Anda di halaman 1dari 21

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Depresi adalah gangguan alam perasaan (mood) yang ditandai dengan kemurungan dan
kesedihan yang mendalam dan berkelanjutan sehingga hilangnya kegairahan hidup.
(Hawari, 2001, hal. 19).
Depresi adalah suatu mood sedih (disforia) yang berlangsung lebih dari empat minggu,
yang disertai perilaku dari perubahan tidur, gangguan konsentrasi, iritabilitas, sangat
cemas, kurang bersemangat, sering menangis, waspada belebihan, pesimis, merasa tidak
berharga, dan mengantisipasi kegagalan. (DSM-IV-TR, 2000 dalam Videback, 2008,
hal.388).
Depresi adalah gangguan alam perasaan yang ditandai dengan perasaan sedih dan
berduka berlebihan dan berkepanjangan. (Purwaningsih, 2009, hal.130).
Depresi adalah keadaan emosional yang ditandai dengan kesedihan, berkecil hati,
perasaan bersalah, penurunan harga diri, ketidakberdayaan dan keputusasaan. (Isaacs,
2004, hal.121)

B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa pengertian dari Depresi?
2. Bagaimana gejala Depresi?
3. Apa penyebab Depresi?
4. Bagaimana penatalaksanaan Depresi?
5. Bagaimana asuhan keperawatan pada pasien Depresi ?

1
C. TUJUAN
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui tentang penyakit yang berkaitan dengan gangguan kejiwaan “Depresi”
2. Tujuan khusus
a. Mengetahui konsep teoritis penyakit Depresi.
b. Untuk mendapat informasi tentang pengertian, klasifikasi, patofisiologi, pemeriksaan
diagnostik untuk pasien dengan Depresi.
c. Mengetahui asuhan keperawatan pada penyakit Depresi, yang meliputi pengkajian,
diagnosa keperawatan, intervensi dan rasional.

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian
Depresi adalah gangguan alam perasaan (mood) yang ditandai dengan
kemurungan dan kesedihan yang mendalam dan berkelanjutan sehingga hilangnya
kegairahan hidup. (Hawari, 2001, hal. 19).
Depresi adalah suatu mood sedih (disforia) yang berlangsung lebih dari empat
minggu, yang disertai perilaku dari perubahan tidur, gangguan konsentrasi, iritabilitas,
sangat cemas, kurang bersemangat, sering menangis, waspada belebihan, pesimis, merasa
tidak berharga, dan mengantisipasi kegagalan. (DSM-IV-TR, 2000 dalam Videback,
2008, hal.388)
Depresi adalah gangguan alam perasaan yang ditandai dengan perasaan sedih dan
berduka berlebihan dan berkepanjangan. (Purwaningsih, 2009, hal.130)
Depresi adalah keadaan emosional yang ditandai dengan kesedihan, berkecil hati,
perasaan bersalah, penurunan harga diri, ketidakberdayaan dan keputusasaan. (Isaacs,
2004, hal.121)
Dari keempat pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa depresi adalah
gangguan alam perasaan yang disertai oleh komponen psikologis dan komponen somatic
yang terjadi akibat kesedihan yang panjang.

B. Rentang Respon Emosional


Menurut Purwaningsih (2009) Reaksi Emosi dibagi menjadi dua yaitu :
1. Reaksi Emosi Adaptif
Merupakan reaksi emosi yang umum dari seseorang terhadap rangsangan yang
diterima dan berlangsung singkat. Ada dua macam reaksi adaptif :
a. Respon emosi yang responsive
Keadaan individu yang terbuka dan sadar akan perasaannya. Pada rentang ini
individu dapat berpartisipasi dengan dunia eksternal dan internal.

