Anda di halaman 1dari 14

ANALISA DEBIT LINDI CALON TPA

A. Analisa Debit Bulanan dan Debit Andalan


Untuk mengetahui jumlah lindi yang masuk pada suatu areal TPA, perlu dilakukan
perhitungan terhadap debit bulanan dan debit andalannya. Dalam perencanaan ini, debit bulanan
dianalisa dengan cara mengalihragamkan data hujan menjadi debit menggunakan Metode Mock.
Hal ini dilakukan karena Metode Mock menggunakan prinsip neraca air (water balance), sehingga
jumlah debit air yang masuk ke areal TPA (Zona timbunan sampah) dianggap sebagai jumlah lindi
yang dihasilkan pengaruh dari curah hujan, evapotranspirasi, run off, dan solid waste moisturage
(kandungan air sampah).
B. Debit Bulanan
Dalam analisa debit bulanan dilakukan dengan mengalihragamkan data curah hujan
menjadi debit aliran. Hal ini dikarenakan belum diketahuinya jumlah debit lindi yang dihasilkan
untuk dialirkan ke pengolahan lindi. Pengalihragaman dilakukan dengan menggunakan Metode
Mock.
Dalam menggunakan Metode Mock, diperlukan data hujan dan hari hujan, luasan
catchment area (Luas Zona Urugan Sampah) dan besarnya evapotransporasi potensial. Dalam
perencanaan ini, analisa evapotranspirasi dilakukan dengan menggunakan Metode Penman
yang telah dimodifikasi oleh FAO (1997) dan analisa debit bulanan dengan menggunakan model
Mock (1973). Dalam perhitungan evapotranspirasi dan debit bulanan digunakan hujan rata-rata
untuk luasan zona urugan sampah. Berikut data curah hujan dan hari hujan dari tahun 2001-2010
di Wilayah Entikong.

Tabel 1 Curah Hujan di Entikong Tahun 2001 -2010

BULAN
Tahun
Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sep Okt Nop Des
2001 301 160 118 323 235 141 221 214 288 296 356 297
2002 288 60 194 304 278 190 68 29 254 210 480 326
2003 349 297 202 614 147 134 213 207 132 302 334 257
2004 384 163 216 312 350 113 249 19 309 182 351 422
2005 291 166 222 256 410 168 152 162 192 555 310 141
2006 415 345 137 260 228 220 41 57 171 130 297 477

2007 456 64 146 243 320 473 236 212 213 495 360 231
2008 123 52 209 291 254 237 309 362 213 561 224 376
2009 237 59 142 426 149 258 147 121 75 450 484 399
2010 275 281 275 67 74 295 400 222 349 181 391 357
Tabel 2 Hari Hujan di Entikong Tahun 2001 -2010

BULAN
Tahun
Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sep Okt Nop Des

2001 14 6 5 18 14 8 10 5 16 17 14 13
2002 18 5 10 17 13 9 6 5 11 12 20 17
2003 18 15 15 25 11 11 11 12 14 25 23 18
2004 21 10 12 23 17 5 15 2 21 17 22 25
2005 23 7 22 21 22 12 8 14 12 23 23 24
2006 21 10 12 23 21 10 16 6 18 23 22 22
2007 13 9 11 16 19 19 15 9 10 18 18 12
2008 8 8 12 18 8 8 15 14 13 21 8 12
2009 12 3 8 15 8 11 6 3 5 19 22 17
2010 14 11 10 10 8 12 16 9 13 8 17 16

C. Hasil Analisa Evapotranspirasi Potensial


Dalam perhitungan ini, besarnya evapotranspirasi potensial diperkirakan dengan
menggunakan Metode Penman di modifikasi FAO (1997), dimana metode tersebut
memperhitungkan data curah hujan dan klimatologi (temperatur, radiasi matahari, kelembaban dan
kecepatan angin) sehingga hasilnya relatif lebih akurat.
Perhitungan evapotranspirasi potensial dibuat dalam baris per baris (contoh perhitungan
diambil perhitungan pada bulan Januari tahun 2001, dengan data terlampir). Perhitungan
evapotransporasi potensial untuk air lindi seperti berikut:
1. Baris 1
Rata-rata jumlah curah hujan harian dalam satu bulan (mm/bulan) = 301 mm/bulan.

