Anda di halaman 1dari 5

BAB I

PENDAHULUAN
Pada bab ini akan dijelaskan mengenai latar belakang, rumusan masalah dan
tujuan dari perencanaan Perencanaan Kawasan Stasiun LRT (Light Rail Transit) di
Bandung, Jawa Barat. Bab ini sebagai dasar untuk melanjutkan penyusunan proposal
ke bab berikutnya.

1.1 Latar Belakang


Perkembangan ekonomi yang berbasis di kota maju memicu perpindahan
penduduk secara besar-besaran dari desa ke kota. Pertumbuhan penduduk yang tinggi
harus diseimbangi dengan infrastruktur yang memadai, yang mampu memfasilitasi

page | 1
segala aktivitas penduduknya, dalam hal ini salah satu faktor yang paling
berpengaruh adalah pada bidang transportasi.

Transportasi memegang peranan yang penting dalam pengembangan


infrastruktur kawasan perkotaan. Tranportasi diartikan sebagai pemindahan orang
atau barang dari satu tempat ke tempat yang lain yang melibatkan adanya pergerakan
(movement). Alat transportasi dapat dibedakan menjadi transportasi darat, laut, dan
udara serta dapat diklasifikasikan berdasarkan kepemilikan yaitu transportasi umum
dan pribadi. Kehadiran moda transportasi memberikan pengaruh selain dalam
perputaran roda ekonomi maupun dalam pembentukan gaya hidup dan politik dalam
kehidupan bermasyarakat.

Gaya hidup masyarakat urban yang modern dan konsumtif membuat banyaknya
masyarakat yang lebih memilih penggunaan moda transportasi pribadi seperti motor
dan mobil untuk mobilitas sehari-hari. Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS),
jumlah pengguna angkutan pribadi setiap tahunnya mengalami peningkatan sebesar
1% dengan kendaraan bermotor yang paling mendominasi. Mengkaji laman
Beritagar.id, pada tahun 2013 menuju 2017 terjadi pelonjakan kepemilikan motor
sebesar 136,6 juta unit, padahal pertumbuhan penduduk pada kurun waktu tersebut
hanya sebesar 21,6% yaitu 46,6 juta jiwa.

Pelonjakan kepemilikan moda transportasi pribadi ini didasari pada fasilitas


tranportasi umum yang kurang memadai. Mulai dari ketidak tepatan jadwal
keberangkatan hingga kasus pencurian dan pelecehan seksual menjadikan transportasi
umum dipandang buruk bagi masyarakat Indonesia. Padahal salah satu indikator
majunya sebuah daerah dapat dilihat dari kemajuan moda transportasi umum yang
beroperasi pada wilayah tersebut. Dengan semakin padatnya jumlah penduduk dan
tingginya mobilitas penduduk, kebijakan pemerintah lebih mengarah untuk
pengadaan jalan bagi kendaraan pribadi yang semakin mendominasi. Efek yang
ditimbulkan adalah kemacetan, ketergantungan terhadap kendaraan pribadi dan emisi
kendaraan yang tinggi.

page | 2
Kemacetan dapat mudah dijumpai pada kota-kota besar, seperti Bandung.
Bandung merupakan ibu kota Provinsi Jawa Barat. Secara administrative, Kota
Bandung terbagi menjadi 30 kecamatan. Kecamatan Gedebage
merupakan kecamatan yang memiliki wilayah paling luas yaitu 9,58 Km2 atau 5,7%
dari luas keseluruhan Kota Bandung. Kota Bandung merupakan kota yang memiliki
tingkat kepadatan sangat padat karena seluruh wilayahnya memiliki kepadatan lebih
dari 400 jiwa/km2 (Ajeng, dkk, 2015:12). Di Bandung, transportasi pribadi
mendominasi pengguna jalan hingga sebesar 94%. Ironisnya, jumlah angkutan umum
pada tahun 2014 sebanyak 5.521 kendaraan yaitu 1% dari pengguna sepeda motor
(Edo Rusyanto, 2014). Hal ini lah yang mengakibatkan kemacetan di setiap ruas jalan
Kota Bandung.

Berdasarkan Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Bandung 2011-2031, Dinas


Perhubungan Kota Bandung mengupayakan realisasi kawasan TOD. Transit Oriented
Development (TOD) merupakan salah satu upaya pemerintah kota Bandung dalam
menyikapi masalah kemacetan. Transit Oriented Development (TOD) menitik-
beratkan pada itegrasi atau keterhubungan transportasi-transportasi umum. TOD
bertujuan untuk meningkatkan minat masyarakat untuk menggunakan transportasi
umum. Bentuk Program TOD pemerintah Kota Bandung, atau yang disebut program
Bandung Lancar berupa LRT, Cable Car, Bike Rent Station, dan integrase angkot,
bus, dan angkutan umum lainnya.

