Wa0025
Wa0025
PENDAHULUAN
jantung diantaranya Old Myocard Infark (OMI). OMI adalah penyakit yang
disebabkan oleh penurunan aliran darah melalui satu atau lebih arteri koroner,
tindaan keperawatan yang cepat untuk mengurangi angka kematian pada OMI.
Menurut Global Health Estimate 2016, prevalensi penderita penyakit
pada tahun 2016 angka penderita sebesar 18.143.070 dengan angka kematian
tahun 2018 prevalensi penderita PJK di Indonesia (1,5 %), tidak terjadi
1
2
Ngawi, 2017 ).
OMI merupakan penyakit jantung yang diakibatkan karena kerusakan
arteri koroner (Morton, dkk, 2013), ditandai dengan nyeri dada yang berulang.
Proses ini di mulai ketika lapisan bagian dalam arteri (endotelium) mengalami
lipid dan jaringan fibrosa pada arteri koroner secara progresif. Apabila proses
ini terjadi secara terus – menerus akan mengakibatkan aliran darah koroner
miokard (Price & Wilson, 2015). Jika terjadi penurunan suplai oksigen dalam
penimbunan asam laktat dan penurunan Ph sel yang bisa menyebabkan nyeri
Iskemik yang terjadi dalam waktu lebih dari 30 – 45 menit akan terjadi
kerusakan sel miokard yang tidak dapat diubah dan mengakibatkan kematian
otot jantung sehingga bagian jantung yang terkena, akan mengalami infark
klien dengan diagnosa medis Old Miokard Infark (OMI) di RSUD Dr Soeroto
Ngawi“?
Terkait dengan tujuan, maka tugas akhir ini diharapkan dapat memberi
manfaat :
1.4.1 Manfaat teoritis
Hasil studi kasus ini dapat digunakan sebagai acuan untuk melakukan
dengan baik
2) Bagi profesi kesehatan
Sebagai tambahan ilmu bagi profesi keperawatan dan memberikan
OMI
3) Peneliti Selanjutnya
Hasil penelitian ini dapat menjadi salah satu rujukan bagi peneliti
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
Dalam bab 2 ini akan diuraikan secara teoritis mengenai konsep penyakit,
konsep kebutuhan dasar manusia dan asuhan keperawatan OMI. Konsep penyakit
Asuhan keperawatan akan di uraikan masalah – masalah yang muncul pada klien
(Wijaya & Putri, 2013). OMI adalah suatu proses di mana jaringan
(Rendy, 2012).
6
( 2015) infark miokard kronis terjadi karena adanya sumbatan pada arteri
2011). Jantung terdiri dari 4 ruang diantara nya ada dua atrium dan dua
darah terbagi menjadi dua bagian, yaitu sirkulasi sistemik, dan sirkulasi
kapiler paru dan kembali ke jantung (atrium kiri) melalui vena pulmonalis.
Gambar 2.2 Siklus peredaran darah jantung. Sumber : Guyton & Hall
(2008)
2.1.3 Etiologi
OMI disebabkan oleh 2 faktor yaitu atherosklerosis, thrombosis
dan persisten, menjalar ke bahu, lengan kiri, rahang, dan leher, ekstremitas
dimodifikasi dan faktor yang tidak dapat dimodifikasi. Faktor yang tidak
ruptur plak, trombosis dan spasme arteri koronaria. Sumbatan pada arteri
kelemahan fisik dan terjadi intoleransi aktifitas dan tirah baring lalu terjadi
pectoris tidak stabil, disseksi aorta, kelainan saluran cerna bagian atas
10
Wijaya, 2013).
2.1.8 Pemerikaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang pada pasien OMI meliputi
Syok
kardiogeni
11
Gambar 2.2 : Kerangka masalah OMI. Sumber : Doenges, dkk, 2014., Kowalak, dkk, 2013.,
LeMone et al, 2016., Nurrahmani & Kurniadi, 2015., Wijaya & Putri, 2013
hidup dan aktivitas berbagai organ dan sel. (Hidayat, 2009). Gangguan
klien dengan mengeluh sesak nafas, harus diberikan terapi oksigen melalui
adalah suatu keadaan relatif tanpa sadar yang penuh ketenangan tanpa
(Tartowo & Wartonah, 2010). Gangguan pola tidur pada pasien dengan
obat. Klien OMI perlu istirahat tidur yang lebih dari biasanya atau sebelum
di tandai dengan kelebihan (retensi) cairan dan natrium di ruang ekstra sel
yang hanya dapat dirasakan oleh orang lain. Klien dengan OMI akan
teknik distraksi.
seseorang secara bebas, mudah, dan teratur untuk mencapai suatu tujuan,
dengan bantuan orang lain atau dengan bantuan alat (Widuri, 2010).
Interprentasi hasil :
20 : Mandiri
12-19 : Ketergantungan ringan
9-11 : Ketergantungan sedang
5-8 : Ketergantungan berat
0-4 : Ketergantungan total
3.1.7 Gangguan Integritas Kulit
Kulit menjadi organ terbesar pada manusia. Kulit terdiri 3 lapis
Ulkus dekubitus pada pasien OMI terjadi karena adanya tirah baring yang
bertahap apabila tekanan darah dan nadi dalam batas normal, pengubahan
posisi setiap 2 jam sekali, dan menjaga kelembapan kulit (Doenges, 2014).
3.2 Konsep Proses Keperawatan OMI
Asuhan keperawatan adalah suatu metode yang sistematis dan ilmiah
2012).
3) Pemeriksaan Fisik
(1) Keadaan umum dan tanda-tanda vital
Pada pemeriksaan keadaan umum, kesadaran klien infark miokard
(Udjianti, 2013).
(2) PemeriksaanWajah
(a) Inspeksi : Tanda ketegangan dan atau kelelahan, pucat dibibir
(deoxygenated hemoglobin).
(b) Palpasi : Pada wajah tidak terdapat edema
(3) Hidung
(a) Inspeksi : terdapat pernapasan cuping hidung karena adanya
dinding dada
(c)Perkusi : melalui perkusi dapat menilai batas – batas paru :paru
kiri lebih tinggi dari pada paru kanan, hasil perkusi norma pada
ekspirasi
b) Rales (crackles) adalah suara nafas yang di hasilkan dari
kiri
c) Wheezing di sebabkan oleh pergerakan udara melalui
(c) Perkusi : perkusi normal pada jantung pekak pada ICS III
sampai V
(d) Auskultasi :
septum miokard.
(7) Abdomen
(a) Inspeksi : melalui inspeksi abdomen, pemeriksa dapat
ini :
19
a) Hepatomegali
b) Splenomegali dinilai berdasarkan garis schuffner.
c) Asites ditandai dengan adanya undulasi di dinding
abdomen.
(c) Auskultasi : menilai peristaltic usus (bising usus <8x/menit )
(d) Perkusi : shifting dullness menunjukkan adanya asites
(akumulasi cairan).
(8) Ekstremitas dan integumen
(a) Inspeksi :Warna kulit, kuning pucat merupakan tanda asidosis
metabolik
a) Purpura atau ptechiae pda sela jari, telapak tangan atau kaki
virus.
b) Eritema nodusum pada kulit di area tibia merupakan tanda
bacterial endokarditis.
d) Capilary Refill Time (CRT) pada jari tangan dan kaki sebagai
(lymphedema).
(b) Palpasi :
ke jaringan perifer.
trombosis (DVT).
biologis)
jantung.
penyakit jantung
(6) Perubahan pola istirahat tidur berhubungan dengan nyeri dada, sesak
nafas.
32
ventrikel kiri mempertahankan curah jantung berdiri bila memungkinkan. dengan nyeri cemas yang
adekuat, dengan 2. Evaluasi kualitas dan kesamaan nadi. mengakibatkan terjadinya
KH: 3. Auskultasi dan catat terjadinya bunyi pengeluaran katekolamin.
1. TD normal: 120/80 mmHg jantung S3/S4 2. penurunan curah jantung
2. Nadi tidak cepat 4. Pantau frekuensi jantung dan irama. mengakibatkan menurunnya kekuatan
3. Tidak berkeringat 5. Berikan makanan dengan porsi sedikit nadi.
4. Tidak sesak tapi sering dan mudah dikunyah, 3. S3 berhubungan dengan gagal
5. Tidak berkeringat batasi asupan kafein. jantung kronis atau gagal mitral yang
6. CRT kembali dalam <3 disertai infark berat. S4 berhubungan
detik dengan iskemia, kekakuan ventrikel,
7. Penurunan haluaran urine, atau hipertensi pulmonal.
8. Terdengar s3 dan s4.BJ 1 4. Perubahan frekuensi dan irama
dan 2 reguler kuat, tidak ada jantung menunjukkan adanya
bunyi suara jantung komplikasi disritmia.
tambahan gallop’s. 5. Makanan dengan porsi besar dapat
meningkatkan kerja miokardium.
Kafein dapat meragsang langsung
kerja jantung sehingga dapat
meningkatkan frekuensi jantung.
3. Gangguan perfusi Tujuan:Setelah dilakukan 1. Observasi tanda vital setiap 1 – 4 jam 1. Sebagai data awal untuk tindakan
jaringan berhubungan tindakan keperawatan selama ukur hemodinamik dan curah jantung selanjutnya
dengan penurunan curah 3x24 jam diharapkan dapat sesuai program terapi 2. Dapat menunjukkan gangguan aliran
jantung. mempertahankan curah 2. Monitori tanda dan gejala penurunan darah dalam jantung (kelainan katup,
jantung adekuat guna perfusi kardiopulmoner (nyeri dada, kerusakan septum, atau vibrasi otot
meningkatkan perfusi jaringan disritmia, takikardia, takipneu, papilaris). Perubahan frekuensi dan
otak, paru, jantung dan hipotensi, penurunan curah jatung). irama jantung menunjukkan
ekstermitas, dengan 3. Monitor bunyi dan irama jantung komplikasi disritmia.
KH : secara kontinu, catat dalam kertas 3. Dapat menunjukan gangguan aliran
1. TTV dalam batas normal, EKG tiap 4 jam atau lebih sering bila darah dalam jantung (kelainan katup,
TD :120/80 mmhg irreguler, catat adanya denyut kerusakan septum, atau vibrasi otot
RR :24x/menit prematur ventrikel atau ekstrasistol papilaris).
Nadi :60-100x/menit 4. Palpasi denyut nadi perifer guna 4. Mengetahui hipoksemia dan
S : 36-37,5˚ c mengkaji adanya denyutan prematur peningkatan tahanan perifer
32
2. Wajah tidak pucat, 5. Rekam pola EKG secara periodik 5. Pemeriksaan EKG secara periodik
3. Akral hangat selama periode serangan dan catat berguna diagnosis perluasan area
4. SpO2 normal : 90-100 adanya disritmia atau perluasan iskemia, injuri, dan infark miokard.
5. Bj 1 dan bj 2 reguler kuat, iskemia infark atau infark miokard 6. Disritmia menurunkan curah jantung
tidak ada suarajantung 6. Kolaborasi dengan tim medis untuk secara eksterm dan perfusi jaringan
tambahan. pemberian terapi:Anti-disritmia : yang membahayakan jiwa.
Lidokain, amiodaron (bila ada
indikasi klinis).
4. Intoleransi aktivitas Tujuan:Setelah dilakukan 1. Monitor catat frekuensi jantung, irama, 1. Kecenderungan menentukan respon
berhubungan dengan tindakan keperawatan sela-ma dan perubahan TD sebelum, selama, klien terhadap aktivitas dan dapat
ketidakseimbangan antara 3x24 jam diharapkan klien sesudah aktivitas sesuai indikasi. mengidentifikasi penurunan oksigen
suplai dan kebutuhan terbebas dari rasa nyeri dan 2. Tingkatkan istirahat, batasi aktivitas miokard yang memerlukan penurunan
oksigen miokard mampu meningkatkan toleransi pada dasar nyeri atau respon tingkat aktivitas atau kembali tirah
aktivitas, dengan hemodinamik. baring, perubahan program obat,
KH : 3. Batasi pengunjung dan kunjungan oleh penggunaan oksigen tambahan.
1. Tidak terjadi kelenahan otot klien 2. Menurunkan kerja miokard atau
2. TD normal :120/80 mmHg 4. Anjurkan klien menghindari konsumsi oksigen, menurunkan resiko
peningkatan tekanan abdomen, seperti komplikasi (contoh perluasan Infark
mengejan saat defekasi. Miokard)
5. Jelaskan pola peningkatan bertahap 3. Pembicaraan yang panjang sangat
dari aktivitas. mempengaruhi klien, namun periode
6. Nilai respon klien terhadap aktivitas kunjungan yang tenang bersifat
yang telah di lakukan, catat adanya ST terapiutik.
elevasi,disritmia, diaforesis 4. Aktivitas yang memerlukan menahan
kelelahan,sianosis,penurunan nafas dan menunduk dapat
kesadaran,pucat, pusing, dan nyeri mengakibatkan bradikardia, juga
dada. menurunkan curah jantung, dan
7. Rujuk ke program rehabilitasi jantung takikardia dengan peningkatan TD
5. Aktivitas yang maju memberikan
kontrol jantung, meningkatkan
regangan dan mencegah aktivitas
berlebihan.
6. Aktivitas yang di sertai tanda dan
gejala tersebutmengindikasikan tidak
32
adekuatnya sirkulasi koroner yang
mengakibatkan iskemik dan infark
miokard
7. Memberikan dukungan atau
pengawasan tambahan secara berlanjut
dan perpartisipasi proses penyembuhan
dan kesejahteraan.
5. Kecemasan berhubungan Tujuan:Setelah dilakukan 1. Berikan penjelasan singkat tentang 1. Penjelasan tentang prosedur membantu
dengan kurangnya tindakan keerawatan selama tujuan, hasil yang diharapkan dari klien menjadi kooperatif.
pengetahuan mengenai 3x24 jam diharapkan klien dan setiap prosedur serta efek sampingnya. 2. Dukungan orang terdekat , konseling
penyakit keluarga mampu mengepresikan 2. Berikan dukungan untuk kepada rohaniawan dapat menurunkan
rasa takut atau kecemasan secara mengekspresikan perasaan , tingkat kecemasan, dan memberikan
positif, dengan mendengarkan keluhan klien, serta kenyamanan psikologis
KH : menjawab pertanyaan secara jujur dan 3. perubahan pola hidup dalam masa
1. Klien mengatakan rasa takut penuh perhatian, pemulihan dapat mencegah serangan
berkurang atau hilang, 3. Diskusikan kondisi klien dan ulang
2. Klien mampu menggunakan perubahan pola hidup yang harus di 4. Rehabilitasi jantung yang terprogram
mekanisme koping yang jalani setelah pulang dari rumah sakit dapat menurunkan kecemasan.
efektif 4. Anjurkan berpartisipasi aktif dalam 5. Meningkatkan relaksasi atau istirahat
program rehabilitasi jantung dan menurunkan cemas.
5. Kolaborasi dalam pemberian terapi
anticemas atau hipnotik sesuai
indikasi.
6. Perubahan pola istirahat Tujuan :Setelah dilakukan 1. Nilai adanya faktor yang menunjang 1. Perubahan pola tidur menyebabkan
tidur berhubungan dengan tindakan keperawatan selama gangguan pola tidur (dispneu, sering kecemasan, yang dapat memicu nyeri
nyeri dada, sesak nafas. 3x24 jam diharapkan dapat buang air kecil karena efek deuritik, dada dan meningkatkan konsumsi
memenuhi kebutuhan istirahat nyeri, rasa takut, cemas, merasa oksigen miokard.
atau tidur klien ,dengan kesepian, kebisingan, lampu terlalu 2. Keluhan fisik yang mengganggu
KH : terang, tindakan keperawatan). kebutuhan istirahat tidur harus
1. Mata tidak sayu 2. Berikan tindakan untuk mengatasi dikelola untuk menunjang kebutuhan
2. Wajah klien segar, faktor penyebab (mengatur posisi tidur istirahat dan mengurangi kebutuhan
3. Tidur klien terpenuhi yang nyaman, terapi deuretik diberikan oksigen miokard.
pada pagi hari, memberikan obat anti 3. Prosedur ritual dapat memberikan
nyeri sesuai indikasi, memberikan kenyamanan fisik sebelum tidur yang
32
selimut). menunjang relaksasi.
3. Memberikan prosedur ritual sebelum 4. Dapat meningkatkan motivasi untuk
waktu tidur yang menunjang istirahat tidur.
tidur klien (menggosok punggung, 5. Obat sedatif menurunkan kecemasan
minum susu hangat, mengatur suhu dan membantu untuk tidur.
ruangan, memberikan bantal yang 6. Efek samping obat yang
nyaman, mengajak klien berdo’a). membahayakan harus dikaji ulang.
4. Rencanakan tindakan keperawatan
yang tidak mengganggu jam istirahat
tidur klien.
5. Kolaborasi dengan dokter untuk
pemberian obat sedatif atau
tranquilizer (diasepam) sesuai indikasi.
6. Observasi reaksi, efek samping dan
tanda-tanda toksisitas obat yang
diberikan (bila ada segera laporkan
dokter).
7. Gangguan pemenuhan Tujuan : Setelah dilakukan 1. Beri kesempatan klien 1. Diskusi dapat mengkaji penyebab
nutrisi kurang dari tindakan keperawatan selama mendiskusikan alasan untuk tidak gangguan makan
kebutuhan tubuh 3x24 jam diharapkan kebutuhan makan 2. Mengobservasi asupan klien dapat
berhubungan dengan nutrisi klien dapat terpanuhi, 2. Observasi dan catat asupan klien mengkaji zat gizi yang dikonsumsi
mual muntah dengan (cair dan padat).. dan suplemen yang diperlukan
KH : 3. Tentukan makanan kesukaan klien 3. Dapat meningkatkan nafsu makan
1. Nafsu makan bertambah. sesuai dengan program diet, klien.
2. Nyeri berkurang tawarkan makanan yang merangsang 4. Makanan tersebut mencegah
penghidu, penglihatan dan taktil. kerusakan protein tubuh dan
4. Tawarkan suplemen tinggi protein, memberikan kalori energi.
tinggi kalori, seperti susu kocok, 5. Membantu menunurunkan kebutuhan
puding atau es krim. oksigen.
5. Sajikan makanan yang 6. Lingkungan yang nyaman dapat
membutuhkan sedikit dikunyah. meningkatkan nafsu makanklien.
6. Ciptakan lingkungan yang
menyenangkan waktu makan.
8. Konstipasi berhubungan Tujuan :Setelah di lakukan 1. Observasi abdomen klien terhadap 1. Konstipasi dapat memicu respon
32
dengan penurunan tindakan keperawatan selama tanda distensi, bising usus, flatus, dan valsava, menurunkan kontraktilitas
peristaltik usus. 3x24 jam di harapkan klien laporkan kepada dokter bila di miokard.
tidak menunjukan tanda – tanda dapatkan perubahan abdominal 2. Dapat mempertahankan harga diri
konstipas, dengan 2. Bantu dan upayakan untuk defekasi 3. Menurunkan kebutuhan oksigen
KH: normal serta menunjang rasa nyaman miokard.
1. Klien mampu melakukan 3. Berikan waktu istirahat dan oksigenasi 4. Menurunkan peningkatan curah
aktivitas dengan sendiri selama dan setelah buang air besar jantung dan pola nafas
2. Tidak terjadi bising usus 4. Kaji efek peningkatan konsumsi 5. Diet cukup selulosa dan kecukupan
oksigen jantung asupan cairan mencegah konstipasi
5. Kolaborasin dengan tim gizi untuk 6. Terapi laksatif mencegah konstipasi
memberikan diet jantung cukup dan memudahkan buang air besar
selulosa sehingga mencegah respon valsava
6. Kolaborasi terapi laksatif oral sesuai
indikasi
9. Resiko kelebihan cairan Tujuan :Resiko kelebihan cairan 5. Auskultasi bunyi nafas untuk adanya 1. Dapat mengidentifikasi edema paru
berhubungan dengan berhubungan dengan krekels. sekunder akibat dekompensasi jantung.
peningkatan natrium atau peningkatan natrium atau retensi 6. Catat adanya odema dependen. 2. Dicurigai adanya gagal jantung
retensi air dan air dan peningkatan tekanan 7. Ukur masukan/haluaran, catat kongesti atau kelebihan volume cairan.
peningkatan tekanan hidrostatik 3x24 jam diharapkan penurunan pengeluaran, sifat 3. Penurunan curah jantung
hidrostatik kebutuhan cairan klien adekuat, konsentrasi. Hitung keseimbangan mengakibatkan gangguan perfusi
dengan cairan. ginjal, retensi natriun atau air, dan
KH: 8. Timbang berat badan setiap hari. penurunan haluaran urine.
1. Berat badan normal 9. Pertahankan pemasukan cairan 2000 Keseimbangan cairan positif berulang
2. Rasa takut berkurang ml/24 jam dalam toleransi pada adanya gejala lain menunjukkan
3. TD normal :120/80 mmHg kardiovaskuler. kelebihan volume atau gagal jantung.
4. Tidak terjadi sesak 10. Kolaborasi dengan diet natrium rendah 4. Perubahan tiba-tiba padas berat badan
atau minuman. menunjukkan gangguan keseimbangan
11. Pantau kalium sesuai indikasi cairan.
5. Memenuhi kebutuhan cairan tubuh
orang dewasa tetapi memerlukan
pembatasan pada adanya
dekompensasi jantung.
6. Natrium meningkatkan retensi cairan
dan harus dibatasi.
32
7. Hipokalemia dapat membatasi
keefektifan terapi dan dapat terjadi
dengan penggunaan deuritik penurun
kalium.
10. Resiko kerusakan Tujuan : Setelah di lakukan 1. Observasi kulit, catat adanya 1. Kulit berisiko karena gangguan
integritas kulit tindakan keperawatan selama penonjolan tulang, adanya edema, area sirkulasi perifer, imobilitas fisik.
berhubungan dengan tirah 3x24 jam di harapkan mampu sirkulasi yang 2. Meningkatkan aliran darah,
baring lama. mempertahankan integritas kulit terganggu/hiperpigmentasi. meminimalkan hipoksia jaringan.
, dengan 2. Lakukan masase pada area kemerahan 3. Memperbaiki sirkulasi/menurunkan
KH : atau area yang memutih waktu satu area yang mengganggu
1. Tidak ada tanda – tanda 3. Ubah posisi sering di tempat tidur, aliran darah.
infeksi, bantu latihan gerak pasif / aktif. 4. Terlalu kering atau lembab dapat
2. Menunjukan terjadinya 4. Berikan perawatan kulit sering, merusak kulit dan mempercepat
proses penyembuhan luka meminimalkan dengan kerusakan
kelembaban/ekresi. 5. Edema interstitial dan gangguan
5. Hindari pemberian obat intramuskuler sirkulasi memperlambat absorpsi obat
dan predisposisi untuk kulit/terjadinya
infeksi
32