Anda di halaman 1dari 20

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Konsep Belajar, Mengajar dan Pembelajaran


1. Konsep Belajar
a. Pengertian Belajar
Menurut Hilgard (dalam Sanjaya, 2005:89) belajar itu adalah proses
perubahan melalui kegiatan atau prosedur latihan baik latihan di dalam
laboratorium maupun dalam lingkungan alamiah.
Menurut Gagne (dalam Winataputra. dkk, 2007:2.3) belajar adalah
suatu proses dimana suatu organisme mengubah perilakunya karena hasil
dari pengalaman.
Dari kedua pengertian tersebut tampak bahwa konsep tentang belajar
mengandung tiga unsur utama berikut ini.
1) Belajar berkaitan dengan perubahan tingkah laku. Perilaku tersebut
dapat diwujudkan dalam bentuk perilaku tertentu seperti menulis,
membaca, berhitung yang dilakukan secara sendiri-sendiri atau
kombinasi dari berbagai tindakan.
2) Perubahan perilaku itu terjadi karena didahului oleh proses
pengalaman.
Jadi kesimpulan belajar adalah upaya yang dilakukan oleh peserta
didik agar dapat memahami dan menguasai hal yang diajarkan oleh
pendidik maupun dari hasil belajar sendiri (autodidak).
b. Ciri-Ciri Belajar
1) Belajar merupakan suatu perubahan tingkah laku, di mana perubahan
itu dapat mengarah kepada tingkah laku yang lebih baik, tetapi juga
ada kemungkinan mengarah kepada tingkah laku yang lebih buruk,
tergantung penggunaan apa yang dipelajari/dikuasai.
2) Belajar merupakan suatu perubahan yang terjadi melalui latihan atau
pengalaman, dalam arti perubahan-perubahan yang disebabkan oleh
pertumbuhan atau kematangan tidak dianggap sebagai hasil belajar,
seperti perubahan-perubahan yang terjadi pada diri seorang bayi.

7
8

3) Untuk dapat disebut belajar, maka perubahan itu harus relatif mantap,
harus merupakan akhir dari suatu periode waktu yang cukup panjang.
Berapa lama periode waktu itu berlangsung sulit ditentukan dengan
pasti, tetapi perubahan itu hendaknya merupakan akhir dari suatu
periode yang mungkin berlangsung berhari-hari, berbulan-bulan, atau
bertahun-tahun.
4) Tingkah laku yang mengalami perubahan karena belajar menyangkut
berbagai aspek kepribadian, baik fisik maupun psikis, seperti
perubahan pengertian, pemecahan suatu masalah atau berpikir,
ketrampilan, kecakapan, kebiasaan, ataupun sikap.
c. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Belajar
Menurut Departemen Pendidikan dan Kebudayaan (1997:149) ada dua
faktor yang mempengaruhi belajar, seperti berikut.
1) Faktor Intern (faktor yang ada dalam diri Individu)
Faktor dari dalam diri siswa berpengaruh terhadap hasil belajar
diantaranya adalah kecakapan, minat, bakat, usaha, motivasi,
perhatian, kelemahan dan kesehatan, serta kebiasaan siswa. Salah satu
hal penting dalam kegiatan belajar yang harus ditanamkan dalam diri
siswa bahwa belajar yang dilakukannya merupakan kebutuhan dirinya.
2) Faktor Ekstern (faktor yang ada di luar diri Individu)
Faktor ini meliputi lingkungan fisik dan non-fisik (termasuk suasana
kelas dalam belajar, seperti riang gembira, menyenangkan),
lingkungan sosial budaya, lingkungan keluarga, program sekolah
(termasuk dukungan komite sekolah), guru, pelaksanaan
pembelajaran, dan teman sekolah. Guru merupakan faktor yang paling
berpengaruh terhadap proses maupun hasil belajar, sebab guru
merupakan manager atau sutradara dalam kelas.
d. Prinsip-Prinsip Belajar
Belajar tidak sederhana seperti yang digambarkan oleh ilmu jiwa
asosiasi melainkan sangat kompleks. Berikut adalah prinsip belajar
menurut Suprijono (2009:4).
9

1) Prinsip belajar adalah perubahan perilaku. Perubahan perilaku sebagai


hasil belajar memiliki ciri-ciri berikut ini.
a) Sebagai hasil tindakan rasional instrumental yaitu perubahan yang
disadari.
b) Kontinyu/berkesinambungan dengan perilaku lainnya.
c) Fungsional/bermanfaat sebagai bekal hidup.
d) Positif/berakumulasi.
e) Aktif/sebagai usaha yang direncanakan dan dilakukan.
f) Permanen/tetap.
g) Bertujuan dan terarah.
h) Mencakup keseluruhan potensi kemanusiaan.
2) Belajar merupakan proses
Belajar terjadi karena didorong kebutuhan dan tujuan yang ingin
dicapai. Belajar adalah proses sistemik yang dinamis, konstruktif, dan
organik.
3) Belajar merupakan bentuk pengalaman
Pengalaman pada dasarnya adalah hasil dari interaksi antara
peserta didik dengan lingkungannya.
e. Pengertian Hasil Belajar
Hasil belajar adalah penguasaan pengetahuan atau keterampilan yang
dikembangkan oleh mata pelajaran, lazimnya ditunjukkan dengan nilai
tes atau nilai yang diberikan oleh guru (Depdiknas, 2005:895).
Menurut Anni dkk. (2006:5) prestasi atau hasil belajar merupakan
perubahan perilaku yang diperoleh pembelajar setelah mengalami
aktivitas belajar.
Hasil belajar menurut Gagne ada lima katagori hasil belajar yaitu:
1) Informasi verbal, yakni kemampuan yang menuntut peserta didik
untuk memberikan tanggapan khusus terhadap stimulus yang bersifat
khusus.
2) Keterampilan intelektual (menurut Dick dan Carey, 1998:10), yakni
kemampuan yang menuntut peserta didik untuk melakukan kegiatan
10

