Anda di halaman 1dari 19

LAPORAN PRAKTIKUM METODE ANALISIS INSTRUMEN

PERCOBAAN II
ANALISIS KUANTITATIF SEDIAAN TABLET ASPIRIN DENGAN
METODE SPEKTROFOTOMETRI UV-SINAR TAMPAK

Disusun oleh:
Kelompok/Shift : 5/E

Dwina Syafira Arzi 10060316210


Dini Wahidah 10060316211
Marwa Safira R. A. 10060316213
Farah Yumna Ambaro 10060316215
Dilla Nurul Aisyah 10060316216
Indarti Ulfayani 10060316217

Asisten : Fatya Najah, S.Farm.


Tanggal praktikum : Rabu, 27 Februari 2019
Tanggal pengumpulan : Rabu, 6 Maret 2019

LABORATORIUM FARMASI UNIT E


PROGRAM STUDI FARMASI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS ISLAM BANDUNG
1440 H/2019 M
PERCOBAAN I
ANALISIS KUALITATIF DAN KUANTITATIF BAHAN BAKU
PARASETAMOL DENGAN METODE SPEKTROFOTOMETRI UV-SINAR
TAMPAK

I. Tujuan Percobaan
1. Melakukan analisis kualitatif bahan baku dengan metode spektrofotometri
UV-sinar tampak.
2. Melakukan analisis kuantitatif bahan baku dengan metode spektrofotometri
UV-sinar tampak.
3. Menyimpulkan mutu bahan baku dengan data spektrum UV-sinar tampak dan
hasil penetapan kadar.

