Anda di halaman 1dari 11

Etika adalah norma, prinsip moral, dan nilai yang diyakini sebagai suatu hal yang

baik dan benar. Etika merupakan sifat dasar yang tertanam dalam hati sanubari
yang harus dimiliki seseorang (organisasi) sebagai pedoman berperilaku dalam
kehidupan bermasyarakat. Tindakan untuk melakukan perbuatan etis berasal dari
diri sendiri seseorang (organisasi) tersebut dan didorong oleh suara hati
nuraninya.
Sumber etika dapat dilihat dari dua sudut pandang, yaitu pihak-pihak berinteraksi
yang dapat memengaruhi perilaku etis seseorang (organisasi) dan ajaran-ajaran
yang dapat digunakan sebagai rujukan dalam berperilaku. Keluarga merupakan
sumber utama dan pertama dalam pembelajaran tentang etika sejak ia dilahirkan.
Kelompok masyarakat terdekat, organisasi/profesi, lingkungan, dan negara
merupakan pihak-pihak lain yang berkontribusi terhadap pembelajaran etika
sehingga akan mempengaruhi perilaku etis seseorang.
Ajaran-ajaran yang dapat digunakan sebagai rujukan dalam pembelajaran etika
dapat berasal dari agama, budaya, hukum, filsafat etika, dan sistem ekonomi (juga
sistem politik, hukum, dan sosial). Sistem ekonomi yang dijadikan acuan dalam
buku ini adalah sistem ekonomi pasar. Pengakuan atas hak kepemilikan pribadi
dan berjalannya mekanisme pasar merupakan ciri pokok dari sistem ekonomi
pasar.
Dalam melaksanakan perilaku etis, seseorang (organisasi) dihadapkan pada
kendala yang muncul dari diri sendiri dan dari pihak luar. Kendala yang berasal
dari diri sendiri di antaranya adalah keserakahan (greed) dan ketakutan (fear).
Kendala dari luar berupa kesempatan untuk melakukan tindakan tidak etis dan
konsekuensi atas tindakan tersebut.
Etika bisnis dan etika profesi merupakan cabang dari etika terapan. Pada dasarnya,
etika bisnis mengatur tentang batasan-batasan perusahaan dalam mencapai tujuan
mencari keuntungan. Etika profesi dikembangkan untuk meyakinkan kepada
pemberi amanah (pemegang saham dan stakeholder yang lain) bahwa pekerjaan
(audit) yang diberikan akan dilaksanakan dengan baik, demi kepentingan mereka.
Etika bisnis dan etika profesi bukan aturan yang etika yang berdiri sendiri,
terpisah dengan konsep-konsep etika yang lain. Keduanya terikat dengan dasar
pemikiran dan filsafat etika.
Pengendalian diri merupakan kunci dalam mengatasi persoalan etika. Terdapat
dua perangkat yang dapat digunakan dalam pengendalian diri, yaitu kemampuan
nalar dan kata hati nurani. Nalar berkemampuan untuk menilai benar-salah,
sementara hati nurani menilai baik-buruknya suatu perilaku atau perbuatan. Tentu
saja, kedua perangkat tersebut tidak dapat dipisahkan satu sama lain.