kognitif yang unik (mampu memecahkan masalah dengan


menerapkan informasi yang belum pernah dipelajari.
3) Strategi kognitif, yakni kemampuan untuk mengontrol proses
internal yang dilakukan individu dalam memilih dan memodifikasi
cara berkonsentrasi, belajar mengingat dan berpikir (Gagne, Briggs,
Wager. 1992:10).
4) Sikap, yakni kecenderungan peserta didik untuk memilih keputusan
dalam bertindak di bawah kondisi tertentu.
5) Kemampuan motorik, yakni kemampuan melakukan gerakan atau
tindakan yang terorganisasi yang direflesikan melalui kecepatan,
ketepatan, kekuatan dan kehalusan (Gagne, Briggs dan Wager,
1992:10). Misalnya memukul bola dan main musik.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa prestasi belajar
merupakan tingkat penguasaan terhadap suatu hal setelah mengalami
proses dan aktivitas belajar dan dinyatakan dengan nilai yang meliputi
pengetahuan (kognitif), sikap (apektif) dan keterampilan (psikomotorik).
2. Konsep Mengajar
Pengertian Mengajar
Pengertian mengajar menurut Hamalik (2001:44,53) seperti berikut.
1) Mengajar adalah menyampaikan pengetahuan kepada peserta didik
di sekolah.
2) Mengajar adalah mewariskan kebudayaan kepada generasi muda
melalui lembaga pendidikan sekolah.
3) Mengajar adalah usaha mengorganisasi lingkungan sehingga
menciptakan kondisi belajar bagi siswa.
4) Mengajar adalah memberikan bimbingan belajar kepada murid.
5) Mengajar adalah suatu proses membantu siswa menghadapi
kehidupan masyarakat sehari-hari.
Jadi kesimpulan mengajar adalah suatu usaha dari pendidik untuk
menyampaikan sejumlah pesan atau pelajaran agar peserta didik dapat
mengalami perubahan dari yang tidak mengerti menjadi mengerti dan
menanamkan perilaku yang baik kepada peserta didik dengan harapan
11

dapat terus berkembang sepanjang hayatnya, serta secara terukur dapat


meningkatkan prestasi akademik peserta didik di sekolah.
3. Konsep Pembelajaran
a. Pengertian Pembelajaran
Pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik
dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar (UU RI No. 20 : 2003,
Bab I Pasal 1 ayat 20).
Menurut Rooijakkers (dalam Rachmawati, 2008:16) proses belajar
atau pembelajaran merupakan sesuatu yang harus di tempuh seseorang
untuk mengerti sesuatu hal yang sebelumnya tidak diketahui.
Pembelajaran merupakan jalan yang harus ditempuh oleh seorang
pelajar untuk mengerti suatu hal yang sebelumnya tidak diketahui.
Seseorang yang melakukan belajar dapat disebut telah mengerti sesuatu
hal bila ia juga dapat menerapkan apa yang telah ia pelajari. Keberhasilan
seorang belajar akan terjamin apabila ia dapat maengajak para siswanya
mengerti suatu masalah melalui tahap proses belajar, karena dengan itu
siswa akan memahami hal yang diajarkan.
b. Prinsip-Prinsip Pembelajaran
Prinsip yang harus diperhatikan dalam pengelolaaan kegiatan
pembelajaran menurut Sanjaya (2005:30–32) adalah sebagai berikut.
1) Berpusat pada siswa
2) Dalam proses pembelajaran siswa menempati posisi sentral sebagai
subyek belajar.
3) Belajar dengan melakukan
4) Belajar bukan hanya sekedar mendengarkan, mencatat sambil duduk
di bangku, akan tetapi belajar adalah prose beraktifitas dan berbuat
(Learning By Doing).
5) Mengembangkan kemampuan sosial
6) Proses pembelajaran bukan hanya mengembangan kemampuan
Intelektual akan tetapi juga kemampuan sosial. Proses pembelajaran
harus dapat mengembangkan dua sisi ini secara seimbang.
7) Mengembangkan keingintahuan, imajinasi dan fitrah
12

