Anda di halaman 1dari 11

HUBUNGAN PEMENUHAN KEBUTUHAN KALORI KERJA DENGAN

PRODUKTIVITAS DI PABRIK SEPATU

Aisyah Wahyu Novanda dan Endang Dwiyanti


Departemen Kesehatan dan Keselamatan Kerja
Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Airlangga
Email: novanda_w@yahoo.co.id

ABSTRACT
Indonesia faces global competition since the start of ASEAN and Asia Pasific free market who demand quality improvement
of human resources productivity. In the field of industry, this improvement is achieved through the implementation of
industrial nutritions. The purpose of this research was to look out accordance of industry-held employees food based on
work calories needs fulfillment with the relation between calori intake and productivity. This experiment was conducted
with cross-sectional design using a quantitative approach. The respondents were 93 people drawn from the population
as proportionate random sampling. Study variables were obtained through questionnaire, measurement, and secondary
data from the study site. The independent variables included age, gender, level of workload, and individual caloric
intake from lunch company. The dependent variabel is labor productivity. The results showed the majority of respondents
classified as firts adult category (19–29 years), female gender, level of light workload. Average of work calorie needs by
AKG 2004 is 743.44 kcal while the average of calorie at company lunch is 451.88 kcal. Company lunch only meet 61%
work calories needs. Average of individual calorie intake is 324.14 kcal or 71.46% of the calories were supplied. The
level of labor productivity on average by 97%. The analysis showed a significant relationship between age and level of
workload with productivity. While gender and individual caloric intake was not associated with productivity. Conclusion is
organizing a lunch does not meet work caloric needs work, providing lunch industries play a role in meeting work caloric
needs. The advice given to the company is the addition of a lunch portion, diversified menu in order to achieve increased
productivity.

Keywords: workload level, work caloric needs, productivity

ABSTRAK
Indonesia menghadapi persaingan global sejak dimulainya pasar bebas ASEAN dan Asia Pasifik yang menuntut
peningkatan kualitas sumber daya manusia produktif. Pada bidang industri, peningkatan ini dicapai dengan pemenuhan
gizi kerja melalui penyelenggaraan makan industri. Penelitian ini bertujuan mengetahui kesesuaian penyelenggaraan
makan siang industri berdasarkan pemenuhan kebutuhan kalori kerjanya serta hubungan intake kalori individu dengan
produktivitasnya. Penelitian dilaksanakan dengan rancangan cross sectional menggunakan pendekatan kuantitatif.
Responden penelitian sebanyak 93 orang yang ditarik dari populasi secara proportionate random sampling. Variabel
penelitian didapatkan melalui kuesioner, pengukuran, serta data sekunder dari lokasi penelitian. Variabel bebas penelitian
meliputi umur, jenis kelamin, tingkat beban kerja, serta intake kalori individu dari makan siang perusahaan. Sedangkan
variabel terikat adalah produktivitas kerja. Hasil penelitian menunjukkan mayoritas responden tergolong kategori umur
dewasa muda (19–29 tahun), berjenis kelamin perempuan, tingkat beban kerja ringan. Rata-rata kebutuhan kalori kerja
responden berdasarkan AKG 2004 sebesar 743,44 kkal sedangkan rata-rata kalori makan siang industri sebesar 451,88
kkal. Makan siang industri hanya memenuhi 61% rata-rata kebutuhan kalori kerja. Intake kalori tenaga kerja rata-rata
sebesar 324,14 kkal atau sebesar 71,46% dari kalori yang disediakan. Tingkat produktivitas kerja rata-rata sebesar
97%. Hasil analisis menunjukkan hubungan yang signifikan antara umur dan tingkat beban kerja dengan produktivitas.
Sedangkan jenis kelamin dan intake kalori individu tidak berhubungan dengan produktivitas. Kesimpulan penelitian adalah
penyelenggaraan makan siang belum sesuai dengan kebutuhan kalori kerja, penyediaan makan siang industri memegang
peranan dalam memenuhi kebutuhan kalori kerja. Saran yang diberikan bagi perusahaan adalah penambahan porsi makan
siang, diversifikasi menu demi tercapainya peningkatan produktivitas.

Kata kunci: tingkat beban kerja, kebutuhan kalori kerja, produktivitas

PENDAHULUAN nasional dilaksanakan dalam rangka pembangunan


Undang-Undang No. 13 Tahun 2003 tentang manusia seutuhnya dan pembangunan masyarakat
ketenagakerjaan menyatakan bahwa pembangunan Indonesia seluruhnya untuk mewujudkan masyarakat
yang sejahtera, adil, makmur, yang merata baik

117
118 The Indonesian Journal of Occupational Safety and Health, Vol. 3, No. 2 Jul-Des 2014: 117–127

