Anda di halaman 1dari 9

Pengembangan Tes Hasil Belajar

A. A. Keunggulan dan Kelemahan Test


Fakta dilapangan menunjukan baha tes merupakan alat ukur yang paling banyak
digunakan disekolah untuk mengukur hasil belajar siswa. Ada dua jeni tes yang digunakan
disekolah yaitu tes objektif dan tes uraian. Tes objektif sering digunakan terutama pada saat
penerimaan siswa baru, tes sumati dan Ujian Nasonal (UN) sedangkan tes uraian sering
digunakan pada saat ulangan harian. Pada saat memilih salah satu jenis tes yang akan
digunakan mestinyasudah didahului dengan pertimbangan mengapa memilih salah satu jenis
tes tesebut. Penentuan jenis tes berhubungan dengan tujuan pembelajaran yang akan di ukur.
Untuk dapat memilih jens tes yang tepat anda harus paham dengan kelemahan dan
keunggulan kedua jenis tes tersebut.
Perbandingan Antara Tes Objektif dan Tes Uraian.
No. Unsur Tes Objektif Tes Uraian
1. Proses berfikir yang Dapat digunakan untuk Dapat digunakan untuk
ingin diukur. mengukur semua jenjang mengukur semua jenjang
proses berfikir tetapi lebih proses berpikir tetapi lebih
tepat digunakan untuk tepat digunakan untuk
mengukur proses berfikir mengukur proses berpikir
ingatan, pemahaman, dan analisis, sintesis, dan evaluasi.
penerapan.
2. Cakupan materi yang Dapat menanyakan banyak Hanya dapat menanyakan
ditanyakan materi dalam satu waktu sedikit materi (sampel materi
ujian (sampel materi lebih lebih sedikit).
banyak).
3. Waktu penyusunan Untuk menyusun satu set tes Waktu yang diperlukan untuk
test memerlukan waktu cukup menyusun satu set tes singkat
lama.
4. Penyusunan Untuk membuat butir soal Untuk membuat butir soal
pertanyaan yang baik relatif sukar. yang baik lebih mudah jika
dibandingkan dengan test
objektif.
5. Pengolahan hasil test Hasil test dapat diolah Adanya unsur subjektivitas
dengan cepat dan objektif. dalam pemeriksaan.
Ketetapan hasil pemeriksaan Ketetapan hasil pemeriksaan
tinggi. rendah.
6. Jawaban siswa Siswa hanya memilih Dalam menjawab, siswa dapat
jawaban yang telah mengemukakan,
disediakan oleh penulis soal. mengorganisasikan,
Dalam menjawab, siswa menghubungkan, dan
hanya mengingat , menganalisis ide sendiri.
menginterpretasi, dan
menganalisis ide orang lain.
7. Pengganggu hasil test Kemampuan siswa dapat Kemampuan siswa dapat
terganggu oleh kemampuan terganggu oleh kemampuan
siswa dalam membaca dan siswa dalam menulis atau
bisa dapat menerka. bercerita.
Dari tabel diatas dapat dilihat keunggulan tes objektif jika dibandingkan dengan tes
uraian sekaligus dapat pula menemukan kelemahannya. Keunggulan dan kelemahan kedua
jenis tes tersebut antara lain :
1. Tes Objektif
Tes Objektif adalah tes yang dalam pemeriksaannya dapat dilakukan secara objektif. Hal
itu memang dimaksudkan untuk mengatasi kelemahan-kelemahan dari tes bentuk essai atau
uraian.
Dalam penggunaan tes objektif ini jumlah soal yang diajukan jauh lebih banyak dari pada
tes uraian. Kadang-kadang untuk tes yang berlangsung selama 60 menit dapat diberikan 30-
40 buah soal. Tes objektif memiliki beberapa keunggulan-keunggulan serta kelemahan-
kelemahannya, diantaranya sebagai berikut :

