Anda di halaman 1dari 30

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Penyakit jantung merupakan masalah kesehatan global dan menjadi

peringkat pertama penyebab kematian di Indonesia. Salah satu dari penyakit

jantung diantaranya Old Myocard Infark (OMI). OMI adalah penyakit yang

disebabkan oleh penurunan aliran darah melalui satu atau lebih arteri koroner,

mengakibatkan iskemia myocard dan nekrosis (Doengos, 2014). Komplikasi

OMI diantaranya disritmia, gagal jantung, syok kardiogenik, perluasan infark,

perikarditis, sindrom dressler, dan menyebabkan kematian, sehingga perlu

tindaan keperawatan yang cepat untuk mengurangi angka kematian pada OMI.
Menurut Global Health Estimate 2016, prevalensi penderita penyakit

jantung sebesar 2.546.840.000 dengan angka kematian sebesar 2.391.130.000,

sedangkan pada tahun 2015, prevalensi penderita penyakit jantung sebesar

2.582.550.000 dengan angka kematian sebesar 2.391.980.000. Hal ini berarti

prevalensi angka kematian penderita penyakit jantung menurun. Di Indonesia

pada tahun 2016 angka penderita sebesar 18.143.070 dengan angka kematian

sebesar 12.209.920, mengalami penurunan pada tahun 2015 dengan angka

penderita sebesar 18.153.830 dengan angka kematian sebesar 11.952.310

(WHO, 2015, 2016). Menurut Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) pada

tahun 2018 prevalensi penderita PJK di Indonesia (1,5 %), tidak terjadi

perubahan pada tahun 2013 (1,5%), dan di Jawa Timur mengalami

peningkatan sebesar (1,6%) yang sebelumnya pada tahun 2013 sebesar

(0,5%). Berdasarkan data dari RSUD dr.Soeroto Ngawi, jumlah penyakit

1
2

jantung koroner pada tahun 2017 sejumlah 68 penderita (RSUD dr.Soeroto

Ngawi, 2017 ).
OMI merupakan penyakit jantung yang diakibatkan karena kerusakan

arteri koroner (Morton, dkk, 2013), ditandai dengan nyeri dada yang berulang.

Proses ini di mulai ketika lapisan bagian dalam arteri (endotelium) mengalami

kerusakan karena peningkatan kadar kolesterol dan trigliserida dalam darah,

hipertensi, dan merokok, yang akhirnya menyebabkan adanya penimbunan

lipid dan jaringan fibrosa pada arteri koroner secara progresif. Apabila proses

ini terjadi secara terus – menerus akan mengakibatkan aliran darah koroner

menuju miokardium terganggu, sehingga menyebabkan ketidakseimbangan

antara kebutuhan oksigen dan suplai oksigen sehingga menyebabkan iskemik

miokard (Price & Wilson, 2015). Jika terjadi penurunan suplai oksigen dalam

beberapa menit akan menyebabkan kompensasi jantung dan terjadi

penimbunan asam laktat dan penurunan Ph sel yang bisa menyebabkan nyeri

dada, sehingga muncul masalah keperawatan nyeri akut (Doenges, 2014).

Iskemik yang terjadi dalam waktu lebih dari 30 – 45 menit akan terjadi

kerusakan sel miokard yang tidak dapat diubah dan mengakibatkan kematian

otot jantung sehingga bagian jantung yang terkena, akan mengalami infark

dan jantung akan berhenti berkontraksi selamanya. Akibatnya terjadi

penurunan curah jantung sehingga volume darah yang di pompakan ke jantung

berkurang (Wijaya & Putri, 2013).


Penatalaksanaan OMI dapat dilakukan dengan upaya promotif, preventif,

kuratif, dan rehabitatif. Upaya promotif dapat dilakukan dengan promosi

kesehatan (Kemenkes, 2017). Upaya preventif dapat dilakukan dengan cara

diet dengan kombinasi penurunan asupan kalori, mengurangi asupan natrium,


3

meningkatkan asupan kalsium, penurunan asupan lemak (LeMone et al, 2016).

Menurut Corwin (2009) upaya kuratif dapat dilakukan dengan pemberian

oksigen, pengaturan posisi, mengontrol nyeri yang biasanya dilakukan dengan

pemberian morfin. Sedangkan upaya rehabitatif pada pasien infark dilakukan

dengan kegiatan fisik (Arofah, 2010). Berdasarkan uraian diatas peneliti

tertarik untuk melakukan studi kasus pada klien dengan OMI.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan uraian latar belakang diatas, maka penulis akan mengemukakan

rumusan masalah sebagi berikut “Bagaimanakah asuhan keperawatan pada

klien dengan diagnosa medis Old Miokard Infark (OMI) di RSUD Dr Soeroto

Ngawi“?

1.3 Tujuan Penulisan


1.3.1 Tujuan umum
Menganalisis asuhan keperawatan pada klien diagnosa medis OMI di

RSUD dr.Soeroto Ngawi


1.3.2 Tujuan khusus
(1) Mahasiswa mampu mengkaji klien dengan diagnosa medis OMI di

ruang Mawar RSUD dr. Soeroto Ngawi


(2) Mahasiswa mampu merumuskan diagnosa keperawatan pada klien

dengan diagnosa medis OMI di ruang Mawar RSUD dr.Soeroto Ngawi


(3) Mahasiswa mampu merencanakan asuhan keperawatan pada klien

dengan diagnosa medis OMI di ruang Mawar RSUD dr.Soeroto Ngawi


(4) Mahasiswa mampu melaksanakan asuhan keperawatan pada klien

dengan diagnos medis OMI di ruang Mawar RSUD dr.Soeroto Ngawi


(5) Mahasiswa mampu mengevaluasi klien dengan diagnosa medis OMI di

ruang Mawar RSUD dr.Soeroto Ngawi


(6) Mahasiswa mampu mendokumentasi asuhan keperawatan pada klien

dnegan diagnosa medis OMI di ruang Mawar RSUD dr.Soeroto Ngawi

1.4 Manfaat Penulisan


4

Terkait dengan tujuan, maka tugas akhir ini diharapkan dapat memberi

manfaat :
1.4.1 Manfaat teoritis
Hasil studi kasus ini dapat digunakan sebagai acuan untuk melakukan

Asuhan Keperawatan pada klien OMI.


1.4.2 Secara praktis, tugas ini akan bermanfaat bagi -
1) Bagi pelayanan keperawatan di Rumah Sakit
Hasil studi kasus ini, dapat menjadi masukan bagi pelayanan di Rumah

Sakit agar dapat melakukan asuhan keperawatan pada klien OMI

dengan baik
2) Bagi profesi kesehatan
Sebagai tambahan ilmu bagi profesi keperawatan dan memberikan

pemahaman yang lebih baik tentang asuhan keperawatan pada klien

OMI
3) Peneliti Selanjutnya
Hasil penelitian ini dapat menjadi salah satu rujukan bagi peneliti

berikutnya, yang akan melakukan studi kasus pada asuhan keperawatan

pada klien OMI.