Pengertian tata kelola perusahaan dapat dirumuskan ke dalam berbagai aspek


sebagai berikut.
Memuat prinsip dasar yang digunakan sebagai pedoman dalam penyusunan sistem
tata kelola perusahaan.
Membangun sistem atau cara berorganisasi.
Mendasarkan pada keseimbangan kekuatan dan kewenangan.
Menciptakan sistem pertanggungjawaban bagi perusahaan.
Mencapai sasaran berupa peningkatan nilai tambah pemegang saham,
perlindungan terhadap kepentingan stakeholder lain, dan penurunan biaya
keagenan.
Bangunan sistem tata kelola perusahaan dengan memperhatikan aspek-aspek
tersebut meliputi prinsip dasar (governance principle), struktur tata kelola
(governance structure), fungsi tata kelola (governance function), mekanisme tata
kelola (governance mechanism), sasaran tata kelola (governance goals), dan
tujuan tata kelola (governance objectives).
Prinsip dasar tata kelola terdiri atas transparansi, akuntabilitas, responsibilitas,
independensi, dan fairness (TARIF). Struktur tata kelola terdiri atas:
Pemegang saham.
Stakeholder lain.
Dewan komisaris.
Direksi (manajemen).
Regulator.
Profesi, yang terdiri atas:
Profesi akuntan,
Profesi akuntan publik,
Profesi/lembaga penunjang pasar modal lainnya.
Fungsi tata kelola meliputi aspek-aspek pengawasan, kepengurusan, kepatuhan,
audit internal, audit eksternal, monitoring, dan kepenasihatan. Mekanisme tata
kelola menjelaskan bagaimana lembaga atau institusi yang tercakup dalam
struktur tata kelola berinteraksi secara terintegrasi dalam menjalankan fungsi
masing-masing.
Sasaran yang ingin dicapai dengan dibentuknya sistem tata kelola perusahaan
yang baik adalah sebagai berikut.
Peningkatan nilai tambah perusahaan dan pemegang saham.
Perlindungan terhadap kepentingan stakeholder lain.
Penurunan biaya keagenan.
Tujuan akhir dari diterapkannya sistem tata kelola perusahaan yang baik adalah
kebahagiaan bagi seluruh umat. Terselenggaranya mekanisme pasar yang efisien,
misalnya merupakan bentuk dari kebahagiaan tersebut.
Organization for Economic Cooperation and Development (OECD)
mengeluarkan prinsip-prinsip dasar tata kelola perusahaan yang mencakup hak
pemegang saham, perlakuan yang adil terhadap pemegang saham, peran
stakeholder, pengungkapan dan transparansi, dan tanggung jawab dewan.

Etika adalah cabang dari filsafat yang menyelidiki penilaian normatif tentang
apakah perilaku ini benar atau apa yang seharusnya dilakukan. Kebutuhan akan
etika muncul dari keinginan untuk menghindari permasalahan-permasalahan
dunia nyata. Etika tidak mengacu pada permasalahan tentang apa yang harus atau
tidak Anda percayai; hal semacam itu tercantum dalam kode-kode keagamaan.
Sebagai gantinya, etika berkaitan dengan prinsip-prinsip yang memandu perilaku
manusia. Etika merupakan pembelajaran tentang norma-norma dan nilai-nilai
yang berkaitan dengan salah dan benar, baik dan buruk, seperti yang harus kita
lakukan dan tindakan apa yang harus kita hindari. Teori-teori etika yang
dijelaskan dalam bab ini tidak akan menyediakan boilerplate solutions untuk
masalah yang praktis. Sebaliknya, teori-teori dan kerangka-kerangka kerja
memberikan panduan untuk membantu pembuat keputusan dalam menentukan
perilaku dan tindakan bisnis yang dapat atau tidak dapat diterima.
Keputusan berasal dari kepercayaan terhadap apa yang diharapkan oleh norma-
norma, nilai-nilai, dan pencapaian, serta bahwa penghargaan dan sanksi diberikan
untuk tindakan tertentu. Dilema etika muncul ketika norma-norma dan nilai-nilai
mengalami konflik, dan terdapat tindakan alternatif yang dapat dilakukan. Hal ini
berarti pengambil keputusan harus membuat sebuah pilihan. Tidak seperti
keputusan bisnis lainnya yang mempunyai kriteria pengambilan keputusan yang
jelas, dilema etika tidak mempunyai standar objektif. Oleh karena itu, kita harus
menggunakan kode etik yang bersifat subjektif. Teori-teori etika yang dijelaskan
dalam bab ini menjelaskan bagaimana memahami, menerapkan, dan bertindak
sesuai dengan kode etik tentang perilaku bisnis yang tepat.
Walaupun prinsip-prinsip dasar dan ideal dari semua teori etika yang dijelaskan
dalam bab ini telah diterapkan dalam bisnis, masing-masing teori bukannya tanpa
kritik. Jadi, kita perlu memperlihatkan toleransi karena kita bekerja dengan
kekuatan dan kelemahan teori-teori tersebut. Ingat, teori-teori tersebut
memberikan panduan tentang faktor yang harus dipertimbangkan, bukan sarana
keputusan yang akan selalu memberikan hasil yang sama. Hal tersebut merupakan
tanggung jawab pengambil keputusan untuk mempertimbangkan permasalahan-
permasalahan, membuat keputusan final, bertindak dengan kesesuaian, dan
menerima semua konsekuensinya.