3
b. Reaksi kehilangan yang wajar
Merupakan posisi rentang yang normal dialami oleh individu yang mengalami
kehilangan. Pada rentang ini individu menghadapi realita dari kehilangan dan
mengalami proses kehilangan, misalnya bersedih, berhenti kegiatan sehari-hari,
takut pada diri sendiri, berlangsung tidak lama.
2. Reaksi Emosi Maladaptif
Merupakan reaksi emosi yang sudah merupakan gangguan, respon ini dapat dibagi 3
tingkatan, yaitu :
a. Supresi
Tahap awal respon emosional maladaptive, individu menyangkal, menekan atau
menginternalisasi semua aspek perasaanya terhadap lingkungan.
b. Reaksi kehilangan yang memanjang
Supresi memanjang sehingga mengganggu fungsi kehidupan individu.
Gejala : bermusuhan, sedih berlebihan, rendah diri.
c. Mania/Depresi
Merupakan respon emosional yang berat dan dapat dikenal melalui intensitas dan
pengaruhnya terhadap fisik individu dan fungsi social. .
C. Patopsikologi
Alam perasaan adalah kekuatan / perasaan hati yang mempengaruhi seseorang dalam
jangka waktu yang lama setiap orang hendaknya berada dalam afek yang tidak stabil tapi
tidak berarti orang tersebut tidak pernah sedih, kecewa, takut, cemas, marah dan sayang,
emosi ini terjadi sebagai kasih sayang seseorang terhadap rangsangan yang diterimanya
dan lingkungannya baik internal maupun eksternal. Reaksi ini bervariasi dalam rentang
dari reaksi adaptif sampai maladaptive.
1. Penyebab Terjadinya Depresi
Penyebab utama depresi pada umumnya adalah rasa kecewa dan kehilangan. Tak ada
orang yang mengalami depresi bila kenyataan hidupnya sesuai dengan keinginan dan
harapannya.
a. Kekecewaan
Karena adanya tekanan dan kelebihan fisik menyebabkan seseorang menjadi
jengkel, tidak dapat berpikir sehat atau kejam pada saat-saat khusus jika cinta

4
untuk iri sendiri lebih besar dari pada cinta pada orang lain yang menghimpun
kita, kita akan terluka, tidak senang dan cepat kecewa, hal ini langkah pertama
depresi jika luka itu direnungkan terus-menerus akan menyebabkan kekesalan dan
keputusasaan.
b. Kurang Rasa Harga Diri
Ciri-ciri universal yang lain dari orang depresi adalah kurangnya rasa harga diri,
sayangnya kekurangan ini cenderung dilebih-lebihkan menjadi ekstrim, karena
harapan-harapan yang realistis membuat dia tidak mampu merestor dirinya
sendiri, hal ini memang benar khususnya pada individu yang ingin segalanya
sempurna yang tak pernah puas dengan prestasi yang dicapainya.
c. Perbandingan yang Tidak Adil
Setiap kali kita membandingkan diri dengan seseorang yang mempunyai nilai
lebih baik dari kita dimana kita merasa kurang dan tidak bisa sebaik dia maka
depresi mungkin terjadi.
d. Penyakit
Beberapa faktor yang dapat mecetuskan depresi adalah organic contoh individu
yang mempunyai penyakit kronis kanker payudara dapat menyebabkan depresi.
e. Aktivitas Mental yang Berlebihan
Orang yang produktif dan aktif sering menyebabkan depresi
f. Penolakan
Setiap manusia butuh akan rasa cinta, jika kebutuhan akan rasa cinta itu tak
terpenuhi maka terjadilah depresi. (Anonymous, 2004).

Menurut Nanda (2005-2006) adapun faktor-faktor yang berhubungan dengan sedih


kronis adalah :

a. Kematian orang yang dicintai


b. Pengalaman sakit mental/ fisik kronis, cacat (retardasi mental, sklerosis multiple,
prematuritas, spina bifida, kelainan persalinan, sakit mental kronis, infertilitas,
kanker, sakit Parkinson)

