasukkan: keanggotaan regu, kewajaran, etiket, tradisi, penghargaan,

strategi, nilai-nilai, struktur, dan tentang kursus pergerakan yang tidak bisa dipisahkan dari

pola itu menjadi bagian dari bentuk olahraga yang tercakup di program pendidikan jasmani

Siedentop ( 1994) mengutip 3 masukan utama untuk Model Pendidikan Olahraga: untuk

dikembangkan , terpelajar, dan orang olahraga yang bergairah ( p.4).

Suatu olahraga berkompeten mempunyai ketrampilan yang cukup untuk mengambil

bagian di dalam permainan dengan memuaskan, memahami dan dapat melaksanakan

strategi yang sesuai kepada kompleksitas permainan.


Suatu orang olahraga yang terpelajar memahami dan menilai aturan, upacara agama, dan

tradisi olahraga dan membedakan antara praktek olahraga yang baik dan buruk, apakah di

dalam olahraga anak-anak atau olahraga yang profesional.

Suatu orang olahraga bergairah mengambil bagian dan bertindak dalam cara-cara seperti

cagar alam, melindungilah, dan meningkatkan kultur olahraga, apakah ini merupakan

suatu kultur olahraga masa muda/kaum muda lokal atau suatu kultur olahraga yang

nasional. Sebagai anggota dari kelompok olahraga, penggemar mengambil bagian di

dalam olahraga yang untuk mengembangkan lebih lanjut di tingkatan lokal, nasional, atau

tingkatan internasional

. Joyce Dan Weil ( 1980 ) menggambarkan suatu model pembelajaran sebagai "suatu rencana

atau pola yang dapat digunakan untuk bentuk kurikulum dalam pengajaran jangka panjang,

untuk mendisain materi pembelajaran, dan untuk memandu instruksi dalam kelas."

Metoda, Strategi, Gaya, dan model berbeda satu sama lain. Suatu metoda, strategi, atau gaya

secara khas digunakan dalam aktivitas mengajar jangka pendek, kemudian berpindah kepada

metode, gaya, atau strategi yang lain. Sedangkan suatu model dirancang untuk digunakan dalam

suatu keseluruhan unit ipembelajaran dan meliputi semua perencanaan, desain implementasi,

dan penilaian yang berfungsi untuk unit itu. Dan bisa meliputi berbagai metoda, strategi, atau

gaya mengajar di dalam unit tersebut.

Model pengajaran mempunyai dasar teoritis kuat, dan telah menjadi banyak obyek riset dalam

implementasi dan pengembangannya. Setiap sekolah pada umumnya telah memastikan bahwa

model dapat digunakan secara efektif dan efisien dalam mencapai tujuan yang sekolah

harapkan. Kebanyakan model pengajaran pada awalnya dikembangkan untuk digunakan di

kelas. Beberapa model, seperti yang diperkenalkan dalam buku ini, menunjukkan harapan besar

dapat menghasilkan isi program pendidikan jasmani.

Model merupakan perencanaan yang disatukan dalam suatu materi pembelajaran pendidikan

jasmani dan berbeda dengan metoda, strategi dan gaya, sebagai bagian dari suatu perubahan
dalam mengajar para siswa disetiap zaman. Saya akan berargumen bahwa model adalah

perencanaan, penerapan, dan prediksi pembelajran yang akan menjadi jalan yang efektif untuk

mencapai tujuan belajar dalam keanekaragaman isi dari program pendidikan jasmani masa

sekarang. Michael W. Metzler (2000).

Untuk menetapkan apakah sebuah model itu baik dapat membuat patokan yang bersumber

dari beberapa faktor, yang terpenting dari faktor itu ialah penentuan tujuan, penentuan sasaran

belajar, penentuan bahan, pengetahuan tentang karakteristik anak dan derajat kompetensi guru.

