Anda di halaman 1dari 22

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kebutuhan akan logam aluminium memiliki peranan yang sangat penting


di hampir semua aspek kehidupan manusia tanpa di sadari telah menjamur.
Didukung dengan banyaknya penggunaan aluminium mulai dari produk-produk
rumah tangga, otomotif, bahan kontruksi dan berbagai aplikasi lain. Dalam hal
ini justru menimbulkan masalah bagi lingkungan sekitar dari penggunaan
aluminium yang berlebihan membuat limbah aluminium tidak terkendali lagi.
Pada saat ini limbah yang paling banyak di jumpai adalah kaleng produk
minuman yang akan langsung di buang setelah di komsumsi. Perlu diketahui
bahwa bahan dasar pembuatan logam aluminium (alumina) sangat sulit di
dapatkan serta proses pengolahan yang cukup tinggi, daur ulang (recycle)
menjadi jalan satu-satunya untuk meminimalisir limbah logam aluminium
dengan cara melakukan pengecoran kembali.
Penggunaan proses pengecoran selain untuk mencairkan logam, juga
dipakai untuk proses pembentukan logam sesuai dengan bentuk yang
dibutuhkan. Pengecoran adalah untuk mencairkan suatu logam setelah itu
dituangkan kedalam cetakan dan cara ini banyak di gunakan pada masa kini.
Pengecoran logam tersebut digunakan dapur peleburan yang berfungsi untuk
mencairkan logam. (Supriyanto, 2009)
Logam Aluminium murni mempunyai berat jenis yang jauh lebih ringan
dibanding dengan baja, walau dengan tahanan karat yang sangat baik, perlakuan
yang berbeda-beda pada setiap proses pemanasan dan pendinginan dikerjakan
dengan waktu tertentu pada saat pengecoran, tidak menjadikan jaminan
ketahanan suatu logam aluminium tersebut. Pemakaian Logam Aluminium pasti
akan mengalami lelah (fatigue) diliputi perubahan bentuk, perubahan sifat fisis
maupun mekanis, serta perubahan yang lainnya.

1
2

Dalam kaitannya, penelitian ini dilakukan dengan memanfaatkan Limbah


Aluminium Produk Minuman Kaleng Bekas sebagai langkah untuk mengurangi
limbah aluminium dan mengetahui sifat mekanik dari hasil peleburan serta untuk
meningkatkan mutu dari limbah aluminium.
Berdasarkan latar belakang yang ada, maka penelitian ini, akan
mengangkat pembahasan dengan judul “ANALISIS UMUR PATAH LELAH PADA
LOGAM SAMPEL ALUMINIUM DARI HASIL PENGECORAN KALENG MINUMAN
YANG MENDAPAT PERLAKUAN PANAS”

1.1 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dideskripsikan maka dapat


ditentukan permasalah yang akan di bahas dalam penelitian ini :
1. Menganalisis pengaruh pengecoran Aluminium Bekas terhadap sifat
mekanik.
2. Menganalisis sifat ketahanan fatigue pengecoran Aluminium Bekas
yang di daur ulang, Dimana sampel mendapat Heat Treatment dan
Non Heat Treatment.

1.2 Batasan Masalah

Pembatasan dalam tugas akhir ini adalah sebagai berikut:

1. Cetakan yang digunakan yaitu Cetakan Tabung Silinder.


2. Spesimen uji yang digunakan dalam penelitian ini adalah logam
hasil peleburan aluminium yang berasal dari kaleng aluminium
bekas minuman.
3. Proses peleburan aluminium dilakukan dengan pemanasan
secara tidak langsung dengan skala industri kecil.
3

4. Pengujian sifat mekanik yang dilakukan adalah pengujian


Komposisi Kimia, Fatique, dan SEM

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini yaitu :


1. Mendapatkan data yang valid mengenai ketahanan fatigue.
2. Mendapatkan dan menganalisa ketahanan fatigue setelah di uji
dengan mesin fatigue.
3. Mengukur unsur-unsur paduan dari aluminium untuk menentukan
temperatur Heat Treatment.

