Anda di halaman 1dari 28

LAPORAN PENDAHULUAN

POST NATAL CARE (PNC)

A. PENGERTIAN
Periode postpartum adalah waktu penyembuhan dan perubahan,
waktu kembali pada keadaan tidak hamil, serta penyesuaian terhadap
hadirnya anggota keluarga baru. Masa nifas adalah masa dimulai beberapa
jam sesudah lahirnya plasenta sampai 6 minggu setelah melahirkan
(Ambarwati, 2008).
Periode postnatal mengacu pada waktu setelah melahirkan, dimana
beradaptasi fisiologi bayi dan risiko terhadap ibu perdarahan postpartum dan
morbiditas yang signifikan lainnya yang tertinggi. Periode postnatal
meliputi 24 jam pertama sejak lahir. Biasanya, pada akhir periode ini
dikaitkan dengan pelaksanaan intervensi seperti promosi kontrasepsi dan
imunisasi bayi, meskipun beberapa metode kontrasepsi, seperti metode
amenorea laktasi, IUD, vasektomi dan sterilisasi perempuan, harus
didiskusikan bahkan sebelum melahirkan, dan beberapa imunisasi, seperti
yang terhadap hepatitis B dan tuberkulosis (BCG), dapat diberikan saat lahir
(Hacker, 2009).
Asuhan masa nifas diperlukan dalam periode ini karena merupakan
masa kritis baik ibu maupun bayinya. Diperkirakan 60% kematian ibu akibat
kehamilan terjadi setelah persalinan dan 50% kematian masa nifas terjadi
dalam 24 jam pertama. Masa neonatus merupakan masa kritis bagi
kehidupan bayi, 2/3 kematian bayi terjadi dalam 4 minggu setelah persalinan
dan 60% kematian bbl terjadi dalam waktu 7 hari setelah lahir. Dengan
pemantauan dan asuhan pada ibu dan bayi pada masa nifas dapat mencegah
kematian dini (Ambarwati, 2008).

Asuhan keperawatan pada masa postpartum dibagi atas tiga periode,


yaitu (Mitayani, 2009):
1. Immediate postpartum, adalah masa 24 jam postpartum
2. Early postpartum, adalah masa pada minggu pertama postpartum
3. Late Postpartum, adalah masa pada minggu kedua sampai dengan
minggu keenam postpartum

B. TUJUAN PERAWATAN MASA NIFAS


Dalam masa nifas ini penderita memerlukan perawatan dan pengawasan yang
dilakukan selama ibu tinggal di rumah sakit maupun setelah nanti keluar dari
rumah sakit.
Adapun tujuan dari perawatan masa nifas adalah:
1. Menjaga kesehatan ibu dan bayi baik fisik maupun psikologi.

1
2. Melaksanakan skrining yang komprehensif, mendeteksi masalah,
mengobati atau merujuk bila terjadi komplikasi pada ibu maupun bayi.
3. Memberikan pendidikan kesehatan tentang perawatan kesehatan diri,
nutrisi, keluarga berencana, menyusui, pemberian imunisasi pada bayi
dan perawatan bayi sehat.
4. Untuk mendapatkan kesehatan emosi (Bahiyatun, 2009).

C. KEBIJAKAN PROGRAM NASIONAL MASA NIFAS


Kebijakan program nasional pada masa nifas yaitu paling sedikit empat kali
melakukan kunjungan pada masa nifas, dengan tujuan untuk :
1. Menilai kondisi kesehatan ibu dan bayi.
2. Melakukan pencegahan terhadap kemungkinan-kemungkinan adanya
gangguan kesehatan ibu nifas dan bayinya.
3. Mendeteksi adanya komplikasi atau masalah yang terjadi pada masa
nifas.
4. Menangani komplikasi atau masalah yang timbul dan mengganggu
kesehatan ibu nifas maupun bayinya.
KUNJUNGAN WAKTU ASUHAN
KE-1 6-8 jam Mencegah perdarahan masa nifas oleh
postpartum karena atonia uteri.
Mendeteksi dan perawatan penyebab
lain perdarahan serta melakukan rujukan
bila perdarahan berlanjut.
Memberikan konseling pada ibu dan
keluarga tentang cara mencegah
perdarahan yang disebabkan atonia uteri.
Pemberian ASI awal.
Mengajarkan cara mempererat hubungan
antara ibu dan bayi baru lahir.
Menjaga bayi tetap sehat melalui
pencegahan hipotermi.
Setelah bidan melakukan pertolongan
persalinan, maka bidan harus menjaga
ibu dan bayi untuk 2 jam pertama setelah
kelahiran atau sampai keadaan ibu dan
bayi baru lahir dalam keadaan baik.
KE-2 6 hari Memastikan involusi uterus barjalan
postpartum dengan normal, uterus berkontraksi
dengan baik, tinggi fundus uteri di
bawah umbilikus, tidak ada perdarahan
abnormal.

