KAJIAN PUSTAKA
7
8
3) Untuk dapat disebut belajar, maka perubahan itu harus relatif mantap,
harus merupakan akhir dari suatu periode waktu yang cukup panjang.
Berapa lama periode waktu itu berlangsung sulit ditentukan dengan
pasti, tetapi perubahan itu hendaknya merupakan akhir dari suatu
periode yang mungkin berlangsung berhari-hari, berbulan-bulan, atau
bertahun-tahun.
4) Tingkah laku yang mengalami perubahan karena belajar menyangkut
berbagai aspek kepribadian, baik fisik maupun psikis, seperti
perubahan pengertian, pemecahan suatu masalah atau berpikir,
ketrampilan, kecakapan, kebiasaan, ataupun sikap.
c. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Belajar
Menurut Departemen Pendidikan dan Kebudayaan (1997:149) ada dua
faktor yang mempengaruhi belajar, seperti berikut.
1) Faktor Intern (faktor yang ada dalam diri Individu)
Faktor dari dalam diri siswa berpengaruh terhadap hasil belajar
diantaranya adalah kecakapan, minat, bakat, usaha, motivasi,
perhatian, kelemahan dan kesehatan, serta kebiasaan siswa. Salah satu
hal penting dalam kegiatan belajar yang harus ditanamkan dalam diri
siswa bahwa belajar yang dilakukannya merupakan kebutuhan dirinya.
2) Faktor Ekstern (faktor yang ada di luar diri Individu)
Faktor ini meliputi lingkungan fisik dan non-fisik (termasuk suasana
kelas dalam belajar, seperti riang gembira, menyenangkan),
lingkungan sosial budaya, lingkungan keluarga, program sekolah
(termasuk dukungan komite sekolah), guru, pelaksanaan
pembelajaran, dan teman sekolah. Guru merupakan faktor yang paling
berpengaruh terhadap proses maupun hasil belajar, sebab guru
merupakan manager atau sutradara dalam kelas.
d. Prinsip-Prinsip Belajar
Belajar tidak sederhana seperti yang digambarkan oleh ilmu jiwa
asosiasi melainkan sangat kompleks. Berikut adalah prinsip belajar
menurut Suprijono (2009:4).
9
Di dalam kelas, jika ditinggal sedikit saja oleh gurunya, ramainya bak pasar
pindah, dengan lalu lalang yang memusingkan.
Karakter peserta didik SD yang keempat, yaitu peserta didik senang
bekerja dalam kelompok. Dari pergaulannya dengan kelompok sebaya,
peserta didik belajar aspek-aspek yang penting dalam proses sosialisasi.
Peserta didik mulai belajar bekerja sama dan menumbuhkan rasa tanggung
jawabnya terhadap orang lain. Di sinilah pentingnya guru membentuk
kelompok belajar, kelompok regu kerja harian, kelompok memasak, dan lain-
lain. Diharapkan dengan model dan teknik pembelajaran tersebut peserta
didik menjadi lebih termotivasi untuk belajar membaca karena pembelajaran
lebih menarik sehingga peserta didik tidak merasa bosan.
Dengan demikian Penulis memandang perlu menggunakan model atau
metode pembelajaran yang membuat peserta didik semakin semangat untuk
belajar, sehingga mendapatkan pengalaman belajar dan hasil belajar yang
optimal.
tergantung pada frekuensi dan kualitas materi dengar, bicara, baca, tulis
yang dilakukan oleh seseorang dalam keseharianya. Semakin kerap
seseorang mendengar, berbicara, membaca, menulis dan semakin
berkualitasnya materi yang didengar, dibicarakan, dibaca dan ditulisnya
maka semakin komunikatiflah kalimat–kalimat yang dituturkanya. Dengan
demikian, kemampuan berbahasa orang tersebut semakin baik.
