Anda di halaman 1dari 7

Pendahuluan

Menuntut terciptanya kesehatan mental bagi klien dan memperkembangkan serta


membina kepribadian yang sukses adalah merupakan tuntutan reality therapy. Kesehatan mental
dan kepribadian yang sukses tersebut dapat dicapai dalam terapi yang dilakukan dengan cara
memberi tanggung jawab kepada klien.

Reality therapy merupakan suatu bentuk hubungan pertolongan yang praktis, relatif
sederhana dan langsung. Reality therapi berprinsip bahwa seseorang dapat dengan penuh optimis
menerima bantuan dari terapis untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan dasarnya dan mampu
menghadapi kenyataan tanpa merugikan siapapun. Teori ini juga lebih menekankan masa kini,
maka dalam memberikan alternatif bantuan tidak usah melacak sejauh mungkin pada masa
lalunya, yang dipentingkan bagaimana klien dapat sukses mencapai hari depannya.

Biografi Tokoh

William Glasser adalah seorang psikiater yang mengembangkan konseling realitas pada tahun
1950-an. Glasser mengembangkan teori ini karena merasa tidak puas dengan praktek psikiatri
yang telah ada dan dia mempertanyakan dasar-dasar keyakinan terapi yang berorientasi kepada
Freudian.

Glasser dilahirkan pada tahun 1925 dan dibesarkan di Cleveland, Ohio. Pada mulanya Glasser
belajar dibidang teknik kimia di Universitas Case Institute Of Technology. Pada usia 19 tahun ia
dilaporkan sebagai penderita shyness atau rasa malu yang akut.

Pada perkembangan selanjutnya Glasser tertarik studi psikologi, kemudian dia mengambil
program psikologi klinis pada Western Reserve University dan membutuhkan waktu tiga tahun
untuk meraih gelar Ph.D ahirnya Glasser menekuni profesinya dengan menetapkan diri sebagai
psikiater.

Setelah beberapa waktu melakukan praktek pribadi dibidang klinis Glasser mendapatkan
kepercayaan dari California Youth Authority sebagai kepala psikiater di Ventura School For
Girl. Mulai saat itulah Glasser melakukan eksperimen tentang prinsip dan teknik reality terapi.

1
Pada tahun 1969 Glasser berhenti bekerja pada Ventura dan mulai saat itu mendirikan Institute
For Reality Theraphy Di Brent Wood. Selanjutnya menyelenggarakan educator treaning centre
yang bertujuan meneliti dan mengembangkan program-program untuk mencegah kegagalan
sekolah. Banyak pihak yang dilatih dalam lembaganya ini antara lain: perawat, pengacara,
dokter, polisi, psikolog, pekerja social dan guru.

Konsep Dasar

Terapi Realitas merupakan suatu bentuk hubungan pertolongan yang praktis, relatif sederhana
dan bentuk bantuan langsung kepada klien, yang dapat dilakukan oleh guru atau konselor di
sekolah dalam rangka mengembangkan dan membina kepribadian/kesehatan mental klien secara
sukses, dengan cara memberi tanggung jawab kepada klien yang bersangkutan.

Terapi Realitas berprinsip seseorang dapat dengan penuh optimis menerima bantuan dari terapist
untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan dasarnya dan mampu menghadapi kenyataan tanpa
merugikan siapapun.

Terapi Realitas lebih menekankan masa kini, maka dalam memberikan bantuan tidak perlu
melacak sejauh mungkin pada masa lalunya, sehingga yang paling dipentingkan adalah
bagaimana klien dapat memperoleh kesuksesan pada masa yang akan datang.

William Glasser sebagai tokoh yang mengembangkan bentuk terapi ini. Menurutnya, hakikat
manusia adalah:

 Bahwa manusia mempunyai kebutuhan yang tunggal, yang hadir di seluruh


kehidupannya, sehingga menyebabkan dia memiliki keunikan dalam kepribadiannnya.

 Setiap orang memiliki kemampuan potensial untuk tumbuh dan berkembang sesuai pola-
pola tertentu menjadi kemampuan aktual. Karennya dia dapat menjadi seorang individu
yang sukses.

 Setiap potensi harus diusahakan untuk berkembang dan terapi realitas berusaha
membangun anggapan bahwa tiap orang akhirnya menentukan nasibnya sendiri.

2
Ciri-Ciri Terapi Realitas

1. Menolak adanya konsep sakit mental pada setiap individu, tetapi yang ada adalah
perilaku tidak bertanggung jawab tetapi masih dalam taraf mental yang sehat.