1.4 Manfaat Penelitian

Manfaat yang diharapkan dalam penulisan ini sebagai berikut:


1. Dapat mempelajari cara membuat retak awal dengan mesin fatigue.
2. Dapat mempelajari cara menggunakan mesin fatigue.
3. Dapat di gunakan oleh industri pengecoran sebagai referensi
untuk menghasilkan aluminium paduan yang lebih bermutu tinggi

1.5 Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan merupakan tahapan dalam membuatt suatu tulisan.


Adapun sistematika penulisan tersebut digambarkan dalam bab-bab yang saling
berkaitan satu sama lain:
4

1. BAB 1 PENDAHULUAN
Pada bab ini membahas mengenai latar belakang, rumusan
masalah, tujuan penelitian dan manfaat penelitian.
2. BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
Pada bab ini menyebutkan dan menjelaskan beberapa teori yang
berkaitan dengan data yang akan mendukung dalam melakukan
penelitian berdasarkan literatur.
3. BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN
Pada bab ini menguraikan langkah-langkah dari penelitian yang
akan dilaksanakan. Langkah-langkah disusun bertahap dan
didagambarkan dalam diagram alir penelitian.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Aluminium
Aluminium merupakan logam ringan mempunyai ketahanan korosi yang
sangat baik dan hantaran listrik yang baik dan sifat-sifat yang baik lainnya
sebagai sifat logam. Sebagai tahanan terhadap, kekuatan mekaniknya yang
sangat meningkatkan dengan penambahan Cu,Mg,Mn,Si,Zn dsb, Secara satu
persatu. (Surdia & Saito, 1999)

2.1.1 Sifat-Sifat Aluminium

Menurut (Ihsan, Candra, Firdaus, Sari, & Putra, 2017) Sifat-sifat penting
yang dimiliki aluminium sehingga banyak digunakan sebagai material teknik
adalah sebagai berikut:
1. Berat jenisnya ringan (hanya 2,7 gr/cm³, sedangkan besi ± 8,1 gr/ cm³)
2. Tahan korosi Sifat bahan korosi darialuminium diperoleh karena
terbentuknya lapisan aluminium oksida (Al₂O₃) pada permukaan
aluminium (fenomena pasivasi). Pasivasi adalah pembentukan lapisan
pelindung akibat reaksi logam terhadap komponen udara sehingga
lapisan tersebut melindungi lapisan dalam logam dari korosi. Lapisan ini
membuat Al tahan korosi tetapi sekaligus sukar dilas, karena perbedaan
melting point (titik lebur).
3. Penghantar listrik dan panas yang baik juga merupakan konduktor panas
dan elektrik yang baik. Jika dibandingkan dengan massanya, aluminium
memiliki keunggulan dibandingkan dengan tembaga, yang saat ini
merupakan logam konduktor panas dan listrik yang cukup baik, namun
cukup berat.
4. Mudah di fabrikasi atau ditempa Sifat lain yang menguntungkan dari
aluminium adalah sangat mudah difabrikasi, dapat dituang (di cor)

5
6

dengan cara penuangan apapun. Dapat deforming dengan cara: rolling,


drawing, forging, extrusi dan lain-lain. Menjadi bentuk yang rumit
sekalipun.
5. Kekuatannya rendah tetapi pemaduan (alloying) kekuatannya bisa
ditingkatkan. Kekuatan dan kekerasan aluminium tidak begitu tinggi
dengan pemaduan dan heat treatment dapat ditingkatkan kekuatan dan
kekerasannya.
6. Kekuatan mekanik meningkat dengan penambahan Cu, Mg, Si, Mn, Zn,
dan Ni
7. Sifat elastisnya yang sangat rendah, hampir tidak dapat diperbaiki baik
dengan pemaduan maupun dengan heat treatment.

2.1.2 Paduan Aluminium


Klasifikasi menurut (Surdia & Saito, 1999) Paduan Aluminium

1. Al-Cu dan Al-Cu-Mg


Dari fasa paduan ini mempunyai daerah luas dari pembekuannya,
penyusutan yang besar, risiko besar pada kegetasan panas dan mudah
terjadi retakan pada coran. Paduan yang mengandung 4% cu dan
0,5% Mg dapat mengeras dengan sangat dalam beberapa hari oleh
penuaan pada temperature biasa setelah pelarutan.