Para pebisnis, direktur, eksekutif, dan akuntan profesional berhadapan dengan


semakin meningkatnya harapan dari pemegang saham dan pemangku kepentingan
lain atas apa yang dilakukan oleh organisasi dan bagaimana mereka
melakukannya. Pada saat yang sama, lingkungan di mana organisasi beroperasi
menjadi semakin kompleks, begitu pula tantangan etika mereka. Tata kelola dan
mekanisme akuntabilitas organisasi kini di bawah tekanan besar, dan peningkatan
sangat diinginkan.
Pengambilan keputusan (secara) “trial and error” melibatkan resiko konsekuensi
yang terlalu tinggi yang tidak menguntungkan untuk reputasi dan pencapaian
tujuan strategi organisasi, profesi, karyawan, dan akuntan profesional. Oleh
karena itu, para pemimpin organisasi atau perusahaan profesi akuntansi
diharapkan untuk memasukkan program-program tata kelola yang menyediakan
bimbingan etis akuntabilitas yang memadai dan program yang memenuhi harapan.
Meskipun pengenalan tata etika dan program akuntabilitas merupakan sesuatu
yang sifatnya sukarela, dan beberapa organisasi tidak akan pernah melakukannya,
namun para direktur, eksekutif, dan akuntan profesional yang ingin mengurangi
resiko terlibat dalam penyimpangan etika dan menikmati manfaat dari dukungan
masyarakat akan terus melakukannya.
Semua direktur, eksekutif, dan akuntan profesional memiliki peran penting dalam
kerangka kerja yang baru-baru ini muncul untuk tata etika dan akuntabilitas.
Mereka semua sebagian besar melayani kumpulan harapan yang sama, tetapi
memiliki tingkat yang tugas dan tanggung jawab yang berbeda. Bab ini membahas
aspek-aspek umum dan berbeda terkait dengan peran masing-masing. Pertama,
kerangka kerja yang baru-baru ini muncul dikembangkan, dan kemudian ancaman
umum untuk tata kelola perusahaan sahaan yang baik dibahas, diikuti oleh hal-hal
yang berhubungan dengan perusahaan dan yang berkaitan dengan akuntan
profesional.

Dalam tulisan ini, saya menganalisa tiga pendekatan yang menjanjikan dan dapat
dikerjakan dengan menanamkan prinsip-prinsip etika dalam bisnis:
Kredo perusahaan yang mendefinisikan dan memberikan arah kepada nilai-nilai
perusahaan;
Program etika dimana upaya perusahaan fokus pada isu-isu etika dan;
Kode etis yang memberikan panduan spesifik untuk karyawan di area bisnis
fungsional.
Berikut saya kaji kebajikan dan keterbatasan dari setiap pendekatan dan
memberikan contoh-contoh perusahaan yang berhasil menggunakan pendekatan
ini.
Kredo perusahaan
Sebuah kredo perusahaan menjabarkan tanggung jawab etis perusahaan untuk
pemangku kepentingan; itu mungkin merupakan pendekatan yang paling umum
untuk mengelola etika perusahaan. Kredo adalah pernyataan ringkas nilai-nilai
yang menyusup dalam perusahaan. Pengalaman security pacific corporation (bank
nasional berbasis di Los Angeles yang menyusun kredo di 1987) dan Johnson &
Johnson menggambarkan pendekatan kredo.
Dokumen pusat security pacific bukanlah sebuah kode etik, melainkan adalah
enam komitmen menyerupai misi kepada pelanggan, karyawan, masyarakat, dan
pemegang saham. Tujuan kredo adalah “untuk mencari seperangkat prinsip dan
keyakinan yang mungkin memberikan petunjuk dan arah untuk pekerjaan kami”.

