PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dasar perbankan syariah mengacu kepada ajaran agama Islam yang
bersumber pada al-Qur’an, al-Hadits/ as-Sunnah, dan Ijtihad. Ajaran agama
Islam yang bersumber pada wahyu Ilahi dan sunaturosul mengajarkan
kepada umatnya untuk berusaha mendapatkan kehidupan yang baik di dunia
yang sekaligus memperoleh kehidupan yang baik di akhirat. Hal ini berarti,
bahwa dalam mengerjakan kehidupan di dunia tidak dapat dilakukan dengan
menghalalkan segala cara, tapi harus dilakukan melalui gerakan amal saleh.
B. Rumusan Masalah
1. Apa Pengertian dan Ruang Lingkup Syariah atau Fiqh Muamalah?
2. Apa Fungsi dan Prinsip Syariah atau Fiqh Muamalah?
3. Bagaimana Relasi atau Hubungan Fiqh Muamalah dengan
Akuntansi Syariah?
4. Bagaimana Islam dan Tujuan Syariah?
C. Tujuan
1. Mengetahui Pengertian dan Ruang Lingkup Syariah atau Fiqh
Muamalah.
2. Mengetahu Fungsi dan Prinsip dari Fiqh Muamalah.
3. Mengetahui Hubungan dari Fiqh Muamalah dan Akuntansi Syariah.
4. Mengetahui Islam dan Tujuan Syariah
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Dan Ruang Lingkup Syariah/ Fiqih Muamalah
1. Pengertian Syariah
Artinya: “Barang siapa yang dikehendaki Allah menjadi orang yang baik disisi-
Nya, niscaya diberikan kepada-Nya pemahaman (yang mendalam) dalam
pengetahuan agama.”
Banyak definisi fiqih oleh para ulama, salah satunya. Ada yang
mendefenisikannya sebagai himpunan dalil yang mendasari ketentuan hukum
Islam. Ada pula yang menekankan bahwa fiqih adalah hukum syariah yang
diambil dari dalilnya. Namun demikian, yang menarik untuk dikaji adalah
pernyataan Imam Haramain bahwa fiqih merupakan pengetahuan hukum syara
dengan jalan ijtihad. Demikian pula pendapat Al-Amidi bahwa yang dimaksud
pengetahuan hukum dalam fiqih adalah melalui kajian dari penalaran (nadzar
dan istidhah). Pengetahuan hukum yang tidak melalui ijtihad (kajian), tetapi
bersifat dharuri, seperti sholat lima waktu wajib, zina haram, dan masalah-
masalah qathi lainnya tidak termasuk fiqih.
Hal itu menunjukkan bahwa fiqih bersifat ijtihadi atau zhanni. Pada
perkembangan selanjutnya, istilah fiqih sering dirangkakan dengan kata Al-
Islami sehungga terangkai Al-Fiqh Al-Islami,yang sering diterjemahkan dengan
hukum Islam yang memiliki cakupan sangat luas. Pada perkembangan
selanjutnya, uama fiqih membagi fiqih menjadi beberapa bidang, salah satunya
adalah fiqih muamalah.
Menurut etimologi, muamalah berasal dari kata: ()ملة معا – مل يعا – مل عا
artinya saling bertindak, saling berbuat, dan saling mengamalkan. Menurut
etimologi, kata muamalah adalah bentuk masdar dari kata’amala yang artinya
saling bertindak, saling berbuat, dan saling beramal.
Diantara defenisi yang dikemukakan oleh para ulama tentang defenisi fiqih
muamalah adalah:
Menurut Ad-Dimyati:
Dari pengertian dalam arti luas di atas dapat diketahui bahwa fiqih
muamalah adalah aturan-aturan (hukum) Allah SWT, yang ditujukan untuk
mengatur kehidupan manusia. dalam urusan keduniaan atau urusan yang berkaitan
dengan urusan duniawi dan sosial masyarakat.