materil maupun spiritual berdasarkan Pancasila diperhitungkan sesuai beban kerja, lama pekerjaan,
dan UUD 1945. Dalam pelaksanaan pembangunan serta pertimbangan situasi kerja.
nasional, tenaga kerja mempunyai peranan dan Dengan waktu kerja sekitar 8 jam, tenaga kerja
kedudukan yang sangat penting sebagai pelaku dan memerlukan energi makanan yang mengandung
tujuan pembangunan (Depnaker, 2003). 2/5 (40%) kalori dari total kebutuhan dalam sehari
Terkait dengan hal tersebut, Indonesia saat ini yang diwujudkan dalam pemberian 30% makan
menghadapi tantangan globalisasi dan liberalisasi lengkap ditambah 10% selingan. Penyelenggaraan
perdagangan setelah disetujuinya kesepakatan gizi kerja yang tepat tidak hanya membawa dampak
General Agreement on Trade in Service (GATTS) bagi kesehatan dan kesejahteraan tenaga kerja, tetapi
dan Trade-Related Aspects of Intellectual Property juga meliputi efisiensi keuangan perusahaan serta
Right (TRIPS), dimulainya pasar bebas ASEAN efektivitas tujuan pengusaha.
tahun 2003 dan pasar bebas Asia Pasific pada tahun Pada kenyataannya, penyelenggaraan makanan
2020. di perusahaan selama ini masih menghadapi masalah
Kesepakatan ini secara pasti akan khususnya di perusahaan yang melayani karyawan
mempengaruhi berbagai aspek penyelenggaraan dalam jumlah banyak. Sebaiknya pemberian
pembangunan sebagai konsekuensi masuknya makanan bagi tenaga kerja dilakukan dalam bentuk
modal dan tenaga asing. Dampak nyata yang harus pemberian makanan langsung oleh pihak pengusaha.
dihadapi adalah tuntutan sumber daya manusia yang Salah satu keuntungan pemberian makanan langsung
lebih berkualitas ke arah peningkatan kecerdasan dikantin perusahaan untuk menjamin bahwa
dan produktivitas kerja sesuai dengan tema sentral anggaran makan digunakan sesuai fungsinya,
pembangunan nasional dalam Garis Besar Haluan memastikan pekerja memenuhi 3x makanan lengkap
Negara (GBHN). dalam sehari serta dapat dilakukan kontrol efisiensi
Di Negara maju, usaha menurunkan kesakitan keuangan melalui kecukupan gizi pekerja.
dan mengurangi hari non-produktif senantiasa Pemahaman dan wawasan pihak perusahaan
dilakukan untuk mengurangi terjadinya kehilangan khususnya pengelola gizi tentang gizi kerja masih
produktivitas (lost of productivity). Upaya promotif- relatif rendah. Sebagai contoh penelitian yang
preventif yang tepat berupa pra-investasi terbukti dilakukan pada makan siang yang disediakan bagi
lebih cost effective di mana return on investment karyawan PT Putri Gelora Jaya, Tandes pada tahun
nya yaitu mencegah kerugian karena seseorang tidak 2000, menyebutkan bahwa rata-rata kandungan zat
menjadi sakit. Seseorang yang tidak sakit dapat gizi dari makan siang memiliki tingkat kecukupan
bekerja terus, produktivitas meningkat sehingga protein yang masih berada di bawah anjuran, dari
mendorong pertumbuhan ekonomi masyarakat. segi komposisi dan jumlah untuk sayuran dan buah
Salah satu bentuk investasi rasional untuk
masih tergolong kurang.
memperbaiki kualitas tenaga kerja adalah keharusan
Analisis Pemenuhan Kebutuhan Gizi Karyawan
penerapan gizi kerja di perusahaan Anies (2005)
oleh Nurhayati (2010) pada bagian Admin Di
dalam Wardhani (2008). Perbaikan gizi kerja
mempunyai makna penting dalam upaya peningkatan Betara Gas Plant – Petrochina Internasional
kesehatan, kecerdasan, dan produktivitas kerja Jabung, LTD juga menyatakan bahwa sebesar
(Karyadi dan Muhilal, 2010). Stockley (2003) 100% atau keseluruhan responden dalam penelitian
menyatakan dalam pengertian human capital bahwa melaksanakan makan siang di kantin. Untuk asupan
manusia dalam organisasi dianggap sebagai aset kalori tenaga kerja yang masuk ke dalam tubuh
yang bernilai sama dengan aset fisik lainnya dalam dengan yang semestinya, 54% mengalami kelebihan
hal kontribusi terhadap kinerja dan produktivitas kalori dan 46% mengalami kekurangan kalori.
organisasi. Sehingga setiap bentuk pengeluaran untuk Pekerja yang tergolong dalam kondisi kurang
pelatihan, pengembangan, dan jaminan kesehatan kalori dapat mengalami penurunan konsentrasi serta
tidak lagi dianggap sebagai biaya tambahan (cost) ketelitian dalam melakukan pekerjaannya sehingga
bagi perusahaan tetapi merupakan investasi. memungkinkan terjadinya kecelakaan kerja bila
Penyediaan makanan bagi tenaga kerja didukung dengan penggunaan alat kerja yang
merupakan bagian dari kegiatan pabrik atau pemilik membutuhkan konsentrasi tinggi. Sedangkan pekerja
perusahaan yang dalam penyelenggaraannya dengan kategori kelebihan kalori akan mudah
seyogyanya diperhitungkan dengan teliti, mengantuk, malas, serta terjadi penurunan kecepatan
Aisyah dan Endang, Hubungan Pemenuhan Kebutuhan Kalori Kerja… 119

dalam bekerja. (Marsetyo dan Kartasapoetra, laki-laki maupun perempuan dari berbagai tingkatan
2003). Di samping dapat berdampak pada masalah umur dan didukung oleh mesin-mesin berteknologi.
kesehatan pekerja. Dalam produksinya, pekerjaan yang dihadapi sangat
Konsumsi makanan yang baik (kuantitas dan bervariasi sehingga masing-masing memiliki tingkat
kualitas), status gizi baik, serta kesegaran jasmani beban kerja yang berbeda. Berdasarkan wawancara
membuat status kesehatan seseorang baik sehingga terhadap beberapa pekerja secara informal,
memungkinkan untuk menyelesaikan pekerjaannya didapatkan bahwa shift kerja yang dimulai pukul
tanpa kelelahan berarti. 06.00 WIB menyebabkan tenaga kerja sering tidak
Makan siang merupakan aspek penting melakukan sarapan pagi atau memiliki kebiasaan
dalam gizi kerja karena manusia pada dasarnya sarapan pagi seadanya. Sedangkan sistem target
menghabiskan waktu terbanyak untuk beraktivitas produksi yang diberlakukan perusahaan kerapkali
di siang hari. Selain makan pagi, makan siang membuat tenaga kerja tidak memenuhi kebutuhan
adalah hal yang menjamin manusia beraktivitas makan siangnya.
dengan baik setiap harinya. Namun, banyak fakta Oleh karena itu dilakukan penelitian ini dengan
yang menunjukkan bahwa pekerja seringkali tujuan untuk menilai kesesuaian penyelenggaraan
menyepelekan kegiatan makan siangnya dengan makan siang perusahaan dengan pemenuhan
tidak melakukan makan siang atau melakukan kebutuhan kalori kerjanya (dilihat dari karakteristik
makan siang dengan sekedarnya. umur, jenis kelamin, dan tingkat beban kerjanya),
Penelitian yang dilakukan pada pekerja wanita menganalisis hubungan antara intake kalori individu
di sentra industri sandal Desa Wedoro Kabupaten dari makan siang dengan produktivitasnya, serta
Sidoarjo tahun 2004 menyebutkan bahwa mayoritas menganalisis hubungan pemenuhan kebutuhan
pekerja sebesar 43% mengonsumsi makanan lengkap kalori kerja (sesuai dengan karakteristik umur,
(makanan utama) sebanyak 2× dalam sehari. Dari jenis kelamin, dan tingkat beban kerjanya) dengan
responden yang termasuk dalam kategori tidak produktivitas di PT X.
lengkap menu utamanya, sebesar 53,3% responden
meninggalkan makan siangnya dengan alasan malas. METODE
Distribusi responden menurut tingkat kecukupan
energi sebesar 33,3% dikategorikan defisit, 26,7% Berdasarkan jenis penelitian termasuk penelitian
termasuk kategori kurang. analitik dengan metode observasional yaitu
Penelitian lain di industri Sanding I, Patal, penelitian tanpa melakukan perlakuan atau hanya
Bekasi menyebutkan bahwa kontribusi energi makan bersifat observasional. Sedangkan berdasarkan
siang yang dikonsumsi di tempat kerja yaitu 33,49% desain penelitiannya adalah cross sectional karena
(633 kal) masih kurang dari jumlah energi yang peneliti hanya mengobservasi variabel penelitian
dikeluarkan untuk bekerja di pabrik. pada satu waktu. Penelitian ini dilakukan di PT X
Berdasarkan hasil ketidak seimbangan dengan pertimbangan jenis pekerjaan yang ada di
kalori intake yang terkandung dalam makanan industri tersebut bervariasi (tingkat beban kerja
dibandingkan dengan jumlah kalori yang dikeluarkan ringan, sedang, dan berat), pekerja terdiri dari
pekerja saat bekerja, diperlukan perbaikan gizi berbagai kelompok umur dan jenis kelamin, serta
terhadap berbagai tingkat beban kerja yang berbeda pihak perusahaan menyelenggarakan makan siang
(Yulanda, 2011). bagi pekerjanya dengan cara menyediakan makanan
Berdasarkan penelitian didapatkan bahwa rata- langsung.
rata perusahaan yang telah menyediakan makan bagi Populasi dalam penelitian adalah semua
para pekerjanya, total kalori yang terkandung dalam tenaga kerja di Bagian Produksi Gedung I PT X
makanan belum dapat memenuhi kebutuhan kalori yang berjumlah 1146 orang. Adapun sampel
sesuai jenis pekerjaannya, sehingga produktivitas penelitian diambil dengan metode proportionate
kerja belum optimal. random sampling dengan jumlah 92 pekerja yang
Industri sepatu merupakan salah satu industri diambil secara acak dari daftar sampel yang telah
yang menyerap banyak tenaga kerja khususnya ditentukan. Pengambilan sampel dalam penelitian
wanita yang rentan terhadap masalah gizi dan ini menerapkan beberapa kriteria inklusi meliputi
kesehatan sehingga perlu memperhatikan penyediaan responden tidak memiliki riwayat penyakit jantung,
makanan dari institusi. PT X yang terletak di Jawa hypertensi, dan hypotensi; responden wanita tidak
ini mempekerjakan lebih dari 7000 karyawan baik sedang haid, hamil dan menyusui; sehat (tidak sakit
120 The Indonesian Journal of Occupational Safety and Health, Vol. 3, No. 2 Jul-Des 2014: 117–127