5
c. Pengalaman satu atau lebih kejadian yang memicu (krisis dalam manajemen
penyakit, krisis berhubungan dengan stase perkembangan, kehilangan kesempatan
yang dapat meningkatkan perkembangan, norma social atau personal)
d. Ketergantungan tak henti pada pelayanan kesehatan dengan mengingat kehilangan.
2. Gejala Klinis Depresi
Menurut Hawari (2001) secara lengkap gejala klinis depresi adalah sebagai berikut :
a. Aspek disforik, yaitu perasaan murung, sedih, gairah hidup menurun, tidak
semangat, merasa tidak berdaya.
b. Perasaan bersalah, berdosa, penyesalan.
c. Nafsu makan menurun
d. Berat badan menurun
e. Konsentrasi dan daya ingat menurun
f. Gangguan tidur : insomnia (sukar/tidak dapat tidur) atau sebaliknya hipersomnia
(terlalu banyak tidur). Gangguan ini sering kali disertai dengan mimpi-mimpi yang
tidak menyenangkan, misalnya mimpi orang yang telah meninggal.
g. Agitasi atau retardasi psikomotor (gaduh gelisah atau lemah tak berdaya)
h. Hilangnya rasa senang, semangat dan minat, tidak suka lagi melakukan hobi,
kreativitas menurun, produktivitas juga menurun.
i. Gangguan seksual (libido menurun)
j. Pikiran-pikiran tentang kematian, bunuh diri.
3. Tingkat Depresi
a. Depresi Ringan
Sementara, alamiah, adanya rasa pedih perubahan proses piker komunikasi social
dan rasa tidak nyaman.
b. Depresi Sedang
 Afek : murung, cemas, kesal, marah, menangis.
 Proses pikir : perasaan sempit, berfikir lambat, berkurang komunikasi verbal,
komunikasi non verbal meningkat.
 Pola komunikasi : bicara lambat, berkurang komunikasi verbal, komunikasi
non verbal meningkat.
 Partisipasi social : menarik diri, tak mau bekerja/ sekolah, mudah tersinggung

6
c. Depresi Berat
 Gangguan Afek : pandangan kosong, perasaan hampa, murung, inisiatif
berkurang.
 Gangguan proses piker
 Sensasi somatic dan aktivitas motorik : diam dalam waktu lama, tiba-tiba
hiperaktif, kurang merawat diri, tak mau makan dan minum, menarik diri,
tidak peduli dengan lingkungan.
D. Penatalaksanaan Depresi
Menurut Tomb (2003, hal. 61), semua pasien depresi harus mendapatkan psikoterapi, dan
beberapa memerlukan tambahan terapi fisik. Kebutuhan terapi khusus bergantung pada
diagnosis, berat penyakit, umur pasien, respon terhadap terapi sebelumnya.
1. Terapi Psikologik
Psikoterapi suportif selalu diindikasikan. Berikan kehangatan, empati, pengertian dan
optimistic. Bantu pasien mengidentifikasi dan mengekspresikan hal-hal yang
membuatnya prihatin dan melontarkannya. Identifikasi faktor pencetus dan bantulah
untuk mengoreksinya. Bantulah memecahkan problem eksternal (missal, pekerjaan,
menyewa rumah), arahkan pasien terutama pada periode akut dan bila pasien tidak
aktif bergerak. Latih pasien untuk mengenal tanda-tanda dekompensasi yang akan
datang. Temui pasien sesering mungkin (mula-mula 1-3 kali per minggu) dan secara
teratur, tetapi jangan sampai tidak berakhir atau untuk selamanya. Kenalilah bahwa
beberapa pasien depresi dapat memprovokasi kemarahan anda (melalui kemarahan,
hostilitas, dan tuntutan yang tak masuk akal, dll). Psikoterapi berorientasi tilikan
jangka panjang, dapat berguna pada pasien depresi minor kronis tertentu dan
beberapa pasien dengan depresi mayor yang mengalami remisi tetapi mempunyai
konflik.
Terapi Kognitif – Perilaku dapat sangat bermanfaat pada pasien depresi sedang dan
ringan. Diyakini oleh sebagian orang sebagai “ketidak berdayaan yang dipelajari”,
depresi diterapi dengan memberikan pasien latihan keterampilan dan memberikan
pengalaman-pengalaman sukses. Dari perspektif kognitif, pasien dilatih untuk
mengenal dan menghilangkan pikiran-pikiran negative dan harapan-harapan
negative. Terapi ini mencegah kekambuhan.