2. Al-Mn
Mn adalah unsur yang memperkuat Al tanpa mengurangi
ketahanan korosi dan dipakai untuk membuat paduan yang tahan
korosi. dalam keseimbangan larutan padat Al adalah 25,3% Mn pada
500°C 0,36%

3. Al-Si
Adalah tipe eutektik yang sederhana mempunyai titik
euktektik 557°C 11,7%, larutan padat terjadi pada sisi Al.
7

2.2 Perlakuan Panas (Heat Treatment)

Perlakuan panas adalah proses untuk memperbaiki sifat-sifat dari logam


dengan jalan memanaskan logam sampai temperatur tertentu sehingga terjadi
perubahan fasa, lalu didinginkan dengan menggunakan media tertentu sehingga
terjadi perubahan struktur mikro. Akibat perubahan struktur mikro ini maka
terjadi perubahan sifat mekanik. Pendinginan dapat dilakukan dengan media
pendingin udara, air, atau minyak. (Nukman, 2009)

2.2.1 Annealing

Suatu proses perlakuan panas (heat treatment) yang dilakukan terhadap


logam atau paduan. Prinsip Annealing adalah memanaskan suatu logam sampai
diatas temperatur kritis, kemudian dilakukan holding time, dan proses
pendinginan didalam tungku dilakukan dengan lambat hinga temperatur kamar
seperti ditunjukan Gambar 2.1.1. Jenis annealing itu beraneka ragam, tergantung
pada kondisi benda kerja, temperatur pemanasan, lamanya waktu penahanan,
laju pendinginan (cooling rate), dan lain sebagainya (Rohman, D.H, Umardani,
& Hardjuno, 2014)

Gambar 2.1 Siklus Annealing (Rohman, D.H, Umardani, & Hardjuno, 2014)

2.2.2 Quenching

Quenching adalah suatu proses pengerasan baja dengan cara baja


dipanaskan hingga mencapai batas austenit dan kemudian diikuti dengan proses
8

pendinginan cepat melalui media pendingin air, oli, atau air garam, sehingga fasa
autenit bertransformasi secara parsial membentuk struktur martensit. Tujuan
utama dari proses quenching ini adalah untuk menghasilkan baja dengan sifat
kekerasan tinggi. (Handoyo, 2015)

Media pendingin Quenching antara lain dapat berupa :


1. Air
Pendinginan instan dengan yang di larutkannya garam dapur
untuk mempercepat turunnya suhu temperatur.

2. Udara
Dilakukannya pendingingan perlakuan panas yang membutuhkan
pendinginan dengan kecepatan rendah.

3. Minyak atau Oli


Derajat kekentalan (viscosity) berpengaruh pada bahan yang di
dinginkan.

2.3 Pengujian Sifat Mekanik Aluminum

Material hasil dari peleburan secara tidak langsung dengan variasi


temperatur dan variasi waktu penahanan (Holding Time) beserta perlakuan
panasnya untuk mengetahui seberapa besar perubahan sifat fisik mekaniknya.
Untuk itu pengujian yang akan dilakukan meliputi:

2.3.1 Pengujian Komposisi Kimia

Uji komposisi merupakan pengujian yang berfungsi untuk mengetahui


seberapa besar atau seberapa banyak jumlah suatu kandungan yang terdapat pada
suatu logam, baik logam
9

ferro maupun logam non ferro dengan menggunakan mesin spectometer


dengan pembakaran bahan menggunakan elektroda dimana terjadi suhu
rekristalisasi, dari suhu rekristalisasi terjadi penguraian unsur yang
masing-masing beda warnanya. (Purnawan, Jokosisworo, & Yudo, 2016)

2.3.2 Pengujian Fatigue

Menurut (Totten & Mackenzie, 2003) Untuk menentukan kekuatan


kelelahan material, perlu dilakukan pengujian fatik. Bahkan jika kekuatan fatik
suatu material diketahui, dan komponen telah dirancang dan dibuat,
direkomendasikan bahwa desain tersebut harus diperiksa, jika dipaparkan pada
lingkungan yang lelah. Ada tiga bagian untuk tes kelelahan. Setiap tes signifikan.
Penggunaan mesin pertama harus sesuai dengan tes. Kedua, spesimen harus
mewakili hasil yang dicari. Terakhir, hasilnya harus disajikan secara ringkas.