Model pembelajaran itu akan efektif bila guru merasa enak dalam mengajar dan murid merasa

senang dalam belajar. Dalam menentukan model pembelajaran tersebut perlu memperhatikan skema

pendidikan jasmani sebagai berikut:

A. Pendahuluan

1. Persiapan / Pemanasan

2. Pementukan tubuh

B. Inti

Teknik Baru

Teknik lama

Penggabungan butir datu dan dua

Masukan

C. Penenangan

Persiapan merupakan pemanasan yang berfungsi untuk menggerakan otot – otot besar

dan berusaha pemindahan perhatian anak pada pelajaran, dan pembentukan berfungsi

untuk membentuk otot anak. Teknik baru adalah teknik yang beru diberikan, teknik

lama adalah teknik yang sudah diajarkan dan diulangi kembali penggabungan bertujuan

memadukan pergerakan pada teknik beru dan teknik lama, dan masukan adalah

informasi yang diberikan oleh seorang guru. Penenangan berisikan tugas untuk

kesiapan pembelajaran yang akan datang.


Untuk memudahkan anak dalam belajar sebaiknya seorang guru penjas harus bisa

memberikan penyajian berupa materi yang berupa metode – metode yang telah

difikirkan dan disesuaikan dengan karakteristik perkembangan dan pertumbuhan anak.

Adapun bentuk penyajiannya itu antara lain sebagai berikut:

1. Bentuk Bermain

Bermain merupakan suatu bentuk kegiatan yang sangat disenangi oleh anak.

Dengan bermain akan timbul suatu situasi yang memungkinkan terlaksananya proses

pendidikan.

Dengan cara ini anak akan mengaktualisasikan potensi aktivitas anak yang

berupa gerak sikap dan perilaku sehingga guru bisa membimbing sesuai dengan tujuan

pendidikan sedikit lebih mudah, ini bisa dilakukan lewat permainan yang

bermaknakan persiapan, pembentukan tubuh,dan teknik olah raga, tapi masih banyak

makna lain yang berbeda - beda.

2. Bentuk Cerita

Maksud dari bentuk ini bukan guru yang berceritera tapi guru membuat suatu

kegiatan yang gerakannya tersusun sehingga membuat kegiatan ini seolah – olah

dalam sebuah cerita tapi para murid ini melakukan pergerakan.

Cara seperti ini sering digunakan dalam senam sehingga senam dengan cara

seperti ini sering di sebut dengan istilah senam si Buyung.

3. Bentuk Gerak dan Lagu

Gerak dengan lagu bisa juga disebut pergerakan dengan irama kita bisa mengajar

pemanasan dengan emberikan syair sebagai berikut:

Gelengkan kepala, kekanan dan kekiri

Bungkukan badan, kembali tegak

Bungkukan kembali yang dalam dan tegak

Silang kaki dan langkah seirama


Siswa harus bergerak sesuai lirik lagu tersebut.

4. Bentuk Meniru

Meniru merupakan kegiatan mempelajari lingkungan. Oleh sebab itu meniru

banyak dilakukan dalam kegiatan pendidikan. Para pakar menganggap bahwa

perkembangan itu proses sosialisasi, menurut Sumadi bahwa Baldwin berpendapat

perkembangan merupakan proses sosialisasi dalam bentuk meniru yang dengan adaptasi

dan seleksi, yakni : Peniruan disengaja ( Delibrate Imitation ), akan terjadi jika seorang

anak bermain bersama temannya dengan menirukan watak suatu tokoh maupun suatu

objek. Sebagai contoh, adalah : Anak meniru gerakan – gerakan guru, anak menirukan

sesuatu yang telah menjadi khayalannya. Misalnya menirukan Batman, menirukan gaya

katak meloncat, dan lain – lain.

