Anda di halaman 1dari 21

ASUHAN KEPERAWATAN GAWAT DARURAT

DENGAN GIGITAN ULAR

DISUSUN OLEH:

NUR FITHRIYATI (2018080038)


DWILIA DAYANTI (2018080039)
NANIK LUSIANAH (2018080040)
NUR FITRIYAH (2018080041)
ROJIHAN DWI S (2018080042)
SUCI NING ZIANA (2018080043)

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS GRESIK
2018/2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas limpahan berkah, rahmat dan
nikmatnya, sehingga laporan penyuluhan ini dapat terselesaikan dengan baik.
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada bapak /
ibu dosen selaku pembimbing akademik.
Semoga Allah membalas semua amal ibadah yang telah diberikan, dan
laporan ini dapat bermanfaat bagi penulis, pembaca, dan orang umum yang
memanfaatkanya.

Surabaya, 17 April 2019

Penulis
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Racun ular adalah racun hewani yang terdapat pada ular berbisa. Racun
binatang adalah merupakan campuran dari berbagai macam zat yang berbeda
yang dapat menimbulkan beberapa reaksi toksik yang berbeda pada manusia.
Sebagian kecil racun bersifat spesifik terhadap suatu organ, beberapa
mempunyai efek pada hampir setiap organ. Kadang-kadang pasien dapat
membebaskan beberapa zat farmakologis yang dapat meningkatkan keparahan
racun yang bersangkutan.
Insiden kira – kira 8000 orang terkena gigitan ular berbisa setiap tahun di
Amerika Serikat, dengan lebih 98% dari gigitan mengenai ekstremitas. Sejak
tahun 1960, rata- rata 14 korban setiap tahun meninggal di Amerika Serikat
karena gigitan ular, dengan 70% kebanyakan di lima daerah serikat termasuk
Texas, Georgia, Florida, Alabama, dan California Selatan.
Bisa dari ular berbisa mengandung hialuronidase, yang menyebabkan bisa
dapat menyebar dengan cepat melalui jaringan limfatik superfisisal. Toksin
lain yang terkandung dalam bisa ular, antara lain neurotoksin, toksin
hemoragik dan trombogenik, toksin hemolitik, sitotoksin, dan antikoagulan.
Ular berbisa dibandingkan ular tak berbisa pit viper dinamakan demikian
karena memiliki ciri lekukan yang sensitif terhadap panas terletak antara mata
dan lubang hidung pada tiap sisi kepala. Pit viper juga memiliki pupil
berbentuik elips, berlainan dengan pupil bulatyang memiliki ular jenis tak
bebahaya. Sebaliknya, ular karang memiliki pupil bulat dan sedikit lekukan
pada muka. Pit viper memiliki gigi taring panjang dan sederet gigi subkaudal.
Ular tak berbisa banyak memiliki gigi dibanding dengan taring dan
mempunyai dua deret gigi subkaudal. Untuk membedakan ular karang berbisa
dengan ular lain yang mirip warnanya, harus diingat bahwa ular karang
memiliki hidung berwarna hitam dan memiliki juga guratan cincin warna
merah yang berdampingan dengan warna kuning.
Prinsip Pertolongan Pertama pada korban gigitan ular adalah, meringankan
sakit, menenangkan pasien dan berusaha agar bisa ular tidak terlalu cepat
menyebar ke seluruh tubuh sebelum dibawa ke rumah sakit. Pada beberapa
tahun yang lalu penggunaan torniket dianjurkan. Seiring berkembangannya
ilmu pengetahuan kini dikembangkan metode penanganan yang lebih baik
yakni metode pembalut dengan penyangga. Idealnya digunakan pembalut dari
kain tebal, akan tetapi jika tidak ada dapat juga digunakan sobekan pakaian
atau baju yang disobek menyerupai pembalut. Metode ini dikembangkan
setelah dipahami bahwa bisa menyebar melalui pembuluh limfa dari korban.
Diharapkan dengan membalut bagian yang tergigit maka produksi getah
bening dapat berkurang sehingga menghambat penyebaran bisa sebelum
korban mendapat ditangani secara lebih baik di rumah sakit

B. RUMUSAN MASALAH
1. Apakah definisi gigitan ular ?
2. Bagaimana etiologi gigitan ular?
3. Bagaimana patofisiologi gigitan ular ?
4. Apa manifestasi klinis gigitan ular ?
5. Bagaimana penatalaksanaan gigitan ular ?
6. Bagaimana Web Of Cause gigitan ular?
7. Bagimana asuhan keperawatan gigitan ular ?