2. Baris 2
Suhu (temperatur) rata-rata dalam satu bulan (T rata-rata, 0C) = 26,0 0C

3. Baris 3
Kelembaban nisbi rata-rata (Rh, %) = 80,0 %
4. Baris 4
Rata-rata persentase penyinaran matahari (n, %) = 3,2 %

5. Baris 5
Kecepatan angin rata-rata (U, km/hari) = 1,5 km/hari

6. Baris 6
Kecepatan angin pada tinggi 2 m (U2, km/hari) , dihitung dengan rumus;
log 100 log 100
𝑈2 = log 100.h 𝑥𝑈= log 100.45 x 1,5 = 0,89 km/ hari
( ) ( )
2 2

h = tinggi elevasi alat pencatat kecepatan angin = 45 m

7. Baris 7
Tekanan uap jenuh (es,kPa), es= 0,611 exp [17,27 T / (T + 273,3) ] = 2,739 kpa

8. Baris 8
Tekanan uap aktual (ea, kPa) , ea = es x Rh = 2,739 kPa x 0,80 = 2,191 kPa

9. Baris 9
Kemiringan kurva tekanan uap terhadap temperatur (δ, kPa/0C), dimana
δ = (4089 x es) / (T+237,3)2 = 0,16155 kPa/0C

10. Baris 10
Konstanta psikrometrik (τ, kPa/OC) = 0,66 mb/OC = 0,066 kPa/ OC (1 kPa = 10 mb)

11. Baris 11
Koefisien refleksi α dihitung dengan rumus;
α = 0,29 + (τ sin 30 x ( 1 + 0.0333 x Hr) + 2.25)) =0,31

12. Baris 12
Ra didapat berdasarkan letak lintang TPA Entikong yakni 0°4’32,71” LU yang terletak antara
0° LU dan pada 2° LU.
Nilai Ra untuk bulan Januari tahun 2001 adalah
=14,70-(((0,301702 - 2)/(0-2) x( 14,70-15,00 )) = 14,955 mm/hari.

13. Baris 13
Durasi penyinaran matahari relatif (n/N, %).
n/N = 1 – 0,054 R0,42 =1 – 0,054 x (301)0,42 = 40,65 %
Dimana R = curah hujan (mm/bulan)

14. Baris 14
Radiasi global (Rs, mm/hari)
Rs = Ra x (0,25+(0,50 x n/N))
= 14,955 x (0,25 + (0,50 x 40,65 %))
= 6,779 mm/hari

15. Baris 15
Radiasi gelombang panjang (Rb, mm/hari)
Rb = 5 – 1,12 R0,20
= 5 – 1,12 (301)0,20 = 1,493 MJ/m2/hari
= 1,493 x 0,408 = 0,609 mm/hari
(MJ/m2/hari = 0,408 mm/hari)

16. Baris 16
Radiasi bersih (Rn, mm/hari)
Rn = (Ra (1-α)(0,25+0,50 n/N)) – Rb
= (14,955 x (1 – 0,31) x (0,25 + 0,50 x 40,65%)) – 0,609 = 4,069 mm/hari

17. Baris 17
Evapotranspirasi potensial dalam mm/hari
𝛿 𝜏
Etp = x Rn + 𝜏+ 𝛿 x {2,70 x (1,00 + 0,010 x U2x (es-ea)}
𝛿+ 𝜏
0,1601 0,31
= 0,16155 1+ 0,31
x Rn + 0,31+ 0,16155 x {2,70 x (1,00 + 0,010 x 87,11 x (2,739 - 2,191)}

= 3,322 mm/hari
Dengan cara yang sama dilakukan kembali perhitungan untuk bulan Februari
sampai dengan Desember, dan dilakukan kembali dengan perhitungan yang sama untuk tahun
2001 – 2010. Hasil selengkapnya disajikan dalam bentuk lampiran pada tabel 4.
Tabel 3 Resume Hasil Evapotranspirasi Tahun 2001-2010