II. Teori Dasar


2.1. Spektrofotometri UV-Vis
Spektrofotometri sesuai dengan namanya adalah alat yang terdiri dari
spektrofotometer dan fotometer. Spektrofotometri menghasilkan sinar dan spektrum
dengan panjang gelombang dan fotometri adalah alat pengukur intensitas cahaya
yang ditransmisikan atau diabsorbsi. Jadi spektrofotometri digunakan untuk
mengukur energi secara relatif jika energi tersebut ditransmisikan, direfleksikan atau
diemisikan sebagai fungsi dari panjang gelombang (Khopkar, 1990: 325).
Kelebihan spektrofotometri dibandingkan fotometer adalah panjang
gelombang dan sinar putih dapat terseleksi dan ini diperoleh dengan alat pengurai
seperti prisma, glatung, ataupun celah optis. Pada spektrofotometri panjang
gelombang yang benar-benar terseleksi dapat diperoleh dengan bantuan alat pengurai
cahay seperti prisma suatu spektrofotometer tersususn dari sumber spektrum tampak
yang kontinu. Monokromator sel pengabsorbsian untuk mengukur perbedaan absorpsi
antara sampel dan blanko ataupun pembanding (Khopkar, 1990: 225 – 226).
Spektrofotometri ultravoilet dan cahaya tampak berguna pada penentuan
struktur molekul organik dan pada analisa kuantitatif. Spektrum elektron suatu
molekul adalah hasil transmisi antara dua tingkat energi elektron pada molekul
tersebut (Creswell, 2005: 26).
Spektroskopi UV–VIS adalah tekhnik analisis spektroskopi yang
menggunakan sumber radiasi elektromagnetik dan sinar tampak dengan mengunakan
instrumen. Spektrofotometri adalah penyerapan sinar tampak untuk ultraviolet dengan
suatu molekul yang daat menyebabkan eksitasi molekul dan tingkat dasar ke tingkat
energi yang paling tinggi (Sumar, 1994: 135).
Panjang gelombang cahaya UV-VIS dan sinar tampak jauh lebih pendek
daripada panjang gelombang radiaatsi inframerah. Satuan yang digunakan untuk
menentukan panjang gelombang ini adalah monokromator (1 nm = 10 -7 cm).
Spektrum tampak sekitar 400 nm (ungu) sampai 750 nm (merah) sedangkan spektrum
UV adalah 100 – 400 nm (Day and Underwood, 2002: 788).
Radiasi ultraviolet maupun radiasi cahaya tampak berenergi lebih tinggi
dripada radiai inframerah absorbsi cahaya UV atau visibel mengakibatkan transmisi
elektromagnetik yaitu promosi elektron-elektron dan orbital keadaan dasar yang
berenergi rendah ke orbital keadaan terdesitasi berenergi lebih tinggi transisi ini
memerlukan 40 – 300 kkal/mol. Energi yang terserap selanjutnya terbuang sebagai
cahaya atau tersalurkan melalui reaksi kimia misalnya isomerisasi atau reaksi – reaksi
radiasi lain (Day and Underwood, 2002: 189).
Panjang gelombang cahaya UV dan VIS bergantung pada mudahnya promo
elektron. Molekul-molekul yang memerlukan lebih banyak energi untuk promosi
elektron akan menyerap pada panjang gelombang yang lebih sedikit akan menyerap
pada panjang gelombang yang lebih panjang. Cahaya yang menyerap cahaya pada
daerah tampak (yakni mudah dipromosikan dan pada senyawa yang menyerap pada
panjang gelombang UV yang lebih pendek (Day and Underwood, 2002: 180).
Semua molekul dapat mengabsorbsi radiasi dalam daerah UV-VIS karena
mereka mengandung elektron baik sekutu maupun menyendiri yang dapat
dieksitasikan ke tingkat energi yang lebih tinggi. Panjang gelombang di mana
absorbsi itu terjadi bergantung pada beberapa elektron kuat itu terikat dalam molekul
itu. Elektron dalam suatu ikatan kovalen tunggal terikat denagn kuat dan diperlukan
iodisasi yang lebih tinggi atau panjang gelombang pendek untuk sksitasinya (Day
and Underwood, 2002: 388).
Spektrum elektronik senyawa dalam fase uap kadang kadang menunjukkan
struktur harus di mana sumbangan vibrasi individu teramati. Namun dalam fase-fase
merapat tingkat energi molekul demikian terganggu oleh tetangga-tetangga dekatnya,
sehingga sering sekali hanya tampak pita lebar (Day dan Underwood, 2002: 389).
Ada beberapa yang harus diperhatikan dalam analisis spektrofotometri UV-
VIS terutama untuk senyawa yang semula tidak berwarna yang akan dianalisis
dengan senyawa spektrofotometri visibel karena senyawa tersebut harus diubah
menjadi senyawa yang berwarna pembentukan molekul yang dianalisis tidak
menyerap pada daerah tersebut (Ibnu Ghalib, 2012: 252).
Spektrofotometri yang sesuai denga pengukuran di daerah spektrum
ultraviolet dan sinar tampak terdiri atas suatu sistem optik dengan kemampuan
menghasilkan sianr monokromtis dalam jangkauan panjang gelombang 200-800 nm.
Dengan komponen-komponen meliputi sumber-sumber sinar, monokromator dan
sistem optik (Ibnu Ghalib, 2012: 261).

2.2. Parasetamol
Parasetamol merupakan metabolit henasen dengan efek antipiuretik yang
ditimbulkan oleh gugus aminobenzena dengan efek anlagetik parasetamol
menghilangkan atau mengurangi nyeri ringan sampai sedang. Efek antiinflamasi
sangat lemah. Parasetamol diabsorbsi cepat dan sempurna melalui sluran cerna.
Konsentrasi tertinggi dalam plasma dicapai dalam waktu ½ jam dan masa penuh
plasma antara 1-3 jam. Dalam plasma 25 %. Parasetamol terikat plasma. Obat ini
dimetabolisme oleh enzim mikrosom di hati (Wilmana et al, 2007: 237 – 238).
Paracetamol (Ditjen POM, 1995)
Rumus bangun :

Rumus molekul : C8H9NO2


Berat molekul : 4-hidroksiasetanilida [103-90-2]
Berat molekul : 151, 16
Kandungan : Tidak kurang dari 98,0% dan tidak lebih dari 101,0%
C8H9NO2 dihitung terhadap zat anhidrat.
Pemerian : Serbuk hablur, putih; tidak berbau; rasa sedikit pahit.
Kelarutan : Larut dalam air mendidih dan dalam natrium
hidroksida 1 N; mudah larut dalam etanol.