7
Deprivasi tidur parsial (bangun dipertengahan malam dan tetap terjaga sampai malam
berikutnya), dapat membantu mengurangi gejala-gejala depresi mayor buat
sementara. Latihan fisik (berlari, berenang) dapat memperbaiki depresi, dengan
mekanisme biologis yang belum dimengerti dengan baik.
2. Terapi Fisik
Semua depresi mayor dan depresi kronis atau depresi minor yangtidak membaik
membutuhkan antidepresan (70%-80% pasien berespon terhadap antidepresan),
meskipun yang mencetuskan jelas terlihat atau dapat diidentifikasi. Mulailah
dengan SSRI atau salah satu anti depresan terbaru. Apabila tidak berhasil,
pertimbangkan antidepresan trisiklik, atao MAOI (terutama pada depresi “atipikal”)
atau kombinasi beberapa obat yang efektif bila obat yang ertama tidak berhasil.
Waspadalah terhadap efek samping dan bahwa antidepresan dapat mencetuskan
episode manic pada beberapa pasien bipolar (10% dengan TCA, dengan SSRI lebih
rendah, tetapi semua konsep tentang “presipitasi manic” masih diperdebatkan).
Setelah sembuh dari depresi pertama, obat dipertahankan untuk beberapa bulan,
kemudian diturunkan, meskipun demikian pada beberapa pasien setelah satu atau
lebih kekambuhan, membutuhkan obat rumatan untuk periode panjang.
Anitdepresan saja (tunggal) tidak dapat mengobati depresi psikosis unipolar.
Litium efektif dalam membuat remisi gangguan bipolar, mania dan mungkin
bermanfaat dalam pengobatan depresi bipolar akut dan beberapa depresi unipolar.
Obat ini cukup efektif pada bipolar serta untuk mempertahankan remisi dan begitu
pula pada pasien unipolar. Antikonvulsan juga tampaknya sama baik dengan litium
untuk mengobati kondisi akut, meskipun kurang efektif untuk rumatan.
Antidepresan dan litium dapat dimulai secara bersama-sama dan litium diteruskan
setelah remisi. Psikotik, paranoid atau pasien sangat agitasi membutuhkan
antipsikotik, tunggal atau bersama-sama dengan antidepresan, litiun atau ECT-
antidepresan antipikal yang baru saja terlihat efektif.
ECT mungkin merupakan terapi terpilih :
a. Bila obat tidak berhasil setelah satu atau lebih dari 6 minggu pengobatan,
b. Bila kondisi pasien menuntut remisi segera (missal, bunuh diri yang akut)
c. Pada beberapa depresi psikotik

8
d. Pada pasien yang tidak dapat mentoleransi obat (missal, pasien tua yang
berpenyakit jantung). Lebig dari 90% pasien memberikan respons.
E. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan Dengan Gangguan Alam Perasaan
1. Pengkajian
1) Faktor Predisposisi
a) Faktor Genetik
Mengemukakan transmisi gangguan alam perasaan diteruskan melalui garis
keturunan. Frekuensi gangguan alam perasaan pada kembar monozigote dari
dizigote.
b) Teori Agresi Berbalik pada Diri Sendiri
Mengemukakan bahwa depresi diakibatkan dari perasaan marah yang
dialihkan pada diri sendiri.
Diawali dengan proses kehilangan terjadi ambivalensi terhadap objek yang
hilang tidak mampu mengekspresikan kemarahan marah pada diri sendiri.
c) Teori Kehilangan
Berhubungan dengan faktor perkembangan : misalnya kehilangn orang tua
pada masa anak, perpisahan yang bersifat traumatis dengan orang yang sangat
dicintai. Individu tidak berdaya mengatsi kehilangan.
d) Teori Kepribadian
Mengemukakan bahwa tipe kepribadian tertentu menyebabkan seseorang
mengalami depresi atau mania.
e) Teori Kognitif
Mengemukakan bahwa depresi merupakan masalah kognitif yang dipengaruhi
oleh penilaian negative terhadap diri sendiri, lingkungan dan masa depan.
f) Teori Belajar Ketidakberdayaan
Mengemukakan bahwa depresi dilmulai dari kehilangan kendali diri, lalu
menjdi pasif dan tidak mampu menghadapi masalah. Kemidian individu
timbul dengan keyakinan akan ketidakmampuam mengendalikan kehidupan
sehingga ia tidak berupaya mengembangkan respon yang adaptif.
g) Model Prilaku