6. Akhlak, yaitu yang mengatur sikap hidup pribadi, diantaranya : syukur, sabar,
tawadlu, (rendah hati), pemaaf, tawakal, istiqomah (konsekwen), syaja’ah
(berani), birrul walidain (berbuat baik pada ayah ibu), dan lain-lain.
Secara garis besar ruang lingkup fiqih muamalah adalah seluruh kegiatan
muamalah manusia berdasarkan hukum-hukum islam yang berupa peraturan
peraturan yang berisi perintah atau larangan seperti wajib, sunnah, haram, makruh
dan mubah. hukum-hukum fiqih terdiri dari hukum-hukum yang menyangkut
urusan ibadah dalam kaitannya dengan hubungan vertikal antara manusia dengan
Allah dan hubungan manusia dengan manusia lainnya. Secara terperinci ruang
lingkup fiqh muamalah berdasarkan pembagian fiqih muamalah ini meliputi dua
hal;
1. Al-Muamalah Al-Madiyah
a) Pada dasarnya segala bentuk muamalat adalah mubah, kecuali yang ditentukan
oleh al-qur’an dan sunnah rasul. Bahwa hukum islam memberi kesempatan
luas perkembangan bentuk dan macam muamalat baru sesuai dengan
perkembangan kebutuhan hidup masyarakat. Hukum islam memberikan
kebebasan membuat bentuk atau jenis muamalat baru sesuai dengan
kebutuhan.
اط ِل بَ ْينَك ْم أ َ ْم َوالَك ْم ت َأْكل ْوا لَ آ َمن ْوا الَّ ِذيْنَ يآيُّ َها
ِ َارة ت َك ْونَ أ َ ْن إِلَّ بِ ْالب
َ ت َ ْقتل ْوا َولَ ِم ْنك ْم ت ََرض َع ْن تِ َج
سك ْم َ ر ِحيْما بِك ْم َكانَ للاَ إِ َّن أ َ ْنف.
َ -النساء: 29
“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan harta
sesamamu dengan jalan yang bathil, kecuali dengan jalan perniagaan yang
berlaku dengan suka sama suka di antara kamu. Dan janganlah kamu
membunuh diri kamu sekalian, sesungguhnya Allah adalah maha penyayang
kepadamu.” (QS. An-Nisa’: 29)
“Dari Ubadah bin Shamit; bahwasanya Rasulullah saw menetapkan tidak boleh
berbuat kemud haratan dan tidak boleh pula membalas kemudharatan”. (HR.
Ahmad dan Ibnu Majah)
Dalam kaidah fiqhiyah juga disebutkan;
يـزَ ال لض ََّرر
“Kemudharatan harus dihilangkan”
َولَ ت َْظ ِلم ْونَ لَ أ َ ْم َوا ِلك ْم رؤ ْوس فَلَك ْم تبْت ْم َوإِ ْن َو َرس ْو ِل ِه للاِ ِمنَ بِ َح ْرب َفأْذَن ْوا ت َ ْفعَل ْوا لَ ْم فَإ ِ ْن
َظلَم ْون ْ ت. -البقرة: 279
“Maka jika kamu tidak mengerjakan (meninggalkan sisa riba), maka ketahuilah,
bahwa Allah dan Rasul-Nya akan memerangimu. Dan jika kamu bertaubat (dari
mengambil riba), maka bagimu pokok hartamu; kamu tidak menganiaya dan tidak
(pula) dianiaya”. (QS. Al-Baqarah: 279)
a) Kedudukan, fungsi, atau peranan fiqih adalah sebagai alat kelengkapan hidup
manusia guna dijadikan pedoman hidupnya, baik dalam kehidupan pribadi
maupun masyarakat. Seperti mengatur hubungan antara manusia dan sesamanya
meliputi aturan tentang hak asasi manusia, relasi gender, pernikahan,
perwakilan, warisan, hibah, wasiat, perdagangan, perkongsian,perkoperasian,
sewa menyewa, simpan-pinjam, utang-piutang, hubungan antar bangsa,
hubungan antar sesame umat Islam, hubungan antar golongan, hubungan antar
umat berbeda agama dan sebagaianya. Satu lagi yaitu hubungan anatara manusia
dan kehidupannya meliputi aturan tentang makanan, minuman, pakaian, tempat
tinggal, mata pencarian dan rezeki.