a. Keunggulan Tes Objektif


a) Tes objektif dapat digunakan untuk mengukur proses berfikir rendah sampai dengan sedang
(ingatan, pemahaman, dan penerapan). Bukannya tes objektif tidak dapat digunakan untuk
mengukur prose berpikir tingkat tinggi seperti analisis, evaluasi, dan kreasi tetapi untuk
menulis butir soal yang seperti itu memerlukan keterampilan sendiri.
b) Dengan menggunakan tes objektif maka semua atau sebagian besar materi yang telah
diajarkan dapat ditanyakan pada saat ujian. Dengan menanyakan semua materi yang telah
diajarkan maka semua atau sebagian besar tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan dalam
satuan pembelajaran (SP) ataupun dalam Rencana Pembelajaran (RP) dapat diukur
ketercapaiannya.
c) Dengan menggunakan test objektif maka pemberian skor pada setiap siswa dapat dilakukan
dengan cepat, tepat dan konsisten karena jawaban yang benar untuk setiap butir soal sudah
jelas dan pasti. Dapat juga menggunakan fasilitas komputer untuk memproses hasil ujian
sehingga kecepatan, ketepatan, dan kekonsistenannya dapat lebih terjamin. Penggunaan
fasilitas komputer sangat membantu terutama jika jumlah peserta tes sangat besar.
d) Dengan test objektif khususnya pilihan ganda, akan memungkinkan untuk dilakukan analisis
butir soal. Dari hasil analisis butir soal maka akan dapat diperoleh informasi tentang
karakteristik setiap butir soal maka akan dapat diperoleh informasi tentang karakteristik
setiap butir soal seperti tingkat kesukaran, daya beda, efektivitas pengecoh, serta
reliabilitasnya set tes.
e) Tingkat kesukaran butir soal dapat dikendalikan. Dengan menggunakan tes objektif
khususnya pilihan ganda maka kita dapat mengendalikan tingkat kesukaran butir soal hanya
dengan mengubah homogenitas alternatif jawaban. Semakin homogen alternatif jawaban
yang kita buat maka tingkat kesukaran butir soal akan semakin tinggi. Dan sebaliknya
semakin kurang homogenitas alternatif jawaban yang kita buat maka tingkat kesukaran butir
soal akan semakin rendah.
f) Informasi yang diperoleh dari tes objektif lebih kaya. Jika tes objektif di konstruksi dengan
baik maka akan memperoleh informasi yang banyak dari respon yang diberikan oleh siswa.

b. Kelemahan Tes Objektif


a) Persiapan untuk menyusunnya jauh lebih sulit dari pada tes uraian, karena soalnya banyak
dan harus teliti untuk menghindari kelemahan-kelemahan yang lain.
b) Soal-soalnya cenderung untuk mengungkapkan ingatan dan daya pengenalan kembali saja
dan sukar mengukur proses mental yang tinggi.
c) banyak kesempatan untuk main untung-untungan.
d) “Kerja sama” antar siswa pada waktu mengerjakan soal tes lebih terbuka.
e) Kurang ekomonis karena memakan biaya dan kertas yang banyak jika dibandingkan dengan
pembuatan essay test.
f) Kurang memberi kesempatan untuk menyatakan isi hati atau kecakapan yang sesungguhnya.
Upaya yang dapat ditempuh untuk meminimalkan kelemahan tes objektif antara lain
sebagai berikut .
1. Tulislah butir soal sesuai dengan tujuan pembelajaran yang akan diukur. Jika tujuan
pembelajaran yang akan diukur adalah ingatan maka tulislah butir soal yang mengukur
ingatan. Sebaliknya jika tujuan pembelajaran yang akan diukur menghendaki penerapan
maka tulislah butir soal penerapan.
2. Upaya untuk mengatasi lamanya waktu penulisan butir soal. Untuk menulis satu set tes
objektif memang diperlukan waktu yang relatif lebih lama jika dibandingkan dengan menulis
satu set tes uraian. Masalah tersebut akan menjadi berkurang jika anda sudah terlatih dengan
baik dalam menulis tes objektif. Kesulitan utama dalam mengembangkan tes objektif
terutama untuk tes pilihan ganda adalah terletak pada kesulitan untuk menemukan alternatif
jawaban yang homogen. Tetapi dengan bekal penguasaan materi yang baik dan latihan yang
terus menerus maka masalah tersebut tidak akan menjadi hambatan lagi.
3. Upaya untuk mengatasi agar kemampuan anak tidak terganggu oleh kemampuan membaca
dan menerka. Kemampuan anak akan terganggu oleh kemampuan membaca jika butir soal
tersebut tidak dikonstruksi dengan baik. Misalnya pokok soal dan alternatif jawaban dibuat
dengan kalimat yang sangat panjang, pokok soal sulit dimengerti, pokok soal dapat
diterjemahkan lebih dari satu arti, atau butir soal tidak dituis dengan bahasa indonesia yang
baik dan benar. Maslaah ini dapat diatasi dengan cara menulis butir soal yang baik sesuai
dengan kaidah penulisan butir soal objektif yang telah ditentukan.
4. Upaya yang dapat dilakukan untuk mengatasi masalah ini adalah dengan menggunakan tes
uraian karena hanya tes uraianlah yang memberikan kesempatan kepada anak untuk
menjawab butir soal sesuai dengan idenya sendiri.