2. Ketentuan Pembelajaran Bahasa Indonesia
Ketentuan pembelajaran Bahasa Indonesia dalam Kurikulum Berbasis
Kompetensi dua di bawah ini.
a. Ketentuan untuk kelas 1 dan 2
Dalam kurikulum 2013 penekanan mata pelajaran bahasa Indonesia
pada aspek peningkatan kemampuan membaca dan menulis permulaan,
yang diharapkan akan membantunya untuk memahami teks bacaan pada
buku-buku di sekolah dalam kegiatan literasi. Kegiatan pembelajaran
menggunakan pendekatan saintifik untuk menciptakan pembelajaran yang
lebih bermakna. Pengelolaan waktunya diserahkan kepada sekolah
masing-masing.
b. Ketentuan untuk kelas 3, 4, 5, dan 6
Dalam kurikulum 2013 penekanan mata pelajaran bahasa Indonesia
pada aspek menigkatkan kemampuan berkomunikasi lisan dan tulis, yang
diharapkan akan selalu digunakan dalam kehidupan sehari-hari dalam
berkomunikasi. Sehingga peserta didik membiasakan diri untuk tidak lagi
menggunakan bahasa campuran saat berkomunikasi dengan teman-
temannya baik di sekolah, maupun di rumah. Kegiatan pembelajaran
menggunakan pendekatan saintifik untuk menciptakan pembelajaran yang
lebih bermakna.
3. Tujuan pembelajaran bahasa Indonesia
Hasil belajar Bahasa Indonesia dalam kurikulum 2013 ada enam hal
berikut ini:
a. Mendengarkan
Siswa mendengarkan dan mendenarkan tanggapan secara kritis
dengan pemahaman dan kepekaan terhadap gagasan, pendapat, dan
16
perasaan orang lain dalam berbagai bentuk wacana lisan dan informasi
yang dilihat
b. Berbicara
Siswa berbicara secara aktif untuk mengungkapkan gagasan, pendapat
dan perasaan, dalam berbagi bentuk dan cara kepada berbagai saasaran
sesuai dengan tujuan dan konteks pembicaraaan.
c. Membaca
Siswa membaca beragam teks, menunjukkan pemahaman secara kritis
terhadap gagasan pendapat dan perasaan baik tersurat maupun tersirat
memanfaaatkanya untuk berbagai tujuan serta gemar membaca berbagai
jenis teks.
d. Menulis
Siswa menulis berbagai jenis karangan untuk berbagai tujuan dan
pembaca dengan memperhatiklan kosakata, ejaan, tanda baca, strukrtur
kalimat, dan paragraf secara efektif.
e. Pemahaman Penggunaan
Siswa memahami penggunaan bahasa secara beragam bergantung
pada tujuan dan konteks, serta menguasai komponen-komponen
kebahasaan untuk mendukung penggunaan bahasa Indonesia.
Siswa mencintai, menghargai,dan menggunakan Bahasa Indonesia
sebagai bahasa nasional dan memahami bahwa bahasa Indonesia
mempunyai peran penting terhadap diri dan ingkunganya.
f. Apresiasi Sastra
Siswa mampu mengapresiasi dan berekspresi sastra dalam berbagai
jenis dan bentuk.
4. Materi Pembelajaran Bahasa Indonesia
Salah satu materi pembelajaran yang terdapat dalam mata pelajaran
Bahasa Indonesia adalah materi Menyusun Kalimat. Menyusun kalimat
yaitu mengatur, membuat, atau merangkai kata sehingga dapat
mengungkapkan pikiran atau pendapat yang utuh secara utuh dengan tata
cara penulisan dan penempatan kata dalam suatu kalimat yang baik
sehingga orang lain menjadi paham maksud dari kalimat tersebut.
17
semua unsur kalimat. Unsur kalimat yang harus ada dalam setiap kalimat
adalah subjek dan predikat, sedangkan unsur lainnya yaitu objek, dan
keterangan merupakan unsur penunjang dalam kalimat.
Ada macam-macam kalimat dalam bahasa Indonesia, salah satunya
adalah kalimat sederhana atau kalimat tunggal. Jenis kalimat inilah yang
menjadi dasar dan inti dari pengembangan kalimat. Menurut Abdul Chaer
(2006: 329-330) kalimat sederhana di bentuk dari klausa yang unsur-
unsurnya berupa kata atau frase sederhana.