9
Mengemukakan bahwa depresi terjadi karena kurangnya pujian positif selama
berinteraksi dengan lingkungan.
h) Model Biologis
Mengemukakan bahwa depresi terjadi prubahan kimiawi, yaitu defisiensi
katekolamin, tidak berfungsi endokrin dan hipersekresi kortisol.
2) Faktor Presipitasi
Stresor yang dapat menyebabkan gangguan alam perasaan meliputi faktor biologis,
psikologis, dan social budaya. Faktor biologis meliputi perubahan fisiologis yang
disebabkan oleh obat-obatan atau berbagai penyakit fisik seperti infeksi, neoplasma dan
ketidakseimbangan metabolisme. Faktor psikologis meliputi kehilangan kasih sayang,
termasuk kehilangan cinta, seseorang dan kehilangan harga diri. Faktor social budaya
meliputi kehilangan peran, perceraian, kehilangan pekerjaan.
3) Perilaku dan Mekanisme Koping
Perilaku yang berhubungan dengan depresi bervariasi. Pada keadaan depresi kesedihan
dan kelambanan dapat menonjol atau dapat terjadi agitasi. Mekanisme koping yang
digunakan pada reaksi kehilangan yang memanjang adalah denial dan supresi, hal ini
untuk menghindari tekanan yang hebat.
2. Analisa Data
1) Data Subyektif
Tidak mampu mengutarakan pendapat dan malas berbicara.Sering mengemukakan
keluhan somatik. Merasa dirinya sudah tidak berguna lagi, tidak berarti, tidak ada tujuan
hidup, merasa putus asa dan cenderung bunuh diri.
2) Data Obyektif
Gerakan tubuh yang terhambat, tubuh yang melengkung dan bila duduk dengan sikap
yang merosot, ekspresi wajah murung, gaya jalan yang lambat dengan langkah yang
diseret.Kadang-kadang dapat terjadi stupor. Pasien tampak malas, lelah, tidak ada nafsu
makan, sukar tidur dan sering menangis.Proses berpikir terlambat, seolah-olah pikirannya
kosong, konsentrasi terganggu, tidak mempunyai minat, tidak dapat berpikir, tidak
mempunyai daya khayal Pada pasien psikosa depresif terdapat perasaan bersalah yang
mendalam, tidak masuk akal (irasional), waham dosa, depersonalisasi dan

10
halusinasi.Kadang-kadang pasien suka menunjukkan sikap bermusuhan (hostility),
mudah tersinggung (irritable) dan tidak suka diganggu.

3. Daftar masalah

1. Sedih kronis
2. Harga diri rendah
3. Koping individu tidak efektif
4. Resiko tinggi terjadi kekerasan yang diarahkan pada diri sendiri
5. Koping keluarga tidak efektif

4. Diagnosa Keperawatan

Diagnosa keperawatan yang umum muncul pada klien dengan gangguan alam perasaan (depresi),
yaitu :

1. Sedih kronis
2. Harga diri rendah
3. Koping individu tidak efektif
4. Resiko tinggi terjadi kekerasan yang diarahkan pada diri sendiri
5. Deficit perawatan diri
6. Resiko gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi
7. Gangguan pola istirahat/tidur
8. Koping keluarga melemah

5. Rencana Tindakan Keperawatan

TGL/JAM DIAGNOSA TUJUAN / INTERVENSI/IMPLEMENTASI

KRITERIA EVALUASI

Gangguan TUM :
alam
Klien tidak mengalami
perasaan:
gangguan alam
Sedih Kronis

11
perasaan

TUK 1 1. Bina hubungan saling percaya


dengan menggunakan prinsip
Klien dapat membina
komunikasi terapeutik :
hubungan saling
percaya. a. Sapa klien dengan nama baik verbal
maupun non verbal.

b. Perkenalkan diri dengan sopan.


Kriteria Evaluasi :
c. Tanyakan nama lengkap klien dan
Ekspresi wajah
nama panggilan yang disukai klien.
bersahabat,
menunjukkan rasa d. Jelaskan tujuan pertemuan
senang, ada kontak
e. Jujur dan menepati janji
mata, mau berjabat
tangan, mau f. Tunjukkan sikap empati dan
menyebutkan nama, menerima klien apa adanya.
mau menjawab salam,
g. Berikan perhatian kepada klien dan
mau duduk
perhatikan kebutuhan dasar
berdampingan dengan
perawat, mau
mengutarakan masalah
yang dihadapi

TUK 2 1. Dorong dan beri kesempatan klien


untuk mengungkapkan perasaannya
Klien dapat
dan mengatakan bahwa perawat
mengungkapkan
memahami apa yang dirasakan pasien.
perasaanya.
2. Beri kesempatan klien mengutarakan
keinginan dan pikirannya dengan
Kriteria evaluasi : teknik focusing.