III. Alat dan Bahan


3.1. Alat 3.2. Bahan
1. Erlenmeyer 1. Aquadest
2. Gelas kimia 2. Bahan baku parasetamol
3. Gelas ukur 3. Baku pembanding parasetamol
4. Labu ukur 4. HCL 0,1 N dalam metanol
5. Pipet tetes 3. Metanol
6. Pipet volume
7. Spektrofotometer Shimadzu UV
mini-120/ Thermo Genesys 10 UV
IV. Prosedur Percobaan
4.1. Analisis Kualitatif
Larutan standar
Baku pembanding parasetamol ditimbang sebanyak 50 mg kemudian
larutkan dalam HCl 0,1 N dalam metanol (1 dalam 100) dan dimasukkan ke
dalam labu takar 100 mL. Larutan dikocok hingga homogen. Larutan tersebut
dipipet 1 mL ke dalam labu takar 10 mL lalu diencerkan dengan HCl 0,1 N
dalam metanol (1 dalam 100). Kemudian larutan tersebut dipipet kembali 1
mL yang diencerkan hingga 10 mL dalam labu takar 10 mL.

Larutan uji
Baku baku parasetamol ditimbang sebanyak 50 mg kemudian larutkan
dalam HCl 0,1 N dalam metanol (1 dalam 100) dan dimasukkan ke dalam labu
takar 100 mL. Larutan dikocok hingga homogen. Larutan tersebut dipipet 1
mL ke dalam labu takar 10 mL lalu diencerkan dengan HCl 0,1 N dalam
metanol (1 dalam 100). Kemudian larutan tersebut dipipet kembali 1 mL yang
diencerkan hingga 10 mL dalam labu takar 10 mL.
Spektrum UV larutan standar dan larutan uji dibandingkan dan
keduanya harus menunjukkan panjang gelombang (λ) yang memberikan
absorbansi maksimum dengan nilai yang sama.

4.2. Analisis Kuantitatif


Larutan Standar
Baku pembanding parasetamol ditimbang sebanyak 15,3 mg ke dalam
dalam gelas kimia. Kemudian, ditambahkan 5 mL metanol. Setelah itu,
dimasukkan ke dalam labu takar 100 mL. Kemudian, diencerkan dengan aqua
destilasi hingga tanda batas. Lalu, larutan dikocok hingga homogen (larutan
stok baku pembanding 300 ppm).
Masing-masing larutan dipipet 1; 1,5; 2; 2,5; 3; 3,5; dan 4 mL larutan
stok baku pembanding ke dalam labu takar 100 mL. Kemudian, diencerkan
dengan aqua destilasi hingga tanda batas. Diperoleh satu seri larutan standar
dengann konsentrasi masing-masing 3;4,5; 6; 7,5; 9;10,5; 12 ppm.

Larutan Uji
Bahan baku Parasetamol yang akan ditentukan kadarnya ditimbang
sebanyak 75mg kemudian dimasukkan ke dalam gelas kimia dan dilarutkan
dengan metanol sebanyak 10 mL dan diaduk hingga Parasetamol larut
sempurna dan kemudian dimasukkan ke dalam labu takar 100mL dan
digenapkan dengan aquadest hingga tanda batas kemudian dikocok hingga
homogen. Setelah itu larutan tersebut dipipet sebanyak 1 mL dan dimasukkan
ke dalam labu takar 100 mL yang lain dan digenapkan menggunakan aquadest
hingga tanda batas.