dalam satu minggu terakhir); bersedia mengikuti Jenis Kelamin


prosedur penelitian sampai selesai, dan merupakan Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebesar
tenaga kerja pada shift pagi. 86,02% responden berjenis kelamin perempuan.
Variabel yang digunakan dalam penelitian Responden laki-laki paling banyak terdapat pada
adalah variabel bebas dan variabel terikat. Variabel bagian injection pada bagian cutting dan stittching
bebas dalam penelitian meliputi umur, jenis kelamin, seluruh responden berjenis kelamin perempuan.
tingkat beban kerja, serta jumlah intake kalori
individu dari makan siang responden. Variabel terikat Tingkat Beban Kerja
dalam penelitian adalah tingkat produktivitas tenaga
kerja. Pengumpulan data menggunakan data primer Beban Kerja fisik dalam penelitian ini diukur
dan data sekunder. Data primer meliputi pengisian dengan metode denyut nadi kerja yang dinyatakan
kuesioner dan pengukuran. Data sekunder diperoleh oleh Kilbo (1992) dengan metode 10 denyut.
dari beberapa data yang sudah tersedia di tempat Pengukuran denyut nadi kerja (DNK) dilakukan
penelitian. Data yang telah dikumpulkan kemudian secara palpasi (perabaan) denyut nadi didaerah
dianalisis dengan program statistik menggunakan pergelangan tangan (arteri radialis) sebanyak 2 kali
uji Pearson Chi Square dengan tingkat kemaknaan pada saat jam kerja yaitu pada pukul 09.00 dan
(α) sebesar 0,05. 09.30 WIB.
Hasil rekapitulasi perhitungan denyut nadi
diinterpetasikan sesuai kategori berat ringannya
HASIL beban kerja menurut Christensen (1991:1699) dalam
PT X yang menjadi lokasi penelitian merupakan Tarwaka (2004) dengan hasil sebagai berikut:
perusahaan yang bergerak dibidang manufaktur
untuk alas kaki dan asesorisnya. Perusahaan ini Tabel 1. Tingkat Beban Kerja
telah memiliki satu bagian terkait K3 yaitu Tingkat Frekuensi Persentase
departemen Health and Safety Environment (HSE) Beban Kerja (n) (%)
dan menerapkan beberapa program K3. Pada bagian Ringan 84 90,32
produksi, tenaga kerja dibagi dalam empat bagian Sedang 9 9,68
kerja meliputi cutting, stitching, injection serta Total 93 100
finishing di mana semua pekerjaan melibatkan mesin
yang pengoperasiannya menggunakan alat gerak Berdasarkan Tabel 1. Menunjukkan bahwa
bagian atas (kedua tangan). mayoritas responden atau sebesar 90,32% termasuk
Waktu kerja di PT X adalah dari hari Senin dalam kategori tingkat beban kerja ringan. Tidak
sampai sabtu dengan lama kerja adalah 8 jam kerja terdapat tingkat beban kerja berat.
sehari dikurangi waktu istirahat dengan durasi
30 menit. Berdasarkan data yang dikumpulkan dari Kebutuhan Kalori Kerja Selama 8 Jam Kerja
responden didapatkan bahwa karakteristik responden Besarnya kebutuhan kalori kerja disini mengacu
dalam penelitian ini adalah: pada Standar Angka Kecukupan Gizi (AKG, 2004)
dengan mempertimbangkan variabel umur, jenis
Umur kelamin, serta tingkat beban kerja (aktivitas fisik)
Berdasarkan pengkategorian umur menurut yang dilakukan seorang tenaga kerja. Sedangkan
standar kebutuhan kalori sesuai dengan Angka variabel berat badan menggunakan berat badan
Kecukupan Gizi (AKG) 2004, sebagian besar patokan.
responden termasuk dalam kategori umur dewasa Tabel 2 di bawah menunjukkan bahwa rata-rata
muda (19–29 tahun) yaitu sebesar 62,37% dan tidak kebutuhan kalori kerja tenaga kerja di PT X sebesar
ada responden yang tergolong dalam umur dewasa 743,44 kkal. Angka kebutuhan kalori terendah
akhir (50–64 tahun). adalah 680 kkal sedangkan angka kebutuhan kalori
Bagian kerja injection dan finishing didominasi kerja tertinggi adalah 1020 kkal. Dari hasil estimasi
oleh tenaga kerja dewasa muda. Bagian kerja interval diyakini bahwa 95% responden memiliki
stitching didominasi tenaga kerja dewasa tengah. rata-rata kebutuhan kalori kerja antara 723,58 kkal
Sedangkan bagian kerja cutting, tenaga kerja terbagi sampai dengan 763,30 kkal.
merata dalam umur dewasa muda dan dewasa Hasil penaksiran kebutuhan kalori kerja selama
tengah. 8 jam kerja adalah sebagai berikut:
Aisyah dan Endang, Hubungan Pemenuhan Kebutuhan Kalori Kerja… 121