8) Proses pembelajaran harus mampu melatih kepekaan dan


keingintahuan setiap individu terhadap segala sesuatu yang terjadi.
9) Mengembangkan keterampilan pemecahan masalah.
10) Pembelajaran adalah proses berfikir untuk memecahkan masalah.
Oleh sebab itu pengetahuan yang diperoleh mestinya dapat dijadikan
sebagai alat untuk mengembangkan kemampuan memecahkan
masalah.
11) Mengembangkan kreatifitas siswa.
12) Dalam proses pembelajaran guru harus mampu mendorong kreatifitas
siswa sehingga dapat menjadikannya manusia yang kreatif dan
inovatif.
13) Mengembangkan kemampuan menggunakan ilmu dan teknologi
14) Pendidikan dibentuk untuk membekali setiap siswa agar mampu
memanfaatkan hasi-hasil teknologi
15) Menumbuhkan kesadaran sebagai warga negara yang baik
16) Setiap guru memiliki tanggung jawab dalam mengembangkan
manusia yang sadar dan penuh tanggung jawab sebagai seorang warga
negara.
17) Belajar sepanjang hayat
18) Belajar tidak terbatas pada waktu sekolah saja namun harus terus
menerus seiring perkembangan zaman.
c. Faktor-Faktor Pembelajaran
Faktor-faktor yang harus diperhatikan dalam proses pembelajaran agar
berlangsung efektif menurut Sanjaya (2005:32–33) yaitu sebagai berikut.
1) Proses pembelajaran harus memberikan peluang kepada siswa agar
mereka secara langsung dapat berpartisipasi dalam proses
pembelajaran.
2) Guru perlu memberikan kesempatan kepada siswa untuk merefleksi
apa yang telah dilakukannya.
3) Proses pembelajaran harus mempertimbangkan perbedaan individual.
4) Proses pembelajaran harus dapat memupuk kemendirian di samping
kerjasama.
13

5) Proses pembelajaran harus terjadi dalam iklim yang kondusif baik


iklim sosial maupun iklim psikologis.
6) Proses pembelajaran yang dikelola guru harus dapat mengembangkan
kreatifitas dan rasa ingin tahu.
Jadi kesimpulan pembelajaran adalah sebuah proses interaksi antara
pendidik dengan peserta didik dalam rangka kegiatan belajar-mengajar
atau penyampaian dan penerimaan informasi materi pelajaran, sehingga
mencapai keberhasilan pembelajaran, dimana keberhasilan ini dirasakan
oleh peserta didik dengan menguasai materi yang diterima, dan dirasakan
oleh pendidik dengan menguasai cara menyampaikan materi.

B. Karakteristik Peserta Didik Sekolah Dasar


Dayan (2009) menyatakan bahwa paling tidak ada empat karakter atau
sifat menonjol dari usia sekolah dasar (SD) yang setidaknya dipahami.
Karakter peserta didik SD yang pertama adalah senang bermain. Karakter
atau sifat ini menuntut guru SD untuk menjalankan kegiatan pendidikan yang
bermuatan permainan, terutama bagi kelas rendah. Di samping terkesan
menarik, tidak terasa di balik kegiatan itu tentu ada setitik ilmu yang
diserapnya.
Karakter yang kedua bahwa peserta didik SD senang merasakan dan
melakukan sesuatu secara langsung. Ditinjau dari segi kognitif, anak SD
memasuki tahap operasional konkret. Artinya, dari segala sesuatu yang
dipelajari di sekolah, mereka belajar menghubung-hubungkan konsep baru
dengan konsep lama yang telah mereka terima. Berdasarkan pengalaman ini,
peserta didik membentuk konsep tentang angka-angka, fungsi badan, peran
jenis kelamin, dan sebagainya. Bagi peserta didik SD, penjelasan guru tentang
materi pelajaran akan lebih dipahami jika mereka melaksanakan sendiri.
Karakter yang ketiga, peserta didik SD cenderung lebih senang bergerak,
maka tidak heran jika melihat peserta didik SD yang setiap istirahat selalu
berkejar-kejaran dalam terik yang panas sekalipun. Dalam hati kita berkata,
apa tidak lelah dan sebaiknya lebih enak kalau cukup dengan duduk-duduk.
14

Di dalam kelas, jika ditinggal sedikit saja oleh gurunya, ramainya bak pasar
pindah, dengan lalu lalang yang memusingkan.
Karakter peserta didik SD yang keempat, yaitu peserta didik senang
bekerja dalam kelompok. Dari pergaulannya dengan kelompok sebaya,
peserta didik belajar aspek-aspek yang penting dalam proses sosialisasi.
Peserta didik mulai belajar bekerja sama dan menumbuhkan rasa tanggung
jawabnya terhadap orang lain. Di sinilah pentingnya guru membentuk
kelompok belajar, kelompok regu kerja harian, kelompok memasak, dan lain-
lain. Diharapkan dengan model dan teknik pembelajaran tersebut peserta
didik menjadi lebih termotivasi untuk belajar membaca karena pembelajaran
lebih menarik sehingga peserta didik tidak merasa bosan.
Dengan demikian Penulis memandang perlu menggunakan model atau
metode pembelajaran yang membuat peserta didik semakin semangat untuk
belajar, sehingga mendapatkan pengalaman belajar dan hasil belajar yang
optimal.

C. Pembelajaran Bahasa Indonesia


1. Pengertian Pembelajaran Bahasa Indonesia
Pembelajaran merupakan terjemahan dari instructional. Proses
memberi rangsangan kepada siswa supaya belajar. Pembelajaran berbeda
dari pengajaran yang merupakan terjemahan dari teaching. Pada proses
pengajaran biasanya ada guru yang mengajar siswa, sedangkan dalam
proses pembelajaran tidak selalu demikian. Sesekali siswa harus belajar
sendiri dari media belajar atau dari lingkungan yang sesuai dengan tujuan
yang ingin dicapai. Tugas guru merangsang, mengatur, mamfasilitasi
kegiatan pembelajaran supaya terjadi interaksi antara siswa dengan media
belajar atau lingkungan belajar itu. Jadi pembelajaran bahasa adalah proses
memberi rangsangan belajar berbahasa kepada siswa dalam upaya siswa
mencapai kemampuan berbahasa.
Kemampuan berbahasa dalam arti luas adalah kemampuan
mengorganisasi pemikiran, keinginan, ide, atau pendapat atau gagasan
dalam bahasa lisan maupun tulis. Secara umum, kemampuan ini
15

tergantung pada frekuensi dan kualitas materi dengar, bicara, baca, tulis
yang dilakukan oleh seseorang dalam keseharianya. Semakin kerap
seseorang mendengar, berbicara, membaca, menulis dan semakin
berkualitasnya materi yang didengar, dibicarakan, dibaca dan ditulisnya
maka semakin komunikatiflah kalimat–kalimat yang dituturkanya. Dengan
demikian, kemampuan berbahasa orang tersebut semakin baik.
2. Ketentuan Pembelajaran Bahasa Indonesia
Ketentuan pembelajaran Bahasa Indonesia dalam Kurikulum Berbasis
Kompetensi dua di bawah ini.
a. Ketentuan untuk kelas 1 dan 2
Dalam kurikulum 2013 penekanan mata pelajaran bahasa Indonesia
pada aspek peningkatan kemampuan membaca dan menulis permulaan,
yang diharapkan akan membantunya untuk memahami teks bacaan pada
buku-buku di sekolah dalam kegiatan literasi. Kegiatan pembelajaran
menggunakan pendekatan saintifik untuk menciptakan pembelajaran yang
lebih bermakna. Pengelolaan waktunya diserahkan kepada sekolah
masing-masing.
b. Ketentuan untuk kelas 3, 4, 5, dan 6
Dalam kurikulum 2013 penekanan mata pelajaran bahasa Indonesia
pada aspek menigkatkan kemampuan berkomunikasi lisan dan tulis, yang
diharapkan akan selalu digunakan dalam kehidupan sehari-hari dalam
berkomunikasi. Sehingga peserta didik membiasakan diri untuk tidak lagi
menggunakan bahasa campuran saat berkomunikasi dengan teman-
temannya baik di sekolah, maupun di rumah. Kegiatan pembelajaran
menggunakan pendekatan saintifik untuk menciptakan pembelajaran yang
lebih bermakna.
3. Tujuan pembelajaran bahasa Indonesia
Hasil belajar Bahasa Indonesia dalam kurikulum 2013 ada enam hal
berikut ini:
a. Mendengarkan
Siswa mendengarkan dan mendenarkan tanggapan secara kritis
dengan pemahaman dan kepekaan terhadap gagasan, pendapat, dan
16

perasaan orang lain dalam berbagai bentuk wacana lisan dan informasi
yang dilihat
b. Berbicara
Siswa berbicara secara aktif untuk mengungkapkan gagasan, pendapat
dan perasaan, dalam berbagi bentuk dan cara kepada berbagai saasaran
sesuai dengan tujuan dan konteks pembicaraaan.
c. Membaca
Siswa membaca beragam teks, menunjukkan pemahaman secara kritis
terhadap gagasan pendapat dan perasaan baik tersurat maupun tersirat
memanfaaatkanya untuk berbagai tujuan serta gemar membaca berbagai
jenis teks.
d. Menulis
Siswa menulis berbagai jenis karangan untuk berbagai tujuan dan
pembaca dengan memperhatiklan kosakata, ejaan, tanda baca, strukrtur
kalimat, dan paragraf secara efektif.
e. Pemahaman Penggunaan
Siswa memahami penggunaan bahasa secara beragam bergantung
pada tujuan dan konteks, serta menguasai komponen-komponen
kebahasaan untuk mendukung penggunaan bahasa Indonesia.
Siswa mencintai, menghargai,dan menggunakan Bahasa Indonesia
sebagai bahasa nasional dan memahami bahwa bahasa Indonesia
mempunyai peran penting terhadap diri dan ingkunganya.
f. Apresiasi Sastra
Siswa mampu mengapresiasi dan berekspresi sastra dalam berbagai
jenis dan bentuk.
4. Materi Pembelajaran Bahasa Indonesia
Salah satu materi pembelajaran yang terdapat dalam mata pelajaran
Bahasa Indonesia adalah materi Menyusun Kalimat. Menyusun kalimat
yaitu mengatur, membuat, atau merangkai kata sehingga dapat
mengungkapkan pikiran atau pendapat yang utuh secara utuh dengan tata
cara penulisan dan penempatan kata dalam suatu kalimat yang baik
sehingga orang lain menjadi paham maksud dari kalimat tersebut.
17

Membuat kalimat yang baik harus mengandung unsur-unsur yang lengkap,


yaitu subjek, perdikat, objek, keterangan. Kelengkapan unsur kalimat ini
sekurang-kurangnya harus memenuhi dua hal, yaitu subjek dan predikat.
Peserta didik dituntut untuk mempunyai dan mengasah kemampuan
menyusun kalimat. Kemampuan menyusun kalimat dapat diartikan sebagai
kesanggupan seseorang untuk membuat sekelompok kata yang terdiri dari
unsur subjek, predikat, objek, dan keterangan sesuai dengan kaidah dan
tata cara membuat kalimat.
Kemampuan menyusun kalimat berarti suatu kemampuan didalam
melakukan atau menggunakan kata untuk menyusun suatu kalimat dengan
mematuhi tata cara yang berlaku didalam membuat kalimat. Dendy
Sugono (2008: 85) menjelaskan “kelengkapan unsur kalimat sekurang-
kurangnya harus memenuhi dua hal yaitu subjek dan predikat”. Hal ini
sejalan dengan pengertian kalimat menurut J.D. Parera (2009: 45) yang
mengatakan “kalimat ialah suatu kontruksi yang dapat dibentuk oleh dua
kata atau lebih, baik dalam sebuah pola dasar atau tidak”. Jadi dapat
dikatakan kalimat apabila terdapat dua unsur kalimat (subjek dan predikat)
atau lebih yang tersusun menjadi kesatuan sehingga mempunyai makna.
Dari kutipan diatas, maka kalimat merupakan suatu rangkaian kata
yang mengandung makna. Makna yang terkandung dalam kalimat
merupakan inti atau maksud dari pembicara. Sehingga untuk dapat
diterima dengan baik oleh pendengarnya, maka pembicara harus
mengetahui dan menguasai cara membuat atau menyusun kalimat sesuai
dengan kaidahnya. Untuk dapat menyusun kalimat maka diperlukan alat
kalimat. Alat kalimat merupakan cara seseorang mengerti cara penyusunan
kalimat yang sesuai dengan arti dan fungsinya .
Penyusunan kalimat yang sesuai dengan kaidahnya harus
memperhatikan unsur-unsur dalam suatu kalimat. Menurut Ngusman
Abdul Manaf (2009:34) “unsur kalimat berfungsi sebagai tempat yang
dapat diisi oleh bahasa tertentu.
Bentuk dari unsur kalimat tersebut berupa Subjek (S), Predikat (P),
Objek (O), dan Keterangan (K)”. Tidak semua kalimat harus mengandung
18

semua unsur kalimat. Unsur kalimat yang harus ada dalam setiap kalimat
adalah subjek dan predikat, sedangkan unsur lainnya yaitu objek, dan
keterangan merupakan unsur penunjang dalam kalimat.
Ada macam-macam kalimat dalam bahasa Indonesia, salah satunya
adalah kalimat sederhana atau kalimat tunggal. Jenis kalimat inilah yang
menjadi dasar dan inti dari pengembangan kalimat. Menurut Abdul Chaer
(2006: 329-330) kalimat sederhana di bentuk dari klausa yang unsur-
unsurnya berupa kata atau frase sederhana.
Menurut Elson (Yola Merina, 2011) “kalimat diklasifikasikan menurut
komposisinya yakni tipe dari predikat dan korelasi dari predikat dengan
gabungan lainnya dari sebuah kalimat”. Jadi didalam kalimat memiliki
predikat sebagai penjelas dari suatu kalimat dan menjadi susunan kriteria
utama didalam sebuah teks. Selain itu menurut Elson (Yola Merina, 2011)
“secara semantik, kalimat merupakan suatu pemikiran yang lengkap dan
secara gramatikal kalimat sebagai pembentuk subjek dan predikat dan
secara gramatikal kalimat merupakan satuan yang terdiri dari satu subjek
dan predikat”.
Penjelasan di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa kalimat adalah
susunan kata yang berisi pemikiran yang di dalamnya terdapat setidaknya
unsur subjek dan predikat. Selanjutnya, kemampuan menyusun kalimat
adalah cara seseorang dapat mengatur, membuat, atau merangkai kata
sehingga dapat mengungkapkan pikiran/pendapat yang utuh dengan tata
cara penulisan dan penempatan kata dalam suatu kalimat yang baik
sehingga orang lain menjadi paham maksud dari kalimat tersebut. Materi
menyusun kalimat pada penelitian ini dibatasi pada menyusun kalimat
menggunakan empat kata yang di dalamnya terdapat setidaknya dua unsur
kalimat yaitu subjek dan predikat.
Dalam pembelajaran di kelas I SDN Cikereteg 03 Kecamatan Caringin
Kabupaten Bogor Tahun Ajaran 2018/2019 Kurikulum 2013 pada Tema 7
Subtema 1 Pembelajaran 2 fokus pada muatan pelajaran bahasa Indonesia
dengan materi Menyusun Kalimat, peserta didik dituntut untuk dapat
menyusun kalimat acak dengan baik, runtut, dan sistematis.
19

D. Macam-macam Metode Pembelajaran


1. Metode Ceramah
Menurut Winarno Surahmad, M.Ed, ceramah adalah penerangan dan
penuturan secara lisan oleh guru terhadap kelasnya, sedangkan peranan
murid mendengarkan dengan teliti, serta mencatat yang pokok dari yang
dikemukakan oleh guru.
Metode ceramah dalam proses belajar mengajar sesungguhnya tidak
dapat dikatakan suatu metode yang salah. Hal ini dikarenakan model
pengajaran ini seperti yang dijelaskan di atas terdiri dari beberapa jenis,
yang nantinya dapat dieksploitasi atau dikreasikan menjadi suatu metode
ceramah yang menyenangkan, tidak seperti pada metode ceramah klasik
yang terkesan mendongeng.
Metode ceramah dalam penerapannya di dalam proses belajar
mengajar juga memiliki beberapa kelebihan dan kekurangan, antara lain:
a. Kelemahan Metode Ceramah
1) Mudah menjadi verbalisme.
2) Yang visual menjadi rugi, dan yang auditif (mendengarkan) yang
benar-benar menerimanya.
3) Bila selalu digunakan dan terlalu digunakan dapat membuat
bosan.
4) Keberhasilan metode ini sangat bergantung pada siapa yang
menggunakannya.
5) Cenderung membuat siswa pasif
b. Kelebihan Metode Ceramah
1) Guru mudah menguasai kelas.
2) Dapat diikuti oleh jumlah siswa yang besar.
3) Mudah mempersiapkan dan melaksanakannya.
4) Memberi kesempatan pada guru untuk menggunakan pengalaman,
pengetahuan dan kearifan.
Dalam pembelajaran di kelas I SDN Cikereteg 03 Kecamatan Caringin
Kabupaten Bogor Tahun Ajaran 2018/2019 Kurikulum 2013 pada Tema 7
Subtema 1 Pembelajaran 2 fokus pada muatan pelajaran bahasa Indonesia
20

dengan materi Menyusun Kalimat, tidak cocok menggunakan metode


ceramah, sebab dalam pelaksanaannya, materi ini menuntut peserta didik
untuk melakukan pengamatan sendiri dalam mengidentifikasi kata-kata
dan atau kalimat-kalimat yang disediakan. Metode yang cocok dalam
pembelajaran ini adalah metode penugasan dan diskusi.

2. Metode Diskusi
Metode diskusi merupakan salah satu cara mendidik yang berupaya memecahkan
masalah yang dihadapi, baik dua orang atau lebih yang masing-masing mengajukan
argumentasinya untuk memperkuat pendapatnya. Untuk mendapatkan hal yang
disepakati, tentunya masing-masing menghilangkan perasaan subjektivitas dan
emosionalitas yang akan mengurangi bobot pikir dan pertimbangan akal yang
semestinya (Majid, 2008:141). Nana Sudjana (dalam Majid 2008: 142) menyatakan
diskusi pada dasarnya adalah tukar menukar informasi, pendapat dan pengalaman untuk
mendapatkan pengertian bersama yang lebih jelas dan teliti tentang sesuatu.
Metode diskusi bertujuan untuk (1) melatih peserta didik mengembangkan
keterampilan bertanya, berkomunikasi, menafsirkan dan menyimpulkan bahasan;
(2) melatih dan membentuk kestabilan sosio-emosional; (3) mengembangkan
kemampuan berpikir sendiri dalam memecahkan masalah sehingga tumbuh konsep diri
yang lebih positif; (4) mengembangkan keberhasilan peserta didik dalam menemukan
pendapat; (5) mengembangkan sikap terhadap isu–isu kontroversial; dan (6) melatih
peserta didik untuk berani berpendapat tentang sesuatu masalah, Mulyani Sumantri
(dalam Majid, 2008: 142).
Metode diskusi dalam penerapannya di dalam proses belajar mengajar
juga memiliki beberapa kelebihan dan kekurangan, antara lain:
a. Kelemahan Metode Diskusi
1) Memerlukan waktu yang lama untuk membagi kelompok dan
mengkondisikan tempat belajar berkelompok.
2) Peserta didik yang aktif mendominasi proses pembeajaran,
sementara peserta didik yang kurang aktif hanya diam.
b. Kelebihan Metode Diskusi
1) Guru mudah menguasai kelas.
21

2) Mudah mengontrol sistem pembelajaran melalui ketua kelompok.


3) Menerapkan sistem demokrasi dan belajar bersosialisasi.
4) Menghasilkan gagasan kelompok yang bervariasi.
5) Membantu siswa untuk mendengar secara akurat, kritis, dan penuh
perhatian.
6) Jika digunakan dengan tepat maka akan dapat menstimulasikan dan
meningkatkan keinginan belajar siswa dalam bidang akademik.
7) Dapat menguatkan bacaan dan belajar siswa dari beberapa sumber
lain
Dari beberapa pengertian di atas dapat Penulis simpulkan bahwa yang
dimaksud dengan metode diskusi ialah suatu cara penyampaian materi
pelajaran dengan jalan bertukar pikiran atau mendiskusikannya, baik
antara guru dengan siswa ataupun sesama siswa. Seiring dengan itu,
metode diskusi berfungsi untuk merangsang murid berpikir atau
mengeluarkan pendapatnya sendiri mengenai persoalan-persoalan yang
kadang-kadang tidak dapat dipecahkan oleh suatu jawaban atau suatu cara
saja, tetapi memerlukan wawasan/ilmu pengetahuan yang mampu mencari
jalan terbaik (alternatif terbaik).

E. Macam-Macam Model Pembelajaran


1. Model Pembelajaran Talking Stick
Talking stick (tongkat bicara) adalah metode yang pada mulanya
digunakan oleh penduduk asli Amerika untuk megajak semua orang berbicara
atau menyampaikan pendapat dalam suatu forum (pertemuan antar suku).
Tongkat berbicara telah digunakan selama berabad-abad oleh suku Indian
sebagai alat menyimak secara adil dan tidak memihak. Tongkat berbicara
sering digunakan kalangan dewan untuk memutuskan siapa yang mempunyai
hak berbicara. Pada saat pimpinan rapat mulai berdiskusi dan membahas
masalah, ia harus memegang tongkat. Tongkat akan pindah ke orang lain
apabila ia ingin berbicara atau menanggapinya. Dengan cara ini tongkat
berbicara akan berpindah dari satu orang ke orang lain jika orang tersebut
22

ingin mengemukakan pendapatnya. Apabila semua mendapatkan giliran


berbicara, tongkat itu lalu di kembalikan lagi ke ketua/pimpinan rapat.
Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa talking stick dipakai
sebagai tanda seseorang mempunyai hak suara (berbicara) yang diberikan
secara bergiliran. Talking stick termasuk salah satu model pembelajaran
kooperatif. Model pembelajaran ini dilakukan dengan bantuan tongkat, siapa
yang memegang tongkat wajib menjawab pertanyaan dari guru setelah peserta
didik mempelajari materi pokoknya.
Adapun langkah-langkah dalam model pembelajaran Talking Stick adalah
sebagai berikut:
a. Guru menyiapkan sebuah tongkat
b. Guru menyiapkan sebuah materi pokok yang akan dipelajari, kemudian
memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk membaca dan
mempelajari materi yang diberikan oleh guru.
c. Setelah peserta didik mempelajari materi, guru mengambil tongkat dan
memberikan kepada peserta didik, setelah itu guru memberikan
pertanyaan dan peserta didik yang memegang tongkat tersebut harus
menjawabnya, demikian seterusnya sampai sebagian besar peserta didik
mendapat bagian untuk menjawab setiap pertanyaan dari guru.
d. Guru memberikan kesimpulan.
e. Evaluasi.
f. Penutup.
Model pembelajaran Talking Stick memiliki kelebihan diantaranya
sebagai berikut:
a. Menguji kesiapan peserta didik.
b. Melatih membaca dan memahami dengan cepat.
c. Agar lebih giat dalam belajar.
Adapun kekurangan dari model pembelajaran talking stick diantaranya:
a. Membuat peserta didik senam jantung.
b. Membuat peserta didik minder karena belum terbiasa.
23

2. Model pembelajaran Make A Match


Model pembelajaran Make A Match adalah model pembelajaran yang
dikembangakan oleh Lorna Curran pada tahun 1994. Model pembelajaran
ini termasuk ke dalam salah satu jenis bentuk model kelompok belajar
(Learning Community). Di dalam model pembelajaran Make A Match
menerapkan adanya kerja sama dalam menyelesaikan permasalahan untuk
meningkatkan pengetahuan dan keterampilan peserta didik dalam rangka
mencapai tujuan pembelajarn yang diharapkan.
Adapun langkah-langkah penerapan model pembelajaran Make A Match
adalah sebagai berikut:
a. Guru menyiapkan beberapa kartu yang berisi beberapa konsep atau topik
yang cocok untuk sesi review, satu bagian kartu soal dan bagian lainnya
kartu jawaban.
b. Setiap peserta didik mendapatkan sebuah kartu yang bertuliskan soal atau
jawaban.
c. Tiap peserta didik memikirkan jawaban atau soal dari kartu yang
dipegang.
d. Setiap peserta didik mencari pasangan kartu yang cocok dengan
kartunya.
e. Setiap peserta didik yang dapat mencocokkan kartunya sebelum batas
waktu diberi poin.
f. Jika peserta didik tidak dapat mencocokkan kartunya dengan kartu
temannya (tidak dapat menemukan kartu soal atau kartu jawaban) akan
mendapatkan hukuman, yang telah disepakati bersama.
g. Setelah satu babak, kartu dikocok lagi agar tiap peserta didik mendapat
kartu yang berbeda dari sebelumnya, demikian seterusnya.
h. Peserta didik juga bisa bergabung dengan 2 atau 3 peserta didik lainnya
yang memegang kartu yang cocok.
i. Guru bersama-sama dengan peserta didik membuat kesimpulan terhadap
materi pelajaran.
Kelebihan dari model pembelajaran Make A Match memberikan manfaat
bagi peserta didik, diantaranya sebagai berikut:
24

a. Mampu menciptakan suasana belajar aktif dan menyenangkan.


b. Materi pembelajaran yang disampaikan lebih menarik perhatian peserta
didik.
c. Mampu meningkatkan hasil belajar peserta didik.
d. Suasana kegembiraan akan tumbuh dalam proses pembelajaran.
e. Kerjasama antar sesama peserta didik terwujud dengan dinamis.
f. Munculnya dinamika gotong royong yang merata di seluruh peserta
didik.
Selain memiliki kelebihan, model pembelajaran ini juga memiliki
kekurangan diantaranya yaitu:
a. Diperlukan bimbingan dari guru untuk melakukan kegiatan.
b. Waktu yang tersedia perlu dibatasi sehingga jangan sampai peserta didik
terlalu banyak bermain-main dalam proses pembelajaran.
c. Guru perlu persiapan bahan dan alat yang memadai.
d. Pada kelas yang gemuk (> 30 peserta didik/kelas) jika kurang bijaksana
maka yang muncul adalah suasana seperti pasar dengan keramaian yang
tidak terkendali.

3. Model Pembelajaran Cooperatif Scramble


Model Pembelajaran Scramble merupakan model pengembangan dari
metode ceramah yang diperkaya dan berorientasi kepada keaktifan peserta
didik dalam pembelajaran. Model ini juga model yang memadukan
kemampuan menjawab pertanyaan dengan kejelian mencocokkan jawaban
soal dengan jawaban yang telah disiapkan tetapi dengan susunan huruf yang
acak. Siswa hanya ditugaskan mengkoreksi (membolak-balik huruf) jawaban
tersebut sehingga menjadi jawaban yang benar.
Sesuai dengan sifat jawabannya model pembelajaran scramble terdiri atas
bermacam-macam bentuk yakni:
a. Scramble kata, yakni sebuah permainan menyusun kata-kata dan huruf-
huruf yang telah dikacaukan letaknya sehingga membentuk suatu kata
tertentu yang bermakna misalnya: garsu = surga, likubrep = republik
25

b. Scramble kalimat: yakni sebuah permainan menyusun kalimat dari kata-


kata acak. Bentuk kalimat hendaknya logis, bermakna, tepat, dan benar.
Contohnya:
Turun-lebat-kemarin-sangat hujan = Kemarin hujan turun sangat lebat
c. Scramble wacana: yakni sebuah permainan menyusun wacana logis
berdasarkan kalimat-kalimat acak. Hasil susunan wacana hendaknya
logis, bermakna. Melalui pembelajaran kooperatif metode scramble,siswa
dapat dilatih berkreasi menyusun kata, kalimat, atau wacana yang acak
susunannya dengan susunan yang bermakna dan mungkin lebih baik dari
susunan aslinya.
Model Pembelajaran Kooperatif Scramble, memiliki kesamaan dengan
model pembelajaran kooperatif lainnya, yaitu siswa dikelompokkan secara
acak berdasarkan kemampuan tinggi, sedang, dan rendah, atau jika
memungkinkan, anggota kelompok berasal dari ras, budaya, suku, jenis
kelamin yang berbeda-beda. model pembelajaran scramble dapat dilakukan
seorang guru dengan langkah-langkah sebagai berikut:
a. Guru menyiapkan sebuah wacana, kemudian keluarkan kalimat-kalimat
yang terdapat dalam wacana tersebut ke dalam kartu-kartu kalimat
b. Guru membuat kartu soal beserta kartu jawaban yang di acak nomornya
sesuai materi bahan ajar teks yang telah dibagikan sebelumnya dan
membagikan kartu soal tersebut
c. Siswa dalam kelompok masing-masing mengerjakan soal dan mencari
kartu soal untuk jawaban yang cocok, sebelumnya jawaban telah di acak
sedemikian rupa.
d. Siswa diharuskan dapat menyusun kata jawaban yang telah tersedia
dalam waktu yang telah ditentukan. Setelah selesai mengerjakan soal,
hasil pekerjaan siswa dikumpulkan dan dilakukan pemeriksaan.
Adapun kelebihan dan kelemahan metode pembelajaran kooperatif
scramble yaitu:
a. Kelebihan model pembelajaran scramble:
1) Dalam model pembelajaran scramble , tidak ada siswa atau anggota
kelompok yang pasif atau hanya diam, hal ini dikarenakan setiap
26

anggota kelompok memiliki tanggung jawab untuk keberhasilan


kelompoknya.
2) Model pembelajaran scramble membuat siswa lebih kreatif dalam
belajar dan berpikir, mempelajari materi secara lebih santai dan
tanpa tekanan karena model pembelajaran scramble memungkinkan
para siswa untuk belajar sambil bermain.
3) Model pembelajaran scramble dapat menumbuhkan rasa solidaritas
diantara anggota kelompoknya.
4) Materi yang diberikan menjadi mengesankan dan selalu diingat
siswa.
5) Model pembelajaran scramble juga mendorong siswa lebih
kompetitif dan semangat untuk lebih maju.
b. Kelemahan model pembelajaran kooperatif scramble:
1) Model pembelajaran ini sulit dalam hal perencanaanya karena belum
terbiasa dengan kebiasaan siswa dalam belajar.
2) Memerlukan waktu yang panjang dalam pengimplementasiannya,
sehingga guru susah menyesuaikan waktu yang sudah ditetapkan.
3) Model pembelajaran ini sulit diimplementasikan apabila kriteria
keberhasilan belajar masih ditentukan oleh kemampuan siswa.
4) Karena menggunakan metode permainan, model pembelajaran ini
sering menimbulkan kegaduhan yang bisa mengganggu kelas.
Jadi, Dalam pembelajaran di kelas I SDN Cikereteg 03 Kecamatan
Caringin Kabupaten Bogor Tahun Ajaran 2018/2019 Kurikulum 2013 pada
Tema 7 Subtema 1 Pembelajaran 2 fokus pada muatan pelajaran bahasa
Indonesia dengan materi Menyusun Kalimat sangat cocok menggunakan
model pembelajaran Cooperatif Scramble. Model ini digunakan oleh guru
untuk peserta didik dalam rangka menyusun kata-kata dan atau kalimat-
kalimat yang acak atau tidak sistematis disusun menjadi runtut dan sistematis,
sesuai kaidah penulisan kalimat lengkap dengan subjek, predikat, objek, dan
keterangan.

Anda mungkin juga menyukai