BULAN
Tahun
Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sep Okt Nop Des
2001 3,32 4,49 4,36 3,83 3,94 3,48 3,59 4,10 3,68 3,63 3,42 3,80
2002 3,38 4,81 3,92 3,76 3,68 3,34 3,88 4,97 3,62 3,70 3,05 3,47
2003 2,92 3,59 3,60 2,75 3,60 3,15 3,14 3,66 3,75 3,13 3,01 3,34
2004 3,36 4,32 4,00 3,73 3,33 3,43 3,28 4,86 3,44 3,69 3,28 3,87
2005 3,31 4,32 3,90 3,91 3,13 3,36 3,44 4,18 3,84 2,92 3,41 3,87
2006 3,12 3,81 4,23 4,00 3,59 3,37 4,06 4,69 3,99 3,89 3,47 3,08
2007 3,14 5,03 4,36 4,02 3,42 2,95 3,50 4,18 3,97 3,17 3,34 3,74
2008 4,02 5,01 4,06 4,01 3,64 3,33 3,31 3,69 4,03 3,04 3,67 3,43
2009 3,65 4,97 4,28 3,51 4,06 3,35 3,64 4,38 4,52 3,19 3,25 3,34
2010 3,56 4,13 3,89 4,95 4,52 3,35 3,19 4,13 4,10 4,02 3,44 3,56
SUM 30,45 44,47 40,58 38,49 36,91 33,10 35,02 42,83 38,93 34,38 33,34 35,50
MAX 4,02 5,03 4,36 4,95 4,52 3,48 4,06 4,97 4,52 4,02 3,67 3,87
MIN 2,92 3,59 3,60 2,75 3,13 2,95 3,14 3,66 3,44 2,92 3,01 3,08
Rerata 3,38 4,45 4,06 3,85 3,69 3,31 3,50 4,28 3,89 3,44 3,33 3,55
Sumber : Hasil Analisis (2012)

1.2 Hasil Analisa Debit Bulanan


Setelah perhitungan evapotranspirasi potensial selesai, selanjutnya nilai/hasil perhitungan
dimasukkan kedalam perhitungan Metode Mock untuk mendapatkan debit bulanan. Contoh
perhitungan diambil perhitungan pada bulan Januari tahun 2001 (dengan data terlampir). Adapun
analisa perhitungan dibuat dalam baris-perbaris dengan langkah sebagai berikut:

1. Baris 1
Rata-rata jumlah curah hujan harian dalam satu bulan (P); (mm/bulan) = 301 mm/bulan

2. Baris 2
Rata-rata jumlah hari hujan dalam satu bulan dari tiap stasiun (n) = 14 hari
3. Baris 3
Jumlah hari dalam satu bulan (Hr) = 31 hari

4. Baris 4
Nilai/hasil perhitungan evapotranspirasi (Ep) dalam mm/hari yang didapat dari perhitungan
sebelumnya = 3,322 mm/hari
Evapotranspirasi (Ep) dalam mm/bulan = 3,322 x 31 = 102,98 mm/bulan

5. Baris 5
Exposed Surface (m), yaitu proporsi permukaan luar yang tidak tertutupi tumbuhan hijau,
diasumsikan m = 98 %

6. Baris 6
DE/Ep; (%) = (m/20) (n-18) = (98%/20) (18-14) = 19,6%

7. Baris 7
Selisih antara evapotranspirasi potensial (Ep) dengan evapotranspirasi terbatas atau
evapotranspirasi aktual (Ea), dihitung sebagai berikut:
DE = Ep x (m/20)(n-18) = 102,98 x (98%/20)(18-14) = 20,18 mm/bulan.

8. Baris 8
Evapotranspirasi aktual atau evapotranspirasi terbatas (Ea), merupakan selisih antara
evapotranspirasi rujukan (Ep) dengan (DE):
Ea = Ep – DE = 102,98– 20,18 = 82,79 mm/bulan

9. Baris 9
Selisih antara jumlah curah hujan bulanan (P) dengan evapotranspirasi aktual
(Ea); P-Ea (mm/bulan) = 301 – 82,79 = 218,21 mm/bulan

10. Baris 10
Kapasitas kelembaban sampah (solid waste moisture capacity = SMC) = 350 mm/bulan
(asumsi).
SMC (solid waste moisture capacity) ditentukan sebagai berikut:
– Jika P-Ea > 0, SMC = 350
– jika P-Ea < 0, SMC = P-Ea + nilai SMC bulan sebelumnya.

11. Baris 11
(ISMS) Initial solid waste moisture storage (mm/bulan), merupakan nilai solid waste
moisture capacity (SWMC) bulan sebelumnya.
Untuk bulan Januari tahun 2001, ISMS = 350

12. Baris 12
Tampungan kelembaban sampah (Solid Waste Moisture Storage = SMS); (mm).

SMS = ISMS + (P-Ea) = 350 + 218,21 = 568,21 mm

13. Baris 13
Solid Waste Storage (SS) (mm), yaitu kemampuan sampah untuk menyimpan air.
Solid Waste Storage (SS) ditentukan sebagai berikut:
– Jika P-Ea > 0, SS = P-Ea
– Jika P-Ea < 0, SS = 0 (artinya air tidak tersimpan dalam sampah)