Program etika
Program etika memberikan arahan yang lebih spesifik untuk menangani masalah
etika yang potensial dari kredo pada umumnya. Dua perusahaan-Chemical Bank
dan Dow Corning-berfungsi sebagai contoh. Meskipun tekanan dari dua program
ini yang berbeda, mereka berdua menggambarkan kegunaan dari pendekatan ini.
Chemical bank, bank nasional terbesar keempat, memiliki program pendidikan
etika yang luas. Semua karyawan baru menghadiri sesi orientasi di mana mereka
membaca dan menandatangani kode etik Chemical. (Ini telah ada selama tiga
puluh tahun dan terakhir direvisi Mei 1987). Program pelatihan di antaranya
memiliki fitur tayangan video pesan dari ketua yang menekankan nilai-nilai bank
dan standar etika. Aspek kedua yang lebih tidak biasa dari program ini adalah
pelatihan mendalam dalam pengambilan keputusan etis untuk para wakil presiden.
Program “pengambilan keputusan dan nilai perusahaan” adalah seminar dua hari
yang diadakan jauh dari bank. Tujuannya menurut seorang pejabat bank, adalah
“untuk mendorong karyawan Chemical untuk mempertimbangkan dimensi etika
atau nilai dari keputusan yang mereka buat dan menyediakan mereka alat analitik
untuk melakukan itu”. Program ini dimulai pada tahun 1983, lebih dari 250 wakil
presiden telah menyelesaikan kursus sejauh ini. Setiap pertemuan terbatas bagi
20-25 wakil president senior dari bagian-lintas departemen, ukuran ini untuk
membuat suasana seperti seminar. Bank melembagakan program dalam respons
terhadap tekanan-tekanan yang terkait dengan deregulasi, teknologi dan
meningkatnya persaingan.
Ketua selalu memperkenalkan seminar dengan menyoroti komitmen pribadi nya
untuk program ini. Sebagian besar waktu dari dua hari penyelenggaraan
dihabiskan untuk membahas studi kasus. Kasus-kasus fiktif tersebut
dikembangkan berikut wawancara dengan berbagai manajer Chemical yang
menggambarkan situasi yang memiliki beban etis. Kasus-kasus merupakan cerita
pendek tentang persetujuan kredit, penutupan cabang, pinjaman luar negeri,
perdagangan oleh orang dalam, dan masalah lainnya. Mereka tidak memiliki
“solusi” tetapi mereka mengajukan pertanyaan untuk diskusi, seperti, Apakah
Anda percaya individu melanggar kode bank? Atau, apa yang harus X lakukan?
Evaluasi Program ini memberikan hasil yang positif. Peserta mengatakan bahwa
mereka kemudian menemui dilema yang mirip dengan kasus-kasus, dan bahwa
mereka telah mengembangkan suatu proses berpikir dalam seminar yang
membantu mereka bekerja melalui masalah-masalah lainnya. Program ini, telah
menjadi sebuah percontohan, hanya mencapai sebagian kecil dari 30.000
karyawan Chemical. Idealnya, program seperti ini disebarkan secara lebih luas
dan akan menjadi lebih dari kegiatan satu kali.