Menurut Elson (Yola Merina, 2011) “kalimat diklasifikasikan menurut
komposisinya yakni tipe dari predikat dan korelasi dari predikat dengan
gabungan lainnya dari sebuah kalimat”. Jadi didalam kalimat memiliki
predikat sebagai penjelas dari suatu kalimat dan menjadi susunan kriteria
utama didalam sebuah teks. Selain itu menurut Elson (Yola Merina, 2011)
“secara semantik, kalimat merupakan suatu pemikiran yang lengkap dan
secara gramatikal kalimat sebagai pembentuk subjek dan predikat dan
secara gramatikal kalimat merupakan satuan yang terdiri dari satu subjek
dan predikat”.
Penjelasan di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa kalimat adalah
susunan kata yang berisi pemikiran yang di dalamnya terdapat setidaknya
unsur subjek dan predikat. Selanjutnya, kemampuan menyusun kalimat
adalah cara seseorang dapat mengatur, membuat, atau merangkai kata
sehingga dapat mengungkapkan pikiran/pendapat yang utuh dengan tata
cara penulisan dan penempatan kata dalam suatu kalimat yang baik
sehingga orang lain menjadi paham maksud dari kalimat tersebut. Materi
menyusun kalimat pada penelitian ini dibatasi pada menyusun kalimat
menggunakan empat kata yang di dalamnya terdapat setidaknya dua unsur
kalimat yaitu subjek dan predikat.
Dalam pembelajaran di kelas I SDN Cikereteg 03 Kecamatan Caringin
Kabupaten Bogor Tahun Ajaran 2018/2019 Kurikulum 2013 pada Tema 7
Subtema 1 Pembelajaran 2 fokus pada muatan pelajaran bahasa Indonesia
dengan materi Menyusun Kalimat, peserta didik dituntut untuk dapat
menyusun kalimat acak dengan baik, runtut, dan sistematis.
19
2. Metode Diskusi
Metode diskusi merupakan salah satu cara mendidik yang berupaya memecahkan
masalah yang dihadapi, baik dua orang atau lebih yang masing-masing mengajukan
argumentasinya untuk memperkuat pendapatnya. Untuk mendapatkan hal yang
disepakati, tentunya masing-masing menghilangkan perasaan subjektivitas dan
emosionalitas yang akan mengurangi bobot pikir dan pertimbangan akal yang
semestinya (Majid, 2008:141). Nana Sudjana (dalam Majid 2008: 142) menyatakan
diskusi pada dasarnya adalah tukar menukar informasi, pendapat dan pengalaman untuk
mendapatkan pengertian bersama yang lebih jelas dan teliti tentang sesuatu.
Metode diskusi bertujuan untuk (1) melatih peserta didik mengembangkan
keterampilan bertanya, berkomunikasi, menafsirkan dan menyimpulkan bahasan;
(2) melatih dan membentuk kestabilan sosio-emosional; (3) mengembangkan
kemampuan berpikir sendiri dalam memecahkan masalah sehingga tumbuh konsep diri
yang lebih positif; (4) mengembangkan keberhasilan peserta didik dalam menemukan
pendapat; (5) mengembangkan sikap terhadap isu–isu kontroversial; dan (6) melatih
peserta didik untuk berani berpendapat tentang sesuatu masalah, Mulyani Sumantri
(dalam Majid, 2008: 142).
Metode diskusi dalam penerapannya di dalam proses belajar mengajar
juga memiliki beberapa kelebihan dan kekurangan, antara lain:
a. Kelemahan Metode Diskusi
1) Memerlukan waktu yang lama untuk membagi kelompok dan
mengkondisikan tempat belajar berkelompok.
2) Peserta didik yang aktif mendominasi proses pembeajaran,
sementara peserta didik yang kurang aktif hanya diam.
b. Kelebihan Metode Diskusi
1) Guru mudah menguasai kelas.
21