V. Data Pengamatan
5.1. Analisis Kualitatif

Gambar 5.1. Hasil Pengamatan larutan standar dengan Spektrofotometri UV-Vis


Gambar 5.2. Kurva Pengamatan larutan standar dengan Spektrofotometri UV-Vis

Gambar 5.3. Panjang gelombang dan nilai absorbansi larutan standar dengan
Spektrofotometri UV-Vis

Gambar 5.4. Hasil Pengamatan larutan uji dengan Spektrofotometri UV-Vis


Gambar 5.5. Kurva Pengamatan larutan uji dengan Spektrofotometri UV-Vis

Gambar 5.6. Panjang gelombang dan nilai absorbansi larutan uji dengan Spektrofotometri
UV-Vis
5.2. Analisis Kuantitatif
a. Larutan Standar
Standar ditimbang 15,3 mg ~ 30,6 mg
Perhitungan konsentrasi
30,6 𝑚𝑔 10 306 𝑚𝑔
x = = 306 mg/L
100 𝑚𝐿 10 𝐿

Konsentrasi larutan standar= 306 ppm


Pengenceran Larutan Standar :
 V1.M1= V2.M2  V1.M1= V2.M2
1.306 = 100. M2 3.306 = 100. M2
M2=30,6 ppm M2=9,18 ppm
 V1.M1= V2.M2  V1.M1= V2.M2
1,5.306 = 100. M2 3,5.306 = 100. M2
M2=4,59 ppm M2=10,71 ppm
 V1.M1= V2.M2  V1.M1= V2.M2
2.306 = 100. M2 4.306 = 100. M2
M2=6,12 ppm M2=12,24 ppm
 V1.M1= V2.M2
2,5.306 = 100. M2
M2=7,65 ppm

b. Larutan Uji
Uji ditimbang 37,8 mg ~ 75,6 mg
Perhitungan konsentrasi
75,6 𝑚𝑔 10 756 𝑚𝑔
x = = 756 mg/L
100 𝑚𝐿 10 𝐿

Konsentrasi larutan standar= 756 ppm


 Pengenceran Larutan Uji
V1.M1= V2.M2
1.756 = 100. M2
M2=7,56 ppm → kadar uji
 Penentuan Kadar dengan Kurva Kalibrasi
y = absorbansi uji 𝑘𝑎𝑑𝑎𝑟 𝑢𝑗𝑖
% kadar = 𝑘𝑎𝑑𝑎𝑟 𝑡𝑒𝑜𝑟𝑖𝑡𝑖𝑠 x 100%
x = konsentrasi uji 7,88 𝑝𝑝𝑚
= x 100%
7,56 𝑝𝑝𝑚
y = 0,043x – 0,039 r = 0,928
0,3 = 0,043x – 0,039 = 104,232%

0,3 + 0,039 = 0,043x


x = 7,88 → kadar uji
 Penentuan Kadar dengan One Point Method
𝐴𝑢 𝑘𝑎𝑑𝑎𝑟 𝑢𝑗𝑖
𝐶𝑢 = x Cs % kadar = 𝑘𝑎𝑑𝑎𝑟 𝑡𝑒𝑜𝑟𝑖𝑡𝑖𝑠 𝑥 100%
𝐴𝑠
0,3 8,3 𝑝𝑝𝑚
= 0,275 x 7,650 = 7,56 𝑝𝑝𝑚 𝑥 100%

= 8,3 ppm = 109,788%

Gambar 5.7. Hasil Pengamatan untuk analisis kuantitatif dengan Spektrofotometri UV-Vis

Gambar 5.8. Kurva pengamatan untuk analisis kuantitatif dengan Spektrofotometri UV-Vis
Gambar 5.9. Nilai absorbansi pada analisis kuantitatif dengan Spektrofotometri UV-Vis