Dow Corning memiliki program etika-yang telah berjalan lama-dan sangat


berbeda. Kode umumnya telah direvisi empat kali sejak pendiriannya pada tahun
1976 dan memasukkan pernyataan nilai tujuh poin. Perusahaan ini mulai
menggunakan “audit etika” tatap muka pada pabrik di seluruh dunia lebih dari
satu dekade lalu. Jumlah peserta dalam audit empat sampai enam jam berkisar 5-
40 orang. Auditor bertemu dengan manajer yang bertanggung jawab malam
sebelumnya untuk memastikan masalah mana yang paling mendesak. Pertanyaan
yang sebenarnya berasal dari bagian terkait dalam kode perusahaan dan
disesuaikan untuk lokasi audit. Di kantor penjualan, misalnya, auditor
berkonsentrasi pada masalah-masalah seperti suap, permintaan yang tidak biasa
dari pelanggan, dan ketentuan harga khusus; di pabrik, konservasi dan isu
lingkungan mendapat perhatian lebih. Audit etika mungkin memasukkan
pertanyaan-pertanyaan berikut.
John Swanson, manajer Internal Perusahaan dan Komunikasi Manajemen,
memimpin upaya ini, ia berpendapat pendekatan audit membuatnya “mustahil
bagi karyawan untuk secara sadar mengambil keputusan yang tidak etis”. Menurut
Swanson, 20-23 pertemuan terjadi setiap tahunnya. Anggota komite Perilaku
Bisnis, yang bertindak sebagai pemimpin sesi, kemudian menyiapkan laporan
bagi Komite Audit Dewan. Dia menekankan fakta bahwa tidak ada jalan pintas
untuk melaksanakan program ini-itu membutuhkan waktu dan interaksi yang luas
dengan orang-orang yang terlibat. Baru-baru ini audit diperluas; sekarang
mengkaji internal maupun kegiatan eksternal. (suatu audit menemukan bahwa
beberapa tenaga penjualan percaya personel manufaktur harus lebih jujur ketika
mengembangkan jadwal produksi). Orang mungkin bertanya apakah komitmen
untuk etika konstan dari waktu ke waktu atau mencapai puncak selama sesi audit
kejutan, atau mengembangkan mekanisme cara pemantauan atau kode lain yang
lebih terperinci.
Kapankah perusahaan (akan) mempertimbangkan untuk mengembangkan
program etika? Program semacam ini sering tepat ketika perusahaan memiliki
operasi yang letaknya jauh yang memerlukan bimbingan berkala, seperti dalam
kasus di Dow Corning. Program jenis ini dapat menangani secara khusus dengan
isu-isu etis internasional dan dengan keanehan di berbagai lokasi pabrik. Kedua,
program etika ini berguna bila manajer menghadapi masalah etis yang sama
secara teratur, sebagaimana dilakukan eksekutif Chemical Bank. Ketiga, program
ini berguna dalam organisasi yang menggunakan konsultan luar atau agen
periklanan. Jika kontraktor independen tidak mengikuti kredo perusahaan,
perusahaan mungkin ingin menggunakan audit atau daftar etis untuk
meningkatkan sensitivitas lembaga luar terhadap isu-isu etis.
Kapan program etika dipandang kurang? Jika mereka terlalu terpusat pada satu isu
tertentu, program etika mungkin kehilangan isu yang lain, padahal merupakan
masalah-masalah yang sama pentingnya. (Program Dow Jones, misalnya,
bergantung pada pertanyaan-pertanyaan yang diajukan oleh audit). Selain itu
Ruang Lingkup program dapat membatasi dampaknya hanya bagian-bagian
tertentu dari organisasi (misalnya, Chemical Bank). Manajer yang ingin
menanamkan pertimbangan etika secara permanen mungkin prihatin bahwa
program tersebut tidak dirasakan oleh beberapa karyawan sebagai jangka panjang
atau berkelanjutan. Jika kredo dapat dibandingkan dengan sepuluh perintah Allah,
maka program etika dapat disamakan dengan pelayanan gereja mingguan.
Keduanya dapat meningkatkan semangat, tetapi setelah sesi (layanan) di atas,
individu mungkin percaya bahwa mereka dapat kembali ke bisnis seperti biasa.