b) Ilmu Fiqih mengambil bagian bidang hukum yang berkaitan dengan urusan
ibadah, muamalah, uqubah, dan sebagainya yang bersifat amaliyyah. Dengan
demikian, dapat dipahami bahwa dengan mempelajari fiqih mana yang boleh
mana tidak.
c) Mengatur hubungan antara manusia dan alam sekitarnya atau alam semesta,
meliputi aturan mengenai suruhan atau meneliti keadaan alam, memeliharanya,
memanfaatkan kekayaan alam dan larangan berperilaku boros atau mubazir serta
larangan mengeksploitasi dan merusak alam.
a. Akidah
Kedudukan akidah dalam ajaran islam sangat penting, islam tidak dapat
ditegakkan tanpa akidah. Kata akidah berasal dari bahasa arab ‘aqad’ yang
berarti ikatan. Menurut ahli bahasa, akidah adalah perjanjian yang teguh dan kuat
terpatri dalam hati dan tertanam didalam lubuk hati yang paling dalam. Jadi,
akidah ini bagaikan ikatan perjanjian yang kokoh dan tertanam jauh didalam
lubuk hati sanubari manusia.
Substansi dari akidah ini adalah keimanan. Sebagaimana terangkum dalam
rukun iman atau pokok-pokok keimanan islam yaitu iman kepada Allah, iman
kepada Malaikat, iman kepada kitab-kitab, iman kepada Nabi dan Rasul, iman
kepada hari akhir, dan iman kepada qadha dan qadar. Iman merupakan dasar dari
ajaran islam, mengingat iman adalah perjanjian dalam hati sehingga iman setiap
muslim tidak dapat dilihat secara kasat mata. Namun iman berfungsi sebagai
fondasi dalam hidup seorang muslim.
c. Syariah
Kata syariah dalam bahasa arab memiliki arti jalan yang ditempuh atau
garus yang seharusnya dilalui. Dari sisi terminologi, syariah bermakna pokok-
pokok aturan hukum yang digariskan oleh Allah SWT untuk dipatuhi dan dilalui
oleh seorang muslim dalam menjalankan segala aktivitas hidupnya (ibadah) di
dunia.
Ketentuan syariah bersifat komprehensif dan universal. Komprehensif,
berarti mencakup seluruh aspek kehidupan manusia dengan Allah SWT.
Didalamnya meliputi ibadah mahdhah dan ibadah muamalah. Ibadah mahdhah
mengatur hubungan antara manusia dengan Allah SWT seperti sholat, puasa,
haji, dan lainnya. Sedangkan ibadah muamalah mengatur mengenai hubungan
antara sesama manusia serta antara manusia dengan makhluk atau ciptaan Allah
SWT lainnya termasuk alam semesta. Sedangkan universal bermakna dapat
diterapkan bagi semua manusia dalam setiap waktu dan keadaan. Islam bukan
agama sejarah, maka islam tidak tunduk oleh perubahan zaman, oleh sebab itu,
dalam masalah ekonomi syariah, kaum muslim tetap mengacu pada ketentuan-
ketentuan yang telah ditetapkan oleh Rasulullah SAW. Bukan hanya secara
prinsipnya, tetapi juga tentang seluk beluk tata perekonomian syariah.
Dengan demikian cakupan aturan syariah dalam kehidupan begitu luas,
termasuk didalamnya mengenai hukum ekonomi, maka akuntansi syariah
merupakan salah satu bentuk pengamalan dari aturan syariah. Selain itu,
akuntansi syariah juga berfungsi untuk menguatkan pelaksanaan ekonomi islam
atau transaksi yang sesuai dengan kaidah islam melalui pola pengolahan
informasi akuntansi yang juga berlandaskan nilai-nilai islam.
c. Akhlak
Akhlak sering disebut sebagai ihsan (dari kata arab ‘hasan’ yang berarti
baik). Definisi ihsan menurut Nabi Muhammad SAW: “Ihsan adalah engkau
beribadat kepada Tuhanmu seolah-olah engkau melihat-Nya, kalaupun engkau
tidak melihat-Nya, maka ia melihatmu”. (HR Muslim).