12
Klien mampu 3. Bicarakan hal-hal yang nyata dengan
mengungkapkan klien.
perasaannya

TUK 3 1. Tanyakan kepada pasien cara yang


biasa dilakukan mengatasi perasaan
Klien dapat
kesal, sedih, dan tidak menyenangkan
menggunakan koping
adaptif 2. Tanyakan kepada pasien cara yang
biasa dilakukan mengatasi perasaan
sedih/menyakitkan

3. Diskusikan dengan pasien manfaat


dari koping yang biasa digunakan

Kriteria evaluasi : 4. Bersama pasien mencari berbagai


alternatif koping.
Klien dapat
mengungkapkan 5. Beri dorongan kepada pasien untuk
perasaan saat sedih, memilih koping yang paling tepat dan
menyimpulkan tanda- dapat diterima
tanda sedih yang
6. Beri dorongan kepada pasien untuk
dialami.
mencoba koping yang telah dipilih

7. Anjurkan pasien untuk mencoba


alternatif lain dalam menyelesaikan
masalah.

TUK 4 1. Tempatkan klien di tempat yang


tenang, tidak banayak rangsangan,
Klien terlindung dari
tidak banyak terdapat peralatan.
perilaku mencederai
diri. 2. Jauhkan dan simpan alat-alat yang
dapat digunakan oleh pasien untuk

13
Kriteria evaluasi : mencederai dirinya di tempat yang
amana dan terkunci.
Sikap klien tampak
tenang dan dapat 3. Temani klien jika nampak tanda-
mengontrol emosinya. tanda sedih yang berlebihan seperti
menangis.

4. Lakukan pengekangan fisik jika


klien tidak dapat mengontrol
perilakunya.

TUK 5 1. Anjurkan klien untuk melakukan


kegiatan motorik yang terarah
Klien dapat melakukan
misalnya: menyapu, olahraga, dll.
kegiatan terarah
2. Beri kegiatan individual sederhana
yang dapat dilaksanakan dengan baik
Kriteria evaluasi : oleh klien.

Klien dapat melakukan3. Berikan kegiatan yang tidak


kegiatan yang memerlukan kompetisi.
diintruksikan dengan
4. Bantu klien dalam melaksanakan
baik
kegiatan.

5. Beri reinforcement atas keberhasilan


pasien.

TUK 6 1. Diskusikan tentang manfaat makan


dan minum bagi kesehatan.
Klien terpenuhi
kebutuhan nutrinya. 2. Ajak klien makan makanan yang
telah disediakan, temani selama
makan.
Kriteria evaluasi :
3. Ingatkan klien untuk minum

14
BB ideal dan nafsu setengah jam sekali sebanyak 100 cc.
makan klien
4. Sediakan makanan TKTP, mudah
meningkat.
cerna.

TUK 7 1. Diskusikan pentingnya istirahat bagi


kesehatan
Klien terpenuhi
kebutuhan tidur dan 2. Anjurkan klien untuk tidur pada jam-
istirahatnya. jam istirahat.

3. Sediakan lingkungan yang


mendukung: tenang, lampu redup, dll.
Kriteria Evaluasi :

Konjungtiva tidak
pucat, klien tidak
terbangun pada malam
hari, klien tidak
mengeluhkan susah
tidur dan wajah
tampak segar.

TUK 8 1. Diskusikan manfaat kebersihan bagi


kesehatan.
Klien terpenuhi
kebersihan dirinya 2. Bombing dalam kebersihan diri
(mandi, keramas, gogok gigi).

3. Bimbing pasien berhias


Kriteria Evaluasi
4. Beri pujian bila klien berhias secara
Klien tampak rapi dan
wajar
bersih, klien dapat
berpakaian mandiri,

15
dan dapat toileting
sendiri.

TUK 9 1. Diskusikan dengan klien tentang


manfaat dan kerugian tidak minum
Klien dapat
obat, nama, warna, dosis, cara, efek
memanfaatkan obat
terapi dan efek samping penggunaan
dengan baik.
obat.