Tabel 2. Kebutuhan Kalori Kerja Intake Kalori Makan Siang Tenaga Kerja
Kebutuhan Kalori Frekuensi Persentase Jumlah kalori yang dikonsumsi (intake kalori)
Kerja (kkal) (n) (%) individu dalam makan siang dihitung dengan
680 33 33,50 mengurangkan jumlah kalori yang tersedia dalam
720 42 45,20 makan siang dengan jumlah kalori sisa yang tidak
760 5 5,40 dimakan. Jumlah kalori sisa diketahui dengan
960 10 10,80 penimbangan sisa makanan kemudian dikonversi
1020 3 3,20 dengan program nutrisurvey tanpa memperhitungkan
Total 93 100
kuah sayur dalam makanan.
Gambaran Jumlah Kalori yang Tersedia dalam Hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-
Menu Makan Siang Perusahaan rata intake kalori makan siang tenaga kerja adalah
324,14 kkal dengan intake kalori makan siang
Setiap tenaga kerja pada tempat penelitian terendah sebesar 135 kkal dan tertinggi sebesar
mendapatkan jatah makan siang berupa satu baki 549 kkal. Serta berdasarkan estimasi interval
(tray) makanan lengkap dengan komposisi menu diyakini bahwa 95% intake kalori makan siang
serta berat yang sama antar tenaga kerja. Jumlah tenaga kerja antara 310,60 kkal sampai dengan
kalori yang terkandung dalam satu porsi makan siang 337,70 kkal.
yang disediakan pihak perusahaan dilakukan dengan
metode penimbangan makanan (food weighting) Produktivitas Kerja
terhadap 5 macam menu makan siang dalam 5 hari
Produktivitas tenaga kerja diperoleh melalui
kerja untuk kemudian dikonversi menggunakan
data sekunder perusahaan yang kemudian dilakukan
program nutrisurvey.
perhitungan oleh peneliti. Data sekunder disini
Hasil penelitian menunjukkan bahwa makan
meliputi target dan output yang dihasilkan pekerja
siang bagi tenaga kerja selalu terdiri dari nasi,
dalam satuan jam selama jam kerja dalam sehari dan
lauk, sayur, sambal, kerupuk, tanpa buah. Rata-rata
dikumpulkan selama 3 hari kerja.
kandungan kalori dalam makan siang perusahaan
Tabel di bawah ini menunjukkan mayoritas
adalah sebesar 451,88 kkal.
responden yaitu sebesar 59,10% memiliki
Pemenuhan Kebutuhan Kalori Kerja produktivitas yang tergolong kurang dari target.
Rata-rata produktivitas tenaga kerja adalah 97,90%
Tingkat pemenuhan kebutuhan kalori kerja dengan produktivitas terendah sebesar 83% dan
diperoleh dengan cara membandingkan antara produktivitas tertinggi sebesar 125,00%. Berdasarkan
jumlah kebutuhan kalori kerja selama 8 jam kerja estimasi interval diyakini bahwa 95% produktivitas
dengan jumlah kalori yang disediakan perusahaan. tenaga kerja di tempat penelitian antara 96,39%
Standar yang digunakan adalah Peraturan Dewan sampai dengan 99,42%.
Keselamatan dan Kesehatan Kerja Nasional (1994) Produktivitas kerja kemudian dinyatakan
yang menyatakan bahwa dengan waktu kerja sekitar sebagai hasil persentase dari rata-rata output per
8 jam, tenaga kerja memerlukan energi makanan jam individu dibagi dengan rata-rata target per jam
yang mengandung 2/5 (40%) kalori dari total individu yang hasilnya sebagai berikut:
kebutuhan dalam sehari.
Hasil dari perbandingan tersebut adalah Tabel 3. Produktivitas Kerja
menunjukkan bahwa 5 macam menu makan siang
perusahaan selama 5 hari kerja memiliki total Frekuensi Persentase
Produktivitas kerja
kandungan kalori yang berada di bawah kebutuhan (n) (%)
Kurang dari target 55 59,10
kalori kerja yang seharusnya dibutuhkan tenaga
Sesuai Target 17 18,30
kerja untuk melakukan aktivitas kerjanya. Rata-rata
Lebih dari target 21 22,60
kandungan kalori yang tersedia hanya memenuhi Total 93 100
61% rata-rata kebutuhan kalori kerja.
122 The Indonesian Journal of Occupational Safety and Health, Vol. 3, No. 2 Jul-Des 2014: 117–127

Hubungan Antar Variabel Sample Kolmogorof-Smirnov menghasilkan nilai


Tabel 4. Perbandingan Rata-rata Intake Kalori sig. = 0,949 > α = 0,05 yang artinya tidak terdapat
Makan siang Berdasarkan Jenis Menu perbedaan tingkat beban kerja antara jenis kelamin
Yang Di sediakan di PT X laki-laki dan perempuan.

Jumlah Perbedaan Intake Kalori Dengan Menu, Jenis


Rata-rata
Menu
Kalori
intake kalori
Persentase Kelamin, Serta Umur yang Berbeda
Tersedia intake (%)
(kkal) Berdasarkan intake kalori terhadap tiga macam
(kkal)
Menu 1 510,15 359,4 70,45 menu makan siang, analisis statistik menggunakan
Menu 2 447,2 318,9 71,31 uji Anova Same Subjek menghasilkan nilai
Menu 3 425,7 309,2 72,63 sig. = 0,07 > α = 0,05 yang berarti tidak ada
Rata-rata 461,02 324,13 71,46 perbedaan intake kalori pada menu siang yang
berbeda.
Tabel 4 di atas menunjukkan bahwa menu yang Berdasarkan intake kalori makan siang menurut
paling disukai terbukti melalui intake kalori terbesar variabel umur dan jenis kelamin, analisis statistik
adalah menu pada hari ke-3 (nasi soto ayam). Rata- menggunakan uji Chi Square menghasilkan nilai
rata intake kalori dalam tiga hari penelitian adalah sig.= 0,396 dan 0,337 > α = 0,05 yang berarti tidak
sebesar 71,46%. Hal ini berarti rata-rata tenaga terdapat perbedaan intake kalori makan siang antara
kerja tidak menghabiskan seluruh makan siang yang jenis kelamin laki-laki dan perempuan maupun
disediakan untuk mereka. antara berbagai kelompok umur.
Tabel 5 di atas menunjukkan bahwa mayoritas
tingkat beban kerja responden di seluruh bagian Tabel 6. Hubungan Antara Jenis Kelamin,
kerja tergolong dalam tingkat beban kerja ringan. Umur, dan Total Beban Kerja dengan
Tingkat beban kerja sedang terbanyak terdapat pada Produktivitas Kerja di Bagian Produksi
bagian kerja injection. Adapun hasil uji statistik Gedung I PT X
menggunakan uji Kruskal-Wallis menghasilkan nilai
Produktivitas Kerja
sig. = 0,277 > α = 0,05 yang artinya tidak terdapat
Kurang Lebih
perbedaan tingkat beban kerja antar bagian kerja. Sesuai Total
Dari Dari
Target
Target Target
Tabel 5. Perbedaan Tingkat Beban Kerja Antar Jenis Kelamin
Bagian Kerja dan Jenis Kelamin Produksi Laki-laki 7 6 0 13
di gedung I PT X Perempuan 48 11 21 80
Total 55 17 21 93
Tingkat Beban
Umur
Kerja Total Sig
19–29 Tahun 30 16 12 58
Ringan Sedang
30–49 Tahun 25 1 9 35
Bagian Kerja
Total 55 17 21 93
Cutting 8 0 8 0,277
Total Beban Kerja
Stitching 54 3 57
Ringan 50 13 21 84
Injection 8 4 12
Sedang 5 4 0 9
Finishing 14 2 16
Total 55 17 21 93
Total 84 9 93
Jenis Kelamin
Laki-laki 10 3 13 0,949
Tabel 6 di atas menunjukkan bahwa mayoritas
Perempuan 74 6 80 tenaga kerja baik pada tenaga kerja laki-laki maupun
Total 84 9 93 perempuan, mayoritas produktivitasnya tergolong
kurang dari target serta tidak terdapat tingkat
Tabel 5 di atas menunjukkan bahwa baik produktivitas yang tergolong melebihi target pada
pada laki-laki maupun perempuan, tingkat beban tenaga kerja laki-laki. Analisis statistik menggunakan
kerja terbanyak sebesar 90,32% tergolong tingkat uji Pearson Chi Square menghasilkan nilai
beban kerja ringan. Tingkat beban kerja sedang sig. = 0,07 > α = 0,05 yang artinya tidak ada
lebih banyak terdapat pada tenaga kerja laki-laki. hubungan antara jenis kelamin dengan tingkat
Adapun hasil uji statistik menggunakan uji Two - produktivitas kerjanya. Kemudian berbagai
Aisyah dan Endang, Hubungan Pemenuhan Kebutuhan Kalori Kerja… 123