5. Bentuk Tugas

Guru dapat memberikan tugas kepada muridnya, tapi tugas tersebut harus

berdasar pada kemampuan anak, dan jangan memberi tugas yang berat tapi berikanlah

tugas yang agak mudah agar murid tersebut bisa menyelesaikan tugas tersebut sehingga

bisa memacu kemauan anak tersebut karena kita telah menanamkan sugesti bahwa dia

bisa menyelesaikan tugas tersebut.

Bentuk Komando

Bentuk komando bisa melatih anak untuk disiplin namun bila terus menerus

akan menghambat kreatifitas, aktivitas dan inisiatif, jadi berikanlah kebebasan agar para

murid tidak terhambat kreatifitasnya.

7. Bentuk Latihan

Di sini bertujuan untuk pencapaian di bidang olah raga dengan latihan yang

teratur, cara ini cocok untuk siswa SMA atau SMP.


8. Bentuk modivikasi

Sesuai dengan namanya modivikasi penyampaian keterampilan olah raga

dengan mengubah olahraga prestasi menjadi keterampilan yang sesuai dengan

kemampuan anak.

Contoh :

a) Modivikasi permainan bola voli

Langkah – langkah :

a. Menentukan penampilan gerak voli secara umum.

b. Menentukan teknik yang pasti dilkakukan dan yang harus dikembangkan

c. Menyederhanakan teknik

d. Menyederhanakan alat permainan

e. Menentukan jumlah pemain

f. Mengubah peraturan

b) Bahan untuk memodivikasi permainan bola voli:

1. Pemain menjadi 3 orang

2. bola lebih ringan dari bola biasa

3. lapangan 7 X 14 m

4. Teknik yang digunakan passing atas dan bawah

5. susunan pemaian 2 didekat jaring 1 dibelakang

6. Peraturan

7. Tujuan permainan

c) Modivikasi permainan bola basket

a. Menentukan penampilan gerak bola basket biasa (umum)

b. Menentukan teknik yang pasti dilkakukan dan yang harus dikembangkan

c. Menyederhanakan teknik
d. Menyederhanakan alat permainan

e. Menyederhanakan peraturan

d) Bahan untuk memodivikasi permainan bola basket:

1. Pemain menjadi 7 orang

2. bola menggunakan bola sepak bola

3. lapangan 7 X 14 m

4. Teknik yang digunakan tolakan dada dengan dua tangan

5. susunan pemaian 2 pemaindepan 3 pemain tengah dan 2 pemain belakang

6. Peraturan

7. Tujuan permainan

9. Bentuk Lomba

Bentuk seperti ini sangat memungkinkan kita sebagai guru atau calon guru

penjas untuk melihat secara langsung potensi yang dimiliki oleh peserta didik mana

siswa yang unggul dalam bidang yang diperlombakan, selanjutnya perlu ditekankan

bahwa permainan olahrgaa yang penuh tidak harus dimainkan dalam setiap unit siswa

akan tetapi cukup dan selalu siap dengan susunan tugas geraknya saja.

Penerapan Model permainan taktis Olahraga dalam pembelajaran penjas

Dalam pembelajaran permainan olahraga seorang guru penjas atau calon guru penjas harus

selalu jeli dan teliti dalam memberkan arahan ketika permainan sedang berlangsung, kapan saatnya

untuk fokus pada penggunaan taktik, serta keterampilan. Metzler (2000) menyarankan beberapa

cara yang bisa digunakan oleh guru dalam menyelipkan taktik untuk diterapkan dalam permainan:
1. Pengulangan. Guru menghentikan permainan dan mengulang gerakan terakhir dalam permainan

sehingga pemain memiliki kesempatan untuk mengamati dan mengubah taktik. Skor selama

permaina tetap dihitung (diluar penjelasan yang diberikan oleh guru).

2. Pelatihan pemain. Guru mengadakan permainan untuk rujukan tertentu dengan memanipulasi

bagian tertentu dari permainan hanya untuk memperlihatkan taktik permainan. Contohnya, guru

bertindak sebagai pelempar bola dalam permainan softball, dia melemparkan bola sambil

memberikan pengarahan pada siswanya.