VI. Pembahasan
Spektrofotometri UV-VIS adalah suatu metode analisis dengan menggunakan
campuran spektrofotometri UV dan visible. Penggunaan absorbansi atau transmitasi
dalam spektro UV dan daerah tampak dalam analisis kualitatif dan kuantitatif spesies
kimia. Absorbansi jenis ini berlangsung dalam dua tahap yaitu yang pertama adalah
eksitasi spesies akibat absorbansi foton dengan waktu terbatas. Tahap berikutnya
adalah relaksasi dengan relaksasi berhubungan m+ menjadi spesies baru dengan reaksi
fotokimia ( Khopkar, 1990: 201).
Dalam percobaan ini digunakan alat-alat gelas seperti labu takar, gelas ukur,
Erlenmeyer, corong, dan alat lain yang digunakan adalah Spektrofotometer.
Sedangkan, bahan yang digunakan pada percobaan ini adalah aquades, bahan baku
paracetamol, bahan baku pembanding paracetamol yang diperoleh dari industry
farmasi, HCl dalam metanol, dan methanol.
Adapun tujuan dari analisis kualitatif adalah untuk mengetahui ada atau
tidaknya kandungan parasetamol pada bahan baku parasetamol dan bahan baku
pembanding parasetamol dengan menganalisis panjang gelombang maksimum nya.
Penentuan panjang gelombang parasetamol dengan serapan maksimum dilakukan
dengan scanning pada panjang gelombang 200-300 nm. Untuk mengetahui apakah
pada bahan baku paracetamol dan bahan baku pembanding paracetamol mengandung
paracetamol maka dibuat 2 larutan, yaitu larutan standar dan larutan uji.
Pada larutan standar dibuat dengan cara ditimbang bahan baku pembanding
paracetamol, kemudian bahan baku pembanding paracetamol dimasukan kedalam
Erlenmeyer, setelah itu dilarutkan menggunakan larutan campuran HCl dalam
metanol. tujuan dilarutkan menggunakan HCl yang dicampur dengan metanol adalah
HCl digunakan untuk meningkatkan penarikan senyawa paracetamol yang terdapat
dalam serbuk bahan baku pembanding paracetamol, sedangkan metanol digunakan
karena memiliki sifat kepolaran yang sama terhadap paracetamol. Setelah itu
dimasukan kedalam labu ukur, kemudian digenapkan menggunakan larutan yang
sama hingga tanda batas. Setelah itu dikocok hingga homogen, fungsi dari
homogenitas ini adalah selain larutan dapat tercampur sempurna, dapat juga untuk
memperkecil partikel dan agar bahan baku pembanding paracetamol tersebut dapat
bercampur dengan sempurna. Kemudian larutan bahan baku pembanding paracetamol
dipipet dan dimasukan kedalam labu takar, kemudian diencerkan kembali hingga
tanda batas menggunakan HCl dalam metanol. Fungsi dari pengenceran ini adalah
untuk memperkecil konsentrasi dari paracetamolnya, sehingga tidak terlalu pekat,
kemudian larutan tersebut diencerkan kembali dengan memipet larutan tersebut,
kemudian dimasukan kedalam labu takar, dan diencerkan kembali menggunakan HCl
dalam metanol hingga tanda batas.
Pada larutan uji dibuat dengan cara ditimbang bahan baku paracetamol,
kemudian bahan baku paracetamol dimasukan kedalam Erlenmeyer, setelah itu
dilarutkan menggunakan larutan campuran HCl dalam metanol. tujuan dilarutkan
menggunakan HCl yang dicampur dengan metanol adalah HCl digunakan untuk
meningkatkan penarikan senyawa paracetamol yang terdapat dalam serbuk bahan
baku pembanding paracetamol, sedangkan metanol digunakan karena memiliki sifat
kepolaran yang sama terhadap paracetamol. Setelah itu dimasukan kedalam labu
ukur, kemudian digenapkan menggunakan larutan yang sama hingga tanda batas.
Setelah itu dikocok hingga homogen, fungsi dari homogenitas ini adalah selain
larutan dapat tercampur sempurna, dapat juga untuk memperkecil partikel dan agar
bahan baku paracetamol tersebut dapat bercampur dengan sempurna. Kemudian
larutan bahan baku paracetamol dipipet dan dimasukan kedalam labu takar, kemudian
diencerkan kembali hingga tanda batas menggunakan HCl dalam metanol. Fungsi
dari pengenceran ini adalah untuk memperkecil konsentrasi dari paracetamolnya,