kelompok umur, tingkat produktivitas yang responden dalam penelitian menunjukkan bahwa
terbanyak yaitu kurang dari target sebesar 51,72% 62,37% termasuk dalam kategori umur dewasa
dan 71,40%. Produktivitas kerja yang sesuai target muda serta tidak terdapat responden dalam kategori
lebih banyak dicapai oleh tenaga kerja dewasa umur dewasa akhir. Hal ini jika ditinjau berdasarkan
muda yaitu sebesar 27,60% sedangkan tingkat pernyataan Depkes RI (1994) bahwa seluruh
produktivitas kerja lebih dari target lebih banyak responden dalam penelitian tergolong dalam usia
dicapai oleh tenaga kerja dewasa tengah yaitu produktif (15–54 tahun). Umur seseorang berbanding
sebesar 25,70%. Analisis statistik menggunakan langsung dengan kapasitas fisik seseorang sampai
uji Pearson Chi Square menghasilkan nilai sig. = batas tertentu dan mencapai puncaknya pada umur
0,011 > α = 0,05 yang artinya terdapat hubungan 25 tahun.
antara umur dengan tingkat produktivitas kerja. Mayoritas tenaga kerja yang bekerja pada
Pada tingkat beban kerja ringan ataupun sedang, lokasi penelitian belum mengalami perasaan
mayoritas memiliki produktivitas dengan kategori kelelahan yang terlalu tinggi serta gangguan
kurang dari target yaitu sebesar 59,52% dan 55,55%. otot yang dapat menurunkan kapasitas kerjanya.
Sedangkan pada tenaga kerja dengan tingkat beban Selain itu (Suma’mur, 1979) menyatakan bahwa
kerja sedang tidak ada yang nilai produktivitasnya persentase kecelakaan menurut umur terutama kasus
melebihi target. Analisis statistik menggunakan uji cacat sementara paling banyak terjadi pada umur
Pearson Chi Square menghasilkan nilai sig. = 0,031 muda yaitu 20–24 tahun dan menurun risikonya
> α = 0,05 yang artinya terdapat hubungan antara sesuai pertambahan umur, sehingga diperlukan
tingkat beban kerja dan tingkat produktivitas kerja. perlindungan yang diprioritaskan terhadap tenaga
kerja muda.
Hubungan Antara Intake Kalori Makan Siang Sedangkan sebesar 37,63% tenaga kerja
dengan Produktivitas Kerja termasuk dalam kategori umur dewasa madya di
Analisis statistik menggunakan uji Pearson Chi mana semakin tinggi umur tenaga kerja sebanding
Square menghasilkan nilai sig. = 0,491 > α = 0,05 dengan lamanya masa kerja di industri tersebut.
yang artinya tidak terdapat hubungan antara intake Noor dan Berta (2012) menyatakan bahwa lamanya
kalori makan siang tenaga kerja dengan tingkat masa kerja akan menambah rasa disiplin, kreatif,
produktivitasnya. inovatif, dan sikap profesional dalam bekerja.
Distribusi jenis kelamin tenaga kerja menunjukkan
Hubungan Antara Pemenuhan Kebutuhan Kalori sebesar 86,02% responden dalam penelitian berjenis
Kerja Dengan Produktivitas Kerja kelamin perempuan. Hal ini dikarenakan bahwa
mayoritas pekerjaan pada bagian produksi di lokasi
Secara umum, dapat dinyatakan bahwa
penelitian merupakan pekerjaan yang membutuhkan
pemenuhan kebutuhan kalori kerja yang dilakukan
keterampilan dan tidak membutuhkan kekuatan otot
perusahaan berhubungan secara tidak langsung
dan fisik yang berlebih. Keseluruhan pekerjaan
terhadap produktivitas tenaga kerja. Hal ini dilihat
menggunakan mesin dari sederhana sampai
dari penyediaan makan siang perusahaan yang hanya
berteknologi dengan pengoperasian menggunakan
memenuhi 61% rata-rata kebutuhan kalori kerja
anggota tubuh bagian atas. Depkes RI (1994)
sebanding dengan tingkat produktivitas kerja rata-
menyebutkan bahwa kekuatan otot bagian atas
rata yang dicapai tenaga kerja yang belum memenuhi
wanita adalah 50% dari kekuatan otot pada pria.
target yaitu hanya sebesar 97,9032%.
Tingginya angka tenaga kerja berjenis kelamin
perempuan menyebabkan perlunya pendidikan
PEMBAHASAN dalam keselamatan secara khusus terkait cara
berpakaian yang dapat mengurangi risiko kecelakaan
Penelitian dilakukan pada 93 tenaga kerja di
(Suma’mur, 2008). Andianto (2010) menyatakan
bagian produksi Gedung I PT X di Jawa. Responden
bahwa seorang tenaga kerja wanita, dari faktor
dalam penelitian memenuhi karakteristik sesuai
fisik maupun biologis memiliki kecenderungan
kriteria inklusi.
meningkatkan tingkat absenteisme yang berpengaruh
Umur seseorang berdasarkan standar kebutuhan
pada tingkat produktivitas kerjanya.
kalori sesuai dengan Angka Kecukupan Gizi (AKG)
Distribusi tingkat beban kerja responden
2004 dibedakan menjadi 3 yaitu dewasa muda,
dalam penelitian berdasarkan pengukuran tingkat
dewasa madya, dan dewasa akhir. Distribusi umur
beban kerja fisik dengan metode denyut nadi kerja
124 The Indonesian Journal of Occupational Safety and Health, Vol. 3, No. 2 Jul-Des 2014: 117–127

menunjukkan bahwa sebesar 90,32% termasuk (Sediaoetama,2008). Berdasarkan perhitungan


dalam tingkat beban kerja ringan serta tidak nilai kalori dengan program nutrisurvey terhadap
terdapat tingkat beban kerja berat. Tarwaka, dkk 5 macam menu makan siang selama 5 hari, rata-rata
(2004) menyatakan berat ringannya beban kerja kandungan kalori dalam makan siang perusahaan
sangat dipengaruhi oleh jenis aktivitas (sebagai adalah sebesar 451,88 kkal. Hal ini berarti bahwa
beban utama) dan lingkungan kerja (sebagai beban secara kuantitas, jumlah kalori yang disediakan
tambahan). Hal ini sesuai dengan pengkategorian perusahaan untuk memenuhi kebutuhan kalori
tingkat beban kerja berdasarkan penggolongan jenis kerja sesuai Peraturan Dewan Keselamatan dan
pekerjaan menurut Depnakertrans (2002) bahwa Kesehatan Kerja Nasional (1994) belum terpenuhi.
jenis aktivitas fisik yang dilakukan tenaga kerja di Jumlah kalori yang disediakan pihak perusahaan
lokasi penelitian adalah pekerjaan yang sedikit sekali hanya memenuhi 61% kebutuhan kalori kerja tenaga
menggunakan otot dan termasuk dalam kategori kerjanya yang berarti terjadi keseimbangan energi
jenis pekerjaan ringan. Sejalan dengan hal tersebut, negative. Dampak nyata dari kondisi ini adalah
ditinjau dari tabel pengeluaran energy menurut jenis menurunnya berat badan seseorang yang akan
kegiatan yang dinyatakan sebagai kelipatan BMR berdampak pula pada menurunnya daya tahan tubuh,
menurut WHO tahun 1985 bahwa jenis aktivitas konsentrasi, kemampuan bekerja, dan meningkatkan
tenaga kerja di lokasi penelitian juga tergolong risiko penyakit tertentu.
dalam kategori pekerjaan ringan. Penyelenggaraan makan institusi pada lokasi
Adapun perbedaan tingkat beban kerja sedang penelitian, ditinjau dari cara pengelolaan makanan
sebesar 9,68% memiliki dua kemungkinan. Pertama, bagi tenaga kerjanya sesuai Depkes RI (1992),
sesungguhnya tingkat beban kerja ini tergolong termasuk dalam pengelolaan makanan yang
ringan dengan faktor pengaruh dari ukuran tubuh diselenggarakan sendiri oleh perusahaan dengan
seseorang, umur, emosi, serta adanya gangguan system pelayanan kafetaria umum. Dari segi waktu
kesehatan tertentu. Kedua, persentase tingkat beban pemberian makannya, sudah sesuai yaitu 3–4 jam
kerja sedang sesungguhnya lebih tinggi dikarenakan setelah bekerja di mana daya kerja seseorang sudah
faktor lamanya masa kerja yang menyebabkan mulai menurun pada waktu tersebut.
perasaan lebih ringan dalam bekerja akibat telah Frekuensi penyelenggaraan makanan yang
terbiasa. dilakukan perusahaan berupa satu kali makan
Berdasarkan analisis terhadap hasil penelitian, lengkap tanpa selingan sudah sesuai ditinjau dari
didapatkan bahwa rata-rata kebutuhan kalori kerja sifat penyelenggaraan makanannya yang tergolong
tenaga kerja di lokasi penelitian sebesar 743,44 kkal. non komersial. Bentuk pemberian makanan dalam
Almatsier (2009) besarnya energy yang diperlukan bentuk kupon makan juga sudah sesuai. Peralatan
tubuh bergantung pada seberapa banyak otot yang untuk mengolah, menyimpan dan menyajikan
berkontraksi, berapa lama, serta berapa berat makanan telah memenuhi kriteria yaitu terbuat dari
pekerjaan yang dilakukan. bahan stainless steel yang bersifat tidak larut air
Kebutuhan kalori ini termasuk tidak terlalu dan bersih. Hanya saja belum didukung dengan
besar dikarenakan mayoritas tenaga kerja berjenis pemberian alat bantu makan berupa sendok.
kelamin perempuan. Laki-laki relatif membutuhkan Lokasi penelitian ini memilih menyediakan
lebih banyak kalori dibandingkan wanita karena ruang distribusi makanan, ruang makan, dan
massa otot dan aktivitas yang lebih banyak fasilitasnya, sedangkan penyediaan dan pengolahan
(Suma’mur, 2008). Tingkat beban kerja yang makanan dilakukan melalui penunjukan sebuah jasa
tergolong ringan sampai sedang menyebabkan boga secara out sourching. Sistem pendistribusian
kalori yang dibutuhkan tidak terlalu besar karena makanan secara sentralisasi, membuat beberapa
aktivitas otot yang digunakan tidak terlalu banyak. kelemahan dalam hal kualitas makanan yang
Karakteristik umur responden yang tergolong disajikan. Menu yang disajikan kurang bervariasi
dewasa muda menyebabkan pengeluaran energi dan tidak dilengkapi buah, serta kurang dalam hal
tidak terlalu besar. rasa, warna, aroma, dan tekstur makanannya.
Masalah gizi yang terjadi pada pekerja umumnya Penyediaan gizi kerja yang baik tidak hanya
karena kurangnya asupan makanan yang tidak berpengaruh secara langsung terhadap produktivitas
sesuai dengan beban kerja atau jenis pekerjaannya. tenaga kerja. Suma’mur (2009) mengemukakan
Susunan hidangan yang memenuhi kebutuhan tubuh bahwa aspek gizi kerja merupakan salah satu bagian
akan menciptakan kondisi kesehatan yang optimal K3 yang secara tidak langsung akan mempengaruhi
Aisyah dan Endang, Hubungan Pemenuhan Kebutuhan Kalori Kerja… 125

produktivitas kerja. Pemenuhan aspek gizi kerja yang Faktor yang dapat meningkatkan produktivitas
baik dari suatu perusahaan akan memenuhi harapan di lokasi penelitian adalah komitmen manajemen
karyawan dalam hal kesejahteraan yang akan yang mendukung program K3, disiplin dan
meningkatkan komitmen tenaga kerja. Komitmen pengawasan kerja, gaji, promosi, adanya system
kerja yang tinggi akan menurunkan tingkat kejadian bonus bagi tenaga kerja yang dapat melampaui
unjuk rasa, pembolosan kerja, tingkat turn over, serta target produksi yang dilakukan.
mampu meningkatkan motivasi dalam bekerja. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
Berdasarkan hasil penelitian didapatkan produktivitas berhubungan secara signifikan
rata-rata intake kalori makan siang tenaga kerja dengan umur tenaga kerja tetapi tidak berhubungan
sebesar 324,14 kkal. Rata-rata jumlah kalori yang dengan jenis kelamin. Terkait umur, kapasitas fisik
diasup oleh tenaga kerja selama 3 hari penelitian seperti penglihatan, pendengaran dan kecepatan
hanya sebesar 71,46% dari kalori yang disediakan. reaksi menurun sesudah umur 30 tahun atau
Perbandingan rata-rata intake kalori individu dengan lebih. Sebaliknya mereka pada umur tua mungkin
rata-rata kebutuhan kalori individu menunjukkan lebih berhati-hati, lebih dapat dipercaya dan
bahwa jumlah kalori yang dikonsumsi tenaga kerja lebih menyadari akan bahaya daripada tenaga
hanya memenuhi 43,60% kebutuhan kalori kerjanya. kerja dengan umur muda. Depkes RI (1994)
Hal ini tergolong rendah dan memungkinkan menyatakan bahwa umur dapat mempengaruhi
kesegaran jasmani dari tenaga kerja juga tergolong semua komponen kesegaran jasmani melalui daya
rendah. Muchlisa, dkk (2013) menyatakan bahwa tahan kardiovaskuler yang akan menurun seiring
terdapat korelasi antara asupan gizi dengan dengan pertambahan umur. Noor dan Berta (2012)
status gizi seseorang. Sedangkan Budiono (2003) kecepatan dan ketepatan, ketelitian, dan koordinasi
menyebutkan bahwa status gizi merupakan salah dalam penyelesaian pekerjaan semakin berkurang
satu penyebab kelelahan. Lund dan Burk (1984) dengan semakin bertambahnya umur.
menyebutkan konsumsi pangan seseorang sangat Faktor jenis kelamin tidak memiliki hubungan
tergantung pada sikap, pengetahuan, dan tiga signifikan dengan produktivitas dikarenakan
motivasi utama terhadap pangan yaitu kebutuhan penempatan tenaga kerja yang disesuaikan dengan
biologis, psikologis, serta sosial. jenis kelaminnya. Tenaga kerja wanita mendapatkan
Kurangnya konsumsi akan mampu berdampak pekerjaan dengan spesifikasi keuletan, ketelitian,
pada menurunnya kondisi kesehatan individu yang dan kerapian hasil kerja. Sedangkan tenaga kerja
secara tidak langsung mempengaruhi produktivitas laki-laki mendapatkan pekerjaan yang berhubungan
melalui tingginya tingkat absensi serta kesalahan dengan mesin yang memiliki spesifikasi kecepatan.
kerja. Hasil penelitian juga menunjukkan adanya
Distribusi tingkat produktivitas responden hubungan yang signifikan antara tingkat beban
menunjukkan bahwa sebesar 59,10% produktivitas kerja dan produktivitas kerja. Tarwaka, dkk (2004)
kerja tergolong kurang dari target dengan rata- menyatakan bahwa semakin berat beban kerja
rata produktivitas kerja sebesar 97,9032%. Tinggi seseorang, maka semakin pendek waktu seseorang
rendahnya produktivitas kerja merupakan kombinasi untuk bekerja tanpa kelelahan dan gangguan
dari kecakapan individu pekerja, kondisi lingkungan fisiologis yang berarti.
kerja dan peralatan kerja, serta adanya fungsi Intake kalori makan siang tenaga kerja
manajemen dan organisasi kerja. menunjukkan tidak berhubungan secara signifikan
Faktor yang dapat menurunkan produktivitas dengan produktivitasnya. Hal ini dikarenakan
di lokasi penelitian adalah kerusakan alat produksi, produktivitas tenaga kerja dipengaruhi oleh faktor
terjadinya kecelakaan kerja serta pergantian model yang kompleks antara lain kejelasan peranan tenaga
sepatu yang dikerjakan. Beberapa aktivitas yang kerja, faktor managerial, disiplin kerja, upah, dan
meningkatkan risiko kecelakaan kerja antara kesesuaian penempatan tenaga kerja. Selain itu,
lain cara tidak aman dalam bekerja dengan motif tingkat konsumsi individu tidak hanya tergantung
menyelesaikan pekerjaan secara cepat untuk pada tingkat konsumsi selama bekerja tetapi juga
mengejar target produksi, perbaikan sendiri yang dipengaruhi oleh faktor gizi lain seperti tingkat
dilakukan pekerja ketika terjadi kerusakan mesin, asupan zat gizi di luar perusahaan meliputi kebiasaan
serta perilaku pekerja yang tidak menggunakan APD sarapan serta pola makan individu. Penelitian oleh
akibat perasaan tidak nyaman. Mahyuni, dkk (2012) pada pekerja sortasi lansia
dikebun Klambir V PTPN II mendapatkan hasil
126 The Indonesian Journal of Occupational Safety and Health, Vol. 3, No. 2 Jul-Des 2014: 117–127