1. Fatigue Machine
Ada banyak jenis mesin yang digunakan untuk menguji
kelelahan. Yang paling umum adalah Rotating bending machine,
diikuti oleh Servo-hidrolik machine. Mesin bending berputar
memungkinkan cara sederhana untuk menerapkan lentur momen ke
spesimen berputar. Ada berbagai metode pemuatan yang berbeda:
salah satu titik pemuatan, seperti dalam kantilever; atau dengan
memuat dua atau empat titik. Secara umum, spesimen yang
digunakan untuk memutar lentur diruncing melintasi penampang
melintang untuk memungkinkan terjadinya tegangan konstan.
Tekanan pada permukaan spesimen bervariasi secara sinusoid antara
tegangan tekan dan tarik maksimum:
10

Gambar 2.2 Typical fatigue specimens for rotating bending and


axial fatigue testing

2. Specimens

Secara umum, spesimen untuk pengujian fatik memiliki


penampang melingkar. Karena kelelahan umumnya selalu dimulai
pada permukaan bebas, itu diinginkan untuk memastikan bahwa
permukaan mudah direproduksi, dan bebas dari goresan atau tanda
mesin yang merugikan.

2.3.3 Tegangan Siklus

Menurut (Callister, 2001) Stres yang diterapkan dapat berupa


aksial (tegangan-kompresi), lentur (lentur), atau torsi (memutar) di alam. Secara
umum, tiga mode tegangan-waktu berfluktuasi berbeda dimungkinkan. Satu
direpresentasikan secara skematik oleh ketergantungan waktu reguler dan
sinusoidal pada gambar:
11

Gambar 2.3 Variation of stress (Callister, 2001)

2.3.4 Kurva S-N

Menurut (Callister, 2001) Diagram skematik alat uji putar-


lentur, umumnya digunakan untuk pengujian kelelahan, ditunjukkan pada
Gambar 9.24; kompresi dan tegangan tarik yang dikenakan pada spesimen
karena secara bersamaan ditekuk dan diputar.

Gambar 2.4 Diagram skema alat uji kelelahan untuk tes rotating-bending
(Callister, 2001)
12

Gambar 2.5 Amplitudo tegangan (S) dari siklus ke kegagalan kelelahan (N)
(Callister, 2001)

2.4 Pengujian Sebelumnya


Penelitian yang telah dilakukan oleh Pangaloan (2017) yang
berhubungan dengan uji Lelah material aluminium menunjukkan bahwa jenis
spesimen logam komersial aluminium, bentuk spesimen tanpa takikan
memiliki ketahanan fatik yang lebih baik dibandingkan dengan bentuk yang
dibentuk mengunakan takikan V.
13
BAB 3
METODOLOGI PENELITIAN

Pelaksanaan penelitian ini dilaksanakan berdasarkan prosedur pada


gambar 3.1.

Studi Literatur

Persiapan

Pembuatan Cetakan Pembersihan Kaleng

Peleburan

Pencetakan

Pembuatan Sampel

Heat Treatment Non Heat Treatment

Uji Fatigue

Data dan Analisis Data

Kesimpulan

Gambar 3.1. Diagram Alir Penelitian

15
16

3.1. Tempat dan Waktu Penelitian


Pada penelitian ini metode yang digunakan adalah metode experimental
research yaitu pengamatan secara langsung untuk mendapatkan data sebab
akibat dalam suatu proses melalui eksperimen. Penelitian ini waktu
pelaksanaanya direncanakan dari bulan November 2018 – Januari 2018. Tempat
yang direncanakan untuk peleburan yaitu di Banten-Plaju dan Uji Fatigue di
Laboratorium Material Teknik Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik
Universitas Sriwijaya.