2. Pantau klien saat penggunaan obat


Kriteria Evaluasi
3. Beri pujian jika klien menggunakan
a. Klien menyebutkan obat dengan benar
manfaat, kerugian,
4. Diskusikan akibat berhenti minum
nama, warna, dosis,
obat tanpa konsultasi dengan dokter
efek terapi dan efek
samping obat. 5. Anjurkan klien untuk konsultasi
kepada perawat/dokter jika terjadi hal-
b. Klien
hal yang tidak diinginkan.
mendemonstrasikanka
n penggunaan obat
dengan benar

c. Klien menyebutkan
akibat berhenti minum
obat tanpa konsultasi

16
6. Evaluasi Keperawatan

Dx/ TUK Evaluasi

DX 1/TUK 1 S :

O :Ekspresi wajah klien bersahabat, menunjukkan rasa senang, ada kontak


mata, mau berjabat tangan, mau menyebutkan nama, mau menjawab
salam, mau duduk berdampingan dengan perawat, mau mengutarakan
masalah yang dihadapi

A : TUK 1 tercapai

P : Lanjutkan TUK 2

DX1/TUK 2 S :

O : Klien mampu mengungkapkan perasaannya

A : TUK 2 tercapai

P : Lanjutkan TUK 3

DX1/TUK 3 S :

O :Klien dapat mengungkapkan perasaan saat sedih, menyimpulkan tanda-


tanda sedih yang dialami.

A : TUK 3 tercapai

P : Lanjutkan TUK 4

DX1/TUK 4 S :

O :Sikap klien tampak tenang dan dapat mengontrol emosinya

A : TUK 4 tercapai

P : Lanjutkan TUK 5

17
DX1/TUK 5 S :

O :Klien dapat melakukan kegiatan yang diintruksikan dengan baik

A : TUK 5 tercapai

P : Lanjutkan TUK 6

DX1/TUK 6 S :

O : BB ideal dan nafsu makan klien meningkat

A : TUK 6 tercapai

P : Lanjutkan TUK 7

DX1/TUK 7 S :

O : Konjungtiva tidak pucat, klien tidak terbangun pada malam hari, klien
tidak mengeluhkan susah tidur dan wajah tampak segar.

A : TUK 7 tercapai

P : Lanjutkan TUK 8

DX1/TUK 8 S :

O :Klien tampak rapi dan bersih, klien dapat berpakaian mandiri, dan dapat
toileting sendiri

A : TUK 8 tercapai

P : Lanjutkan TUK 9

DX1/TUK 9 S :

O : Klien menyebutkan manfaat, kerugian, nama, warna, dosis, efek terapi


dan efek samping obat. Klien mendemonstrasikankan penggunaan obat
dengan benar. Klien menyebutkan akibat berhenti minum obat tanpa

18
konsultasi

A : TUK 9 tercapai

P : Lanjutkan TUK 10

19
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Stress, cemas, dan gelisah sebagai gejala depresi masih saja kita anggap sebagai bukan
penyakit. Padahal dibanding AIDS yang menjadi momok saat ini, stress dan depresi jauh lebih
bertanggung jawab terhadap banyaknya kematian. Sariawan, serangan jantung, susah tidur, usus
buntu, diabetes, asma,skizofrenia, gangguan pencernaan, dan bahkan kanker disinyalir berasal
dari depresi.

Depresi adalah gangguan mood. Kata “mood” menggambarkan emosi seseorang,


serangkaian perasaan yang menggambarkan kenyamanan atau ketidaknyamanan emosi. Kadang-
kadang, mood diartikan sebagai emosi yang bertahan lama yang mewarnai kehidupan dan
keadaan kejiwaan seseorang

Mood berbeda dengan emosi. Emosi biasanya berlangsung sementara .emosi kita terus
menerus menanggapi berbagai gagasan, kegiatan, dan keadaan social yang kita hadapi sepanjang
hari.

B. Saran

Dalam menghindari depresi marilah kita untuk selalu berpikiran positif terhadap apa yang
terjadi dan dialami, serta marilah melakukan kegiatan-kegiatan yang bermanfaat.

20
DAFTAR PUSTAKA

Lumongga Namora. (2009). Depresi Tinjauan Psikologis, Jakarta: Kencana Pranada.

21

Anda mungkin juga menyukai