3. Situasi. Dalam sebuah permainan guru tiba-tiba menghentikan permainan kemudian bertanya

untuk memeriksa sejauh mana tingkat ketelitian dan keterampilan siswa dalam menerapkan

keterampilan taktis contohnya, dalam pertandingan tennis ganda, guru akan bertanya pada satu

pasangan „apa yang akan kamu lakukan jika pasanganmu memukul bola diwilayahmu?‟dan

dalam permainan softball dimana pelari ada di base pertama dan kedua sementara satu orang

telah keluar guru akan bertanya kepada penjaga lapangan disebelah kiri “apa yang akan kamu

lakukan jika kamu bisa menangkap lemparan kedalam?”

4. Analisis tv. Dalam sebuah permainan gugu memberikan pertanyaan mengenai kesalahan yang

terjadi dalam sebuah permainan kemudian menanyakan apa yang harus dilakukan untuk

mencegah kesalahan itu terjadi.

Dalam model permainan taktis yang paling penting adalah pada bagaimana cara melatih

ketelitian, cara memutuskan untuk menggunakan keterampilan taktis; jadi guru harus memberikan

pengajaran yang interaktif untuk merangsang siswa agar dapat menyelesaikan permasalahan yang

berhubungan dengan taktik dalam permainan. Selanjutnya seorang guru penjas harus mampu dan

mempunyai dasar dalam mengjarkan permainan taktis olahraga, seperti: pengalaman, dan konsep

kontektual pengajaran.
Pengalaman guru

Guru yang menerapkan model taktik permainan harus memiliki keahlian dan pengetahuan

tertentu seperti: 1) Menerapkan pengembangan Instruksi yang Tepat. Permainan dalam bentuk

sesungguhnya maupun modifikasi bisa dibuat dalam bentuk yang sangat rumit yang memerlukan

kesiapan kemampuan kognitif dan psikomotorik yang tinggi serta harus sesuai dengan tingkat

kemampuan siswa. Guru harus bisa menganalisa konsep dan keterampilan taktis yang telah ada

kemudian membuat maupun memodifikasi permainan yang sesuai sehingga siswa memiliki

kesempatan untuk berlatih. Selanjutnya, 2) Fokus dan Tujuan Pengajaran. Model permainan taktis

merupakan model pengajaran yang melibatkan interaksi antara kemampuan kognitif dengan

psikomotorik dimana guru meminta kepada siswa untuk menyelesaikan permasalah taktis dengan

menggunakan beberapa pertanyaan yang berbentuk deduktif, kemudian menerapkannya dalam

bentuk keterampilan taktis dalam permainan.

Guru yang menggunakan model ini harus mengetahui bagaimana cara mengidentifikasi

memberikan permasalahan taktis pada siswa. Sehingga dapat menghasilkan satuan pengajaran yang

pada akhirnya akan memudahkan siswa dalam mencapai tujuan pembelajaran.

Analisis Tugas dan Kemajuan.

Analisis tugas dalam metode ini mengacu pada pemahaman terhadap keterampilan dan

pengetahuan taktis yang dibutuhkan dalam melakukan permainan. Maka dari itu, prosesnya dimulai

dari analisis taktis yang dibutuhkan dalam setiap permainan yang sejalan dengan tahap

perkembangan siswa. Hasil dari analisa tersebut akan membentuk suatu unit pengajaran yang akan

dipelajari oleh siswa. Kemudian guru akan membuat satuan pengajaran yang akan membantu siswa

dalam memecahkan dan menerapkan permasalahan taktis.