sehingga tidak terlalu pekat, kemudian larutan tersebut diencerkan kembali dengan
memipet larutan tersebut, kemudian dimasukan kedalam labu takar, dan diencerkan
kembali menggunakan HCl dalam metanol hingga tanda batas.
Setelah larutan standar dan larutan uji selesai dibuat, hal selanjutnya yang
dilakukan adalah kedua larutan tersebut di uji menggunakan spektrofotometri UV-
Visible kemudian dibandingkan hasil spektrum UV larutan standar dan larutan uji.
Spektrum UV larutan standar dan larutan uji harus menunjukan panjang gelombang
yang memberikan absorbansi maksimal dengan nilai yang sama, adapun alasannya
karena hasil penimbangan bahan baku pembanding paracetamol dan bahan baku
paracetamol ditimbang dengan bobot yang sama, sehingga absorbansi maksimalnya
yang didapat harus sama.
Dari hasil percobaan analisis kualitatif dengan spektrofotometer ini
didapatkan panjang gelombang maksimum untuk larutan standar baku pembanding
parasetamol adalah 247,80 nm, sedangkan untuk larutan uji bahan baku parasetamol
adalah 247,90 nm. Hal tersebut menunjukkan bahwa spektrum UV larutan standar
dan larutan uji menunjukkan panjang gelombang (λ) yang berdekatan sehingga dapat
memberikan absorbansi maksimum dengan nilai yang sama. Menurut teori, panjang
gelombang maksimum untuk parasetamol adalah 249 nm.
Kemudian dilakukan pengamatan analisis kuantitatif yang bertujuan untuk
mengetahui jumlah suatu unsur atau senyawadalam suatu cuplikan. Pada analisis
kuantitatif dibuat larutan standar dan larutan uji.
Pada analisis kuantitatif digunakan metode spektrofotometri UV-Sinar
tampak, dimana baku pembanding parasetamol dilarutkan terlebih dahulu dengan
menggunakan metanol dan diencerkan dengan aquadest. Baku pembanding
parasetamol terlebih dahulu dilarutkan dengan metanol karena parasetamol bersifat
semipolar terdiri dari gugus polar dan gugus non polar dimana apabila dilarutkan
dengan air maka hanya bagian polar yang dapat larut. Oleh karenanya digunakan
pelarut metanol karena metanol memiliki gugus polar dan non polar sama halnya
seperti parasetamol. Sehingga bagian yang polar akan melarutkan bagian polar pada
parasetamol dan bagian non polar akan melarutkan bagian non polar pada
parasetamol. Selain itu, menurut FI III parasetamol mempunyai kelarutan dalam 70
bagian air, dalam 7 bagian alkohol sehingga pada pembuatan larutan standar
dilakukan penambahan metanol yang berfungsi untuk melarutkan parasetamol
bersama-sama dengan aquadest. Kemudian, dikocok hingga homogen supaya larutan
terdispersi sempurna dan dapat memperkecil ukuran partikel sehingga dapat
memperbesar luas permukaan kontak sampel dengan pelarut (larutan stok baku
pembanding 300 ppm).
Masing-masing larutan dipipet ke dalam labu takar 100 mL kemudian masing-
masing diencerkan dengan aquadest sehingga diperoleh satu seri larutan dengan
konsentrasi 3,06; 4,59; 6,12;7,65;9,18; 10,71; 12,24 ppm. Tahapan selanjutnya yaitu
pengukuran menggunakan spektrofotometer. Baku pembanding dengan konsentrasi
3,06; 4.59; 6,12; 7.65; 9,18; 10.71;12,24ppm dimasukkan ke dalam kuvet dan
diukurabsorbansinya. Pengukuran pertama dilakukan terhadap blanko (aquadest).
Blanko dibuat supaya tidak mempengaruhi nilai absorbansi. Sebelum digunakan,
kuvet harusdibilas terlebih dahulu dengan larutan yang akan digunakan
agar pengukurannya akurat. Sebelum dimasukkan ke dalam spektofotometer, kuvet
dikeringkan terlebih dahulu agar tidak ada air disekitar dinding kuvet yang bisa
menyebabkan alat cepat rusak.
Hasil pengukuran absorbansi menggunakan spektrofotometri UV-sinartampak
untuk baku pembanding dari konsentrasi terkecil hingga terbesar adalah 0,031; 0,110;
0,189; 0,275; 0,357; 0,435; 0,522 dan absorbansi bahan
baku parasetamol adalah 0,300. Pada larutan standar pada konsentrasi 3,060 ppm
diperoleh nilai absorbansi 0,031. Menurut literatur, nilai absorbansi yang baik