5

BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
Dalam bab 2 ini akan diuraikan secara teoritis mengenai konsep penyakit,

konsep kebutuhan dasar manusia dan asuhan keperawatan OMI. Konsep penyakit

yang akan diuraikan meliputi definisi OMI ,klasifikasi, etiologi, manifestasi

klinis, patofisiologi, pemeriksaan penunjang, penatalaksanaan, pencegahan dan

komplikasi. Kebutuhan dasar manusia diuraikan berdasarkan kebutuhan klien.

Asuhan keperawatan akan di uraikan masalah – masalah yang muncul pada klien

OMI dengan melakukan asuhan keperawatan yang terdiri dari pengkajian,

diagnosa, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi.

2.1 Konsep Penyakit OMI


2.1.1 Definisi
OMI adalah nekrosis miokardium yang disebabkan oleh tidak

adekuatnya pasokan darah akibat sumbatan kronis pada arteri koroner

(Wijaya & Putri, 2013). OMI adalah suatu proses di mana jaringan

miokard mengalami kerusakan (nekrosis) dalam region jantung yang

mengurangi suplai darah adekuat karena penurunan aliran darah koroner

(Rendy, 2012).
6

Sedangkan menurut Hudak dan Gallo, 1997 di kutip dalam Aspiani

( 2015) infark miokard kronis terjadi karena adanya sumbatan pada arteri

koroner. Sumbatan akut terjadi karena adanya aterosklerosis pada dinding

arteri koroner sehingga menyumbat aliran darah ke jaringan otot jantung.


7

2.1.2 Anatomi dan Fisiologi Jantung


Jantung terletak pada ICS ke 3-5, bagian atas berhubungan dengan

aorta desenden, bagian depan berhubungan dengan sternum dan kartilago

kosta, bagian belakang berhubungan dengan alat-alat mediastinum

posterior, dan bagian bawah berhubungan dengan diafragma ( Syaifuddin,

2011). Jantung terdiri dari 4 ruang diantara nya ada dua atrium dan dua

ventrikel (Mashudi, 2011).

Gambar 2.1 Ruang-ruang jantung. Sumber : Guyton & Hall (2012)

Fungsi jantung yang utama adalah memompa darah dari seluruh

tubuh. Sebagai alat transportasi dalam tubuh, darah bertugas membawa

nutrisi dan oksigen yang dibutuhkan oleh organ-organ tubuh sekaligus

mengangkut zat-zt sisa. Sistem kardiovaskuler mendistribusikan darah ke

seluruh tubuh melalui sistem peredaran darah (sirkulasi darah). Sirkulasi

darah terbagi menjadi dua bagian, yaitu sirkulasi sistemik, dan sirkulasi

pulmonal. Sirkulasi pulmonal dimulai dari jantung lalu dialirkan ke paru-


8

paru melalui arteri pulmonalis, selanjutnya darah akan teroksigenasi pada

kapiler paru dan kembali ke jantung (atrium kiri) melalui vena pulmonalis.

Sedangkan pada sirkulasi sistemik, darah dari ventrikel kiri dipompakan

ke seluruh tubuh melalui aorta , kemudian kembali ke jantung melalui

vena cava superior (Wijaya dan Putri, 2017).

Gambar 2.2 Siklus peredaran darah jantung. Sumber : Guyton & Hall

(2008)
2.1.3 Etiologi
OMI disebabkan oleh 2 faktor yaitu atherosklerosis, thrombosis

dan agresi trombosit (Price & Wilson, 2006).


2.1.4 Tanda dan Gejala
Tanda dan gejala infark miokardium nyeri dada yang mencengkam

dan persisten, menjalar ke bahu, lengan kiri, rahang, dan leher, ekstremitas

yang teraba dingin, tekanan darah awalnya meninggi, takikardia, keletihan,

mual dan muntah, distensi vena jugularis, bunyi jantung abnormal

(Kowalak dkk, 2013).

2.1.5 Faktor Risiko OMI


Faktor resiko dari OMI ada 2 yaitu faktor resiko yang dapat

dimodifikasi dan faktor yang tidak dapat dimodifikasi. Faktor yang tidak

dapat di modifikasi meliputi usia, jenis kelamin, dan riwayat keluarga


9

(Price & Wilson, 2006). Faktor yang dapat di modifikasi meliputi

merokok, hipertensi, peningkatan kadar kolesterol darah, kurangnya

olahraga dengan makan yang berlebihan dan akhirnya obesitas, dan

diabetes militus (Black & Hawks, 2014).


2.1.6 Patofisiologi
Infark miokard terjadi karena penyumbatan (oklusi) satu atau lebih

dari arteri koronaria. Penyumbatan dapat di sebabkan oleh atherosklerosis,

ruptur plak, trombosis dan spasme arteri koronaria. Sumbatan pada arteri

koronaria menyebabkan ketidakeseimbangan antara suplai dan kebutuhan

oksigen. Apabila tidak di atasi, keadaan ini akan menyebabkan iskemik

miokard. (Kowalak dkk, 2013). Dari iskemik miokard menyebabkan daya

kontraksi menurun, terjadi perubahan hemodinamika dan penurunan

perfusi perifer, lalu hipotensi hipoksemi, mengakibatkan curah jantung.

Dari penurunan curah jantung, terjadi rangsang simpatis dan tekanan

hidrostatik meningkat, lalu denyut jantung dan daya kontraksi jantung

meningkat, mengakibatkan beban akhir ventrikel naik, lalu terjadi

hipertrofi ventrikel kiri.


Dari situ mengakibatkan edema paru, dan penurunan cairan di

dalam alveoli, lalu mengakibatkan sesak nafas. Dari iskemik miokard

mengakibatkan nyeri dan metabolisme an aerob, lalu terjadi mual mutah

dan penurunan nafsu makan. Dari hipotensi hipoksemi mengakibatkan

kelemahan fisik dan terjadi intoleransi aktifitas dan tirah baring lalu terjadi

penurunan motilitas usus. Dari kelemahan fisik tersebut mengakibatkan

kondisi prognosis dan ketidaktahuan tentang pengobatan (Corwin, 2009).


2.1.7 Diagnosa Banding
Gejala khas OMI nyeri dada dengan diagnosa banding angina

pectoris tidak stabil, disseksi aorta, kelainan saluran cerna bagian atas
10

(hernia diaframatika, refluks esofagitis), kolesistitis, pancreatitis (Putri &

Wijaya, 2013).
2.1.8 Pemerikaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang pada pasien OMI meliputi

Elektrokardiografi , tes laboratorium darah, pemeriksaan pencitraan (Black

& Hawks, 2014).


2.1.9 Penatalaksanaan Medis
Penatalaksanaan dari penderita OMI melalui terapi farmakologis

dan non farmakologis, dan dilakukan rehabilitasi jantung. Terapi

farmakologis dengan pemberian analgesik, fibrinolitik, antidisritmia, beta


Faktor resiko Plak Penurunan Mekanisme
bloker,:
aterosklerosis anti koagulan. Terapi non farmakologis,
aterosklerosi curah jantung dilakukan revaskularisasi
kompensasi dan
merokok, s pada mempertahankan
koroner dinding
perkutan (PCR)
segera (LeMone et al, 2016) curah jantung ↓
hipertensi, DM
arteri
2.1.10 Komplikasi
Kondisi
Komplikasi OMI di antaranya Kelemahan
disritmia, Rangsang syok
gagal jantung,
Penyempit prognosis fisik saraf simpatis
an lumen penyakit
kardiogenik, perluasan
arteri, infark, perikarditis, sindrom dresslervasokontriksi
Intoleransi
(LeMone et
ruptur Ketidakt aktifitas sistem retensi
Nyerial, 2016). plak,
Penyumbatan ahuan NA & air
trombosis,
akut arterispasme proses
Tirah
arteri pengoba Tekanan
baring
Metabolis Ketidaksei tan hidrostatik↑
2.1.11 Kerangka masalah
me anaerob mbangan
suplai Kurang Resiko
Denyut
2.1.12
Mual
darah & 02 pengeta kerusakan dan daya
ke miokard huan integritas
muntah konraksi
3 kulit jantung ↑
Nafsu Iskemik Ansietas
makan miokard Pe↓motilitas Beban
menurun akhir &
usus
Daya daya
kontraksi ↓ dikatasi
Gg ventrikel
Resiko
pemenuh kiri ↑
an nutrisi konstipasi
Perubahan
< dr keb. hemodinamika
tubuh progresif Hipertropi
ventrikel
kiri
Penurunan
perfusi perifer
dan perfusi Edema
koroner paru

Gg Hipotensi & Perubah Akumulasi


Sesak cairan
perfusi hipoksemia an pola nafas didlm
jaringan nafas tdk
efektif alveoli ↓

Syok
kardiogeni
11

Gambar 2.2 : Kerangka masalah OMI. Sumber : Doenges, dkk, 2014., Kowalak, dkk, 2013.,
LeMone et al, 2016., Nurrahmani & Kurniadi, 2015., Wijaya & Putri, 2013

3.1 Kebutuhan Dasar Manusia


3.1.1 Kebutuhan Oksigenasi
Kebutuhan oksigenasi merupakan kebutuhan dasar manusia yang

digunakan untuk kelangsungan metabolisme sel tubuh mempertahankan

hidup dan aktivitas berbagai organ dan sel. (Hidayat, 2009). Gangguan

oksigenasi pada klien OMI dapat mengakibatkan ketidakmampuan untuk

memberikan keluaran yang cukup untuk memenuhi kebutuhan jaringan,

penurunan curah jantung, serta intoleransi aktifitas. Dengan demikian

klien dengan mengeluh sesak nafas, harus diberikan terapi oksigen melalui

indikasi (Andarmoyo, 2011). Menurut Asmadi (2008) penatalaksanaan

keperawatannya dengan posisi fowler dapat meningkatkan asupan O2 ke

jaringan yang mengalami iskemia.


3.1.2 Kebutuhan Istirahat Tidur
12

Istirahat adalah suatu keadaan di mana kegiatan jasmaniah

menurun yang berakibat badan menjadi lebih segar. Sedangkan tidur

adalah suatu keadaan relatif tanpa sadar yang penuh ketenangan tanpa

kegiatan yang merupakan urutan siklus yang berulang–ulang dan masing–

masing menyatakan fase kegiatan otak dan badaniah yang berbeda

(Tartowo & Wartonah, 2010). Gangguan pola tidur pada pasien dengan

OMI bisa di akibatkan karena nyeri dada dan sesak, penyesuaian

lingkungan yang kurang kondusif maupun efek samping dari pengunaan

obat. Klien OMI perlu istirahat tidur yang lebih dari biasanya atau sebelum

terjadi serangan, sehingga dengan istirahat tidur nyeri klien dapat

berkurang (Widuri, 2010).


3.1.3 Kebutuhan Nutrisi
Nutrisi adalah zat-zat gizi atau zat-zat lain yang berhubungan

dengan kesehatan dan penyakit, termasuk keseluruhan proses dalam tubuh

manusia untuk menerima makanan atau bahan-bahan dari lingkungan

hidupnya dan menggunakan bahan-bahan tersebut untuk aktivitas penting

dalam tubuh serta mengeluarkan sisanya (Tarwoto & Wartonah, 2010).

Pada klien OMI mengalami penurunan nafsu makan karena mengalami

mual dan muntah. Tindakan keperawatan yang dapat dilakukan adalah

memberikan diet makanan rendah kolesterol, gula dan garam serta

memberi makan sedikit tapi sering (Kowalak dkk,2013).


3.1.4 Kebutuhan Cairan Dan Elektrolit
Kelebihan volume cairan adalah kondisi ketidakseimbangan yang

di tandai dengan kelebihan (retensi) cairan dan natrium di ruang ekstra sel

(Mubarak, 2014). Gangguan ketidakseimbangan cairan, terjadi apabila

mekanisme kompensasi tubuh tidak mampu mempertahankan


13

homeostasis. Pada pasien OMI beresiko mengalami kelebihan volume

cairan. Gangguan keseimbangan elektrolit meliputi natrium, kalium,

kalsium, klorida, dan fosfat (Mubarok, 2014).


3.1.5 Kebutuhan Rasa Aman

Nyeri merupakan perasaan tidak aman, baik ringan maupun berat

yang hanya dapat dirasakan oleh orang lain. Klien dengan OMI akan

mengeluh nyeri karena karena adanya mekanisme kompensasi akibat

penurunan suplai oksigen ke jaringan miokard (Kowalak dkk, 2013).

Menurut Asmadi (2008) penatalaksanaan nyeri pada OMI menggunakan

teknik distraksi.

3.1.6 Kebutuhan Aktifitas


Aktifitas adalah suatu energi atau kemapuan bergerak pada

seseorang secara bebas, mudah, dan teratur untuk mencapai suatu tujuan,

yaitu untuk memenuhi kebutuhan hidupnya baik secara mandiri maupun

dengan bantuan orang lain atau dengan bantuan alat (Widuri, 2010).

Gangguan aktivitas di akibatkan penurunan perfusi koroner dan perifer

yang menyebabkan penurunan tekanan darah, hipoksia, sehingga terjadi

kelemahan fisik yang berdampak pada ketidakmampuan klien untuk

memenuhi kebutuhan aktivitas secara mandiri sehingga timbul masalah

intoleransi aktivitas (Widuri,2010).

Tabel 2.1 Skala aktivitas (barthel indeks) (Sumber : Widuri,2010)


No Aktivitas Skor
1. Bathing ( Mandi ) 0 : Tergantung orang lain
1 : Mandiri
2. Dressing (Berpakaian) 0 : Tergantung orang lain
1 : Di bantu sebagian misal mengancing
baju
2 : Mandiri
3. Bowel ( BAK ) 0 : Inkontinensia atau pakai kateter
1 : Kadang inkontinensia
14

2 : Kontinensia terartur untuk lebih dari 7


hari
4. Bladder ( BAB) 0 : Inkontinensia / tidak teratur
1 : Kadang inkontinensia (sekali dalam
seminggu)
2 : Kontinensia (teratur)
5. Penggunaan tolilet 0 : Tergantung bantuan orang lain
1 : Membutuhkan bantuan tapi dapat
melakukan beberapa hal secara
mandiri
2 : Mandiri
6. Perawatan diri (Grooming) 0 : membutuhkan bantuan orang lain
1 : Mandiri dalam perawatan muka, muka
rambut, dan gigi
7. Makan 0 : Tidak mampu
0 : Butuh bantuan sebagian seperti
(memotong, mengoles mentega)
8. Transfering 0 : Tidak mampu
1 : Butuh bantuan 2 orang untuk bisa
duduk
2 : Butuh bantuan 1 orang untuk duduk
3 : Mandiri
9. Mobilitas 0 : Tidak mampu
1 : Menggunakan kursi roda
2 : Berjalan dengan bantuan 1 orang
3 : Mandiri meskipun menggunakan alat
bantu
10. Naik turun tangga 0 : Tidak mampu
1 : Membutuhkan bantuan alat
2 : Mandiri

Interprentasi hasil :
20 : Mandiri
12-19 : Ketergantungan ringan
9-11 : Ketergantungan sedang
5-8 : Ketergantungan berat
0-4 : Ketergantungan total
3.1.7 Gangguan Integritas Kulit
Kulit menjadi organ terbesar pada manusia. Kulit terdiri 3 lapis

yaitu epidermis, dermis, dan subkutan. Fungsi kulit adalah, untuk

melindungi jaringan di bawahnya dari miroorganisme patogen, mengatur

suhu tubuh, mentransmisikan sensasi melalui reseptor saraf yang sensitif

terhadap rasa nyeri, temperatur, sentuhan, dan tekanan (Mubarak, 2014).

Ulkus dekubitus pada pasien OMI terjadi karena adanya tirah baring yang

mengakibatkan penekanan pada area yang menonjol dan sirkulasi

darahnya terganggu, sehingga terjadi kerusakan jaringan kulit (Saryono &


15

Widianti, 2010). Penatalaksanaan integritas kulit di lakukan mobilitasi

bertahap apabila tekanan darah dan nadi dalam batas normal, pengubahan

posisi setiap 2 jam sekali, dan menjaga kelembapan kulit (Doenges, 2014).
3.2 Konsep Proses Keperawatan OMI
Asuhan keperawatan adalah suatu metode yang sistematis dan ilmiah

yang di gunakan perawat dalam mencapai atau mempertahankan keadaan bio

– psiko – sosio – spiritual yang optimal melalui tahap pengkajian, identifikasi,

penentuan rencana tindakan, implementasi tindakan keperawatan, serta

evaluasi (Asmadi, 2008).


3.2.1 Pengkajian Keperawatan
Pengkajian merupakan tahap awal dari proses yang sistematis

dalam pengumpulan data dari berbagai sumber data untuk mengevaluasi

dan mengidentifikasi status kesehatan (Setiadi, 2012).


1) Identitas
Identitas klien yang di perlukan untuk data keperawatan adalah nama

klien, jenis kelamin, umur, pendidikan, pekerjaan, bangsa/suku, dan

agama yang di anut klien (Setiadi, 2012).


2) Riwayat penyakit
a) Keluhan utama
Keluhan utama biasanya nyeri dada seperti tertekan, berat, atau

seperti di remas yang timbul secara mendadak, nyeri terus menerus,

nyeri pada daerah substernal yang menjalar ke lengan, wajah,

rahang, leher, punggung dan epigastrium. Nyeri tidak berkurang

walaupun klien istirahat, mengubah posisi, menarik nafas dalam


( Udjiati, 2013).

b) Riwayat penyakit sekarang


Pengakjian riwayat penyakit sekarang yang mendukung keluhan

utama di lakukan dengan mengajukan serangkaian pertanyaan

mengenai nyeri dada pada klien secara PQRST ( Muttaqin, 2012 ).


c) Riwayat penyakit dahulu
16

Data di peroleh apakah sebelumnya klien pernah menderita nyeri

dada, hipertensi, diabetes militus, dan hyperlipidemia. (Muttaqin,

2012).
3) Pemeriksaan Fisik
(1) Keadaan umum dan tanda-tanda vital
Pada pemeriksaan keadaan umum, kesadaran klien infark miokard

biasanya baik atau komposmetis dan akan berubah sesuai tingkat

gangguan yang melibatkan perfusi system syaraf pusat. Pada ttv

adanya perubahan RR meningkat ; TD dapat normal/ naik turun

(Udjianti, 2013).
(2) PemeriksaanWajah
(a) Inspeksi : Tanda ketegangan dan atau kelelahan, pucat dibibir

dan kulit wajah merupakan manifestasi anemia atau kurang

adekuatnya perfusi jaringan. Pipi kemerahan yang menunjukkan

stenosis mitral (Mitral facies), ebiruan pada mukosa mulut,

bibir dan lidah, manifestasi sianosis sentral akibat peningkatan

jumlah hemoglobin yang kurang mengandung oksigen

(deoxygenated hemoglobin).
(b) Palpasi : Pada wajah tidak terdapat edema
(3) Hidung
(a) Inspeksi : terdapat pernapasan cuping hidung karena adanya

sesak, sianosis (kebiruan) pada hidung.


(b) Palpasi : lakukan palpasi pada sinus – sinus hidung. Normalnya

klien tidak mengeluh nyeri atau teraba panas saat di palpasi.


(4) Mata
(a) Inspeksi : konjungtiva pucat merupakan manifestasi anemia.

Xantelasma merupakan lesi kuning meninggi yang terutama

terbentuk di sekitar mata, menunjukkan kolestrol serum yang

tinggi. Bercak putih kekuningan, terdiri atas jaringan ikat,

berjalan pada kedua sisi kornea yang biasanya dikarenakan


17

kadar lipid yang tinggi dalam darah (Pinguekula). Sclera dapat

berwarna putih (normal) atau ikterik yang merupakan tanda

adanya ganggua faal hati pada klien gagal jantung.


(b) Palpasi : tidak ada nyeri tekan, teraba kenyal
(5) Leher
(a) Inspeksi : distensi vena jugularis (Jugularis Venous Pressure)
(b) palpasi : palpasi pada arteri karotis bertujuan untuk menilai

adanya arterosklerosis pada arteri karotis kanan dan kiri. Jika

teraba arteri karotis berdenyut seperti berdansa, merupakan

tanda insufisiensi aorta.


(6) Thoraks (paru dan jantung)
Paru
(a)Inspeksi :adanya gerakan dinding dada yang abnormal,

perhatikan adanya dyspnea, adanya retraksi otot ICS merupakan

manifestasi kesulitan nafas.


(b)Palpasi : tactile premitus untuk menilai getaran suara pada

dinding dada
(c)Perkusi : melalui perkusi dapat menilai batas – batas paru :paru

kiri lebih tinggi dari pada paru kanan, hasil perkusi norma pada

thorak resonan atau sonor, di temukan pekak pada edema paru


(d)Auskultasi : Suara nafas dan suara nafas tambahan seperti :
a) Ronki merupakan bunyi gemuruh, kasar yang di sebabkan

oleh pergerakan udara melalui jalan nafas yang sempit yang

terisi cairan atau sekret, terdengan selama inspirasi atau

ekspirasi
b) Rales (crackles) adalah suara nafas yang di hasilkan dari

transudasi cairan dalam alveoli, paling baik terdengar pada

akhir atau puncak inspirasi; merupakan tanda gagal jantung

kiri
c) Wheezing di sebabkan oleh pergerakan udara melalui

bronkus yang menyempit, suaranya bernada tinggi dan terus


18

menerus. Terdengar di awal ekspirasi, biasanya terjadi pada

klien gagal jantung kongestif.


Jantung
(a) Inspeksi :perhatikan pelebaran vena pada dada menandakan

adanya kongesti atau bendungan vena cava inferior. Denyut

nadi abnormal di dada atau punggung mengindikasikan

adanya aneurisma, adanya denyutan apeks jantung

(b) Palpasi : iktus kordis normal terletak di ICS ke V midclavicula

sinestra dengan lebar denyutan 1 cm

(c) Perkusi : perkusi normal pada jantung pekak pada ICS III

sampai V

(d) Auskultasi :

a) Bunyi jantung normal meliputi bunyi jantung I dan II

(BJ1 dan BJ2), dan dengarkan adanya bunyi jantung III

dan IV (BJ3 dan BJ4) atau ritme gallop’s


b) Bising jantung (murmur) yaitu suara akibat disfungsi

katup mitral, tricuspidalis, pulmonalis, aorta, atau defect

septum miokard.
(7) Abdomen
(a) Inspeksi : melalui inspeksi abdomen, pemeriksa dapat

menemukan tanda-tanda berikut ini :


a) Bentuk abdomen, ketegangan dinding perut atau distensi,

dan gerakan dinding perut.


b) Pelebaran vena abdominal yang merupakan menifestasi

kongesti vena porta atau vena cava inferior.


c) Denyutan di dinding abdomen.
(b) Palpasi : palpasi abdomen ditunjukkan pada penemuan tanda-

tanda yang mendukung diagnosis gagal jantung seperti berikut

ini :
19

a) Hepatomegali
b) Splenomegali dinilai berdasarkan garis schuffner.
c) Asites ditandai dengan adanya undulasi di dinding

abdomen.
(c) Auskultasi : menilai peristaltic usus (bising usus <8x/menit )
(d) Perkusi : shifting dullness menunjukkan adanya asites

(akumulasi cairan).
(8) Ekstremitas dan integumen
(a) Inspeksi :Warna kulit, kuning pucat merupakan tanda asidosis

metabolik
a) Purpura atau ptechiae pda sela jari, telapak tangan atau kaki

disebut juga Osler’s Nodes atau Janeaway Lessionadalah

tanda Subacut Bacterial Endocarditis (SBE) atau infeksi

virus.
b) Eritema nodusum pada kulit di area tibia merupakan tanda

endokarditis karena streptococus.


c) Splinter Hemorrhagig pada kuku merupakan tanda subacut

bacterial endokarditis.
d) Capilary Refill Time (CRT) pada jari tangan dan kaki sebagai

indikator sirkulasi perifer. Pengisian kembali kapiler normal

<3 detik. jika pengisian kembali kapiler lebih dari 3 detik,

kerusakan sirkulasi mungkin terjadi karena insufisiensi arteri

akibat aterosklerosis atau spasme.


e) Clubbing finger dan toes (sudut kuku > 180˚) karena hipoksia

kronis pada dasar jaringan kuku.


f) Edema (Akumulasi cairan dijaringan interstitiel ekstremitas).

Edema kaki bilateral menandakan klien mengalami gagal

jantung kongesti (CHF) atau insufisiensivena kronis. edema

yang terlokalisir pada satu kaki menandakan obstruksi vena


20

(trombosis) atau hambatan cairan limfe ekstremitas

(lymphedema).
(b) Palpasi :

a) Suhu ektremitas. Suhu ektremitas pada ekstremitas yang

dingin terjadi akibat vasokonstriksi atau penurunan darah

ke jaringan perifer.

b) Nyeri. Homan’s sign adalah rasa nyeri dengan posisi dorso

fleksi akibat tromboflebitis vena kaki atau deep vein

trombosis (DVT).

c) Denyut nadi di temporal, karotid, brakial, radialis, femoral,

popliteal, posterotibial, dan dorsalis pedis.

3.2.2 Analisa Data

Analisa data merupakan kemampuan kognitif dalam pengembangan daya

fikir dan penalaran yang dipengaruhi oleh latarbelakang ilmu pengetahuan,

pengalaman dan pengertian keperawatan (Dermawan, 2012).


21

Tabel 2.2 : Analisa Data Pada OMI

Data Etiologi Problem

DS:- Iskemik miokard Nyeri kronis


DO :
1. Klien tampak meringis Ketidakseimbangan
kesakitan suplai dan kebutuhan
2. Tampak memegang dada O2
sebelah kiri
3. TTV : Metabolisme anaerob
TD :170/90 mmHg
GDS:248 mg/dl Produksi asam laktat↑
Nadi :98x/menit
Kadar kolesterol :220 mg
DS : - Iskemik Penurunan curah
DO : jantung
1. Hipotensi (<120/80 mmHg) Gangguan kontraktilitas
2. Takikardi(>100x/menit) ventrikel kiri
3. Berkeringat
4. Ortopnea
5. Berkeringat
6. Ortopnea
7. CRT >3 detik
8. Terdengar s3 dan s4.
DS :- Perubahan Gangguan
DO : homeodinamik progresif perfusi jaringan
1. TD tinggi >120/80 mmHg
2. Nadi tinggi :80-100x/menit Hipoksemia
3. SpO2 :<96%
4. Pucat,
5. Akral dingin
DS: - Hipotensi dan Intoleransi
DO : hipoksemia aktifitas
1. Kelemahan otot,
2. adanya infark miokard, Kelemahan fisik
3. penurunanTD
DS : - Kelemahan fisik Kecemasan
DO :
1. Peningkatan Kondisi dan prognosis
nadi(>100x/menit) penyakit
2. Peningkatan tekanan darah
(>120x/menit) Kurang pengetahuan
3. Peningkatan
respirasi(>24x/menit)
4. Kelemahan,
5. palpitasi,
DS :- Tidur berbaring Perubahan pola
DO : istirahat tidur
1. Mata sayu, Sesak
2. Wajah tampak layu,
3. Tampak lelah dan gelisah,
4. Jumlah jam tidur klien
berkurang,
DS :- Gangguan Mual dan
DO : pemenuhan muntah
1. Nafsu makan menurun, nutrisi kurang
22

2. Nyeri menjalar sampai dari kebutuhan


epigastrium tubuh

DS :- Tirah baring Konstipasi


DO :
1. Immobilisasi,
2. Penurunan bising usus
(>30x/menit) Penurunan motilitas
usus

DS : - Retensi Na dan Air Resiko


DO : kelebihan
1. Berat badan meningkat, Tekanan hidrostatik↑ volume cairan
2. Asites,
3. Tekanan darah meningkat
(>120x/menit)
4. Ortopnea,
5. Oliguri,
DS :- kelemahan fisik Resiko
DO : kerusakan
1. Kemerahan pada daerah yang tirah baring lama intergritas kulit
tertekan,
2. kulit epidermis mengelupas

2.3.3 Diagnosa keperawatan


Diagnosa keperawatan merupakan suatu komponen penting pada proses

keperawatan untuk tujuan perencanaan perawatan klien. Menurut NANDA

2015 menjelaskan bahwa diagnosa keperawatan yang timbul dari OMI

adalah sebagai berikut :

(1) Nyeri kronis berhubungan dengan iskemik miokard (agen cidera

biologis)

(2) Penurunan curah jantung yang berhubungan dengan gangguan kontraksi

pada ventrikel kiri

(3) Gangguan perfusi jaringan berhubungan dengan penurunan curah

jantung.

(4) Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara

suplai dan kebutuhan oksigen miokard.


23

(5) Kecemasan berhubungan dengan kurang pengetahuan mengenai

penyakit jantung

(6) Perubahan pola istirahat tidur berhubungan dengan nyeri dada, sesak

nafas.

(7) Gangguan pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan

dengan mual dan muntah

(8) Konstipasi berhubungan dengan penurunan peristaltik usus

(9) Resiko kelebihan cairan berhubungan dengan peningkatan natrium atau

retensi air dan peningkatan tekanan hidrost

(10) Resiko kerusakan integritas kulit berhubungan dengan tirah baring


2.3.4 Perencanaan Keperawatan
Tabel 2.3 : Perencanaan Keperawatan pada OMI

No Diagnosa keperawatan Tujuan dan kriteria hasil Intervensi Rasional


1. Nyeri akut berhubungan Tujuan :Setelah di lakukan 1. Observasi karakteristik nyeri, lokasi, 1. Nyeri berat dapat menyebabkan syok
dengan iskemia miokard tindakan keperawatan 1x24 jam intensitas, lamanya,dan kardiogenik yang berdampak
(agen cidera biologis) di harapkan terbebas dari nyeri penyebaran.Anjurkan kepada klien kematian mendadak.
dan mampu meningkatkan untuk melaporkan nyeri dengan 2. Posisi fisiologi akan meningkatkan
toleransi aktivitas, dengan segera. asupan oksigen ke jaringan yang
KH : 2. Atur posisi fisiologis mengalami iskemia.
1. Tidak tampak meringis 3. Istirahatkan klien. 3. Istirahat akan menurunkan kebutuhan
kesakitan 4. Berikan oksigen tambahan dengan oksigen jaringan perifer
2. Tidak memegangi dada kanul nasal atau maasker sesuai 4. Meningkatkan jumlah oksigen yang
sebelah kiri dengan indikasi. ada untuk pemakaian miokardium
5. Menejemen lingkungan : Lingkungan sekaligus mengurangi
3. Ttv dalam batas normal :
yang tenang dan batasi pengunjung. ketidaknyamanan sekunder terhadap
TD : 120/80 mmHg
6. Kolaborasi dengan tim medis dalam iskemia.
Nadi : 60-100x/menit
pemberian terapi antiangina. 5. Lingkungan yang tenang akan
GDS :<100 mg/Dl
7. Kolaborasi dalam pemberian terapi menurunkan stimulasi nyeri eksternal
Kadar kolest6erol :<200
farmakologis trombolitik. dan pembatasan pengunjung akan
mg/Dl
membantu meningkatkan kondisi
oksigen ruangan.
6. Obat-obatan antiangina bertujuan
untuk meningkatkan aliran darah baik
dengan menambah suplai oksigen
Trombolitik menghancurkan trombus
dengan mekanisme fibrinolitik
mengubah plasminogen menjadi
plasmin, yang menghancurkan fibrin
didalam bekuan darah.
2. Penurunan curah jantung Tujuan :Setelah dilakukan 1. Ukur tekanan darah. Bandingkan 1. Hipotensi dapat terjadi akibat
berhubungan dengan tindakan keperawatan selama tekanan darah kedua lengan, ukur disfungsi ventrikel, hipertensi juga
gangguan kontraktilitas 1x24 jam diharakan dapat dalam keadaan berbaring, duduk, atau fenomena umum berhubungan

32
ventrikel kiri mempertahankan curah jantung berdiri bila memungkinkan. dengan nyeri cemas yang
adekuat, dengan 2. Evaluasi kualitas dan kesamaan nadi. mengakibatkan terjadinya
KH: 3. Auskultasi dan catat terjadinya bunyi pengeluaran katekolamin.
1. TD normal: 120/80 mmHg jantung S3/S4 2. penurunan curah jantung
2. Nadi tidak cepat 4. Pantau frekuensi jantung dan irama. mengakibatkan menurunnya kekuatan
3. Tidak berkeringat 5. Berikan makanan dengan porsi sedikit nadi.
4. Tidak sesak tapi sering dan mudah dikunyah, 3. S3 berhubungan dengan gagal
5. Tidak berkeringat batasi asupan kafein. jantung kronis atau gagal mitral yang
6. CRT kembali dalam <3 disertai infark berat. S4 berhubungan
detik dengan iskemia, kekakuan ventrikel,
7. Penurunan haluaran urine, atau hipertensi pulmonal.
8. Terdengar s3 dan s4.BJ 1 4. Perubahan frekuensi dan irama
dan 2 reguler kuat, tidak ada jantung menunjukkan adanya
bunyi suara jantung komplikasi disritmia.
tambahan gallop’s. 5. Makanan dengan porsi besar dapat
meningkatkan kerja miokardium.
Kafein dapat meragsang langsung
kerja jantung sehingga dapat
meningkatkan frekuensi jantung.
3. Gangguan perfusi Tujuan:Setelah dilakukan 1. Observasi tanda vital setiap 1 – 4 jam 1. Sebagai data awal untuk tindakan
jaringan berhubungan tindakan keperawatan selama ukur hemodinamik dan curah jantung selanjutnya
dengan penurunan curah 3x24 jam diharapkan dapat sesuai program terapi 2. Dapat menunjukkan gangguan aliran
jantung. mempertahankan curah 2. Monitori tanda dan gejala penurunan darah dalam jantung (kelainan katup,
jantung adekuat guna perfusi kardiopulmoner (nyeri dada, kerusakan septum, atau vibrasi otot
meningkatkan perfusi jaringan disritmia, takikardia, takipneu, papilaris). Perubahan frekuensi dan
otak, paru, jantung dan hipotensi, penurunan curah jatung). irama jantung menunjukkan
ekstermitas, dengan 3. Monitor bunyi dan irama jantung komplikasi disritmia.
KH : secara kontinu, catat dalam kertas 3. Dapat menunjukan gangguan aliran
1. TTV dalam batas normal, EKG tiap 4 jam atau lebih sering bila darah dalam jantung (kelainan katup,
TD :120/80 mmhg irreguler, catat adanya denyut kerusakan septum, atau vibrasi otot
RR :24x/menit prematur ventrikel atau ekstrasistol papilaris).
Nadi :60-100x/menit 4. Palpasi denyut nadi perifer guna 4. Mengetahui hipoksemia dan
S : 36-37,5˚ c mengkaji adanya denyutan prematur peningkatan tahanan perifer

32
2. Wajah tidak pucat, 5. Rekam pola EKG secara periodik 5. Pemeriksaan EKG secara periodik
3. Akral hangat selama periode serangan dan catat berguna diagnosis perluasan area
4. SpO2 normal : 90-100 adanya disritmia atau perluasan iskemia, injuri, dan infark miokard.
5. Bj 1 dan bj 2 reguler kuat, iskemia infark atau infark miokard 6. Disritmia menurunkan curah jantung
tidak ada suarajantung 6. Kolaborasi dengan tim medis untuk secara eksterm dan perfusi jaringan
tambahan. pemberian terapi:Anti-disritmia : yang membahayakan jiwa.
Lidokain, amiodaron (bila ada
indikasi klinis).
4. Intoleransi aktivitas Tujuan:Setelah dilakukan 1. Monitor catat frekuensi jantung, irama, 1. Kecenderungan menentukan respon
berhubungan dengan tindakan keperawatan sela-ma dan perubahan TD sebelum, selama, klien terhadap aktivitas dan dapat
ketidakseimbangan antara 3x24 jam diharapkan klien sesudah aktivitas sesuai indikasi. mengidentifikasi penurunan oksigen
suplai dan kebutuhan terbebas dari rasa nyeri dan 2. Tingkatkan istirahat, batasi aktivitas miokard yang memerlukan penurunan
oksigen miokard mampu meningkatkan toleransi pada dasar nyeri atau respon tingkat aktivitas atau kembali tirah
aktivitas, dengan hemodinamik. baring, perubahan program obat,
KH : 3. Batasi pengunjung dan kunjungan oleh penggunaan oksigen tambahan.
1. Tidak terjadi kelenahan otot klien 2. Menurunkan kerja miokard atau
2. TD normal :120/80 mmHg 4. Anjurkan klien menghindari konsumsi oksigen, menurunkan resiko
peningkatan tekanan abdomen, seperti komplikasi (contoh perluasan Infark
mengejan saat defekasi. Miokard)
5. Jelaskan pola peningkatan bertahap 3. Pembicaraan yang panjang sangat
dari aktivitas. mempengaruhi klien, namun periode
6. Nilai respon klien terhadap aktivitas kunjungan yang tenang bersifat
yang telah di lakukan, catat adanya ST terapiutik.
elevasi,disritmia, diaforesis 4. Aktivitas yang memerlukan menahan
kelelahan,sianosis,penurunan nafas dan menunduk dapat
kesadaran,pucat, pusing, dan nyeri mengakibatkan bradikardia, juga
dada. menurunkan curah jantung, dan
7. Rujuk ke program rehabilitasi jantung takikardia dengan peningkatan TD
5. Aktivitas yang maju memberikan
kontrol jantung, meningkatkan
regangan dan mencegah aktivitas
berlebihan.
6. Aktivitas yang di sertai tanda dan
gejala tersebutmengindikasikan tidak

32
adekuatnya sirkulasi koroner yang
mengakibatkan iskemik dan infark
miokard
7. Memberikan dukungan atau
pengawasan tambahan secara berlanjut
dan perpartisipasi proses penyembuhan
dan kesejahteraan.
5. Kecemasan berhubungan Tujuan:Setelah dilakukan 1. Berikan penjelasan singkat tentang 1. Penjelasan tentang prosedur membantu
dengan kurangnya tindakan keerawatan selama tujuan, hasil yang diharapkan dari klien menjadi kooperatif.
pengetahuan mengenai 3x24 jam diharapkan klien dan setiap prosedur serta efek sampingnya. 2. Dukungan orang terdekat , konseling
penyakit keluarga mampu mengepresikan 2. Berikan dukungan untuk kepada rohaniawan dapat menurunkan
rasa takut atau kecemasan secara mengekspresikan perasaan , tingkat kecemasan, dan memberikan
positif, dengan mendengarkan keluhan klien, serta kenyamanan psikologis
KH : menjawab pertanyaan secara jujur dan 3. perubahan pola hidup dalam masa
1. Klien mengatakan rasa takut penuh perhatian, pemulihan dapat mencegah serangan
berkurang atau hilang, 3. Diskusikan kondisi klien dan ulang
2. Klien mampu menggunakan perubahan pola hidup yang harus di 4. Rehabilitasi jantung yang terprogram
mekanisme koping yang jalani setelah pulang dari rumah sakit dapat menurunkan kecemasan.
efektif 4. Anjurkan berpartisipasi aktif dalam 5. Meningkatkan relaksasi atau istirahat
program rehabilitasi jantung dan menurunkan cemas.
5. Kolaborasi dalam pemberian terapi
anticemas atau hipnotik sesuai
indikasi.
6. Perubahan pola istirahat Tujuan :Setelah dilakukan 1. Nilai adanya faktor yang menunjang 1. Perubahan pola tidur menyebabkan
tidur berhubungan dengan tindakan keperawatan selama gangguan pola tidur (dispneu, sering kecemasan, yang dapat memicu nyeri
nyeri dada, sesak nafas. 3x24 jam diharapkan dapat buang air kecil karena efek deuritik, dada dan meningkatkan konsumsi
memenuhi kebutuhan istirahat nyeri, rasa takut, cemas, merasa oksigen miokard.
atau tidur klien ,dengan kesepian, kebisingan, lampu terlalu 2. Keluhan fisik yang mengganggu
KH : terang, tindakan keperawatan). kebutuhan istirahat tidur harus
1. Mata tidak sayu 2. Berikan tindakan untuk mengatasi dikelola untuk menunjang kebutuhan
2. Wajah klien segar, faktor penyebab (mengatur posisi tidur istirahat dan mengurangi kebutuhan
3. Tidur klien terpenuhi yang nyaman, terapi deuretik diberikan oksigen miokard.
pada pagi hari, memberikan obat anti 3. Prosedur ritual dapat memberikan
nyeri sesuai indikasi, memberikan kenyamanan fisik sebelum tidur yang

32
selimut). menunjang relaksasi.
3. Memberikan prosedur ritual sebelum 4. Dapat meningkatkan motivasi untuk
waktu tidur yang menunjang istirahat tidur.
tidur klien (menggosok punggung, 5. Obat sedatif menurunkan kecemasan
minum susu hangat, mengatur suhu dan membantu untuk tidur.
ruangan, memberikan bantal yang 6. Efek samping obat yang
nyaman, mengajak klien berdo’a). membahayakan harus dikaji ulang.
4. Rencanakan tindakan keperawatan
yang tidak mengganggu jam istirahat
tidur klien.
5. Kolaborasi dengan dokter untuk
pemberian obat sedatif atau
tranquilizer (diasepam) sesuai indikasi.
6. Observasi reaksi, efek samping dan
tanda-tanda toksisitas obat yang
diberikan (bila ada segera laporkan
dokter).
7. Gangguan pemenuhan Tujuan : Setelah dilakukan 1. Beri kesempatan klien 1. Diskusi dapat mengkaji penyebab
nutrisi kurang dari tindakan keperawatan selama mendiskusikan alasan untuk tidak gangguan makan
kebutuhan tubuh 3x24 jam diharapkan kebutuhan makan 2. Mengobservasi asupan klien dapat
berhubungan dengan nutrisi klien dapat terpanuhi, 2. Observasi dan catat asupan klien mengkaji zat gizi yang dikonsumsi
mual muntah dengan (cair dan padat).. dan suplemen yang diperlukan
KH : 3. Tentukan makanan kesukaan klien 3. Dapat meningkatkan nafsu makan
1. Nafsu makan bertambah. sesuai dengan program diet, klien.
2. Nyeri berkurang tawarkan makanan yang merangsang 4. Makanan tersebut mencegah
penghidu, penglihatan dan taktil. kerusakan protein tubuh dan
4. Tawarkan suplemen tinggi protein, memberikan kalori energi.
tinggi kalori, seperti susu kocok, 5. Membantu menunurunkan kebutuhan
puding atau es krim. oksigen.
5. Sajikan makanan yang 6. Lingkungan yang nyaman dapat
membutuhkan sedikit dikunyah. meningkatkan nafsu makanklien.
6. Ciptakan lingkungan yang
menyenangkan waktu makan.
8. Konstipasi berhubungan Tujuan :Setelah di lakukan 1. Observasi abdomen klien terhadap 1. Konstipasi dapat memicu respon

32
dengan penurunan tindakan keperawatan selama tanda distensi, bising usus, flatus, dan valsava, menurunkan kontraktilitas
peristaltik usus. 3x24 jam di harapkan klien laporkan kepada dokter bila di miokard.
tidak menunjukan tanda – tanda dapatkan perubahan abdominal 2. Dapat mempertahankan harga diri
konstipas, dengan 2. Bantu dan upayakan untuk defekasi 3. Menurunkan kebutuhan oksigen
KH: normal serta menunjang rasa nyaman miokard.
1. Klien mampu melakukan 3. Berikan waktu istirahat dan oksigenasi 4. Menurunkan peningkatan curah
aktivitas dengan sendiri selama dan setelah buang air besar jantung dan pola nafas
2. Tidak terjadi bising usus 4. Kaji efek peningkatan konsumsi 5. Diet cukup selulosa dan kecukupan
oksigen jantung asupan cairan mencegah konstipasi
5. Kolaborasin dengan tim gizi untuk 6. Terapi laksatif mencegah konstipasi
memberikan diet jantung cukup dan memudahkan buang air besar
selulosa sehingga mencegah respon valsava
6. Kolaborasi terapi laksatif oral sesuai
indikasi
9. Resiko kelebihan cairan Tujuan :Resiko kelebihan cairan 5. Auskultasi bunyi nafas untuk adanya 1. Dapat mengidentifikasi edema paru
berhubungan dengan berhubungan dengan krekels. sekunder akibat dekompensasi jantung.
peningkatan natrium atau peningkatan natrium atau retensi 6. Catat adanya odema dependen. 2. Dicurigai adanya gagal jantung
retensi air dan air dan peningkatan tekanan 7. Ukur masukan/haluaran, catat kongesti atau kelebihan volume cairan.
peningkatan tekanan hidrostatik 3x24 jam diharapkan penurunan pengeluaran, sifat 3. Penurunan curah jantung
hidrostatik kebutuhan cairan klien adekuat, konsentrasi. Hitung keseimbangan mengakibatkan gangguan perfusi
dengan cairan. ginjal, retensi natriun atau air, dan
KH: 8. Timbang berat badan setiap hari. penurunan haluaran urine.
1. Berat badan normal 9. Pertahankan pemasukan cairan 2000 Keseimbangan cairan positif berulang
2. Rasa takut berkurang ml/24 jam dalam toleransi pada adanya gejala lain menunjukkan
3. TD normal :120/80 mmHg kardiovaskuler. kelebihan volume atau gagal jantung.
4. Tidak terjadi sesak 10. Kolaborasi dengan diet natrium rendah 4. Perubahan tiba-tiba padas berat badan
atau minuman. menunjukkan gangguan keseimbangan
11. Pantau kalium sesuai indikasi cairan.
5. Memenuhi kebutuhan cairan tubuh
orang dewasa tetapi memerlukan
pembatasan pada adanya
dekompensasi jantung.
6. Natrium meningkatkan retensi cairan
dan harus dibatasi.

32
7. Hipokalemia dapat membatasi
keefektifan terapi dan dapat terjadi
dengan penggunaan deuritik penurun
kalium.
10. Resiko kerusakan Tujuan : Setelah di lakukan 1. Observasi kulit, catat adanya 1. Kulit berisiko karena gangguan
integritas kulit tindakan keperawatan selama penonjolan tulang, adanya edema, area sirkulasi perifer, imobilitas fisik.
berhubungan dengan tirah 3x24 jam di harapkan mampu sirkulasi yang 2. Meningkatkan aliran darah,
baring lama. mempertahankan integritas kulit terganggu/hiperpigmentasi. meminimalkan hipoksia jaringan.
, dengan 2. Lakukan masase pada area kemerahan 3. Memperbaiki sirkulasi/menurunkan
KH : atau area yang memutih waktu satu area yang mengganggu
1. Tidak ada tanda – tanda 3. Ubah posisi sering di tempat tidur, aliran darah.
infeksi, bantu latihan gerak pasif / aktif. 4. Terlalu kering atau lembab dapat
2. Menunjukan terjadinya 4. Berikan perawatan kulit sering, merusak kulit dan mempercepat
proses penyembuhan luka meminimalkan dengan kerusakan
kelembaban/ekresi. 5. Edema interstitial dan gangguan
5. Hindari pemberian obat intramuskuler sirkulasi memperlambat absorpsi obat
dan predisposisi untuk kulit/terjadinya
infeksi

32

Anda mungkin juga menyukai