3.2. Peralatan dan Bahan Penelitian


Adapun peralatan dan bahan yang digunakan pada penelitian ini adalah
sebagai berikut:
1. Aluminium yang berasal dari peleburan kaleng minuman ringan bekas
2. Dapur Listrik (Furnace)
3. Infrared Thermometer Gun
4. Jangka Sorong
5. Alat Uji Fatigue
6. Makroskop
7. Kertas Amplas #100 #240 #500 #1000
8. Alat SEM
9. Cetakan

3.3. Prosedur Penelitian


Pada penelitian ini, untuk menguji kekuatan mekanik dan melihat macro
strukturnya dilakukan pengujian yaitu pengujian fatigue, pengamatan struktur
macro dan uji komposisi kimia. Adapun prosedur pengujian sebagai berikut:
1. Persiapan Spesimen Uji
Bahan baku yang digunakan dalam penelitian ini adalah kaleng
bekas minuman yang kemudian di bentuk menjadi spesimen
Aluminium.
17

2. Dapur Listrik (Furnace)


Digunakan untuk proses perlakuan panas, Berikut spesifikasi dari
dapur listrik (furnace) yang digunakan:
1. Jenis Furnace : HOFMANN
2. Produksi Negara : Austria
3. Daya : 6,6 kW
4. Temperatur Max : 1200𝑜 C

Gambar 3.2 Dapur Listrik (Furnace) (Lab.Material Jurusan Teknik Mesin


Universitas Sriwijaya)

3. Jangka Sorong
Jangka Sorong merupakan alat ukur yang dilengkapi dengan
skala nonius, Dengan tingkat ketelitiannya bisa mencapai 0,02 mm.
Dalam hal ini Jangka Sorong yang digunakan merk Minutoyo pabrikan
Jepang dengan ketelitian 0,05 mm.

Gambar 3.3 Jangka Sorong


18

4. Pengujian Fatigue
Pengujian fatigue dilakukan di Laboratorium Metalurgi Jurusan
Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Sriwijaya Palembang
dengan menggunakan alat uji fatigue Reapeated Torsion & Bending.

Gambar 3.4. Alat Uji Fatigue Torsee’s Torsion Repeated & Bending Fatigue

5. Makroskop
Retak pada permukaan spesimen bisa dilihat dengan
menggunakan makroskop seperti pada Gambar 3.5

Gambar 3.5 Teropong uji Brinnel


19

6. Pengujian Fatigue

Menghitung tegangan:

𝑀.𝑦
𝜎= (3.6)
𝐼

𝑙 𝑀𝑑𝑥 𝑀𝑙
𝜃 = ∫𝑙 2 = (3.7)
1 𝐸𝐼 𝐸𝐼

𝜃𝐸𝐼
𝑀= (3.8)
𝑙

Dimana:
σ = tegangan
M = momen lentur
I = momen inersia
y = jarak
l = panjang benda uji
E = modulus elastisitas
θ = sudut

7. Pengujian SEM
Tujuan dilakukan pengujian SEM adalah untuk mengetahui
perbedaan striasi antara permukaan patahan awal spesimen dengan
patahan setelahnya. Pengujian ini dilakukan pada sampel yang akan di
uji. Pengamatan menggunakan pembesaran 1000x, 2000x, 10000x,
20000x.

8. Pengujian Komposisi Kimia


Pengujian komposisi kimia pada hasil peleburan kaleng minuman
bekas yang dilakukan di PT. PUPUK SRIWIDJAJA Palembang. Uji
komposisi kimia ini berguna untuk mengetahui berapakah persentase
20

kandungan unsur-unsru yang ada di dalam hasil peleburan aluminium,


untuk dapat mentapakan temperatur.

9. Pemanasan Spesimen
Perlakuan panas yang dilakukan yaitu annealing dan quenching
pada temperatur 400 ºC dan waktu penahanan pemanasan (holding time)
selama 60 Menit.