Dalam model pengajaran ini, guru harus dapat menilai keempat aspek yang telah disebutkan

sebelumnya (mengembakan keterampilan, latihan semi permainan, bentuk permainan dan

permainan penuh). Ketika permainan dimainkan, guru akan mulai mengidentifikasi kebutuhan
siswa terhadap keterampilan taktis yan paling banyak digunakan kemudian membuat sebuah desain

latihan yang dapat mengembankan keterampilan yang berhubungan dengan permainan yang

dimainkan pada saat itu. Namun yang harus diingat bahwa tingkat kerumitan dari model pengajaran

ini harus disesuaikan dengan tingkat perkembangan dan kemampuan siswa.

Muatan isi dalam Pengajaran Olahraga.

Dalam model pengajaran ini, keahlian dan pengetahuan guru dalam mengajarkan permainan

sangat dibutuhkan. Guru harus mengetahui apakah permainan tersebut cukup baik untuk

diidentifikasi berdasarkan taktik yang diperlukan, permasalah taktis yang mungkin akan muncul dan

dapat dikembangkan dengan cara memodifikasi permainan berdasarkan peraturan dan strategi

dasarnya. Guru harus mengetahui posisi semua pemain dan mengetahui berbagai taktik yang

mungkin diterapkan dalam permainan tersebut.

Penilai. Pengetahuan taktis yang diperlihatkan dalam model pengajaran ini meliputi

kemampuan kognitif (mengetahui apa yang harus dilakukan) dan kemampuan psikomotor

(mengetahui bagaimana cara melakukannya).


LATIHAN

1. Kemukakan hal-hal apa saja bagi seorang guru sebelum melaksanakan

pembelajaran pendidikan jasmani. Jelaskan berikut contohnya

2. Kemukakan menurut Siedentop ( 1994) yang mengutip 3 masukan utama

untuk Model Pendidikan Olahraga: untuk dikembangkan , terpelajar, dan

orang olahraga yang bergairah ( p.4).

3. Berikan contoh rencana pembelajaran permainan yang sudah dimodifikasi

diperuntukan bagi kelas tingkat Sekolah Dasar (SD)

4. Jelaskan pengertian Model, metode, gaya, dalam pembelajaran permainan.

Berikan contonya

5. Jelaskan pengertian model pendekatan taktis dan penerapannya dalam

pembelajaran permainan

6. Jelaskan perbedaan metode bagian, keseluruhan, dan gabungan dalam

pembelajaran permainan berikan contohnya

RANGKUMAN

Ciri – ciri proses interaksi edukatif yang diungkapkan oleh Winarmo Surachmad (

1976 : 14 ), yaitu :

a. Ada bahan yang menjadi isi proses

b. Ada tujuan yang jelas yang akan dicapai

c. Ada pelajar yang aktif mengalami

d. Ada guru yang melaksanakan

e. Ada metode tertentu untuk mencapai tujuan

f. Proses interaksi tersebut berlangsung dalam ikatan situasional

Dalam pembelajaran permainan Seorang guru pendidikan jasmani harus

berlandaskan pada Tujuan, bahan/materi, metode


Dalam menentukan model pembelajaran tersebut perlu memperhatikan skema

pendidikan jasmani sebagai berikut: Pendahuluan, Inti, Penenangan

Penyajian pembelajaran permainan yang disesuaikan dengan karakteristik

pertumbuhan dan perkembangan itu antara lain Bentuk Bermain, Bentuk Cerita,

Bentuk Gerak dan Lagu, Bentuk Meniru, Bentuk Tugas, Bentuk Komando, Bentuk

Latihan, Bentuk modivikasi, dan bentuk lomba

Pembelajaran permainan bisa dilakukan dengan beberapa pendekatan seperti

pendekatana taktis yang orientasi pada bermain taktis meliputi pengulangan,

pelatihan pemain, situasi bermain, analisis.

Seorang guru pendidikan jasmani yang kompeten dan belajar berdasarkan

pengalaman, analisis tugas dan kemajuan, dan Muatan isi dalam Pengajaran

Olahraga.

Anda mungkin juga menyukai