berkisar antara 0,2-0,8. Hal ini disebabkan karena larutan terlalu encer.
Pada analisis kuantitatif bahan baku dengan menggunakan metode
spektrofotometri UV-Sinar tampak, dimana larutan uji atau bahan baku yang ingin
ditentukan kadarnya yaitu Parasetamol, ditambahkan metanol untuk melarutkan
parasetamol karena metanol mempunyai sifat kepolaran yang sama dengan
paracetamol yaitu agak polar atau semipolar menuju polar, kemudian baru setelah itu
ditambahkan aquadest yang bertujuan untuk melarutkan paracetamol juga. Tetapi
dalam melarutkan paracetamol, ditambahkan metanol terlebih dahulu baru kemudian
aquadest, adalah karena kepolaran metanol yang sama dengan paracetamol sehingga
paracetamol akan lebih larut dengan pelarut yang sifat kepolarannya sama dengan
paracetamol. Seperti yang diketahui (Ditjen POM, 1979: 37), kelarutan Parasetamol
di dalam air adalah 70 bagian air, dimana ada 30 bagian air yang lain yang tidak
melarutkan parasetamol. Jika ditambahkan aquadest terlebih dahulu sebelum metanol,
dikhawatirkan metanol yang harusnya melarutkan sisa parasetamol, telah terlebih
dahulu larut di dalam aquades karna sifat kepolaran metanol yang hampir polar sama
seperti aquadest. Setelah Parasetamol larut dalam metanol dan aquadest, campuran
tersebut kemudian dikocok yang bertujuan agar seluruh Parasetamol tersebar dan
terdispersi sempurna karena dari ukuran partikel Parasetamol yang kecil sehingga
luas permukaan menjadi lebih besar dan semua partikel terbasahi dan terdispersi.
Setelah larutan uji homogen, larutan dipipet dan diencerkan yang bertujuan untuk
mendapatkan konsentrasi atau kadar uji Parasetamol yang akan diuji yaitu 7,56 ppm.
Setelah diencerkan, larutan kemudian dianalisis menggunakan Spektrofotometri UV-
Sinar tampak dan didapatkan hasil Absorbansi 0,3.
Setelah didapatkan panjang gelombang absorban maksimal untuk larutan uji
yaitu (247,90?), dengan menggunakan cara kurva kalibrasi, dihitung kadar larutan uji
Parasetamol dengan mengukur absorbansi setiap larutan pembanding dan larutan uji
menggunakan kurva kalibrasi atau persamaan garis dan didapatkan kadar uji sebesar
7,88 dan %kadar sebesar 104,232%.
Selain menggunakan kurva kalibrasi dalam menghitung kadar sampel uji
Parasetamol, digunakan juga One Point Method yaitu dengan mengambil absorban
salah satu larutan standar yang kemudian digunakan untuk menghitung kadar larutan
(menggunakan rumus yang terlampir di data pengamatan). Absorban larutan standar
yang diambil atau dipilih yaitu absorbansi sebesar 0,275 dengan konsentrasi sebesar
7,650 ppm yaitu hasil dari pengenceran larutan standar dengan konsentrasi atau kadar
7,65 ppm. Dipilih absorbansi pada konsentrasi tersebut karena nilai absorbansi uji
Parasetamol yang sebesar 0,3 nilainya berdekatan dengan nilai absorbansi pada
konsentrasi larutan standar tersebut yaitu 0,275 sehingga didapatkaan kadar uji
Parasetamol sebesar 8,3 ppm dengan %kadar sebesar 109,788%.
Berdasarkan hasil yang telah didapatkan yaitu kadar Parasetamol
menggunakan kurva kalibrasi dan One Point Method, hasil keduanya menunjukkan
jika kadarnya melebihi 101% dari kadar Paracetamol pada literatur. Dimana
berdasarkan (Ditjen POM, 2014: 998) menyatakan bahwa Parasetamol mengandung
tidak kurang dari 98,0% dan tidak lebih dari 101,0%. Hal ini dapat terjadi karena
beberapa faktor, mulai dari kesalahan atau ketidaktelitian dalam menimbang atau
karena alat timbangan kurang akurat dalam menimbang, mutu bahan baku
Paracetamol yang digunakan sebagai sampel kurang baik dan tidak memenuhi syarat
atau bisa saja terjadi karena adanya zat pengotor yang memang terdapat pada sampel
atau yang diperoleh pada saat proses analisis.
Parasetamol memiliki gugus kromofor dan auksokrom sehingga dapat
dianalisis menggunakan Spektrofotometer UV-Vis, berikut gugus kromofor yang
terdapat pada parasetamol:

Ikatan ganda antara dua


atom yang memiliki
pasangan elektron bebas
(PEB)
Gugus auksokrom yang terdapat pada parasetamol:

VII. Kesimpulan
Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa :
1. Analisis kualitatif parasetamol dengan metode spektrofotometri UV-Sinar
tampak, didapatkan panjang gelombang maksimum untuk larutan standar
baku pembanding parasetamol adalah 247,80 nm dan untuk larutan uji bahan
baku parasetamol adalah 247,90 nm yang menunjukkan panjang gelombang
(λ) yang berdekatan sehingga dapat memberikan absorbansi maksimum
dengan nilai yang sama.
2. Analisis kuantitatif Parasetamol dengan metode spektrofotometri UV-Sinar
tampak, didapatkan kadar Parasetamol sebesar 104,232% menggunakan kurva
kalibrasi dan kadar sebesar 109,788% menggunakan One Point Method
sehingga mutu Parasetamol bisa dikatakan cukup baik.
3. Mutu bahan baku Paracetamol yang digunakan sebagai sampel kurang baik
dan tidak memenuhi syarat.
DAFTAR PUSTAKA

Cresswell, Clifford. J. (2005). Analisis Spektrum Senyawa Organik. ITB: Bandung.

Ditjen POM Departemen Kesehatan Republik Indonesia. (1979).Farmakope


Indonesia, Edisi III.Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia.
Ditjen POM Departemen Kesehatan Republik Indonesia.(2014.Farmakope Indonesia,
Edisi V. Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia.
Ghalib, Ibnu Ganjar Dan Abdul Rahman. (2007). Kimia Farmasi Analisis. Pustaka
Belajar: Yogyakarta.
Khopkar. (1984). Konsep Dasar Kimia Analisis. UP: Jakarta.
Khopkar, S.M., 1990, Konsep Dasar Kimia Analitik, UI Press, Jakarta, Hal. 201
R. A. Day, Dr Jan Dan Al - Underwood. (2002). Analitik Kimia Kuantitatif. Erlangga:
Jakarta.
Sumar, Hendayana. 1994. Kimia Analisis Farmasi. UI Press: Jakarta.
Wilmana, F., dan Sulistia G. (2007). Analgesik-Antipiretik Analgesik Anti Inflamasi
Nonsteroid Dan Obat Gangguan Sendi Lainnya. Farmakologi dan Terapi.
Edisi 5. FK UI Press: Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai