Anda di halaman 1dari 3

Kerangka kualifikasi Nasional Indonesia (KKNI) adalah instrumen untuk

menentukan jenjang kualifikasi berdasarkan deskripsi capaian pembelajaran (CP).


Deskripsi CP tersebut merupakan alat untuk memetakan keahlian dan karir seseorang
(peserta didik), serta mengembangkan kurikulum pendidikan di Indonesia. CP
merupakan pernyataan tentang apa yang diketahui, dipahami dan dapat dikerjakan oleh
seseorang setelah menyelesaikan proses belajar. Kerangka Kualifikasi Nasional
Indonesia merupakan kerangka penjenjangan kualifikasi kompetensi yang dapat
menyandingkan, menyetarakan, dan mengintegrasikan antara bidang pendidikan dan
bidang pelatihan kerja serta pengalaman kerja.
Jenjang kualifikasi pada KKNI terdiri dari sembilan jenjang dimulai dari jenjang 1
sampai dengan jenjang 9 sebagai jenjang tertinggi. Setiap jenjang memiliki deskripsi CP
yang sesuai dengan kualifikasinya. Jenjang kualifikasi yang dihasilkan melalui pendidikan
formal dapat disetarakan dengan tingkat keahlian pada bidang pekerjaan. Adapun
ilustrasinya yaitu sebaai berikut:

Deskripsi kualifikasi pada setiap jenjang KKNI dinyatakan sebagai CP yang


mencakup aspek-aspek pembangun jati diri bangsa, penguasaan ilmu pengetahuan dan
teknologi, kemampuan untuk dapat melakukan kerja secara bermutu, serta wewenang
dan kewajiban seseorang sesuai dengan level kualifikasinya. Aspek pembangun jati diri
bangsa tercermin dalam Pancasila, Undang-Undang Dasar 1945, dan Bhineka Tunggal Ika
yaitu menjunjung tinggi pengamalan kelima sila Pancasila dan penegakan hukum, serta
mempunyai komitmen untuk menghargai keragaman agama, suku, budaya, bahasa, dan
seni yang tumbuh dan berkembang di bumi Indonesia.
Capaian pembelajaran menggambarkan kemampuan yang diperoleh oleh peserta
didik melalui internalisasi pengetahuan, sikap, keterampilan, kompetensi, dan akumulasi
pengalaman kerja. CP merupakan alat ukur dari apa yang diperoleh seseorang dalam
menyelesaikan proses belajar baik terstruktur maupun tidak di sebuah institusi
pendidikan. Rumusan CP disusun dalam 4 unsur yaitu sikap dan tata nilai, kemampuan
kerja, penguasaan pengetahuan, dan wewenang dan tanggung jawab.
Sikap dan tata nilai diartikan sebagai perilaku dan tata nilai yang merupakan
karakter atau jati diri bangsa dan negara Indonesia. Sikap dan tata nilai ini
terinternalisasi selama proses belajar, baik terstruktur maupun tidak. Selain itu, unsur
kedua yaitu kemampuan kerja yang merupakan wujud akhir dari transformasi potensi
yang ada dalam setiap individu pembelajar menjadi kompetensi atau kemampuan yang
aplikatif dan bermanfaat. Sedangkan penguasaan pengetahuan adalah informasi yang
telah diproses dan diorganisasikan untuk memperoleh pemahaman, pengetahuan, dan
pengalaman yang terakumulasi untuk memiliki suatu kemampuan. Adapun unsur
wewenang dan tanggung jawab didefinisikan sebagai konsekuensi seorang pembelajar
yang telah memiliki kemampuan dan pengetahuan pendukungnya untuk berperan dalam
masyarakat secara benar dan beretika.

Tingkat kemampuan kerja dan tingkat penguasaan pengetahuan dalam deskripsi


KKNI antar jenjang pendidikan berbeda satu sama lain. Untuk tingkat kemampuan kerja,
lulusan sarjana diharapkan mampu mengaplikasikan, mengkaji, membuat desain,
memanfaatkan IPTEKS, serta menyelesaikan masalah (problem solving). Jenjang
magister berfokus pada pengembangaan IPTEKS melalui riset inter/multi disiplin,
melakukan inovasi dan teruji. Sedangkan lulusan jenjang doktoral diharapkan mampu
melakukan pendalaman serta perluasan IPTEKS serta melakukan riset-riset multi
disiplin. Begitupula dengan tingkat penguasaan pengetahuan, untuk lulusan sarjana,
fokus terhadap penguasaan konsep teoritis bidang pengetahuan dan keterampilan
tertentu secara umum dan konsep teoritis bagian khusus dalam bidang pengetahuan dan
keterampilan tersebut secara mendalam. Lulusan magister mampu menguasai teori dan
teori aplikasi bidang pengetahuan tertentu. Sedangkan jenjang doktoral mampu
menguasai filosofi keilmuan bidang pengetahuan dan keterampilan tertentu.
Hal terpenting dari kerangka tersebut seyogyanya kembali pada peran pendidikan
tinggi dalam menyusun aplikasi serta ‘alat ukur’ yang efektif dalam rangka menciptakan
daya saing bangsa melalui lulusan yang berkualitas, dilakukan dengan cara pemberian
‘bekal’ kepada lulusan berupa pengetahuan dan keterampilan profesional yang
kompetitif, ilmu pengetahuan dan teknologi informasi yang memadai, penguatan
karakter pribadi/soft skills yang berdaya saing, serta kemampuan berkomunikasi dalam
bahasa asing yang baik. Adanya tolak ukur dari standar KKNI ini menjadi momentum
dalam membangkitkan daya saing lulusan yang berkelanjutan, khususnya bagi lulusan
pendidikan tinggi. Tersedianya sumber daya manusia yang produktif dan kompetitif
menjadi harapan yang besar bagi tumbuhnya daya saing nasional maupun global yang
ditandai dengan tingginya serapan lulusan di dunia kerja.

Anda mungkin juga menyukai