POLITIK DUNIA ”
(Kode D)
OLEH :
CABANG BOJONEGORO
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur atas kehadirat Allah SWT atas limpahan karunia dan rahmat
nya penulis dapat menyelesaikan makalah sebagai syarat awal mengikuti Latihan
Kader II HMI Cabang Probolinggo.
Dalam penyusunan makalah ini berbagai hambatan dan tantangan
yang dihadapi penulis mulai dari tahap persiapan, pengumpulan bahan materi,
sampai penyelesaian tulisan, namun tidak menjadi penghalang bagi penulis berkat
karunia Allah SWT dan tentunya tidak lepas dari bimbingan dan dorongan
berbagai pihak, untuk itu perkenankan penulis mengucapkan terimah kasih kepada
Kanda yunda HMI Komisariat Lafranpane, kakanda Alif selaku pembimbing dan
seluruh keluarga besar HMI Bojonegoro. Semoga segala amal kebaikannya
bernilai ibadah disisi Allah, amin.
Akhir kata semoga karya tulis yang sederhana ini dapat bermanfaat bagi
pembacanya dan segala kritikan yang bertujuan untuk membangun dari makalah
ini penulis tetap sambut dengan hati yang ikhlas.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1
kader-kader umat yang sangat potensial untuk bergerak pada arah praksis-
profesional. Mereka sangat memungkinkan untuk kemudian terjun
mengabdikan diri pada umat di berbagai lapangan profesi.
Kata kunci dasar yang paling mudah untuk memahami pola berpikir yang
ditawarkan dalam rumusan NDP itu adalah iman, ilmu, dan amal
sebagaimana yang terbaca dalam bagian akhir rumusan NDP versi Cak Nur
dkk. Iman adalah landasan, ilmu adalah alat, sedangkan amal adalah wujud
nyata dan pembuktian dari iman dan ilmu. Amal yang dimaksud adalah amal
amal pada lapangan profesional seperti yang dimaksud di atas. Amal serupa
ini merupakan amal untuk menghadapi tantangan modernitas yang tengah
dihadapi umat Islam di Indonesia.
2
terlalu political-oriented atau organisasi pengkaderan calon politisi, dan
sebagainya. Distorsi lain adalah kecenderungan ke arah yang lebih sekuler.
Banyak kader HMI yang tidak mengerti agama dengan baik dan, secara
gerakan, HMI terlihat meninggalkan mesjid sejak lama.
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini yaitu sebagai referensi kita
agar kita dapat mengetahui makna beserta arti subtansi dari rumusan masalah
tersebut:
3
BAB II
PEMBAHASAN
2.1.1Pengertian NDP
.
NDP adalah landasan ideologis perjuangan HMI, sebagai ruh yang
mendorong moral pergerakan kader. NDP merupakan gambaran bagaimana
seorang HMI memahami Islam sebagaimana tercantum dalam al-Quran.
Secara doktrin, yang terkandung dalam NDP bukanlah ajaran yang
bertentangan dengan Islam, melainkan merupakan formulasi kembali atas
al-Quran sehingga tertuang menjadi suatu kepribadian bagi kader HMI
dalam mewujudkan amanat Tuhan sebagai khalifah fil-ardh. Demikian
sehingga dalam fungsi idealnya NDP adalah sumber rujukan nilai
kepercayaan, panduan mencapai tujuan perjuangan, dan tuntunan untuk
selalu melakukan perubahan. Sejak awal HMI telah mencantumkan
“Menegakkan dan mengembangkan ajaran agama Islam” sebagai salah satu
tujuannya, di samping “Mempertahankan dan mempertinggi derajat rakyat
Indonesia”. Dengan demikian, Islam telah dijadikan sebagai landasan
organisasi. Dalam hal ini HMI tidak mendasarkan diri pada “mazhab”
tertentu, walau kemudian dalam pola pemikirannya HMI cenderung sebagai
kelompok intelektual muslim pembaharu.
Dari situ HMI menuangkan pemahaman keislamannya yang tertampung
dalam sebuah buku pedoman yang diberi nama Nilai Dasar Perjuangan
(NDP). NDP merupakan gambaran bagaimana seorang HMI memahami
Islam sebagaimana tercantum dalam al-Quran. Secara doktrin, yang
terkandung dalam NDP bukanlah ajaran yang bertentangan dengan Islam,
melainkan merupakan formulasi kembali atas al-Quran sehingga tertuang
menjadi suatu kepribadian bagi kader HMI dalam mewujudkan amanat
Tuhan sebagai khalifah fil-ardhi.
NDP adalah landasan ideologis perjuangan HMI, sebagai ruh yang
mendorong moral pergerakan kader. Pemahaman terhadap NDP diharapkan
4
dapat menumbuhkan kepercayaan diri kader akan keyakinan ilahiahnya,
membangun semangat humanisme dalam interaksi dengan sesama manusia,
dan sebagai sumber nilai moral yang mengiringi ilmu pengetahuan untuk
diabdikan bagi kemanusiaan. Dengan demikian nilai-nilai NDP bisa menjadi
identitas khas kader-kader HMI.
2.1.2Sejarah NDP
Nilai-nilai Dasar Perjuangan NDP merupakan salah satu dokumen
organisasi tertua yang digunakan Himpunan Mahasiswa Islam (HMI)
sampai hari ini. Pertama kali disampaikan pada forum Kongres X HMI di
Malang tahun 1969, NDP dimaksudkan sebagai teks rumusan pokok-pokok
ajaran Islam dengan merujuk pada sumbernya yang utama, yaitu Al Quran
dan Hadis. NDP menjadi semacam ijtihad pemikiran kaum muda muslim
ketika itu, untuk menegaskan persepsi-persepsi mereka terhadap ajaran
Islam.
HMI yang didirikan pada tahun 1947 oleh Lafran Pane dan kawan-
kawannya memang berdiri diatas visi keislaman dan keindonesiaan yang
unik. Tujuan awal didirikannya HMI adalah untuk mempertahankan Negara
Indonesia dari agresi militer Belanda dan mengembangkan ajaran Islam.
Visi ini meyakini bahwa Islam sebagai ajaran yang universal perlu
ditafsirkan menurut konteks lokalitas ke-Indonesiaan dan kemodernan
zaman. Sehingga bagi HMI, antara Islam dan konsep negara-bangsa
Indonesia tidak terdapat pertentangan.Islam sebagaimana dipahami HMI
inilah yang kemudian termaktub sebagai asas HMI, Islam menjadi sumber
motivasi, pembenaran dan ukuran bagi HMI dalam gerak perjuangan
mencapai tujuannya.
Sejarah Perjalanan NDP Orde lama merupakan satu masa yang riuh
dengan perdebatan ideologi. Suatu kurun yang bukan saja menjadi apa yang
disebut Soekarno sebagai „nation building‟ namun juga semacam pencarian
dan transaksi gagasan antar elit bangsa mengenai dasar dan alat perjuangan
bangsa.Walaupun Pancasila disepakati sebagai dasar negara tak lama setelah
proklamasi kemerdekaan, namun sebagai rahasia umum kita tahu bahwa
5
umat Islam yang diwakili Masyumi dan terwakilkan dalam sosok
Muhammad Natsir dalam sidang-sidang Konstituante bermaksud
menjadikan Islam sebagai dasar negara, menggantikan Pancasila.
Demikian pula kaum komunis melalui PKI yang secara perlahan
mendapat simpati rakyat bawah, membuka jalan untuk menjadikan
Indonesia sebagai Soviet baru, demi mencapai cita-cita classless society
yang diimpikan Marx seabad sebelumnya. Demikian ketika itu aroma
persaingan ideologis begitu pekat, setiap kekuatan politik mencoba untuk
menarik garis diametral antara satu dengan yang lain.Kebutuhan terhadap
sebuah buku saku panduan perjuangan seperti yang pernah dimiliki oleh
kaum muda sosialis di Indonesia dirasa semakin mendesak.
Jika kaum muda sosialis punya buku saku panduan ideologi, mengapa
HMI tidak, begitu mungkin logika berpikir ketika itu. Dasar organisasi HMI
-Islam- harus dijabarkan dalam sebuah doktrin perjuangan yang walaupun
bersifat mendasar, normatif, namun dapat menjadi rujukan praktis bagi
kader HMI.
Di penghujung tahun 1968, Nurcholish Madjid (Cak Nur) yang ketika
itu Ketua Umum PB HMI mememnuhi undangan untuk melakukan
kunjungan ke Amerika Serikat. Usai kunjungan ke AS, ia sendiri kemudian
melanjutkan kunjungannya
lebih lama mengelilingi Timur-tengah : Mesir, Turki, Irak, Suriah, Arab
Saudi untuk menyaksikan bagaimana Islam dipraktekkan di tanah asalnya.
Sayangnya, kesimpulan dari perjalanan Cak Nur adalah kekecewaan, betapa
Islam diperlakukan secara kaku dalam rupa slogan-slogan loyalistik dan
cenderung miskin solusi menghadapi problematika umatnya
sendiri.Demikian pula Indonesia kondisinya tidak lebih baik. Sebagai
bangsa muslim terbesar di dunia namun paling terakhir ter-arabkan, umat
muslim Indonesia belum menghayati betul ajaran Islam, dan malah terjerat
dalam kondisi sosial-ekonomi yang memprihatinkan : kemiskinan,
kebodohan, kebencian antarkelompok, ketidakadilan dan intoleransi.Dari
kunjungan ke luar negeri dan perenungan terhadap kondisi umat Islam di
Indonesia inilah Cak Nur menggagas penyusunan Nilai Dasar Islam (NDI).
6
Gagasan NDI dalam bentuk kertas kerja kemudian dibawa Cak Nur
menuju Kongres IX di Malang pada bulan Mei tahun 1969, yang lalu
menghasilkan rekomendasi kongres bahwa draft NDI ini perlu dilakukan
penyempurnaan, diserahkan kepada tiga orang: Cak Nur sendiri, Endang
Saefudin Ansari dan Sakib Mahmud untuk melakukan penyempurnaan teks.
Pada Kongres X di Palembang tahun 1971 teks tersebut kemudian disahkan
dengan nama NDP, dan disosialisasikan ke cabang-cabang.
Penggunaan nama NDP sendiri diambil karena dirasa nama NDI
dianggap terlalu klaim terhadap ajaran Islam, terlalu simplistis dan
menyempitkan universalitas Islam itu sendiri. Sedangkan kata perjuangan
diambil dari buku Sjahrir yang berjudul “Perjuangan Kita”.
Kemudian di pertengahan dekade 80‟an pemerintah Orde Baru
mengesahkan UU No. 5 Tahun 1985 tentang Pancasila sebagai asas tunggal
bagi setiap organisasi. Maka pilihannya hanya dua bagi HMI, mengganti
asas atau bubar. Setelah diputuskan melalui Kongres XVI di padang pada
tahun 1986, HMI mengubah asasnya menjadi pancasila dan menggeser
Islam menjadi identitas HMI. Maka berubahlah nama NDP menjadi Nilai
Identitas Kader (NIK) tanpa perubahan teks.
Dalam prosesnya setelah Orde Baru runtuh, pada Kongres XXII tahun
1999 di Jambi, Islam dikembalikan sebagai asas HMI dan NIK berubah
kembali menjadi NDP. Pada saat kongres ini pula mulai muncul keinginan
kuat untuk memulai langkah ke arah rekonstruksi NDP. langkah ini
diinisiasi oleh Andito dan Dudi Iskandar dari Badko Jawa Bagian Barat
yang secara khusus menawarkan format rekonstruksi mereka.
Rekonstruksi NDP dimaksudkan sebagai jawaban atas keluhan kader
HMI bahwa NDP Cak Nur cenderung berat untuk dipahami sehingga di
beberapa cabang tertentu muncul alur penyampaian NDP yang berbeda-
beda semisal: Dialog Kebenaran di Makassar, Visi Merah Putih di sebagian
Jabodetabek dan Revolusi Kesadaran di cabang Bandung.
Kongres XXII Jambi akhirnya merekomendasikan kepada PB HMI
untuk melaksanakan lokakarya rekonstruksi NDP, yang terlaksana pada
tahun 2001 di Graha Insan Cita Depok dibawah koordinasi Kholis Malik
7
sebagai Ketua Bidang PA PB HMI. Lokakarya ini kemudian
mengamanahkan kepada tim khusus PB HMI untuk menyusun draft NDP
rekonstruksi berdasar draft yang diajukan Badko Jabar
sebelumnya.Kemudian di Kongres XXIV di Jakarta tahun 2003 muncul
kembali rekomendasi kongres untuk melaksanakan lokakarya NDP. PB
HMI periode 2003-2005 kemudian menugaskan bidang PA PB HMI melalui
ketua bidangnya Muhammad Anwar (Cak Konyak) untuk kemudian
bekerjasama dengan Bakornas LPL PB HMI yang dipimpin Encep Hanif
Ahmad untuk melaksanakan lokakarya NDP, dengan maksud melakukan
pengayaan alur materi NDP sehingga lahir metodologi pemahaman NDP
yang lebih mudah dicerna kader HMI.Semangat rekonstruksi NDP yang
menggebu dari cabang-cabang difasilitasi melalui lokakarya di Mataram
yang mempertemukan draft-draft rekonstruksi NDP yang dibawa beberapa
badko dan cabang yang menjadi undangan.
Melalui berbagai dinamika forum lokakarya mengarah pada
pembandingan draft tawaran HMI Cabang Makassar dengan NDP Cak Nur,
sehingga melalui forum group discussion (FGD) dalam lokakarya tersebut
terbentuk sebuah tim yang terdiri dari delapan orang peserta untuk
mengawal draft tawaran HMI Cabang Makassar.
Setelah lokakarya di Mataram, proses finalisasi teks dilakukan oleh tim
8 di Selong dan di HMI Cabang Makassar Timur. Draft inilah yang
kemudian disahkan pada Kongres XXV di makassar pada tahun 2006
sebagai NDP HMI, atau lazim disebut sebagai NDP baru.
Namun setelah disahkan, NDP baru banyak mendapat kritik, baik
terhadap teks maupun proses perumusan dan pengesahan di Kongres
Makassar. Dalam Seminar/Lokakarya yang diadakan PB HMI bulan April
2009 terungkap bahwa NDP baru sesungguhnya bukan hasil rekonstruksi
tim 8, melainkan narasi Arianto Achmad, seorang guru NDP di Cabang
Makassar Timur, yang melalui proses tertentu sehingga dapat dijadikan
draft final sehingga disahkan pada Kongres Makassar melalui mekanisme
forum yang dipaksakan: voting.
8
Selain itu, kritik terhadap isi teks NDP baru juga disampaikan oleh
banyak pihak, diantaranya Azhari Akmal Tarigan, Amrullah Yasin (mantan
Tim 8) dan Kun Nurachadijat yang mensinyalir NDP baru „berbau‟ mazhab
Syiah, dengan kualitas yang „tidak lebih baik‟ dari NDP Cak Nur, selain
juga kemudian banyak cabang yang tidak mau menggunakan NDP baru dan
cenderung memilih NDP Cak Nur, yang notabene ketika itu adalah tindakan
inkonstitusional.
Berbagai realitas -kecacatan NDP baru- inilah sehingga melahirkan
keputusan PB HMI periode 2008-2010 dan lalu diperkuat melalui Kongres
XXVII di depok tahun 2010 untuk mengembalikan NDP Cak Nur sebagai
NDP HMI.
9
2.3 Pengertian Ideologi Politik Dunia
Perkembangan ilmu politik banyak dilandasi oleh berbagai ideologi
politik dari para pemikir besar dunia. Pengertian ideologi politik sendiri
menurut Miriam Budiardjo (2008) dapat dipahami sebagai “himpunan nilai,
ide atau norma, kepercayaan atau keyakinan yang dimiliki seseorang atau
sekelompok orang atas dasar bagaimana ia menentukan sikap terhadap
kejadian dan problematika politik yang dihadapi serta yang menentukan
perilaku politiknya”.
Namun, hal yang cukup sulit diketahui adalah kapan dan dalam
lingkungan yang sepeti apa sebuah teori politik atau pun filsafat politik dapat
10
bertransformasi menjadi sebuah ideologi politik. Padahal, untuk bisa menjadi
ideologi politik, teori maupun filsafat ini harus menjadi dasar yang kuat bagi
gerakan yang berorientasi pada tindakan (action-oriented movement).
11
2.4 Pentingnya NDP sebagai landasan berfikir
Homo Sapiens (Mahluk Berpikir), begitulah kira-kira gambaran Hakiki
tentang keberadaan Manusia. Setiap saat dari kehidupan manusia, sejak dia
lahir sampai masuk liang lahat, dia tak pernah berhenti berpikir. Hampir tidak
ada masalah yang menyangkut peri kehidupan yang terlepas dari jangkauan
pikirannya, dari soal paling remeh sampai soal yang paling asasi, dari
pertanyaan yang menyangkut sarapan pagi sampai persoalan mengenai surga
dan neraka di akhirat nanti.
Jadi berpikir itulah yang kemudian menjadi ciri hakekat manusia dan
karena berpikirlah dia menjadi manusia, seperti bahasanya Rene Descartes :
“Cogito, ergo sum” (Aku Berpikir karena itu Aku Ada). Melalui proses
berpikir inilah, lahirlah pengetahuan yang secara umum berfungsi untuk
mengatasi kebutuhan kelangsungan hidupnya, bahkan lebih dari itu, Manusia
pun memikirkan mengenai hal-hal baru, mengembangkan peradaban dan
kebudayaan, manusia memberikan makna terhadap kehidupan, manusia
“memanusiakan” diri dalam hidupnya, selain itu Manusia juga selalu berpikir
tentang keberadaannya, tentang siapakah dirinya?, untuk apa harus hidup?,
kemana tujuan dirinya kelak? Dan masih banyak lagi pernyataan serta
pertanyaan mendasar lainnya.
Semua ini pada hakekatnya menyimpulkan bahwa manusia dalam
hidupnya manusia mempunyai tujuan yang lebih tinggi dari sekedar menjaga
kelangsungan hidupnya. Inilah yang mendorong manusia untuk terus
mengembangkan pengetahuan dalam hidupnya, dan pengetahuan yang
dimilikinya tersebut membuat ia menjadi makhluk yang khas dimuka bumi
ini.Hal tersebutlah yang kemudian membedakan manusia dengan makhluk
atau benda-benda lainnya, seekor binatang misalnya hanya memiliki instink
untuk menjaga kelangsungan hidupnya, tidak lebih dari itu. Binatang hanya
mampu berlindung jauh-jauh ke tempat yang lebih aman sebelum gunung
meletus, ia tidak dapat berpikir lebih jauh tentang gejala tersebut : mengapa
gunung meletus, faktor apa yang menyebabkannya, apa yang dilakukan untuk
mencegah semua itu. Tak seekor anjing pun, kata Bertrand Russel, yang
berkata kepada temannya, “ayahku miskin, namun jujur”. Jelaslah bahwa
12
manusia ketika berpikir, telah mempertegas eksistensi kemanusiaannya
sebagai seorang manusia, apapun jenis penalarannya.
Pada kongres ke-10 di palembang pada tahun 1971 konsep dasar nilai
islam ini di kukuhkan dengan nama „‟Nilai-nilai dasar perjuangan‟‟ yang di
singkat dengan NDP tanpa perubahan isi sama sekali,kata NDP ini di
gunakan mengingat kata NDI ‟‟Nilai dasar islam‟‟ di anggap
menyempitkan islam itu sendiri,apalagi HmI mengklaim kata islam itu
sendiri.Menurut sejarah ada beberapa faktor yang melatar belakangi
lahirnya NDP,diantaranya ;
13
2.Kurangnya pemahaman tentang islam.
Dan pada saat negara ini menganut asas tunggal Pancasila,UU No.5
tahun 1985 tentang asas tunggal pancasila,NDP pun berubah nama menjadi
Nilai Identitas Kader atau NIK,namun isinya tetap sama.adapun perubahan
nama itu di sahkan pada kongres ke-16 di padang,penyebab perubahan nama
tersebut di karena beberapa hal,yaitu ;
14
ketika di tanya apakah NDP masih relevan dengan kondisi sekarang ataukah
perlu di ganti,mengatakan BISA saja selama tingkat intelektualitasnya tidak
lebih rendah dari apa yang sudah ada sekarang.
Dalam era milenial NDP seharusnya tidak lagi pada perdebatan NDP
lama atau NDP baru yang digunakan dalam setiap forum-forum basic
training HmI,Memang terjadi perbedaan mendasar dari dua NDP ini,namun
menjadikannya perdebatan setiap hari bahkan bertahun-tahun dan
takkunjung usai kufikir membuang-buang waktu saja.perdebatan ini ada
baiknya ditinggalkan mengingat zaman terus berkembang dan generasi
milenial terus bertambah.NDP di era milenial ini seharusnya sudah mampu
menyesuaikan diri,dalam arti himpunan mahasiswa islam menciptakan
formulasi baru NDP yang sesuai dengan era milenial,tanpa ada embel-embel
NDP baru dan NDP lama,singkirkan perdebatan itu,saatnya himpunan
mahasiswa islam melangkah maju kedepan,jangan mundur kebelakang.
15
NDP seharusnya menjadi konsepsi teoritik bukan konsepsi praktik.
Menjadikan pandangan dunia bagi kader-kadernya,bukan pandangan hidup
yang menuntunnya bergerak setiap saat,melainkan pandangan dunia yang
akan melahirkan pandangan hidup.
16
BAB III
PENUTUP
17
DAFTAR PUSTAKA
18
19