LRT (Light Rail Transit – Rail Based Transportation) sendiri merupakan


transportasi umum berbasis elevated rail dari bidang jalan. Jenis transportasi ini
mengangkat referensi dari negara-negara maju seperti AS, Jepang, Singapura, dan
Korea Selatan. Diharapkan LRT ini menjadi tulang punggung transportasi umum
Kota Bandung karena memiliki beberapa kelebihan seperti memiliki jalur khusus,
kapasitas penumpang yang besar, tidak menambah volume kendaraan di jalan, dan
menghemat waktu tempuh perjalanan.

Perencanaan infrastruktur yang tergolong baru di Indonesia ini, perlu didasari


dengan pemikiran yang mendalam mengenai aspek fungsionalitas dan konteks

page | 3
tempat, khususnya terkait lokasi perancangan yang semula tidak dipersiapkan untuk
mengakomodasi infrastruktur baru ini. Hal ini akan mempengaruhi bentuk kota dan
pengalaman ruang yang dirasakan oleh masyarakat umum. Oleh karena itu,
perencanaan setiap stasiun harus memperhatikan konteks ruang kota dan lingkungan
perancangan. Sehingga infrastruktur baru ini bisa memberikan dampak positif bagi
perkembangan kota kedepannya, dan menjaga sekaligus memberi warna baru pada
karakter Kota Bandung.

Dapat disimpulkan bahwa angka kemacetan terus meningkat dan untuk


mengatasi hal tersebut di buat mode transportasi umum seperti LRT (Light Rail
Transit). Maka, diperlukan sebuah tempat yang dapat mewadahi kegiatan tersebut,
seperti Perencanaan Kawasan Stasiun LRT (Light Rail Transit) di Bandung, Jawa
Barat ini yang akan dirancang guna memenuhi kebutuhan yang telah disebutkan.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang di atas, terdapat beberapa permasalahan yang dapat
dirumuskan terkait dengan perencanaan Perencanaan Kawasan Stasiun LRT (Light
Rail Transit) di Bandung, Jawa Barat, yaitu bagaimana menciptakan spesifikasi
rancangan, pemrograman, kriteria desain, serta konsep perancangan yang sesuai
dengan fungsi bangunan sehingga tercipta bangunan yang fungsional serta
memberikan kenyamanan?

1.3 Tujuan
Adapun tujuan dari penyelesaian rumusan masalah, yaitu terciptanya spesifikasi
rancangan, pemrograman, kriteria desain, serta konsep perancangan yang sesuai
dengan fungsi bangunan sehingga tercipta bangunan yang fungsional serta
memberikan kenyamanan. Selain itu, rancangan stasiun juga diharapkan menerapkan
strategi desain yang berkelanjutan, terutama dalam aspek sosial, ekonomi, ekologi,
serta memperhatikan tahapan pengembangan berikutnya dan budaya, sehingga
dihasilkan rancangan trasportasi stasiun LRT yang dapat memnuhi tingginya

page | 4
kebutuhan transportasi pusat kota, masalah urbanisasi, dan meningkatkan kesadaran
masyarakat akan pentingnya ruang public dengan pendekatan arsitektural.

1.4 Sasaran
Adapun sasaran dari perancangan fasilitas ini, yaitu:
1. Sirkulasi
Sirkulasi pada tapak dan bangunan harus lancar, jelas, dan mudah dipahami
agar tidak terjadi cross dalam tapak maupun bangunan.
2. Kenyamanan
Fasilitas ini harus memberikan kenyamanan bagi civitasnya dalam
beraktivitas di tapak maupun bangunan dengan pengelolaan yang tepat.
3. Keamanan
Keamanan di tapak dan bangunan harus dapat memberikan rasa aman bagi
civitasnya, terutama pada bangunan, dimana civitas lebih banyak beraktivitas
di dalamnya.
4. Kebisingan
Kebisingan dalam fasilitas harus diatur terutama dalam bangunan yang
menjadi pusat berkegiatannya civitas yang memerlukan ketenangan.
5. Tampilan Bangunan
Tampilan bangunan harus terlihat rapi dan menarik.

page | 5

Anda mungkin juga menyukai