Disusun Oleh:
Ada beberapa tipe cara tanam sistem jajar legowo yang secara umum dapat
dilakukan yaitu ; tipe legowo (2 : 1), (3 : 1), (4 : 1), (5 : 1), (6 : 1) dan tipe lainnya
yang sudah ada serta telah diaplikasikan oleh sebagian masyarakat petani di
Indonesia. Namun berdasarkan penelitian yang dilakukan di Balai Pengkajian
Teknologi Pertanian diketahui jika tipe sistem tanam jajar legowo terbaik dalam
memberikan hasil produksi gabah tinggi adalah tipe jajar legowo (4:1) sedangkan
dari tipe jajar legowo (2 : 1) dapat diterapkan untuk mendapatkan bulir gabah
berkualitas benih. Orientasi pertanaman jajar legowo meskipun pada populasi
yang sama berpeluang menghasilkan gabah yang lebih tinggi karena lebih
banyaknya fotosintesis yang terjadi, karena lebih efektifnya pertanaman
menangkap radiasi surya dan mudahnya difusi gas CO2 untuk fotosintesis. (Lin et
al., 2009) menyatakan jarak tanam yang lebar dapat memperbaiki total
penangkapan cahaya oleh tanaman dan dapat meningkatkan hasil biji. Lebih
lebarnya jarak antar barisan dapat memperbaiki total radiasi cahaya yang
ditangkap oleh tanaman dan dapat meningkatkan hasil. Oleh sebab itu, penerapan
sistem tanam jajar legowo yang sesuai dengan kondisi lingkungan setempat
hampir dapat dipastikan akan meningkatkan produktivitas tanaman padi dan
keuntungan bagi petani, sedangkan perluasannya secara nasional dapat
meningkatkan produksi padi. Menurut Sohel et al. (2009), jarak tanam yang
optimum akan memberikan pertumbuhan bagian atas tanaman dan pertumbuhan
bagian akar yang baik sehingga dapat memanfaatkan lebih banyak cahaya
matahari serta memanfaatkan lebih banyak unsur hara. Sebaliknya, jarak tanam
yang terlalu rapat akan mengakibatkan terjadinya kompetisi antar tanaman yang
sangat hebat dalam hal cahaya matahari, air, dan unsur hara. Akibatnya,
pertumbuhan tanaman terhambat dan hasil tanaman rendah.
Adapun manfaat dan tujuan dari penerapan sistem tanam jajar legowo
adalah sebagai berikut :
1. Menambah jumlah populasi tanaman padi sekitar 30 % yang diharapkan
akan meningkatkan produksi baik secara makro maupun mikro.
2. Dengan adanya baris kosong akan mempermudah pelaksanaan
pemeliharaan, pemupukan dan pengendalian hama penyakit tanaman yaitu
dilakukan melalui barisan kosong/lorong.
3. Mengurangi kemungkinan serangan hama dan penyakit terutama hama
tikus. Pada lahan yang relatif terbuka hama tikus kurang suka tinggal di
dalamnya dan dengan lahan yang relatif terbuka kelembaban juga akan
menjadi lebih rendah sehingga perkembangan penyakit dapat ditekan.
4. Menghemat pupuk karena yang dipupuk hanya bagian tanaman dalam
barisan.
5. Dengan menerapkan sistem tanam jajar legowo akan menambah
kemungkinan barisan tanaman untuk mengalami efek tanaman pinggir
dengan memanfaatkan sinar matahari secara optimal bagi tanaman yang
berada pada barisan pinggir. Semakin banyak intensitas sinar matahari yang
mengenai tanaman maka proses metabolisme terutama fotosintesis tanaman
yang terjadi di daun akan semakin tinggi sehingga akan didapatkan kualitas
tanaman yang baik ditinjau dari segi pertumbuhan dan hasil.
DAFTAR PUSTAKAN
Lin, XQ, D.F. Zhu, H.Z. Chen, and Y.P. Zhang. 2009. Effects of plant density and
nitrogen application rate on grain yield and nitrogen uptake of super hybrid
rice. Rice Science 16(2):138-142.
Mutakin, Jenal. 2008. Budidaya dan Keunggulan Padi Organik dengan Metode
SRI. Garut
Salahuddin, K.M., S.H. Chowhdury, S. Munira, M.M. Islam, & S. Parvin. 2009.
Response of nitrogen and plant spacing of transplanted Aman Rice.
Bangladesh J. Agric. Res. 34(2): 279-285.
Yunizar dan A. Jamil 2012. Pengaruh sistem tanam dan macam bahan organik
terhadap pertumbuhan dan hasil padi sawah di daerah Kuala Cinaku,
Kabupaten Indragiri Hulu Riau. Prosiding Seminar Nasional Hasil
Penelitian Padi. Balai Besar Penelitian Padi. Badan Litbang Pertanian. Buku
3.