2. Tes Uraian
Tes bentuk uraian atau essai adalah sejenis tes kemajuan belajar yang memrlukan
jawaban yang bersifat pembahasan atau uraian kata-kata. Ciri-ciri pertanyaannya didahului
dengan kata-kata seperti : uraikan, jelaskan, mengapa, bagaimana, bandingkan, simpulkan,
dan sebagainya.
Soal-soal bentuk uraian biasanya jumlahnya tidak banyak, hanya sekitar 5-10 buah soal
dalam waktu kira-kira 90 hingga 120 menit. Soal-soal bentuk uraian ini menuntut
kemampuan siswa untuk dapat menghubungkan pengertian-pengertian yang telah dimiliki.
Dengan singkat dapat dijelaskan bahwa tes uraian menuntut kemampuan siswa untuk dapat
mengingat-ingat dan mengenal kembali dan terutama harus mempunyai daya kreativitas yang
tinggi.
Seperti tes objektif, tes uraian memiliki beberapa keunggulan serta kelemahan, diantaranya
sebagai berikut :
a. Keunggulan Tes Uraian
a) Bagi guru, menyusun tes uraian sangat mudah dan tidak memerlukan waktu yang lama.
b) Siswa mempunyai kebebasan dalam menjawab dan mengeluarkan isi hati atau buah
pikirannya.
c) Melatih mengeluarkan buah pikiran dalam bentuk kalimat atau bahasa yang teratur (melatih
kreasi dan fantasi).
d) Lebih ekonomis, hemat karena tidak memerlukan kertas yang terlalu banyak untuk membuat
soal tes, dapat didiktekan atau ditulis di papan tulis.
e) Dapat diketahui sejauh mana siswa mendalami suatu masalah yang diteskan.
f) Tidak memberi banyak kesempatan untuk berspekulasi atau untung-untungan.
b. Kelemahan Tes Uraian
a) Pemeriksaannya lebih sulit sebab membutuhkan pertimbangan individual lebih banyak dari
penilaian.
b) Waktu untuk mengoreksinya lama dan tidak dapat diwakilkan kepada orang lain.
c) Baik buruk tulisannya dan panjang pendeknya jawaban yang tidak sama mudah
menimbulkan evaluasi dan penskoran (scoring) yang tidak atau kurang objektif.
d) Karakteristik pembuatan tes uraian yang berbeda-beda bagi setiap guru dapat menimbulkan
salah pengertian bagi siswa.
Pemberian skor yang kurang objektif dan konsisten dapat disebabkan karena beberapa
hal sebagai berikut :
1. Adanya Hallo effect
2. Adanya Efek Bawaan (Carry Over Effect)
Carry over effect merupakan kondisi dimana pada saat anda memeriksa jawaban tes uraian
siswa, efek atau kondisi tersebut masih terbawa dan mempengaruhi anda pada saat anda
memeriksa jawaban yang terjadi pada saat anda memeriksa butir soal nomor satu ke butir
anda memeriksa hasil jawaban siswa satu ke jawaban siswa berikutnya.
3. Efek Urutan Pemeriksaan (Order Effect)
Bracht, Coffman, dan Kurfman ; Goldsalk, dkk seperti dikutip oleh Hopkins dkk (1990)
menemukan bahwa hasil tes siswa yang diperiksa di awa cenderung diberi skor lebih tinggi
dari hasil tes siswa yang diperiksa mendekati akhir.
4. Pengaruh Penggunaan Bahasa
Beberapa peneliti seperti Scannell dan Marshall; Marshall dan Powers; Chase seperti dikutip
oleh Hopkins, dkk (1990) menemukan bahwa pada saat memeriksa jawaban tes uraian siswa
ternyata skor yang diberikan berdasarkan kualitas isi jawaban siswa tetapi juga dipengaruhi
oleh penggunaan bahasa, kesalahan ejaan, pembentukan kalimat, kesalahan tanda baca, dan
kesalahan struktur kalimat.
5. Pengaruh Tulisan Tangan
Baik dan buruknya tulisan tangan siswa ternyata mempunyai kontidusi yang signifikan
terhadap skor yang diperoleh siswa seperti ditemukan oleh Shephered’s dalam Hopkins, dkk
(1990), Kualitas tulisan yang bagus cenderung diberi skor tinggi dari pada kualitas tulisan
tangan yang jelek.
Beberapa upaya yang dapat ditempuh untuk meminimalkan kelemahan tes uraian antara
lain sebagai berikut :
1. Upaya untuk meningkatkan jumlah sampel materi yang ditanyakan saat ujian. Jika anda
mengukur hasil belajar siswa dengan menggunakan tes uraian maka siswa akan menjawab tes
tersebut dengan menuliskan jawabannya dalam bentuk tulisan. Waktu yang diperlukan untuk
menjawab tes tersebut sangat bergantung kepada ragam tes uraian yang anda gunakan serta
kemampuan siswa dalam menuangkan ide atau gagasannya dalam bentuk tulisan.
2. Upaya untuk mengurangi unsur subjektivitas pemeriksa. Dalam memeriksa hasil tes uraian
siswa, masuknya unsur subjektivitas pemeriksa (guru) harus ditekan seminima mungkin.
Upaya yang dapat ditempuh untuk menekan adalah dengan memeriksa hasil ujian tanpa
nama.
3. Upaya untuk mengatasi kesulitan dalam memeriksa hasil tes siswa. Agar hasil pemeriksaan
tes uraian yang anda lakukan dapat lebih objektif dan konsisten maka lakukan pemeriksaan
dengan cara sebagai berikut : a) gunakan tes uraian terbatas. Dengan tes uraian terbatas maka
jawban yang diinginkan dari butir soal tersebut lebih jelas. b) gunakan dua pemeriksa untuk
memeriksa setiap hasil test siswa. Dengan menggunakan dua pemeriksaan maka unsur
subjektivitas pemeriksaan dapat diminimalkan. c) sepakat tentang cara pemberian skor
dengan pemeriksa kedua. d) lakukan uji coba pemeriksaan.
4. Upaya untuk mengurangi hallo effect. Cara yang paling mudah untuk menhindari adanya
hallo effect adalah dengan menghilangkan atau menutup nama peserta tes.
5. Upaya untuk menghindari Carry Over Effect. Untuk mengurangi efek bawaan dapat anda
tempuh dengan cara memeriksa jawaban soal nomor 1 untuk keseluruhan siswa baru
kemudian memeriksa jawaban soal nomor 2 juga untuk ke seluruh siswa begitu seterusnya
sampai jawaban butir soa terakhir.
6. Upaya untuk menghindari Order Effect. Order Effect cenderung terjadi jika pemeriksa sudah
lelah sehingga ia tidak konsisten lagi dalam memberi skor. Untuk itu berhentilah memeriksa
jika anda sudah merasa lelah dalam memeriksa.