14. Baris 14
Water surplus (WS), yaitu presipitasi yang telah mengalami evapotranspirasi dan disimpan
dalam sampah (mm).
WS = (P-Ea) + SS
Untuk bulan Januari 2001, WS = 218,21 + 0 = 218,21 mm/bulan.
Water surplus (WS) ditentukan sebagai berikut:
– Jika (P-Ea) > 0, WS = (P-Ea) + SS
– Jika (P-Ea) < 0, WS = 0

15. Baris 15
Koefisien infiltrasi (if), if = 0,4. Diberi nilai maksimum adalah 1 dan minimum adalah
0,001. Nilai ini bervariasi tiap bulan. (Jika bulan sebelumnya merupakan bulan kering, maka
nilai if = 0,4. Jika bulan basah nilai if = 0,6).
16. Baris 16
Besarnya infiltrasi (In), yaitu water surplus (WS) dikalikan koefisien infiltrasi
(In) = WS x If = 206,26 x 0,4 = 82,504.

17. Baris 17
Konstanta resesi aliran (K), adalah proporsi dari air dikandung sampah bulan lalu yang
masih ada pada bulan sekarang; K = 0,6. Diberi nilai maksimum adalah 1 dan minimum
adalah 0,001 (Jika bulan sebelumnya merupakan bulan basah, maka nilai K = 0,6 → max 1)

18. Baris 18
Percentage factor (PF), merupakan presentase hujan yang menjadi limpasan. Disarankan oleh
Mock 5% - 10%, max 37,3%. Jadi tiap bulan nilai PF berubah-ubah. PF = 0,1 dan 0,05
(asumsi)

19. Baris 19
0,5 x (1+K) x In = 0,5 x (1+0,6) x 174.564 = 139,65

20. Baris 20
K*Gsom adalah deep leachate storage bulan sebelumnya, nilai ini diasumsikan sebagai data
awal, dengan anggapan bahwa water balance merupakan siklus tertutup yang ditinjau selama
1 tahun, maka nilai asumsi awal ini harus dibuat sama dengan nilai akhir tahun. Nilai Gsom
pada bulan Januari tahun 2001 diasumsikan sebesar 309,22 mm/bulan,
maka K x Gsom = 0,6 x 309,22 = 185,53
21. Baris 21
Ground water storage (GS) = (0,5*(1+K)*In)+(K*Gsom)
22. Baris 22
Perubahan Deep Leachate Storage (DLS), yaitu nilai Deep Leachate Storage bulan yang
bersangkutan dikurangi nilai Deep Leachate Storage bulan sebelumnya.
DLS = GS - Gsom =325,18– 309,22 = 15,96 mm/bulan.

23. Baris 23
Base flow (BF), merupakan besar infiltrasi (In) yang dikurangi perubahan storage volume
(DLS).
BF = In - DLS = 174,564 – 15,96 = 158,60

24. Baris 24
Direct run off (DRO), merupakan water surplus yang telah mengalami infiltrasi.
DRO = WS – In = 436,41 – 174,564 = 261,85

25. Baris 25
Storm Run Off (SRO) ditentukan sebagai berikut:
– Jika P ≥ 200, SRO = 0;
– JikaP ≤ 200, SRO = P x PF. Untuk bulan Januari, 2001, SRO = 0

26. Baris 26
Total Run Off (TRO), jumlah dari base flow (BF) + direct run off (DRO) +
storm run off (SRO).
TRO = 158,60 + 261,85 + 0 = 420,45

27. Baris 27
Luas catchment area, yaitu luas daerah tangkapan air untuk lokasi studi kasus
Lokasi Zona Sampah Entikong yaitu = 1 Ha = 10.000 m2

28. Baris 28
Stream flow, yaitu besarnya debit hasil perhitungan (calculated discharge), merupakan
perkalian antara total run off dengan luas catchment area; (m3/det). Calculated discharge =
total run off x catchment area ( m3/det).
Debit hasil perhitungan (calculated discharge) dalam liter/detik = ….. liter/detik.
Perhitungan dengan cara yang sama dilakukan untuk tiap bulan dan tahun yang lain, untuk lebih
lengkap dapat dilihat pada lampiran . Sehingga didapat debit andalan untuk tiap bulannya seperti
berikut:

Tabel 4 Resume Hasil Perhitungan Debit Bulanan Tahun 2001-2010

Sumber : Hasil Analisa (2011)