2. Berfokus pada perilaku nyata guna mencapai tujuan yang akan datang penuh optimisme.

3. Berorientasi pada keadaan yang akan datang dengan fokus pada perilaku yang sekarang
yang mungkin diubah, diperbaiki, dianalisis dan ditafsirkan. Perilaku masa lampau tidak
bisa diubah tetapi diterima apa adanya, sebagai pengalaman yang berharga.

4. Tidak menegaskan transfer dalam rangka usaha mencari kesuksesan. Konselor dalam
memberikan pertolongan mencarikan alternatif-alternatif yang dapat diwujudkan dalam
perilaku nyata dari berbagai problema yang dihadapi oleh klien.

5. Menekankan aspek kesadaran dari klien yang harus dinyatakan dalam perilaku tentang
apa yang harus dikerjakan dan diinginkan oleh klien. Tanggung jawab dan perilaku nyata
yang harus diwujudkan klien adalah sesuatu yang bernilai dan bermakna dan disadarinya.

6. Menghapuskan adanya hukuman yang diberikan kepada individu yang mengalami


kegagalan., tetapi yang ada sebagai ganti hukuman adalah menanamkan disiplin yang
disadari maknanya dan dapat diwujudkan dalam perilaku nyata.

7. Menekankan konsep tanggung jawab agar klien dapat berguna bagi dirinya dan bagi
orang lain melalui perwujudan perilaku nyata.

Tujuan Terapi

a. Menolong individu agar mampu mengurus diri sendiri, supaya dapat menentukan dan
melaksanakan perilaku dalam bentuk nyata.

b. Mendorong klien agar berani bertanggung jawab serta memikul segala resiko yang ada,
sesuai dengan kemampuan dan keinginannya dalam perkembangan dan pertumbuhannya.

3
c. Mengembangkan rencana-rencana nyata dan realistik dalam mencapai tujuan yang telah
ditetapkan.

d. Perilaku yang sukses dapat dihubungkan dengan pencapaian kepribadian yang sukses,
yang dicapai dengan menanamkan nilai-nilai adanya keinginan individu untuk
mengubahnya sendiri.

e. Terapi ditekankan pada disiplin dan tanggung jawab atas kesadaran sendiri.

Fungsi dan Peran Terapis

Konselor berperan sebagai:

 Motivator, yang mendorong klien untuk: (a) menerima dan memperoleh keadaan nyata,
baik dalam perbuatan maupun harapan yang ingin dicapainya; dan (b) merangsang klien
untuk mampu mengambil keputusan sendiri, sehingga klien tidak menjadi individu yang
hidup selalu dalam ketergantungan yang dapat menyulitkan dirinya sendiri.

 Penyalur tanggung jawab, sehingga: (a) keputusan terakhir berada di tangan klien; (b)
klien sadar bertanggung jawab dan objektif serta realistik dalam menilai perilakunya
sendiri.

 Guru; yang berusaha mendidik klien agar memperoleh berbagai pengalaman dalam
mencapai harapannya.

 Pengikat janji (contractor); artinya peranan konselor punya batas-batas kewenangan, baik
berupa limit waktu, ruang lingkup kehidupan klien yang dapat dijajagi maupun akibat
yang ditimbulkannya.

Pengalaman Klien dalam Terapi

 Para klien diharapkan berfokus kepada tingkah laku mereka sekarang alih-alih kepada
perasaan-perasaan dan sikap-sikap mereka. Karena para klien bisa mengendalikan
4
tingkah lakunya lebih mudah daripada mengendalikan perasaan-perasaan dan pikirannya,
maka tingkah laku mereka itu menjadi fokus terapi.

 Setelah para klien membuat penilaian tertentu tentang tingkah lakunya sendiri serta
memutuskan bahwa mereka ingin berubah, mereka diharapkan membuat rencana-rencana
yang spesifik guna mengubah tingkah laku yang gagal menjadi tingkah laku yang
berhasil. Para klien harus membuat suatu komitmen untuk melaksanakan rencana-rencana
ini; tindakan menjadi keharusan. Mereka tidak bisa menghindari komitmen dengan
mempersalahkan, menerangkan, atau memberilkan dalih. Mereka harus terlibat aktif
dalam pelaksanaan kontrak-kontrak terapi mereka sendiri secara hertanggung jawab
apabila ingin mencapai kemajuan.

Hubungan antara Terapis dan Klien

Berikut tinjauan ringkas atas prinsip-prinsip atau konsep-konsep yang spesifik yang menyajikan
kerangka bagi proses belajar yang terjadi sebagai hasil dari hubungan antara terapis dan klien
atau antara guru dan siswa, yang dikemukakan oleh Glasser (1965, 1969) serta Glasser dan
Zunin (1973).

 Terapi realitas berlandaskan hubungan atau keterlibatan pribadi antara terapis dan klien.
Terapis, dengan kehangatan, pengertian, penerimaan, dan kepercayaannya atas
kesanggupan klien untuk mengembangkan suatu identitas keberhasilan, harus
mengkomunikasikan bahwa dia menaruh perhatian.

 Perencanaan adalah hal yang esensial dalam terapi realitas. Situasi terapeutik tidak
terbatas pada diskusi-diskusi antara terapis dan klien. Mereka harus membentuk rencana-
rencana yang, jika telah terbentuk, harus dijalankan; dalam terapi realitas tindakan adalah
bagian yang esensial. Rencana-rencana harus dibuat realistis dan ada dalam batas-batas
motivasi dan kesanggupan-kesanggupan masing-masing klien. Rencana-rencana itu juga
jangan kaku; sejumlah hesar rencana bisa diterapkan pada pemecahan masalah. Jika suatu
rencana tidak bisa dijalankan; maka rencana tersebut harus dievaluasi, dan rencana-
rencana lain bisa diajukan. Glasser dan Zunin (1973, him. 302) memandang perlu

5
penuangan rencana dalam tulisan dalam bentuk kontrak. Selanjutnya, klien bertanggung
jawab atas tindakan-tindakannya dalam menjalankan rencana-rencana.

 Komitmen adalah kunci utama terapi realitas. Setelah para klien membuat pertimbangan-
pertimbangan nilai mengenai tingkah laku mereka sendiri dan memutuskan rencana-
rencana tindakan, terapis membantu mereka dalam membuat suatu komitmen untuk
melaksanakan rencana-rencana itu dalam kehidupan sehari-hari mereka. Pernyataan-
pernyataan dan rencana-rencana tidak ada artinya sebelum ada keputusan untuk
melaksanakannya. Glasser dan Zunin (1973, hlm. 302) menyatakan bahwa "ciri utama
orang-orang yang memiliki identitas kegagalan adalah bahwa mereka memiliki
keengganan yang kuat untuk mengikatkan dirinya sendiri". Oleh karena itu, dengan
menjalani rencana-rencana itu para klien diharapkan bisa memperoleh rasa berguna.

 Terapi realitas tidak menerima dalih. Jelas bahwa tidak semua komitmen klien bisa
terlaksana. Rencana-rencana bisa gagal. Akan tetapi, jika rencana-rencana gagal, terapis
realitas tidak menerima dalih. Ia tidak tertarik untuk mendengar alasan-alasan,
penyalahan, dan keterangan-keterangan klien tentang mengapa rencananya gagal. Tugas
terapis adalah memberikan perhatian yang cukup sehingga klien mampu "menghadapi
suatu kebenaran bahwa dia telah menghabiskan hidupnya dengan mencoba
menghindarinya; dia bertanggung jawab atas tingkah lakunya sendiri". Terapis tidak
pernah memaklumi atau memaafkan tingkah laku klien yang tidak bertanggung jawab.

Teknik-Teknik dalam Konseling

Terapi reatitas bisa ditandai sebagai terapi yang aktif secara verbal. Prosedur-prosedurnya
difokuskan pada kekuatan-kekuatan dan potensi-potensi klien yang dihubungkan dengan tingkah
lakunya sekarang dan usahanya untuk mencapai keberhasilan dalam hidup. Dalam membantu
klien untuk menciptakan identitas keberhasilan, terapis bisa menggunakan beberapa teknik
sebagai berikut:

1. terlibat dalam permainan peran dengan klien;

2. menggunakan humor;
6
3. mengonfrontasikan klien dan menolak dalih apapun;

4. membantu klien dalam merumuskan rencana-rencana yang spesifik bagi tindakan;

5. bertindak sebagai model dan guru;

6. memasang batas-batas dan menyusun situasi terapi;

7. menggunakan “terapi kejutan verbal” atau sarkasme yang pantas untuk


mengkonfrontasikan klien dengan tingkah lakunya yang tidak realistis; dan

8. melibatkan diri dengan klien dalam upayanya mencari kehidupan yang lebih efektif.

Anda mungkin juga menyukai