C. TUJUAN
1. Tujuan Umum
Memahami dan memberikan asuhan keperwatan pada klien dengan gigtan
ular

2. Tujuan Khusus
a. Mahasiswa dapat menjelaskan tentang definisi gigtan ular
b. Mahasiswa dapat menjelaskan tentang etiologi gigtan ular
c. Mahasiswa dapat menjelaskan tentang patofisiologi gigtan ular
d. Mahasiswa dapat menjelaskan tentang manifestasi Klinis gigtan ular
e. Mahasiswa dapat menjelaskan tentang penatalaksanaan gigtan ular
f. Mahasiswa dapat menjelaskan tentang Web of Cause gigtan ular
g. Mahasiswa dapat menjelaskan tentang asuhan keperawatan gigtan ular
BAB II
PEMBAHASAN

A. Definisi
Gigitan ular adalah suatu keadan yang disebabkan oleh gigitan ular
berbisa. Racun ular adalah racun hewani yang terdapat pada ular berbisa.
Racun binatang adalah merupakan campuran dari berbagai macam zat yang
berbeda yang dapat menimbulkan beberapa reaksi toksik yang berbeda pada
manusia. Sebagian kecil racun bersifat spesifik terhadap suatu organ, beberapa
mempunyai efek pada hampir setiap organ. Kadang-kadang pasien dapat
membebaskan beberapa zat farmakologis yang dapat meningkatkan keparahan
racun yang bersangkutan. Komposisi racun tergantung dari bagaimana
binatang menggunakan toksinnya. Racun mulut bersifat ofensif yang
bertujuan melumpuhkan mangsanya, sering kali mengandung faktor letal.
Racun ekor bersifat defensive dan bertujuan mengusir predator, racun bersifat
kurang toksik dan merusak lebih sedikit jaringan
Bisa adalah suatu zat atau substansi yang berfungsi untuk melumpuhkan
mangsa dan sekaligus juga berperan pada sistem pertahanan diri. Bisa tersebut
merupakan ludah yang termodifikasi, yang dihasilkan oleh kelenjar khusus.
Kelenjar yang mengeluarkan bisa merupakan suatu modifikasi kelenjar ludah
parotid yang terletak di setiap bagian bawah sisi kepala di belakang mata. Bisa
ular tidak hanya terdiri atas satu substansi tunggal, tetapi merupakan campuran
kompleks, terutama protein, yang memiliki aktivitas enzimatik.

B. Etiologi
Terdapat 3 famili ular yang berbisa, yaitu Elapidae, Hidrophidae, dan
Viperidae. Bisa ular dapat menyebabkan perubahan lokal, seperti edema dan
pendarahan. Banyak bisa yang menimbulkan perubahan lokal, tetapi tetap
dilokasi pada anggota badan yang tergigit. Sedangkan beberapa bisa Elapidae
tidak terdapat lagi dilokasi gigitan dalam waktu 8 jam.
Daya toksik bisa ular yang telah diketahui ada beberapa macam :
1. Bisa ular yang bersifat racun terhadap darah (hematoxic).
Bisa ular yang bersifat racun terhadap darah, yaitu bisa ular yang
menyerang dan merusak (menghancurkan) sel-sel darah merah dengan
jalan menghancurkan stroma lecethine (dinding sel darah merah), sehingga
sel darah menjadi hancur dan larut (hemolysin) dan keluar menembus
pembuluh-pembuluh darah, mengakibatkan timbulnya perdarahan pada
selaput tipis (lender) pada mulut, hidung, tenggorokan, dan lain-lain.
2. Bisa ular yang bersifat saraf (Neurotoxic)
Yaitu bisa ular yang merusak dan melumpuhkan jaringan-jaringan sel saraf
sekitar luka gigitan yang menyebabkan jaringan-jaringan sel saraf tersebut
mati dengan tanda-tanda kulit sekitar luka gigitan tampak kebiru-biruan
dan hitam (nekrotis). Penyebaran dan peracunan selanjutnya
mempengaruhi susunan saraf pusat dengan jalan melumpuhkan susunan
saraf pusat, seperti saraf pernafasan dan jantung. Penyebaran bisa ular
keseluruh tubuh, ialah melalui pembuluh limfe.
3. Bisa ular yang bersifat Myotoksin
Mengakibatkan rabdomiolisis yang sering berhubungan dengan
maemotoksin. Myoglobulinuria yang menyebabkan kerusakan ginjal dan
hiperkalemia akibat kerusakan sel-sel otot.
4. Bisa ular yang bersifat kardiotoksin
Merusak serat-serat otot jantung yang menimbulkan kerusakan otot
jantung.
5. Bisa ular yang bersifat cytotoksin
Dengan melepaskan histamin dan zat vasoaktifamin lainnya berakibat
terganggunya kardiovaskuler.
6. Bisa ular yang bersifat cytolitik
Zat ini yang aktif menyebabkan peradangan dan nekrose di jaringan pada
tempat gigitan.
7. Enzim-enzim
Termasuk hyaluronidase sebagai zat aktif pada penyebaran biasa.
C. Patofisiologi
Bisa ular yang masuk ke dalam tubuh, menimbulkan daya toksin.
Toksik tersebut menyebar melalui peredaran darah yang dapat
mengganggu berbagai system. Seperti, sistem neurogist, sistem
kardiovaskuler, sistem pernapasan.
Pada gangguan sistem neurologis, toksik tersebut dapat mengenai
saraf yang berhubungan dengan sistem pernapasan yang dapat
mengakibatkan oedem pada saluran pernapasan, sehingga menimbulkan
kesulitan untuk bernapas.
Pada sistem kardiovaskuler, toksik mengganggu kerja pembuluh
darah yang dapat mengakibatkan hipotensi. Sedangkan pada sistem
pernapasan dapat mengakibatkan syok hipovolemik dan terjadi
koagulopati hebat yang dapat mengakibatkan gagal napas.
D. WOC
Bisa Ular

(Polipeptida, enzim, protein)

Masuk ke dalam tubuh melalui


gigitan

Merusak sel-sel endotel dinding


pembuluh darah

Kerusakan membran plasma

Komponen peptida bisa ular


berikatan dengan reseptor

Bereaksi dan menimbulkan


Nyeri, rasa terbakar,
bradikinin, serotonin, dan
dan gatal
histamin

Toksik menyebar melalui


pembuluh darah

KERACUNAN GIGITAN
ULAR
E. PEMERIKSAAN
PENATALAKSANAAN KERACUNAN GIGITAN
F.
ULAR
1. Bawa ke RS secepatnya DIAGNOSTIK

2. Evaluasi klinis lengkap 1. Pemeriksaan


Laboratorium Darah
3. Derajat envenomasi harus
dinilai dan observasi 6 jam Lengkap

4. Pertahankan posisi
ekstremitas setinggi jantung
5. Insisi/non insisi sesuai kondisi
klien

Gangguan sistem neurologis Gangguan pada sistem Gangguan


kardiovaskuler Pernapasan

Mengenai saraf yang


berhubungan dengan sistem Syok hipovolemik
pernapasan
Toksik masuk ke
pembuluh darah Koagulopati hebat
MK: Resti Oedema Paru
Infeksi
Hipotensi
Gagal napas
Sukar Bernapas

MK: Kerusakan
pertukaran gas
G. Derajat gigitan ular
1. Derajat 0
- Tidak ada gejala sistemik setelah 12 jam
- Pembengkakan minimal, diameter 1 cm
2. Derajat I
- Bekas gigitan 2 taring
- Bengkak dengan diameter 1 – 5 cm
- Tidak ada tanda-tanda sistemik sampai 12 jam
3. Derajat II
- Sama dengan derajat I
- Petechie, echimosis
- Nyeri hebat dalam 12 jam
4. Derajat III
- Sama dengan derajat I dan II
- Syok dan distres nafas / petechie, echimosis seluruh tubuh
5. Derajat IV
- Sangat cepat memburuk