2
Menilai adanya tanda-tanda demam,
infeksi dan perdarahan
Memastikan ibu mendapat istirahat yang
cukup.
Memastikan ibu mendapat makanan
yang bergizi dan cukup cairan.
Memastikan ibu menyusui dengan baik
dan benar serta tidak ada tanda-tanda
kesulitan menyusui.
Memberikan konseling tentang
perawatan bayi baru lahir
KE-3 2 minggu Asuhan pada 2 minggu post partum
postpartum sama dengan asuhan yang diberikan
pada kunjungan 6 hari post partum.
KE-4 6 minggu Menanyakan penyulit-penyulit yang
postpartum dialami ibu selama masa nifas.
Memberikan konseling KB secara dini.
(Suhermi, 2007).

D. PERUBAHAN PADA MASA NIFAS


Selama menjalani masa nifas, ibu mengalami perubahan yang bersifat
fisiologis yang meliputi perubahan fisik dan psikologik, yaitu:
1. Perubahan Fisik
a. Involusi
Involusi adalah perubahan yang merupakan proses kembalinya alat
kandungan atau uterus dan jalan lahir setelah bayi dilahirkan hingga
mencapai keadaan seperti sebelum hamil (Hacker, 2009).
Proses involusi terjadi karena adanya:
 Autolysis yaitu penghancuran jaringan otot-otot uterus yang
tumbuh karena adanya hiperplasi, dan jaringan otot yang
membesar menjadi lebih panjang sepuluh kali dan menjadi lima
kali lebih tebal dari sewaktu masa hamil akan susut kembali
mencapai keadaan semula. Penghancuran jaringan tersebut akan
diserap oleh darah kemudian dikeluarkan oleh ginjal yang
menyebabkan ibu mengalami beser kencing setelah melahirkan
(Hanifa, 2007).
 Aktifitas otot-otot yaitu adanya kontrasi dan retraksi dari otot-otot
setelah anak lahir yang diperlukan untuk menjepit pembuluh
darah yang pecah karena adanya pelepasan plasenta dan berguna
untuk mengeluarkan isi uterus yang tidak berguna. Karena
kontraksi dan retraksi menyebabkan terganggunya peredaran

3
darah uterus yang mengakibatkan jaringan otot kurang zat yang
diperlukan sehingga ukuran jaringan otot menjadi lebih kecil
(Hanifa, 2007).
 Ischemia yaitu kekurangan darah pada uterus yang menyebabkan
atropi pada jaringan otot uterus (Hanifa, 2007).
Involusi pada alat kandungan meliputi:
1) Uterus
Setelah plasenta lahir uterus merupakan alat yang keras, karena
kontraksi dan retraksi otot-ototnya. Perubahan uterus setelah
melahirkan dapat dilihat pada tabel dibawah ini.
Berat Diameter Bekas Keadaan
Involusi TFU
Uterus Melekat Plasenta Cervix

Setelah Lembek
Sepusat 1000 gr 12,5 cm
plasenta lahir

Pertengahan Dapat dilalui 2


1 minggu 500 gr 7,5 cm
pusat symphisis jari

Dapat dimasuki
2 minggu Tak teraba 350 gr 5 cm
1 jari

Sebesar hamil 2
6 minggu 50 gr 2,5 cm
minggu

8 minggu Normal 30 gr

(Hanifa, 2007).