B. Pengembangan Tes
1. Pengembangan Tes Bentuk Uraian
Menurut sejarah yang ada lebih dahulu adalah bentuk uraian. Mengingat bentuk uraian
ini banyak kelemahanny, maka para pakar pendidikan, kurikulum dan psikologi berusaha
untuk menyusun tes dalam bentuk yang lain, yaitu tes objektif. Meskipun demikian tidak
berarti bentuk uraian ditinggalkan sama sekali bentuk uraian dapat digunakan mengukur
kegiatan-kegiatan belajar yang sulit diukur oleh bentuk objektif. Disebut bentuk uraian,
karena menuntut peserta didik untuk menguraikan, mengorganisasikan dan menyatakan
jawaban dengan kata-katanya sendiri dalam bentuk, teknik, dan gaya yang berbeda satu
dengan lainnya. Bentuk uraian sering juga disebut bentuk subjective karena dalam
pelaksanaan sering dipengaruhi oleh faktor subjectivitas guru. Dilihat dari luas sempitnya
materi yang ditanyakan, maka tes bentuk uraian ini dapat dibagi menjadi dua bentuk, yaitu
uraian terbatas (Restricted respons items) dan uraian bebas (Extended respons items).
1) Uraian terbatas
Dalam menjawab soal bentuk uraian terbatas ini, peserta didik harus mengemukakan hal-
hal tertentu sebagai batas-batasnya. Walaupun kalimat jawaban peserta didik itu beraneka
ragam, tetap harus ada pokok-pokok penting yang terdapat dalam sistematika jawabannya
sesuai dengan batas-batas yang telah ditentukan dan dikehendaki dalam soalnya.
Contoh :
a. Jelaskan bagaimana prosedur operasional pesawat komputer ?
b. Sebutkan 5 komponen dalam sistem komputer !

2) Uraian Bebas
Dalam bentuk ini peserta didik bebas untuk menjawab soal dengan cara dan sistematika
sendiri. Peserta didik bebas mengemukakan pendapat sesuai dengan kemampuannya. Oleh
karena itu setiap peserta didik mempunyai cara dan sistematika yang berbeda-beda. Namun,
guru tetap harus mempunyai acuan atau patokan dalam mengoreksi jawaban.
Contoh :
a. Bagaimana perkembangan komputer di indonesia, jelaskan dengan singkat !
b. Bagaimana peranan komputer dalam pendidikan !

2. Pengembangan Tes Bentuk Objektif


Tes objektiv sering juga disebut tes dikotomi (dichokomously scored items) karena
jawabannya anatara benar atau salah dan scornya antara 1 atau 0. Tes objektiv menuntut
peserta didik untuk memilih jawaban yang benar di antara kemungkinan jawaban yang telah
disediakan, memberikan jawaban singkat, dan melengkapi pertanyaan atau pernyataan yang
belum sempurna. Tes objektiv sangat cocok untuk menilai kemampuan yang menuntut proses
mental yang tidak begitu tinggi, seperti mengingat, mengenal, pengertian, dan penerapan
prinsip-prinsip. Tes objektiv terdiri atas beberapa bentuk yaitu benar salah, pilihan ganda,
menjodohkan, dan melengkapi atau jawaban singkat.
1) Benar-Salah ( True-Fals or Yes-No)
Bentuk tes benar salah adalah pernyataan yang mengndung dua kemungkinan dua jawaban,
yaitu benar atau salah. Peserta didik diminta untuk menentukan pilihannya mengenai
pertanyaan-pertanyaan dengan cara seperti yang diminta dalam petunjuk mengerjakan soal.
Salah satu fungsi bentuk soal dalam benar-salah adalah untuk mengukur kemampuan peserta
didik dalam membedakan antara faktor dan pendapat. Agar soal dapat berfungsi dengan baik
maka materi yang ditanyakan hendaknya homogen dari segi isi. Dalam penyusunan soal
bentuk benar salah tidak hanya menggunakan kalimat pertannyaan atau pernyataan, tetapi
juga dalam bentuk gambar, tabel, dan diagram.
Contoh :
Lingkarilah huruf B jika pernyataan dibawah ini benar dan S jika salah.
1. B-S : Ikan bernafas dengan insang.
2. B-S : Luas 4 persegi panjang kali lebar
3. B-S : Logam jika dipanaskan akan memuai

Kelebihan-kelebihan tes bentuk B-S antara lain : (a) mudah disusun dan disampaikan
karena itu banyak digunakan,(b) dapat mencakup materi yang lebih luas namun tidak semua
materi tidak dapat di ukur dengan bentuk benar-salah, (c) dapat dinilai dengan cepat dan
objektiv (d) banyak digunakan untuk mengukur fakta-fakta dan prinsip-prinsip. Adapun
kelemahan dari tes bentuk benar-salah antara lain :
a) Ada kecenderungaa peserta didik mencawab coba-coba
b) Pada umumnya memiliki derajat dan faliditas dan rehabilitasnya rendah kecuali jika itemnya
banyak.
c) Sering terjadi kekaburan karena itu sukar untuk menyusun item yang benar-benar jelas.
d) Terbatasnya mengukur aspek pengetahuan.

2) Pilihan Ganda
Soal tes bentuk pilihan ganda dapat digunakan mengukur hasil belajar yang lebih
komplek dan berkenaan dengan aspek ingatan, pengertian, aplikasi, analisis, sintesis, dan
evaluasi. Soal tes bentuk pilihan ganda terdri atas pembawa pokok persoalan dan pilihan
jawaban. Pembawa pokok persoalan berbentuk pertannyaan dan dapat pula berbentuk
pernyataan yang belum sempurna yang biasa disebut stem, sedangkan pilihan jawaban
berbentuk perkataan, bilangan tau kalimat dan sering disebut options. Pilihanjawaban terdiri
atas jawaban yang benar atau yang paling benar, selanjutnya disebut kunci jawaban dan
kemungkinan jawaban yang salah dinakan pengecoh tetapi memungkinkan seseorang
memilihnya apabila tidak menguasi materi yang ditanyakan dalam soal.
Menurut gronlund (1981)” alternatif jawaban tidak baik dibandingkan dengan yang
lainnya. Makin banyak alternatif jawaban oknum kecil kemungkinan peserta didik menerka”.
Adapun kemampuan yang dapat di ukur oleh bentuk soal pilihan ganda antara lain mengenal
istilah,fakta, prinsip,metode, prosedur. Mengidentifikasi penggunaan fakta dan prinsip,
menafsirkan hubungan sebab-akibat dan menilai metode prosedur.
Ada beberapa jenis pilihan tes bentuk pilihan ganda yaitu :
1. Distracters yaitu setiap pertannyaan atau pernyataan mempunyai bebrapa pilihan
jawaban yang salah, tetapi disediakan satu pilihan jawaban yang benar. Contoh : berbagai
komponen yang saling berhubungan dan saling mempengaruhi disebut ...
a. Program
b. Sistem
c. Data
d. Central processing unit
e. Operation

2. Analisis hubungan-hubungan anatara hal, yaitu bentuk soal yang dapat digunakan untuk
melihat kemampuan peserta didik dalam menganalisis hubungan antara pernyataan dan
alasan sebab-akibat.
Contoh: pada soal dibawah ini terdapat kalimat yang terdiri atas pernyataan dan alasan.
Pilihan jawaban :
a. Jika pernyataan benar, alasan benar, dan alasan merupakan sebab dari pernyataan.
b. Jika pernyataan benar, alasan benar, tetapi alasan bukan merupaka bukan sebab dari
pernyataan.
c. Jika pernyataan benar, tetapi alasan salah.
d. Jika pernyataan salah tetapi alasan benar.
e. Jika pernyataan salah dan alasan salah.

Soal :
Presiden Republik Indonesia tinggal diJakarta SEBAB jakarta merupakan ibu kota republik
indonesia.
Penjelasan :
1) “Presiden Republik Indonesia tinggal di jakarta” merupakan pernyataan yang benar.
2) “Jakarta merupakan ibukota republik indonesia” merupakan alasan yang benar dan merupakan
sebab dari penyataan.
Jawaban : jadi, jawaban yang betul adalah A.
3. Variasi Negatif, yaitu setiap pertanyaan atau penyataan mempunyai beberapa pilihan
jawaban yang benar, tetapi disediakan satu kemungkinan jawaban yang salah. Tugas peserta
didik adalah memilih jawab yang salah tersebut. Contoh : berikut ini merupakan gerakan
dasar mouse, kecuali ....
a. Menunjuk
b. Mengklik
c. Menghapus
d. Menggeser
4. Variasi berganda, yaitu memilih beberapa kemungkinan jawaban yang semuanya benar
tetapi ada satu jawaban yang paling benar, tetapi tugas peserta didik adalah memilih jawaban
yang paling benar. Contoh : Peserta didik hendaknya menghormati ....
a. Sesama teman
b. Guru-gururnya
c. Orang tuanya
d. Teman, guru, dan orang tuanya

5. Variasi yang tidak lengkap, yaitu pertanyaan atau pernyataan yang memiliki beberapa
kemungkinan jawaban-jawaban yang belum lengkap. Tugas peserta didik mencari satu
kemungkinan jawaban yang benar dan melengkapinya. Contoh : Surat Al-Fatihah disebut
juga Sab’ul matsani. Artinya .....
a. 5 ayat yang di baca .....
b. 6 ayat yang dibaca......
c. 7 ayat yang dibaca......
d. 8 ayat yang dibaca......

3) Menjodohkan (Matching)
Soal tes bentuk menjodohkan sebenarnya masih merupakan bentuk pilihan ganda.
Perbedaannya dengan bentuk pilihan ganda adalah pilihan ganda terdiri atas stem dan
options, kemudian peserta didik tinggal memilih salah satu options yang dianggap paling
tepat, sedangkan bentuk menjodohkan terdiri atas kumpulan soal dan kumpulan jawaban
yang keduanya dikumpulkan pada dua kolom yang berbeda, yaitu kolom sebelah kiri
menunjukkan kumpulan persoalan, dan kolom sebelah kanan yaitu menunjukkan kumpulan
jawaban. Bentuk soal menjodohkan sangat baik untuk mengukur kemampuan peserta didik
dalam mengidentifikasi informasi berdasarkan hubungan yang sederhana dan kemampuan
mengidentifikasi kemampuan menghubungkan antara dua hal.
Contoh :
Petunjuk dibawah ini terdapat dua daftar yaitu daftar A dan daftar B. Tiap-tiap kata yang
terdapat pada daftar A mempunyai pasangannya masing-masing pada daftar B. Guru harus
mencari pasangan-pasangan itu. Tulislah nomor kata yang guru pilih itu di depan
pasangannya masing-masing.
Daftar A Daftar B
. . . . . . . . .Chart 1. Chart
. . . . . . . . .Wizard 2. Sumbu
. . . . . . . . .Plot 3. Insert
. . . . . . . . Grid 4. Area
. . . . . . . . ..Text 5. Garis
6. Font
7. Add
Kebaikan soal berbentuk menjodohkan, antar lain : (a) relatif mudah disusun, (b)
penskorannya mudah , objektif, dan cepat, (c) dapat digunakan untuk menilai teori dengan
penemuannya, sebab dan akibatnya, dan definisinya, (d) materi test cukup luas. Adapun
kelemahan soal bentuk menjodohkan, yaitu (a) ada kecenderungan untuk menekankan
ingatan saja, (b) kurang baik untuk menilai pengertian guna membuat penafsiran.
C. Perencanaan Test
Beberapa hal penting yang harus diperhatikan dalam membuat perencanaan tes antara lain :
1. Pemilihan sampel materi yang akan diujikan. Pemilihan sampel materi yang akan ditulis
butir soalnya hendaknya dilakukan dengan mengacu pada tujuan pembelajaran yang ingin
dicapai. Pilihlah sampel materi yang secara representatif dapat mewakili semua materi yang
telah diajarkan selama proses pembelajaran. Semakin banyak sampel materi yang dapat
ditanyakan maka semakin banyak pula tujuan pembelajaran yang akan dapat kita ukur. Dasar
pertimbangan yang dipergunakan dalam pemilihan sampel materi adalah dasar pertimbangan
keahlian (expert judgement).
2. Jenis tes yang akan digunakan pemilihan jenis tes berhubungan erat dengan jumlah
sampel materi yang dapat di ukur, tingkat kognitif yang akan di ukur, jumlah peserta tes, serta
jumlah butir soal yang akan dibuat.
3. Jenjang kemampuan berfikir yang ingin di uji. Setiap mata pelajaran mempunyai
penekanan kemampuan yang berbeda dalam pengembangan proses berfikir siswa. Dengan
demikian tunjang kemampuan berfikir yang akan di uji pun berbeda-beda. Jika tujuan suatu
mata pelajaran lebih menekankan pada pengembangan proses berfikir analisis, evaluasi, dan
kreasi maka butir soal yang digunakan dalam ujian harus dapat mengukur kemampuan
tersebut demikian juga sebaliknya. Secara singkat dapat dikatakan bahwa kumpulan butir soal
yang akan digunakan dalam ujian harus dapat mengukur proses berfikir yang relevan dengan
proses berfikir yang dikembangkan selama proses pembelajaran. Dalam hubungan ini kita
mengenal ranah kognitif yang dikembangkan oleh bloom dan kawan-kawan yang kemudian
direvisi oleh krathwool (2001) adalah ingatan (C1) pemahaman (C2) penerapan (C3) analisis
(C4) evaluasi C5) dan kreasi (C6).
4. Ragam tes yang digunakan. Untuk tes objektif dapat dipilih tes B-S, tes menjodohkan
atau tes pilih ganda. Selanjutnya tes pilihan ganda dapat dipilah lagi menjadi : melengkapi
pilihan (ragam A), hubungan antar hal (ragam B), analisis kasus (ragam C) ganda kompleks
(ragam D) dan membaca diagram, tabel, grafik (ragam E). Sedangkan dalam tes uraian dapat
dipilih tes uraian terbatas atau tes uraian terbuka.
5. Sebaran tingkat kesukaran soal. Pada umumnya ahli pengukuran sepakat bahwa butir
soal dapat memberikan informasi kepada guru yang besar adalah butir soal yang tingkat
kesukarannya sedang atau harga disekitar 0,5. Dalam menentukan sebaran tingkat kesukaran
butir soal untuk ujian harus mempertimbangkan interpretasi hasil tes mana yang akan
dipergunakan. Ada dua pendekatan yang dapat digunakan dalam menginterpretasikan hasil
tes. Pertama pendekatan penilaian acuan kriteria atau patokan dan kedua adalah pendekatan
penilaian acuan norma.
6. Waktu yang disediakan untuk pelaksanaan ujian. Lamanya waktu ujian merupakan
faktor pembatas yang harus diperhatikan dalam mebuat perencanaan tes. Lamanya waktu
ujian akan membawa konsekuensi kepada butir soal yang harus dibuat. Jumlah butir soal
yang akan di ujikan harus diperkirakan agar dapat diselesaikan dalam waktu 90 menit.
7. Jumlah butir soal. Penetuan jumlah butir soal yang tepat dalam satu kali ujian tergantung
pada beberapa hal antara lain tujuan pembelajaran yang ingin dicapai, ragam soal yang akan
digunakan, proses berfikir yang ingin di ukur dan sebaran tingkat kesukaran dalam set tes
tersebut.

Anda mungkin juga menyukai