Kode perusahaan yang disesuaikan


Kode perilaku, atau kode etik, adalah mekanisme struktural perusahaan lain yang
digunakan untuk memberikan sinyal komitmen mereka terhadap prinsip-prinsip
etika. Sembilan puluh persen dari perusahaan Fortune 500, dan hampir setengah
dari seluruh perusahaan lainnya, memiliki kode etik. Menurut sebuah survei baru
baru ini, mekanisme ini dianggap sebagai cara yang paling efektif untuk
mendorong perilaku bisnis yang etis. Kode biasanya menangani masalah-masalah
seperti konflik kepentingan, pesaing, privasi, memberi dan menerima hadiah, dan
kontribusi politik. Namun, banyak pengamat tetap percaya bahwa kode ini
sebenarnya dokumen Humas, atau pernyataan basa-basi; para kritikus mengklaim
bahwa kode meremehkan karyawan dan gagal untuk menangani masalah
manajerial praktis.

Mengembangkan kode saja tidak cukup cukup. Ini harus disesuaikan dengan
bidang fungsional perusahaan (misalnya, pemasaran, keuangan, personel) atau lini
besar bisnis di mana perusahaan beroperasi. Alasan untuk merancang kode
sederhana. Daerah fungsional atau peralihan memiliki budaya dan kebutuhan yang
berbeda. Sebuah divisi produk konsumen, misalnya, memiliki hubungan yang
relatif jauh dengan pelanggan, karena sangat bergantung pada iklan untuk menjual
produk-produknya. Divisi yang memproduksi produk industri, di sisi lain,
memiliki pelanggan lebih sedikit dan menggunakan pendekatan pribadi yang
berorientasi penjualan. Sebuah kode harus mencerminkan perbedaan-perbedaan
ini. Sayangnya, sangat sedikit kode etik melakukannya.

Kesimpulan
Penelitian saya tentang etika dalam manajemen menyarankan beberapa
kesimpulan yang manajer perusahaan mungkin ingin mengingatnya.
Belum ada pendekatan ideal tunggal untuk etika perusahaan.
Saya akan menganjurkan agar perusahaan kecil memulai dengan kredo, tetapi
sebuah perusahaan besar harus mempertimbangkan program atau kode yang
sesuai. Juga memungkinkan untuk mengintegrasikan berbagai program dan
menghasilkan hibrida; dalam berurusan dengan insider trading, misalnya,
perusahaan bisa mengembangkan program pelatihan, kemudian mengikutinya
dengan kode rancangan yang ditegakkan dengan kuat.
Manajemen puncak harus memberi komitmen.
Manajer senior harus mengambil inisiatif dan mempromosikan postur etika
tertinggi untuk perusahaan mereka. Komitmen ini tampak jelas dalam semua
perusahaan yang dijelaskan disini; hadir dalam surat-surat CEO, laporan, dan
pernyataan publik dengan keras dan jelas.
Mengembangkan sebuah struktur tidaklah cukup oleh hakikatnya sendiri.
Struktur tidak akan berguna kecuali jika didukung oleh proses-proses manajerial
yang dilembagakan. Pertemuan kredo di security Pacific dan seminar di Chemical
Bank adalah contoh dari proses yang mendukung struktur.
Meningkatkan kesadaran etis sebuah organisasi tidak mudah.
Semua perusahaan yang disebutkan di sini telah menghabiskan banyak waktu-dan
jumlah uang yang substansial-untuk mengembangkan, mendiskusikan, merevisi,
dan mengomunikasikan prinsip-prinsip etika perusahaan. Dan sebenarnya tidak
ada jaminan bahwa itu akan berhasil. Mcdonnell Douglas memiliki program etika
yang luas, tetapi beberapa eksekutif terlibat dalam skandal kontraktor pertahanan
baru-baru ini.
Sebagai penutup, izinkan saya menambah bahwa manajer di perusahaan-
perusahaan dengan struktur etika yang aktif-KREDO, program, dan kode
disesuaikan-benar-benar antusias tentang mereka. Mereka percaya bahwa etika
membawa imbalan yang sesuai. Keyakinan mereka harus memberikan orang lain
sebuah contoh menggembirakan.

Anda mungkin juga menyukai