H. Manifestasi klinis
Secara umum, akan timbul gejala lokal dan gejala sistemik pada semua
gigitan ular. Gejala lokal: edema, nyeri tekan pada luka gigitan, ekimosis
(kulit kegelapan karena darah yang terperangkap di jaringan bawah kulit).
Sindrom kompartemen merupakan salah satu gejala khusus gigitan ular
berbisa, yaitu terjadi oedem (pembengkakan) pada tungkai ditandai dengan
5P: pain (nyeri), pallor (muka pucat), paresthesia (mati rasa), paralysis
(kelumpuhan otot), pulselesness (denyutan).
Tanda dan gejala khusus pada gigitan family ular :

1. Gigitan Elapidae
Misal: ular kobra, ular weling, ular welang, ular sendok, ular anang,
ular cabai, coral snakes, mambas, kraits), cirinya:
a. Semburan kobra pada mata dapat menimbulkan rasa sakit yang
berdenyut, kaku pada kelopak mata, bengkak di sekitar mulut.
b. Gambaran sakit yang berat, melepuh, dan kulit yang rusak.
c. 15 menit setelah digigit ular muncul gejala sistemik. 10 jam
muncul paralisis urat-urat di wajah, bibir, lidah, tenggorokan, sehingga
sukar bicara, susah menelan, otot lemas, kelopak mata menurun, sakit
kepala, kulit dingin, muntah, pandangan kabur, mati rasa di sekitar
mulut dan kematian dapat terjadi dalam 24 jam.
2. Gigitan Viperidae/Crotalidae
Misal pada ular tanah, ular hijau, ular bandotan puspo, cirinya:
a. Gejala lokal timbul dalam 15 menit, atau setelah beberapa jam berupa
bengkak di dekat gigitan yang menyebar ke seluruh anggota badan.
b. Gejala sistemik muncul setelah 50 menit atau setelah beberapa jam.
c. Keracunan berat ditandai dengan pembengkakan di atas siku dan lutut
dalam waktu 2 jam atau ditandai dengan perdarahan hebat.
3. Gigitan Hydropiidae
Misalnya, ular laut, cirinya:
a. Segera timbul sakit kepala, lidah terasa tebal, berkeringat, dan muntah.
b. Setelah 30 menit sampai beberapa jam biasanya timbul kaku dan nyeri
menyeluruh, dilatasi pupil, spasme otot rahang, paralisis otot,
mioglobulinuria yang ditandai dengan urin warna coklat gelap (ini
penting untuk diagnosis), ginjal rusak, henti jantung.
4. Gigitan Crotalidae
Misalnya ular tanah, ular hijau, ular bandotan puspo, cirinya:
a. Gejala lokal ditemukan tanda gigitan taring, pembengkakan, ekimosis,
nyeri di daerah gigitan, semua ini indikasi perlunya pemberian
polivalen crotalidae antivenin.
b. Anemia, hipotensi, trombositopeni.

Tanda dan gejala lain gigitan ular berbisa dapat dibagi ke dalam beberapa
kategori:

 Efek lokal, digigit oleh beberapa ular viper atau beberapa kobra
menimbulkan rasa sakit dan perlunakan di daerah gigitan. Luka dapat
membengkak hebat dan dapat berdarah dan melepuh. Beberapa bisa ular
kobra juga dapat mematikan jaringan sekitar sisi gigitan luka.
 Perdarahan, gigitan oleh famili viperidae atau beberapa elapid Australia
dapat menyebabkan perdarahan organ internal, seperti otak atau organ-
organ abdomen. Korban dapat berdarah dari luka gigitan atau berdarah
spontan dari mulut atau luka yang lama. Perdarahan yang tak terkontrol
dapat menyebabkan syok atau bahkan kematian.
 Efek sistem saraf, bisa ular elapid dan ular laut dapat berefek langsung
pada sistem saraf. Bisa ular kobra dan mamba dapat beraksi terutama
secara cepat menghentikan otot-otot pernafasan, berakibat kematian
sebelum mendapat perawatan. Awalnya, korban dapat menderita masalah
visual, kesulitan bicara dan bernafas, dan kesemutan.
 Kematian otot, bisa dari russell’s viper (Daboia russelli), ular laut, dan
beberapa elapid Australia dapat secara langsung menyebabkan kematian
otot di beberapa area tubuh. Debris dari sel otot yang mati dapat
menyumbat ginjal, yang mencoba menyaring protein. Hal ini dapat
menyebabkan gagal ginjal.
 Mata, semburan bisa ular kobra dan ringhal dapat secara tepat mengenai
mata korban, menghasilkan sakit dan kerusakan, bahkan kebutaan
sementara pada mata.

F. Penunjang
Pemeriksaan laboratorium dasar, pemeriksaaan kimia darah, hitung sel darah
lengkap, penentuan golongan darah dan uji silang, waktu protrombin, waktu
tromboplastin parsial, hitung trombosit, urinalisis, penentuan kadar gula darah,
BUN dan elektrolit. Untuk gigitan yang hebat, lakukan pemeriksaan
fibrinogen, fragilitas sel darah merah, waktu pembekuan dan waktu retraksi
bekuan.

G. Penatalaksanaan
1. Prinsip penanganan pada pasien gigitan ular:
a. Menghalangi penyerapan dan penyebaran bisa ular.
b. Menetralkan bisa.
c. Mengobati komplikasi.
2. Pertolongan pertama :
Pertolongan pertama, pastikan daerah sekitar aman dan ular telah
pergi segera cari pertolongan medis jangan tinggalkan korban.
Selanjutnya lakukan prinsip RIGT, yaitu:
R: Reassure: Yakinkan kondisi korban, tenangkan dan istirahatkan
korban, kepanikan akan menaikan tekanan darah dan nadi sehingga racun
akan lebih cepat menyebar ke tubuh. Terkadang pasien pingsan/panik
karena kaget.
I: Immobilisation: Jangan menggerakan korban, perintahkan korban
untuk tidak berjalan atau lari. Jika dalam waktu 30 menit pertolongan
medis tidak datang, lakukan tehnik balut tekan (pressure-immoblisation)
pada daerah sekitar gigitan (tangan atau kaki) lihat prosedur pressure
immobilization (balut tekan).
G: Get: Bawa korban ke rumah sakit sesegera dan seaman mungkin.
T: Tell the Doctor: Informasikan ke dokter tanda dan gejala yang
muncul ada korban.
3. Prosedur Pressure Immobilization (balut tekan):
 Balut tekan pada kaki:
1) Istirahatkan (immobilisasikan) Korban.
2) Keringkan sekitar luka gigitan.
3) Gunakan pembalut elastis.
4) Jaga luka lebih rendah dari jantung.
5) Sesegera mungkin, lakukan pembalutan dari bawah pangkal jari
kaki naik ke atas.
6) Biarkan jari kaki jangan dibalut.
7) Jangan melepas celana atau baju korban.
8) Balut dengan cara melingkar cukup kencang namun jangan
sampai menghambat aliran darah (dapat dilihat dengan warna jari
kaki yang tetap pink).
9) Beri papan/pengalas keras sepanjang kaki.
 Balut tekan pada tangan:
1) Balut dari telapak tangan naik keatas. ( jari tangan tidak dibalut).
2) Balut siku & lengan dengan posisi ditekuk 90 derajat.
3) Lanjutkan balutan ke lengan sampai pangkal lengan.
4) Pasang papan sebagai fiksasi.
5) Gunakan mitela untuk menggendong tangan.
H. Komplikasi
1. Syok hipovolemik
2. Edema paru
3. Kematian
4. Gagal napas

I. Konsep Asuhan Keperawatan


1. Pengkajian primer
a. PRINSIP-PRINSIP PENOLONGAN SECARA UMUM
1) Menghalangi penyerapan dan penyebaran bisa
a) Memasang tornikuet
b) Imobilisasi penderita
2) Menetralkan bisa
Transportasi cepat ke tempat pemberian anti bisa
3) Mengobati komplikasi

b. PRYMERY SURVEY :
1) A (AIRWAY)
Pada airway perlu diketahui bahwa salah satu sifat dari bisa ular
adalah neurotoksik. Dimana akan berakibat pada saraf perifer atau
sentral, sehingga terjadi paralise otot-lurik. Lumpuh pada otot
muka, bibir, lidah, dan saluran pernapasan, gangguan pernafasan,
kardiovaskuler terganggu dan penurunan kesadaran.
Diagnosa :
Ketidakefektifan jalan napas berhubungan dengan spasme pada
saluran pernapasan (laringospasme, broncospasme).
Intervensi :
a) Jangan panik
b) Kaji tingkat kesadaran pasien dengan memanggil nama dan
memberikan sentuhan
c) Imobilisasikan pasien
d) Pastikan kepatenan jalan napas
e) Membuka jalan napas dengan tekik jawthrust, headtill dan
chinlift.
f) Lakukan intubasi
g) Kaji tanda-tanda hipoksia.

2) B (BREATHING)
Pada breathing akan terjadi gangguan pernapasan karena pada bias
ular akan berdampak pada kelumpuhan otot-otot saluran
pernapasan sehingga pola pernapasan pasien terganggu.
Diagnosa :
Pola napas tidak efektif berhubungan dengan kelumpuhan otot-otot
saluran pernapasan
Intervensi :
a) Kaji frekuensi pernapasan
b) Berikan O2 tingkat tinggi
c) Auskultasi pada daerah dada untuk mndengar suara napas
d) Kaji frekuensi kedalaman pernapasan
e) Panggil pertolongan lebih lanjut.

3) C (CIRCULATION)
Pada sirculation terjadi perdarahan akibat sifat bisa ular yang
bersifat haemolytik. Dimana zat dan enzim yang toksik dihasilkan
bisa akan menyebabkan lisis pada sel darah merah sehingga terjadi
perdarahan. Ditandai dengan luka patukan terus berdarah,
haematom, hematuria, hematemesis dan gagal ginjal, perdarahan
addome, hipotensi.
Diagnosa :
Perubahan volume cairan dalam pembuluh darah berhubungan
dengan perdarahan
Intervensi :
a) Kaji tekanan darah dan nadi pasien
b) Tekan pada daerah luka atau pasang tornikuet
c) Imobilisasi pasien
d) Kenali ular yang menggigit
e) Kaji perdarahn menyangkut jumlah darah
f) Berikan obat anti koagulan

4) D (DISABILITY)
Pada pasien dengan gigitan ular resiko terjadinya syok sampe
penurunan kesadaran. Ini diakibatkan kelupuhan otot pernapasan
dimana pasien akan mengalami henti napas.
Selain itu juga disebabkan oleh perdarahan akibat lisis pada
eritrosit.

5) E (EXPOSURE)
Pada pasien ini terjadi pembengkakan pada daerah gigitan dan
kemerahan sampai dengan perubahan warana kulit.

3) SECONDERY SURVEY
a) Bawakan pasien ke tempat pelayanan kesehatan.
b) Bila ragu pantau gejala keracunan
c) Pasang infus
d) Berikan adrenalin 0,5 mg dan hidrokortison 100 mg IV. Apabila
terjadi laringo spasme dan bronkospaspe
2. Pengkajian sekunder
Pengumpulan Data
a. Aktivitas / Istrahat
Gejala :
- Klien mengatakan tidak mampu melakukan aktivitas
- Klien mengatakan pinggang terasa pegal.
Tanda: Klien nampak lemah
b. Makanan dan Cairan
Tanda : Klien mengatakan merasa mual dan muntah
Gejala : Klien nampak mual dan muntah
c. Nyeri dan Kenyamanan
Tanda :
- Rasa sakit di seluruh persendian tubuh
- Rasa sakit atau berat didada dan perut
- Pusing, mata berkunang – kunang
Gejala:
- Nampak pembengkakan pada luka gigitan ular
- Tanda-tanda tusukan gigi
d. Integritas ego
Tanda: Klien mengatakan takut dengan keadaannya
Gejala: Reaksi emosi yang kuat, kaget.
Diagnosa Keperawatan
1. Ketidak efektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan
disfungsi neuromuskular.
2. Hipotermia berhubungan dengan kerusakan hipotalamus
3. Resiko infeksi dengan faktor resiko ketidakadekuatan pertahanan
sekunder/primer
4. Ansietas berhubungan dengan ancaman kematian

Diagnosa
no Noc (tujuan) NIc (Intervensi)
keperawatan
1 Ketidak efektifan Aspiration control
 Respiratory status :
bersihan jalan nafas 1.1BerikanO2 ……l/mnt,
Ventilation
berhubungan  Respiratory status : 1.2 Anjurkan pasien untuk
Airway patency
dengan disfungsi istirahat dan napas dalam
 Aspiration Control
neuromuskular. 1.3 Posisikan pasien untuk
Setelah dilakukan
Memaksimalkan ventilasi
tindakan keperawatan
1.4 Lakukan fisioterapi dada
selama x24 jam pasien
jika perlu
menunjukkan
1.5 Auskultasi suara nafas,
keefektifan jalan nafas
catat adanya suara tambahan
dibuktikan dengan
1.6 Monitor status
kriteria hasil :
hemodinamik
1. Menunjukkan jalan
1.7Atur intake untuk cairan
nafas yang paten
Mengoptimalkan
(klien tidak merasa
keseimbangan.
tercekik, irama 1.8 Monitor respirasi dan
nafas, frekuensi status O2
pernafasan dalam 1.9 jelaskan pada pasien dan
rentang normal, keluarga tentang penggunaan
tidak ada suara peralatan : O2, Suction,
nafas abnormal) Inhalasi.
2. Mampu
mengidentifikasikan
dan mencegah
faktor penyebab.
3. Saturasi O2 dalam
batas normal
2 Hipotermi  Thermoregulation Temperature regulation
 Thermoregulation : 2.1 monitor suhu minimal 2
berhubungan
neonate jam
dengan kerusakan
Setelah dilakukan 2.2 rencanakan monitoring
hipotalamus
tindakan keperawatan suhu secara kontinyu.
2.3 monitor TD, RR, nadi
selama ... X 24 jam,
2.4 monitor warna kulit dan
hipotermi dapat teratasi
suhu kulit
dengan kriteria hasil : 2.5 monitor tanda-tanda
1. Suhu tubuh dalam
hipotermi dan hipertermi
rentang normal 2.6 tingkatkan intake cairan
2. Nadi dan RR dalam
dan nutrisi
rentang normal 2.7 diskusikan tentang
pentingnya pengaturan suhu
dan kemungkinan efek
negatif dan kedinginan
2.8 beritahukan tentang
indikasi terjadinya keletihan
dan penanganan emergency
yang diperlukan.
2.9 ajarkan indikasi dari
hipotermi
3 Resiko infeksi  immune status Control infeksi
3.1 Pertahankan teknik
dengan faktor resiko  knowledge :
aseptif
ketidakadekuatan infection control 3.2Batasi pengunjung bila
perlu
pertahanan  risk control
3.3 Cuci tangan setiap
sekunder/primer setelah dilakukan sebelum dan sesudah
tindakan keperawatan
perawatan ..x24 jam
3.4 Gunakan baju, sarung
tidak terjadi infeksi tangan sebagai alat pelindung
3.5 Ganti letak IV perifer dan
sekunder degnga
dressing sesuai dengan
kriteria hasil : petunjuk umum
3.6 Tingkatkan intake nutrisi
1. Bebas dari tanda-
3.7 Berikan terapi
tanda infeksi. antibiotik:...............................
..
2. Angka leukosit
3.8 Monitor tanda dan gejala
normal. infeksi sistemik dan lokal
3.9 Pertahankan teknik isolasi
3. Klien mengatakan
k/p
tahu tentang tanda- 3.10 Inspeksi kulit dan
membran mukosa terhadap
tanda infeksi.
kemerahan, panas, drainase
3.11 Monitor adanya luka
3.12 Dorong masukan cairan
3.13 Dorong istirahat
3.14 Ajarkan pasien dan
keluarga tanda dan gejala
infeksi
3.15 Kaji suhu badan pada
pasien neutropenia setiap 4
jam

4 Ansietas  anxiety self-control Penurunan kecemasan.


berhubungan  anxiety level Aktifitas :
dengan ancaman  coping 4.1 Bina hubungan saling
kematian 1. setelah dilakukan percaya.
perawatan 2x24 jam 4.2 Libatkan keluarga.
cemas klien hilang 4.3 Jelaskan semua prosedur.
atau berkurang. 4.4 Hargai pengetahuan klien
Dengan kriteria tentang penyakitnya.
hasil : 4.5 Bantu klien untuk
2. Mengungkapkan mengefektifkan sumber
cara mengatasi support.
cemas. 4.6 Berikan reinforcemen
3. Mampu
untuk menggunakan sumber
menggunakan
coping yang efektif.
coping.
4. Bisa tidur.
5. Mengungkapkan
tidak ada penyebab
fisik yang dapat
menyebabkan
cemas

J. Implementai
Pada tahap ini dilaksanakan pelaksanaan dari perencanaan keperawatan yang
telah ditentukan dengan tujuan untuk memenuhi kebutuhan pasien secara
optimal. Pelaksanaan tindakan keperawatan merupakan reaksi yang telah
ditetapkan dalam perencanaan keperawatan.
K. Evaluasi
Pada evaluasi ini sangat diperhatikan adalah
1. Perdarahan
2. Penurunan kesadaran
3. Gangguan pernapasan
4. Dan peradangan pada daerah gigitan
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Prinsip Pertolongan Pertama pada korban gigitan ular adalah,
meringankan sakit, menenangkan pasien dan berusaha agar bisa ular tidak
terlalu cepat menyebar ke seluruh tubuh sebelum dibawa ke rumah
sakit. Pada beberapa tahun yang lalu penggunaan torniket
dianjurkan. Seiring berkembangannya ilmu pengetahuan kini
dikembangkan metode penanganan yang lebih baik yakni metode
pembalut dengan penyangga. Idealnya digunakan pembalut dari kain tebal,
akan tetapi jika tidak ada dapat juga digunakan sobekan pakaian atau baju
yang disobek menyerupai pembalut. Metode ini dikembangkan setelah
dipahami bahwa bisa menyebar melalui pembuluh limfa dari korban.
Diharapkan dengan membalut bagian yang tergigit maka produksi getah
bening dapat berkurang sehingga menghambat penyebaran bisa sebelum
korban mendapat ditangani secara lebih baik di rumah sakit

B. Saran
Segera bawa ke rumah sakit atau puskesmas terdekat. Informasikan
kepada dokter mengenai penyakit yang diderita pasien seperti asma dan
alergi pada obat – obatan tertentu, atau pemberian antivenom
sebelumnya. Ini penting agar dokter dapat memperkirakan kemungkinan
adanya reaksi dari pemberian antivenom selanjutnya.
DAFTAR PUSTAKA

Warrell, David A. 2010. Guidelines for the management of snake-bites. WHO


Regional Office for South-East Asia

Warrel, David A. 2010. Snake Bite. Department of Clinical Medicine, University


of Oxford

Prihatini, Trisnaningsih, Muchdor, U.N. Rachman. 2007. Penyebaran gumpalan


dalam pembuluh darah (disseminated intravascular coagulation) akibat racun
gigitan ular. Indonesian Journal of Clinical Pathology and Medical Laboratory,
Vol. 14, No. 1, November 2007.

Cribari, Cris. 2004. Management of Poisonous Snakebites. American College of


Surgeons Committee on Trauma.

Hafid, Abdul, dkk.2006.Bab 2 : Luka, Trauma, Syok, Bencana., Buku Ajar Ilmu
Bedah, Edisi Revisi, EGC : Jakarta

Anda mungkin juga menyukai