3
MODA KELELEHAN
SAMBUNGAN
Tahanan lateral sambungan dengan alat sambung baut atau paku ditentukan oleh
beberapa faktor seperti kuat lentur alat sambung, kuat tumpu kayu, dan geometri sambungan
yang meliputi: diameter baut atau paku, ketebalan kayu, serta sudut sambungan. Persamaan
untuk menghitung tahanan lateral dapat diperoleh dengan teori Yield Model yang diusulkan
oleh Johansen (1949). Saat ini, yield model lebih dikenal sebagai EYM (European Yield
Model). Pada teori ini, tahanan lateral sambungan yang dapat dihitung hanyalah nilai
ultimitnya saja. Sehingga kurva tahanan lateral versus sesaran tidak dapat diperoleh.
Analisis tahanan lateral sambungan kayu dengan menggunakan teori balok pada
dukungan elastic (Beam on elastic foundation theory) mulai dikembangkan pada tahun 70an.
Pada analisis ini, alat sambung seperti baut diasumsikan sebagai balok (Beam) dan dukungan
kayu disekeliling alat sambung dimodelkan sebagai dukungan elastik (elastic foundation).
Kelebihan dari analisis menggunakan teori balok pada dukungan elastic dibandingkan dengan
Yield Model adalah dapat diketahuinya nilai tahanan lateral sambungan untuk semua nilai
sesaran sehingga kurva tahanan lateral versus sesaran sambungan dapat diperoleh. Dukungan
elastik kayu dapat dikembangkan menjadi dukungan elastoplastic agar menyerupai perilaku
kayu hingga ultimit (Hirai, 1983).
Dalam teori Yield Model, kayu dan alat sambung diasumsikan berperilaku
elastoplastic. Tahanan lateral sambungan diperoleh apabila : kekuatan tumpu ultimit kayu
dibawah alat sambung tercapai, atau terbentuknya satu atau beberapa sendi plastik (plastic
hinge) pada alat sambung disertai tegangan plastis pada kayu. Berdasarkan kriteria kegagalan
(moda kelelehan) ini, maka tahanan lateral ultimit dapat diperoleh seperti pada uraian berikut
ini.
a. Moda kelelehan
Z= D (6)
b. Moda kelelehan
Z= D (7)
c. Moda kelelehan II
Z= = = ∴ =
( ) ( )
M= D − = D ( ) −
( ) ( )
D − = D ( ) −
2
( ) 2 − ( 2)
− = 2 2
( ) 2
− = 2 − ( 1)
2 2 2
= +
= dan = =
+2 ( + )-( + )=0
= +2 + − 1+
2 3 2
Z= +2 + − 1+ (8)
A= 1+ +
Gambar 16. Moda kelelehan dan distribusi tegangan tumpu sambungan kayu dengan kayu
( , , dan II)
d. Moda kelelehan
= = ∴ =
Moment plastis ( )
=- D + D( + ) + − + +
+ − + =0
( )
= 2 (1 + )+ −
( )
Z= 2 (1 + )+ − (9)
e. Moda kelelehan
Momen plastis ( )= + + − ( )
2 4
+ − + =0
(2 + 1) 4 (2 + 1)
− 4
= + + +
(2 + 1) (2 + 1) (2 + 1) (2 + 1)
Z= =
( )
Z=( )
2 ( + 1) + − (10)
f. Moda kelelehan IV
+ = + −
Karena = maka =
Z= = 2 (11)
Gambar 17. Moda kelelehan dan distribusi tegangan tumpu sambungan kayu dengan kayu (
, , dan IV )
0= −
−
=
2
+2 − =0
= √2 − 1
Z= = 0,4 (12)
b. Moda kelelehan
Momen pada bidang geser = 0
0=− +
2
=
Z= = 2
Gambar 18. Moda kelelehan dari distribusi tegangan tumpu sambungan antara kayu dengan
pelat besi ( dan )
Moda
Tahanan lateral (Z)*
kelelehan
D
II
+2 1+ + + − 1+
1+
4 (2 + 1)
2 ( + 1) + −
(2 + 1)
4 (2 + )
2 (1 + )+ −
2+
IV
2
2
1+
*Notasi
D : diameter baut,
, : kuat tumpu kayu,
: moment plastis baut,
: / , dan
, : tebal kayu samping dan kayu utama.
/ =
= /6
=
Tabel 6. Tahanan lateral sambungan baut satu irisan(kayu dengan kayu) tanpa faktor aman
II
(1 + 2 )
(2 + )
IV
2
3(1 + )
( ) ( )
=
( )
( )
= (-1)+ 2(1 + )+
( ) ( )
= (-1)+ +
Umumunya faktor keamanan berbeda untuk sudut sejajar dan sudut tegak lurus serat.
Faktor aman sudut tegak lurus serat ( = 90 ) adalah 1,25 kali faktor aman sudut sejajar serat
(NDS untuk konstruksi kayu dari U.S, 1997). Perbedaan faktor kemanan ini diperhitungkan
melalui nilai seperti pada SNI-5 (2002).
= 1+
Sebagai contoh, apabila nilai = 0 ( sudut sejajar serat), maka
=1. Dan untuk nilai = 90 (sudut tegak lurus serat), bernilai 1,25.