adanya hubungan yang signifikan antara konsumsi hanya memenuhi 61% rata-rata kebutuhan kalori
energy sehari dengan tingkat produktivitas kerjanya. kerja. Variasi makanan, pola menu, porsi, serta faktor
Secara umum terdapat hubungan antara (suhu, rasa, warna, tekstur, serta aroma) makanannya
pemenuhan kebutuhan kalori kerja dengan masih tergolong kurang.
produktivitas kerja Hal ini dikarenakan secara Penyelenggaraan makan siang perusahaan sudah
langsung, pemenuhan kebutuhan kalori kerja yang sesuai dalam hal waktu pemberian makan siangnya
sesuai berakibat langsung terhadap kesegaran yaitu 3–4 jam setelah pekerjaan dimulai. Cara
jasmani individu serta daya konsentrasinya penyelenggaraan makannya dalam bentuk kupon
sehingga berpengaruh pada kuantitas dan kualitas makan sudah tepat. Peralatan penyajian makanan
produksi. Sedangkan secara tidak langsung, yang digunakan khususnya baki makan berbahan
pemenuhan kebutuhan kalori kerja yang sesuai akan stainless steel sudah memenuhi syarat kebersihan
meningkatkan kepuasan dan loyalitas tenaga kerja tetapi belum dilengkapi dengan sendok.
terhadap perusahaan akibat perasaan dihargai dan Berdasarkan hasil analisis uji Pearson Chi
dibutuhkan. Square menunjukkan bahwa umur dan tingkat
beban kerja berhubungan secara signifikan terhadap
produktivitas kerja sedangkan jenis kelamin dan
KESIMPULAN
intake kalori tidak berhubungan dengan produktivitas
Hasil penelitian yang dilakukan terhadap kerja.
93 orang tenaga kerja di bagian produksi Gedung I
PT X dapat disimpulkan bahwa mayoritas responden
DAFTAR PUSTAKA
atau sebesar 62,37% termasuk dalam kategori
dewasa awal (19–29 tahun). Jenis kelamin responden Almatsier, Sunita. 2009. Prinsip Dasar Ilmu Gizi.
terbanyak sebesar 86,02% merupakan jenis kelamin Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama
perempuan dengan distribusi responden laki-laki Andianto, Buyung. 2010. Faktor Yang Berhubungan
terbanyak terdapat di bagian injection. Mayoritas Dengan Produktivitas Kerja Tenaga Kerja
tingkat beban kerja yaitu sebesar 90,32% tergolong Dibagian Percetakan Kerupuk CV. Faisal Putra.
dalam tingkat beban kerja ringan serta tidak terdapat Skripsi. Surabaya. FKM unair
tingkat beban kerja berat. Budiono, Sugeng, A.M. 2003. Bunga Rampai
Hasil penentuan kebutuhan kalori kerja Hiperkes dan KK. Semarang: Badan Penerbit
berdasarkan AKG 2004 dengan mempertimbangkan UNDIP
faktor umur, jenis kelamin, dan tingkat beban Depkes RI., 1992. Materi Teknis Pelatihan Pengelola
kerjanya, didapatkan rata-rata kebutuhan kalori kerja Gizi Tenaga Kerja. Jakarta: Departemen Kesehatan
sebesar 743,44 kkal. RI
Hasil pengukuran jumlah kalori kerja yang Depkes RI., 1994. Pedoman Pengukuran Kesegaran
disediakan perusahaan menunjukkan rata-rata Jasmani. Jakarta: Departemen Kesehatan RI
kalori yang tersedia dari satu porsi menu makan Depnaker, 2003. Undang-Undang No.13 Tahun 2003
siang adalah 451,88 kkal. Penilaian intake kalori Tentang Ketenagakerjaan. (online) http://prokum.
responden terhadap menu makan siang perusahaan esdm.go.id/uu/2003/u u-13-2003.pdf
menunjukkan hasil rata-rata intake kalori responden Depnakertrans. 2002. Modul Pelatihan Gizi
sebesar 324,14 kkal atau rata-rata responden Kerja. Jakarta: Balitbang Ketenagakerjaan dan
mengonsumsi menu makan siangnya sebesar 71,46% Ketransmigrasian Pusat Pengembangan
dari total kalori yang disediakan yang berarti bahwa Keselamatan Kerja dan Hiperkes.
intake kalori responden hanya memenuhi 43,60% Dewan Keselamatan dan Kesehatan Kerja Nasional.
kebutuhan kalori kerja. 1994. Himpunan Pedoman Keselamatan dan
Data produktivitas menunjukkan 59,10% Kesehatan Kerja Bidang Kesehatan Kerja.
memiliki produktivitas kerja yang tergolong kurang Jakarta: Departemen Tenaga Kerja RI.
dari target dengan rata-rata produktivitas kerja Karyadi, M dan Muhilal. 1985. Kecukupan Gizi Yang
tenaga kerja sebesar 97,90%. Dianjurkan. Jakarta: PT Gramedia.
Jumlah kalori yang tersedia dalam menu makan Lund dan Burk. 1984. Panel on Factors Affecting Food
siang perusahaan dibandingkan dengan kebutuhan Selection Committee on Foof and Nutrition Board
kalori tenaga kerjanya masih belum memenuhi Commission on Life Sciences national Research
kebutuhan. Rata-rata kandungan kalori yang tersedia Council. In M. f. Selection, Methodologies for
Aisyah dan Endang, Hubungan Pemenuhan Kebutuhan Kalori Kerja… 127

Food Selection Research. Washington D C: The Betara Gas Plant – Petrochina International
National Academy Press Jabung, Ltd. (sitasi 18 Nopember 2013) http://
Mahyuni, Eka Lestari. Harianti, Nona Novi. Kalsum. eprints.uns.ac.id/10754/
2012. Hubungan Tingkat Konsumsi Energi Sediaoetama, Achmad Jaelani. 2008. Ilmu Gizi untuk
Dengan Produktivitas Kerja Pekerja Sortasi Profesi dan Mahasiswa jilid 1. Jakarta: Dian
Lansia di Kebun Klambir V PTPN II tahun 2012. Rakyat
(sitasi 20 Februari 2014)https://www.google. Stockley, Derek. 2003. Elearning,http://derekstockley.
co.id/?gws_rd=cr&ei=2xvnU9zsG8ff8AWp7ID com.au/elearning-definition.html
4BQ#q=++hubungan+konsumsi+energi+sehari Suma’mur. 1979. Keselamatan Kerja dan Pencegahan
+dengan+produktivitas+kerja Kecelakaan. Jakarta: Penerbit Pusat Bina Higiene
Marsetyo, H dan G. Kartasapoetra. 2003. Ilmu Gizi. Perusahaan, Kesehatan dan Keselamatan Kerja,
Jakarta: Rineka Cipta Direktorat Jenderal Perlindungan dan Perawatan
Muchlisa. Citrakesumasari. Indriasari, Rahayu. Tenaga Kerja, Departemen Tenaga Kerja dan
2013. Hubungan Asupan Zat Gizi Dengan Status Transmigrasi.
Gizi Pada Remaja Putri di Fakultas Kesehatan Suma’mur. 2008. Higiene Perusahaan dan Kesehatan
Masyarakat Unhas Makassar Tahun 2013. (sitasi Kerja (Hiperkes). Jakarta: PT Toko Gunung
26 April 2014) http://repository.unhas.ac.id/ Agung
bitstream/handle/123456789/5487/Jurnal%20 Tarwaka. Sudiajeng, Lilik. Bakri, Solichul. 2004.
MKMI%20Muchlisa%20%28K21109312%29. Ergonomi untuk Keselamatan, Kesehatan Kerja,
pdf?sequence=1 dan Produktivitas. Surakarta: Uniba Press
Noor, Aris Setya. Lestari, Berta. 2012. Faktor-Faktor Wardhani, Movira W. 2008. Hubungan Gizi Kerja
Yang Mempengaruhi Produktivitas Kerja Pada Dengan Produktivitas Tenaga Kerja Wanita
Pemerintah Daerah Kota Banjarmasin. (sitasi 20 Industri Batik. (sitasi 7 Januari 2014).http://
Februari2014)http://kopertis11.net/jurnal/sosial/ eprints.uns.ac.id/4280/1/73470907200901371.
Vol.4%20No.2%20Juni%202012/Berta%20 pdf
Lestari,%20Aris%20Setia%20Noor%20editan. Yulanda, Helga. 2011. Pengaturan Jumlah Kalori
pdf Yang Dikonsumsi Untuk Menentukan Jam Kerja
Nurhayati, Wiji. 2010. Analisis Pemenuhan Karyawan. (sitasi 12 Desember 2013)http://
Kebutuhan Gizi Karyawan Bagian Admin di repository.usu.ac.id/handle/123456789/30027

Anda mungkin juga menyukai