10. Analisa dan Pengolahan Data


Setelah rangkaian di atas maka, data-data dapat di susun dan
kemudian diolah untuk menganalisa nilai-nilai sifat mekanik pada
aluminium hasil peleburan yang diperlakuan panas dan yang tanpa
perlakuan panas. Selanjutnya data hasil perhitungan disusun dalam
bentuk tabel dan diolah lebih lanjut yang kemudian akan ditampilkan
dalam bentuk grafik.

Tabel 3.1. Uraian kegiatan selama pelaksanaan pengumpulan data

URAIAN Bulan
No. KEGIATAN I II III IV
1. Studi Literatur X X X X
2. Persiapan Penelitian, Melakukan - X X -
Penelitian.
3. Analisis data hasil pengujian, dan - - X X
kesimpulan
4. Laporan (Skripsi) - - - X

Keterangan :
X = Pelaksanaan Kegiatan
- = Tidak ada Kegiatan.
21

11. Hasil Yang Diharapkan


Diharapkan hasil dari penelitian ini dapat menghasilkan material yang
bermutu tinggi dan bermanfaat dari proses perlakuan panas terhadap hasil
peleburan Aluminium bekas yang telah dilakukan dan bisa diterima secara ilmu
teknik. Dan dengan peleburan ulang tentunya dapat menghemat biaya
pengolahan aluminium dengan kualitas aluminium yang baik dengan harga yang
ekonomis.
22

DAFTAR PUSTAKA

ASM. (2000). Mechanical Testing and Evaluation (8 ed.). ASM Handbook.


Callister, W. D. (2001). New York: John Wiley & Sons, Inc.
Dantes, K. R., & Gunawan, K. (2017). Pelatihan Pengolahan Limbah
Aluminium Melalui Proses Pengecoran Logam. Seminar Nasional
Vokasi dan Teknologi (Semnasvoktek), 397-401.
Handoyo, Y. (2015). Pengaruh Quenching dan Tempering Pada Baja JIS Grade
S45C Terhadap Sifat Mekanis dan Struktur Mikro Crankshaft. Jurnal
Ilmiah Teknik Mesin Vol 3, 102-115.
Ihsan, E. E., Candra, G., Firdaus, N., Sari, S. D., & Putra, A. (2017).
Aluminium. Jurusan Kimia, Universitas Negeri Padang, 1-3.
Murtiyoso, M., Kiryanto, & Jokosisworo, S. (2017). Analisa Kekuatan Tarik,
Kekuatan Impact, Komposisi Dan Cacat Pengecoran Paduan
Aluminium Flat Bar Dan Limbah Dryer AC Dengan Menggunakan
Cetakan Pasir Dan Cetakan Hidrolik Sebagai Bahan Komponen Jendela
Kapal. Jurnal Teknik Perkapalan - Vol.05, 72-78.
Nukman. (2009). Sifat Mekanik Baja Karbon Rendah Akibat Variasi Bentuk
Kampuh Las dan Mendapat Perlakuan Panas. Rekayasa Mesin, Vol. 9,
37-43.
Purnawan, A., Jokosisworo, S., & Yudo, H. (2016). Analisa Kekuatan Tarik
dan Komposisi Bahan Paduan Aluminium Limbah Piston Dengan
Metode Metal Casting Untuk Bahan Kapal. Jurnal Teknik Perkapalan
Vol. 4, 803-810.
Rohman, H. F., D.H, G., Umardan, Y., & Hardjuno, A. T. (2014). Pengaruh
Proses Heat Treatment Annealing Terhadap Struktur. Jurnal Teknik
Mesin S-1, Vol. 2, 195-203.
Setiawan, H. (2007). Pengaruh Proses Heat Treatment Pada Kekerasan
Material Special K (K100). 1-11.
Supriyanto. (2009). Analisa Hasil Pengecoran Aluminium Dengan Variasi
Media Pendinginan. Jana Teknika Vol.11, 117-125.
Surdia, Tata; Saito, Shinroku. (1999). Pengetahuan Bahan Teknik. Jakarta: PT.
Pradnya Paramita.
Totten, G., & Mackenzie, D. (2003). United states of America: Marcel dekker,
Inc.

Anda mungkin juga menyukai