Melalui ihsan, seseorang akan selalu merasa diawasi dan dilihat oleh Allah
SWT yang maha mengetahui, melihat, dan mendengar sekecil apapun perbuatan
yang dilakukan oleh seseorang walaupun dikerjakan di tempat tersembunyi.
Bahkan Allah SWT juga mengetahui segala pikiran dan lintas hati makhluknya.
Dengan memiliki kesadaran seperti ini, seorang mukmin akan selalu terdorong
untuk berperilaku baik, dan menjauhi perilaku buruk.
Akidah (iman), syariah, dan akhlak (ihsan) terkait satu sama lain, tidak bisa
dipisahkan karena ketiganya diperlukan untuk membentuk kepribadian yang
utuh pada diri seorang muslim. Di ibaratkan sebuah bangunan, akidah (iman)
merupakan sebuah fondasi untuk dapat tegaknya bangunan tersebut. Iman
membutuhkan pengamalan-pengamalan berupa ketaatan dalam menjalankan
ketentuan-ketentuan Allah SWT (menjalankan apa yang diperintahkan dan
meninggalkan apa yang dilarang) yakni syariah yang digambarkan sebagai
tiang-tiang penyangga. Menjadi sempurnalah ketika diiringi dengan akhlak
(ihsan) dan perilaku yang mulia.
3. Hukum Islam
Hukum Islam secara istilah disebut juga hukum syara’ adalah hukum Allah
yang mengatur perbuatan manusia yang ada didalamnya mengandung tuntutan
untuk dikerjakan atau ditinggalkan atau pilihan antara dikerjakan atau
ditinggalkan oleh para mukalaf. Hukum syara’ hanya dapat diambil dari sumber-
sumber hukum islam, yaitu Al-Qur’an. As-Sunah, Ijma’ dan Qiyas. Hukum atau
norma perbuatan yang tidak diambil dari sumber-sumber tadi tidak disebut
sebagai hukum syara’. Misalnya kaidah-kaidah (norma) adat istiadat, undang-
undang, atau hukum selain Islam.
Empat Mazhab Fiqh yang bersumber dari para Ahli Fiqh seperti Al-Imam
Abu Hanifah, Al Imam Malik, Al-Imam As-Syafi’i, dan Al-Imam Ahmad bin
Hanbali, mengklasifikasikan hukum islam menjadi lima (5):
1. Wajib
Wajib adalah suatu perbuatan yang apabila dikerjakan akan mendapat
pahala dan apabila di tinggalkan akan mendapat dosa. Wajib ditinjau dari
beban kewajiban kepada setiap orang/sekelompok orang mukalaf. Yang
dimaksud mukalaf adalah orang-orang telah terkena kewajiban mengikuti
syariah, dapat dibagi dua (2) berikut ini:
Sikap muslim dalam hal ini adalah tidak boleh memaksa, membujuk,
memberi materi agar seseorang mau masuk islam. Rasulullah hanya
menganjurkan agar setiap muslim menyampaikan firman Allah
meskipun hanya satu ayat.
Untuk memelihara agamanya, Allah mewajibkan manusia untuk
melaksanakan shalat, zakat, puasa, dan haji. Apabila manusia tidak
melaksanakannya maka di mata Allah ia akan mendapatkan dosa karena
tidak menjalankan apa yang diperintahkanNya.
BAB III
SIMPULAN
Fiqih muamalah adalah aturan-aturan (hukum) Allah SWT, yang
ditujukan untuk mengatur kehidupan manusia. dalam urusan keduniaan atau
urusan yang berkaitan dengan urusan duniawi dan sosial masyarakat.