2) Involusi tempat plasenta


Pada permulaan nifas bekas plasenta mengandung banyak
pembuluh darah besar yang tersumbat oleh trombus. Luka bekas
implantasi plasenta tidak meninggalkan parut karena dilepaskan
dari dasarnya dengan pertumbuhan endometrium baru dibawah
permukaan luka. Endometrium ini tumbuh dari pinggir luka dan
juga sisa-sisa kelenjar pada dasar luka (Hanifa, 2007).
3) Perubahan pembuluh darah rahim
Dalam kehamilan, uterus mempunyai banyak pembuluh darah
yang besar, tetapi karena setelah persalinan tidak diperlukan lagi
peredaran darah yang banyak maka arteri harus mengecil lagi
dalam masa nifas (Hanifa, 2007).
4) Perubahan pada cervix dan vagina
Beberapa hari setelah persalinan ostium eksternum dapat dilalui
oleh 2 jari, pada akhir minggu pertama dapat dilalui oleh 1 jari

4
saja. Karena hiperplasi ini dan karena karena retraksi dari cervix,
robekan cervix jadi sembuh. Vagina yang sangat diregang waktu
persalinan, lambat laun mencapai ukuran yang normal. Pada
minggu ke 3 post partum ruggae mulai nampak kembali (Hanifa,
2007).
b. After pains/ Rasa sakit (meriang atau mules-mules)
disebabkan koktraksi rahim biasanya berlangsung 3 – 4 hari pasca
persalinan. Perlu diberikan pengertian pada ibu mengenai hal ini dan
bila terlalu mengganggu analgesik (Hanifa, 2007).
c. Lochea
Lochea adalah cairan yang dikeluarkan dari uterus melalui vagina
dalam masa nifas. Lochea bersifat alkalis, jumlahnya lebih banyak
dari darah menstruasi. Lochea ini berbau anyir dalam keadaan normal,
tetapi tidak busuk.Pengeluaran lochea dapat dibagi berdasarkan
jumlah dan warnanya yaitu lochea rubra berwarna merah dan hitam
terdiri dari sel desidua, verniks kaseosa, rambut lanugo, sisa
mekonium, sisa darah dan keluar mulai hari pertama sampai hari
ketiga (Hanifa, 2007; Hacker, 2009).
1) Lochea rubra (cruenta)
Berisi darah segar dan sisa-sisa selaput ketuban, sel-sel desidua,
vernik caseosa, lanugo, mekonium. Selama 2 hari pasca
persalinan.
2) Lochea sanguinolenta
Berwarna merah kuning berisi darah dan lendir, hari 3–7 pasca
persalinan.
3) Lochea serosa
Berwarna kuning cairan tidak berdarah lagi. Pada hari ke 2–4
pasca persalinan.
4) Lochea alba
Cairan putih setelah 2 minggu.
5) Lochea purulenta
Terjadi infeksi keluar cairan seperti nanah, berbau busuk.
6) Lacheostatis
Lochea tidak lancar keluarnya.
d. Dinding perut dan peritonium
Setelah persalinan dinding perut longgar karena diregang begitu lama,
biasanya akan pulih dalam 6 minggu. Ligamen fascia dan diafragma
pelvis yang meregang pada waktu partus setelah bayi lahir berangsur
angsur mengecil dan pulih kembali.Tidak jarang uterus jatuh ke
belakang menjadi retrofleksi karena ligamentum rotundum jadi
kendor. Untuk memulihkan kembali sebaiknya dengan latihan-latihan
pasca persalinan (Hanifa, 2007).

5
e. Sistem Kardiovaskular
Selama kehamilan secara normal volume darah untuk
mengakomodasi penambahan aliran darah yang diperlukan oleh
placenta dan pembuluh darah uterus. Penurunan dari estrogen
mengakibatkan diuresis yang menyebabkan volume plasma menurun
secara cepat pada kondisi normal. Keadaan ini terjadi pada 24 sampai
48 jam pertama setelah kelahiran. Selama ini klien mengalami sering
kencing. Penurunan progesteron membantu mengurangi retensi cairan
sehubungan dengan penambahan vaskularisasi jaringan selama
kehamilan (Hanifa, 2007).
f. Ginjal
Aktifitas ginjal bertambah pada masa nifas karena reduksi dari volume
darah dan ekskresi produk sampah dari autolysis. Puncak dari aktifitas
ini terjadi pada hari pertama post partum (Suhermi, 2007).
g. Sistem Hormonal
1) Oxitoxin
Oxitoxin disekresi oleh kelenjar hipofise posterior dan bereaksi
pada otot uterus dan jaringan payudara. Selama kala tiga
persalinan aksi oxytoxin menyebabkan pelepasan plasenta. Setelah
itu oxytoxin beraksi untuk kestabilan kontraksi uterus,
memperkecil bekas tempat perlekatan plasenta dan mencegah
perdarahan. Pada wanita yang memilih untuk menyusui bayinya,
isapan bayi menstimulasi ekskresi oxytoxin diamna keadaan ini
membantu kelanjutan involusi uterus dan pengeluaran susu.
Setelah placenta lahir, sirkulasi HCG, estrogen, progesteron dan
hormon laktogen placenta menurun cepat, keadaan ini
menyebabkan perubahan fisiologis pada ibu nifas (Hanifa, 2007).