1.3 Debit Andalan Lindi


Debit andalan adalah suatu besaran debit pada suatu titik kontrol (titik tinjau) di suatu
sungai/saluran di mana debit tersebut merupakan gabungan antara limpasan langsung dan aliran
dasar. Debit ini mencerminkan suatu angka yang dapat diharapkan terjadi pada titik kontrol yang
terkait dengan waktu dan nilai keandalan. Keandalan yang dipakai untuk pengambilan bebas baik
dengan maupun tanpa struktur pengambilan adalah 80%, sedangkan keandalan yang dipakai untuk
pengambilan dengan struktur yang berupa tampungan atau reservoir adalah sebesar 50%.
Penetapan rangking dilakukan menggunakan analisis frekuensi/probabilitas dengan rumus
Weibul. Debit andalan 80% (Q80%) berarti bahwa probabilitas debit tersebut untuk disamai atau
dilampaui sebesar 80% yang berarti juga bahwa kegagalan kemungkinan terjadi dengan
probabilitas sebesar 100% dikurangi 80% atau boleh dikatakan sebesar 20%. Dapat diartikan juga
bahwa dalam 5 tahun ada kemungkinan satu tahun gagal (NSPM KIMPRASWIL, Pedoman
Petunjuk Teknik Dan Manual, 2000). Berikut tabel nilai probabilitas debit andalan pada kegiatan.

Tabel 5 Nilai Debit Andalan Untuk Berbagai Macam Kegiatan


No Kegiatan Keandalan (Probabilitas)
1 Penyediaan Air Minum 99%
2 Penyediaan Air Industri 95-98%
3 Penyediaan Air Irigasi
Daerah Beriklim Setengah Lembab 70-85%
Daerah Beriklim Kering 80-95%
4 Pembangkit Listrik Tenaga Air 85-90%
Sumber : (NSPM KIMPRASWIL, Pedoman Petunjuk Teknik dan Manual, 2000).

Karena kegiatan perhitungan lindi pada TPA terhitung masih baru, maka probabilitas yang
digunakan dalam perencanaan ini yaitu menggunakan keandalan yang dipakai untuk pengambilan
bebas baik dengan maupun tanpa struktur pengambilan yaitu 80%. Selanjutnya dari hasil analisa
debit bulanan untuk tiap bulannya, selanjutnya dilakukan analisa debit andalan dengan
menggunakan cara statistik yakni metode Weibull. Karena kajian yang dilakukan adalah untuk
menghitung debit lindi TPA. Karena data yang digunakan < 50 data maka proses perhitungannya
sebagai berikut :
Contoh perhitungan diambil perhitungan untuk bulan Januari. Caranya adalah:
 Diketahui debit bulanan bulan Januari seperti Tabel 4.
 Urutkan debit bulan Januari dari besar ke kecil
𝑚
 Hitung (𝑛+1)

 Hitung probabilitas nya, hasilnya seperti berikut:

Tabel 6 Hasil Perhitungan Debit Probabilitas Pada Bulan Januari 2001-2010

Sumber: Hasil Analisa (2012)

 Cara mendapatkan debit probabilitas 80%, 85%, 90% dan 99% pada tabel di atas
adalah dengan melakukan ekstrapolasi linear pada debit probabilitas 80% seperti
berikut:
0,8−0,818
0,00056 - x (0,00056 - 0,00072) = 0,00059 m3/det
0,727−0,818
0,85−0,818
0,00056- x (0,00056 – 0,00072) = 0,00050 m3/det , dst
0,727−0,818
Dengan cara yang sama dilakukan untuk bulan Februari-Desember, sehingga didapat debit andalan
setiap probabilitas untuk tiap bulan seperti berikut:
Tabel 7 Hasil Perhitungan Debit Andalan
Bulan Debit
Jan 0,00059
Feb 0,00037
Mar 0,00064
Apr 0,00041
May 0,00042
Jun 0,00043
Jul 0,00025
Aug 0,00012
Sep 0,00020
Oct 0,00040
Nov 0,00069
Dec 0,00061
Rata2 0,00043
Maks 0,0006893
Sumber: Hasil Analisa (2012)

Gambar 5.7 Debit Andalan 80% di Lokasi Pengembangan TPA


Sumber : Hasil Analisa (2012)

Selanjutnya besar nilai Probalitas yang digunakan pada perencanaan ini adalah Probabilitas
80% dengan debit maksimum 0,0006893 m3/det (59,55 m3/hari) atau dikonversi menjadi 0,6893
lt/det ini akan dijadikan dasar sebagai debit lindi yang dihasilkan dari TPA yang selanjutnya akan
dialirkan ke kolam pengolahan lindi.

Anda mungkin juga menyukai