TINJAUAN PUSTAKA
buddhayah merupakan bentuk jamak dari buddhi yang berarti “budi” atau “akal”.
Sedangkan kata culture berasal dari kata colere yang memiliki makna
Budaya kerja menurut Mangkunegara (2005: 113) yang dikutip dari Edgar
Dalam rentang dua puluh tahun terakhir, topik budaya kerja menarik
kerja. Budaya kerja mulai dipandang sebagai sesuatu hal yang memiliki peranan
penting dalam mencapai tujuan akhir suatu perusahaan. Lingkungan yang berbeda
akan memberi dampak pada pola dan warna budaya, karena itu terjadi pola dan
warna budaya yang tebal dan tipis. Dalam budaya yang tebal terdapat kesepakatan
yang tinggi dari anggotanya untuk mempertahankan apa yang diyakini benar dari
Menurut Triguno (2003) budaya kerja adalah suatu falsafah yang didasari
oleh pandangan hidup sebagai nilai-nilai yang menjadi sifat, kebiasaan dan
cita-cita, pendapat dan tindakan yang terwujud sebagai kerja atau bekerja.
akan terlepas dari budaya yang ada dalam perusahaan. Pada umumnya mereka
Budaya kerja mempunyai dua tingkatan yaitu pada tingkatan yang lebih
dalam dan kurang terlihat, budaya merujuk pada nilai-nilai yang dianut bersama
oleh orang dalam kelompok dan cenderung bertahan sepanjang waktu. Pengertian
ini mencakup tentang apa yang penting dalam kehidupan dan sangat bervariasi
disadari bahwa sebuah keberhasilan kerja berakar pada nilai-nilai yang dimiliki
dan perilaku yang menjadi kebiasaan. Nilai-nilai tersebut bermula dari adat-
istiadat, agama, norma dan kaidah yang menjadi keyakinan pada diri pelaku kerja
Setiap fungsi atau proses kerja harus mempunyai perbedaan dalam cara
kerangka kerja organisasi. Hal tersebut seperti nilai-nilai apa saja yang patut
mereka, kemudian falsafah yang dianutnya. Proses yang panjang yang terus
manusia itu sendiri sesuai dengan prinsip pedoman yang diakui (Triguno, 2004:
31).
karena perubahan nilai-nilai lama menjadi nilai-nilai baru akan memakan waktu
dan perbaikan. Warna budaya kerja adalah produktivitas yang berupa perilaku
kerja yang dapat diukur antara lain: kerja keras, ulet, disiplin, produktif, tanggung
Menurut Tika (2008: 5), unsur-unsur yang terkandung dalam budaya kerja
1. Asumsi dasar
Dalam budaya kerja terdapat asumsi dasar yang dapat berfungsi sebagai
Dalam budaya kerja terdapat keyakinan yang dianut dan dilaksanakan oleh
berbentuk slogan atau motto, asumsi dasar, tujuan umum perusahaan, filosofi
Dalam perusahaan, terdapat dua masalah pokok yang sering muncul, yakni
tersebut dapat diatasi dengan asumsi dasar dan keyakinan yang dianut bersama
anggota organisasi.
Dalam budaya kerja perlu berbagi nilai terhadap apa yang paling diinginkan
Asumsi dasar dan keyakinan yang dianut oleh anggota perusahaan perlu
7. Penyesuaian (adaptasi)
a) Budaya rasional
c) Budaya konsensus
d) Budaya hierarkis
2. Berdasarkan Tujuannya
Adapun fungsi utama budaya kerja menurut Tika (2008: 13) adalah
sebagai berikut :
Organisasi maupun kelompok lain. Batas pembeda ini karena adanya identitas
tertentu yang dimiliki oleh suatu perusahaan atau kelompok yang tidak
Hal ini merupakan bagian dari komitmen kolektif dari karyawan. Mereka
perusahaannya.
perilaku karyawan.
bersama yang diberikan oleh suatu budaya yang kuat memastikan bahwa
Budaya kerja dapat dijadikan sebagai integrator karena adanya sub budaya
besar di mana setiap unit terdapat para anggota perusahaan yang terdiri dari
perusahaan tersebut.
Budaya kerja dapat berfungsi sebagai alat komunikasi antara atasan dan
bawahan atau sebaliknya, serta antara anggota organisasi. Budaya sebagai alat
kegiatan dan politik organisasi. Material merupakan indikator dari status dan
manusia seutuhnya agar setiap orang sadar bahwa mereka berada dalam suatu
orang lain secara efektif dan efisien serta menggembirakan. Oleh karena itu
akan merubah sikap dan perilaku SDM untuk mencapai produktivitas kerja yang
lebih tingi dalam menghadapi tantangan masa depan. Manfaat yang didapat antara
lain menjamin hasil kerja dengan kualitas yang lebih baik, membuka seluruh
diri dari perkembangan dari luar (faktor eksternal seperti pelanggan, teknologi,
Menurut Supriyadi dan Guno (Triguno, 2004: 21) budaya kerja memiliki
tujuan untuk mengubah sikap dan juga perilaku sumber daya manusia yang ada
tantangan di masa yang akan datang. Adapun manfaat nyata dari penerapan suatu
budaya kerja yang baik dalam suatu lingkungan organiasasi adalah meningkatkan
jiwa gotong royong, meningkatkan kebersamaan, saling terbuka satu sama lain,
Budaya kerja terbentuk begitu satuan kerja atau organisasi itu berdiri.
Pembentukan budaya kerja itu terjadi tatkala lingkungan kerja atau organisasi
Pembentukan budaya kerja diawali oleh pemilik atau pimpinan paling atas (Top
Management) atau pejabat yang ditunjuk dimana besarnya pengaruh yang dimiliki
akan menentukan suatu cara tersendiri yang dijalankan dalam satuan kerja yang
dipimpinnya.
pendiri atau pimpinannya. Selanjutnya budaya itu sangat dipengaruhi oleh kriteria
sangat berpengaruh terhadap perilaku yang dapat diterima atau tidak. Namun
secara perlahan nilai-nilai tersebut dengan sendirinya akan terseleksi dan terjadi
perubahan yang akhirnya akan muncul budaya kerja yang diinginkan. Dengan
uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa perubahan dalam budaya kerja itu sangat
penting, karena masalah budaya kerja terletak pada diri kita masing-masing dan
musuh budaya kerja adalah diri kita sendiri (Triguno, 2004: 29).
perilaku dan norma-norma kehidupan sehari-hari, hal ini tidak terlepas dari akar
sikap budaya dimaksud ada yang bersifap positif dan ada yang bersifat negatif bila
gotong royong yang sampai saat ini masih sangat dominan terutama di daerah
pedesaan. Sikap budaya positif inilah yang akan dibawa karyawan dalam bekerja
Selain perilaku dan sikap budaya positif seperti yang digambarkan di atas,
rakyat Indonesia juga ditandai dengan perilaku dan sikap yang negatif. Kebiasaan
intensitas yang berbeda melakukan tindakan tidak disiplin dan tidak jujur,
pekerjaan yang menjadi tanggung jawabnya. Perilaku tidak disiplin dan tidak jujur
Perilaku yang tidak tegas dan tidak percaya diri juga merupakan factor
yang mempengaruhi kinerja seseorang. Orang yang tidak tegas akan selalu
buruk bagi keputusan yang menyangkut hajat hidup orang banyak. Tidak percaya
diri membuat seseorang tidak mampu berfikir yang berdampak tidak dapat
1. Kebersamaan
inti yang dianut secara bersama. Derajat kebersamaan dipengaruhi oleh unsur
nilai-nilai inti budaya kerja. Derajat intensitas bisa merupakan suatu hasil dari
struktur imbalan. Oleh karena itu, pimpinan perusahaan perlu memperhatikan dan
Menurut Stepen P. Robbins dalam buku Tika (2008: 10) menyatakan adalah
1. Inisiatif Individual
mengembangkan perusahaan.
dianjurkan untuk dapat bertindak agresif, inovatif dan mengambil resiko. Suatu
dilakukannya.
menciptakan dengan jelas sasaran dan harapan yang diinginkan. Sasaran dan
harapan tersebut jelas tercantum dalam visi, misi dan tujuan perusahaan. Kondisi
4. Integrasi
5. Dukungan Manajemen
memberikan komunikasi atau arahan, bantuan serta dukungan yang jelas terhadap
6. Kontrol
norma yang berlaku dalam suatu perusahaan. Untuk itu diperlukan sejumlah
peraturan dan tenaga pengawas (atasan langsung) yang dapat digunakan untuk
perusahaan.
perusahaan dan bukan sebagai kelompok kerja tertentu atau keahlian profesional
tertentu. Identitas diri sebagai satu kesatuan dalam perusahaan sangat membantu
8. Sistem Imbalan
gaji, promosi dan sebagainya) didasarkan atas prestasi kerja karyawan, bukan
sebaliknya didasarkan atas senioritas, sikap pilih kasih, dan sebagainya. Sistem
dan mencari prestasi kerja yang maksimal sesuai kemampuan dan keahlian yang
dimilikinya.
Sebaliknya, sistem imbalan yang didasarkan atas senioritas dan pilih kasih,
akan berakibat tenaga kerja yang punya kemampuan dan keahlian dapat berlaku
pasif dan frustasi. Kondisi semacam ini dapat berakibat kinerja perusahaan
menjadi terhambat.
dan kritik secara terbuka. Perbedaan pendapat merupakan fenomena yang sering
1. Pola Komunikasi
komunikasi antara atasan dan bawahan atau antar karyawan itu sendiri.
budaya kerja juga bermanfaat untuk memetakan sejauh mana karakteristik tipe
budaya kerja tepat atau relevan dengan kepentingan suatu organisasi karena setiap
perusahaan memiliki spesifikasi tujuan dan karakter sumber daya yang berlainan.
Istilah kinerja berasal dari kata job performance atau actual performance
(prestasi kerja atau prestasi yang sesungguhnya dicapai seseorang). Kinerja adalah
yang telah ditentukan terlebih dahulu dan disepakati bersama. Jika karyawan tidak
Perilaku manusia, tingkat, dan kualitas kerja ditentukan oleh sejumlah variabel
hasil kerja yang dapat dicapai seseorang atau sekelompok orang dalam suatu
organisasi dalam rangka mencapai tujuan organisasi dalam periode waktu tertentu.
Menurut Pamungkan dalam Tjandra (2005: 38) kinerja adalah penampilan cara-
cara untuk menghasilkan sesuatu hasil yang diperoleh dengan aktivitas yang
dicapai dengan suatu unjuk kerja. Dengan demikian dari konsep yang ditawarkan
tersebut dapat dipahami bahwa kinerja adalah konsep utama organisasi yang
yang dapat dicapai seseoran atau sekelompok orang dalam suatu organisasi, sesuai
tujuan organisasi bersangkutan secara legal, tidak melanggar hukum dan sesuai
dengan moral maupun etika. Hal paling penting dari pengertian itu adalah prestasi
yang dicapai oleh individu ataupun kelompok kerja sesuai dengan aturan yang
adalah akumulasi kinerja semua individu yang bekerja didalamnya. Dengan kata
masing-masing individu.
karyawan. Hal ini akan tampak dari sikap karyawan terhadap aspek – aspek yang
termasuk didalamnya gaji, kondisi fisik, dan psikologis maupun aturan hukum
yang ada.
seseorang dari sasaran yang harus dicapai atau tugas yang harus dilaksanakn
sebagai berikut:
c. Mangkunegara (2005: 9)
Kinerja karyawan adalah hasil kerja secara kualitas dan kuantitas yang
baik dari kualitas dan kuantitas yang dicapai karyawan per satuan periode waktu
dalam melaksanakn tugas kerjanya sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan
kepadanya.
a. Faktor Kemampuan
kepintaran dan juga kemampuan dalam hal keahlian. Artinya karyawan yang
lebih mudah mencapai kinerja yang diharapkan. Oleh sebab itu, karyawan perlu
b. Faktor Motivasi
kerja. Motivasi merupakan kondisi pengerakkan diri karyawan yang terarah untuk
kinerja adalah menyusun sasaran yang berguna tidak hanya evaluasi kinerja pada
akhir periode, tetapi juga untuk mengelola proses kerja selama periode tersebut.
harus dilihat proses dan hasil, jadi tidak hanya hasilnya saja.
Penilaian kinerja sebuah organisasi itu sangat perlu baik pada proses
maupun hasil, baik pada karyawan maupun bagi organisasi, dalam hal ini adalah
yang telah ditetapkan dalam rangka mewujudkan misi dan visi instansi
tanggung jawabnya.
pekerjaannya.
menyelesaikan.
melaksanakan pekerjaannya.
atasannya.
jawabnya.
lebih baik.
Penilaian kinerja sebuah organisasi itu sangat perlu baik pada proses
maupun hasil, baik pada karyawan maupun bagi organisasi, dalam hal ini adalah
yang telah ditetapkan dalam rangka mewujudkan visi dan misi organisasi.
Inisiatif mencari langkah yang terbaik merupakan faktor penting dalam usaha
pengetahuan serta ketrampilan yang dimiliki para karyawan dalam usaha untuk
Faktor kesesuaian antara disiplin ilmu yang dimiliki dengan penempatan pada
bidang tugas.
karyawan.
Kemampuan bekerjasama dengan karyawan maupun orang lain, karena dalam hal
5. Ketelitian
Pekerjaan yang dilakukan dengan kualitas yang tinggi dapat memuaskan yang
Tingkat suatu aktivitas diselesaikan pada waktu awal yang diinginkan, dilihat dari
sudut koordinasi dengan hasil output serta memaksimalkan waktu yang tersedia
Pekerjaan yang dilakukan karyawan harus memiliki kuantitas kerja tinggi dapat
sesuai dengan yang ditargetkan, maka hal itu akan dapat mengevaluasi kinerja
organisasi dalam pencapaian hasil sangat dipengaruhi oleh tingkat kinerja dari
semakin baik kinerja karyawan maka diharapkan kinerja organisasi akan semakin
baik pula.
Harus disadari pula bahwa budaya erat kaitannya dengan manusia. Kuatnya
budaya kerja akan terlihat dari bagaimana karyawan memandang budaya kerja
kuat budaya kerja, semakin tinggi komitmen dan kemampuan yang dirasakan
kemampuan dan komitmen mereka pada nilai-nilai itu makin kuat budaya tersebut
Menurut Wolsely dan Campbell (Prasetya, No. 01, Januari 2001: 12) orang yang
terbuka bagi gagasan baru dan fakta baru, memecahkan permasalahan secara
ini adalah:
H0 : Tidak terdapat pengaruh yang signifikan dari budaya kerja terhadap kinerja
Gambar 2.1
Hubungan Antara Budaya Kerja Terhadap Kinerja Karyawan
ADAPTABILITY MISSION
EFECTIVENESS
INVOLVEMENT CONSISTENCY
2.5. Hipotesis
relevan dengan rumusan masalah yakni, jawaban semetara terhadap hal-hal yang
sebenarnya belum dikemukakan pada bagian ini, sebab belum ada data apapun
Untuk dapat menentukan batasan yang lebih jelas dan juga untuk
1. Menurut Triguno (2003) budaya kerja adalah suatu falsafah yang didasari
oleh pandangan hidup sebagai nilai-nilai yang menjadi sifat, kebiasaan dan
secara kualitas dan kuantitas yang dicapai oleh seseorang karyawan dalam
kepadanya.
(Juliandi, 2013: 26). Variabel bebas dalam penelitian ini adalah budaya kerja,
kegiatan lain.
dengan orang lain atau sesama anggota organisasi dalam mencapai sasaran
sesuatu yang mungkin terjadi atas setiap tindakan dan keputusan yang
diambil.
variabel lain yakni variabel bebas (Juliandi, 2013: 26). Variabel terikat dalam
penelitian ini adalah kinerja karyawan, dapat diukur dengan indikator sebagai
berikut:
yang diharapkan.
c. Kerja sama, yaitu kesediaan untuk bekerjasa sama dengan orang lain atau
koordinasi output lain serta waktu yang tersedia untuk kegiatan orang lain.