2) Prolaktin
Penurunan estrogen menyebabkan prolaktin yang disekresi oleh
glandula hipofise anterior bereaksi pada alveolus payudara dan
merangsang produksi susu. Pada wanita yang menyusui kadar
prolaktin terus tinggi dan pengeluaran FSH di ovarium ditekan.
Pada wanita yang tidak menyusui kadar prolaktin turun pada hari
ke 14 sampai 21 post partum dan penurunan ini mengakibatkan
FSH disekresi kelenjar hipofise anterior untuk bereaksi pada
ovarium yang menyebabkan pengeluaran estrogen dan progesteron
dalam kadar normal, perkembangan normal folikel de graaf,
ovulasi dan menstruasi ((Hanifa, 2007; Mitayani, 2009).
3) Laktasi
Laktasi dapat diartikan dengan pembentukan dan pengeluaran air
susu ibu. Air susu ibu ini merupakan makanan pokok, makanan

6
yang terbaik dan bersifat alamiah bagi bayi yang disediakan oleh
ibu yamg baru saja melahirkan bayi akan tersedia makanan bagi
bayinya dan ibunya sendiri.
Selama kehamilan hormon estrogen dan progestron merangsang
pertumbuhan kelenjar susu sedangkan progesteron merangsang
pertumbuhan saluran kelenjar , kedua hormon ini mengerem LTH.
Setelah plasenta lahir maka LTH dengan bebas dapat merangsang
laktasi (Hanifa, 2007).
Lobus prosterior hypofise mengeluarkan oxtoxin yang merangsang
pengeluaran air susu. Pengeluaran air susu adalah reflek yang
ditimbulkan oleh rangsangan penghisapan puting susu oleh bayi.
Rangsang ini menuju ke hypofise dan menghasilkan oxitocin
yang menyebabkan buah dada mengeluarkan air susunya (Suherni,
2007).
Pada hari ke 3 postpartum, buah dada menjadi besar, keras dan
nyeri. Ini menandai permulaan sekresi air susu, dan kalau areola
mammae dipijat, keluarlah cairan puting dari puting susu.Air susu
ibu kurang lebih mengandung Protein 1-2 %, lemak 3-5 %, gula
6,5-8 %, garam 0,1 – 0,2 % (Hacker, 2009).
Hal yang mempengaruhi susunan air susu adalah diit, gerak badan.
Banyaknya air susu sangat tergantung pada banyaknya cairan serta
makanan yang dikonsumsi ibu (Hanifa, 2007).

h. Tanda-tanda vital
Perubahan tanda-tanda vital pada massa nifas meliputi:
Parameter Penemuan normal Penemuan abnormal
Tanda- Tekanan darah < 140 / 90 mmHg, Tekanan darah > 140 / 90
tanda vital mungkin bisa naik dari tingkat disaat mmHg
persalinan 1 – 3 hari post partum.
Suhu tubuh < 38 0 C
Denyut nadi: 60-100 X / menit Suhu > 380 C
Denyut nadi: > 100 X / menit
(Ambarwati, 2008).
Vital Sign sebelum kelahiran bayi :
Suhu :
 saat partus lebih 37,20C
 sesudah partus naik 0,50C
 12 jam pertama suhu kembali normal
Nadi :
 60 – 80 x/mnt
 ·Segera setelah partus bradikardi

7
Tekanan darah :TD meningkat karena upaya keletihan dan persalinan,
hal ini akan normal kembali dalam waktu 1 jam (Bahiyatun, 2009).
Vital sign setelah kelahiran anak :
1) Temperatur : Selama 24 jam pertama mungkin kenaikan
menjadi 380C (100,40F) disebabkan oleh efek dehidrasi dari
persalinan.
2) Kerja otot yang berlebihan selama kala II dan fluktuasi hormon
setelah 24 jam wanita keluar dari febris.
3) Nadi : Nadi panjang dengan stroke volume dan cardiacc output.
Nadi naik pada jam pertama. Dalam 8 – 10 minggu setelah
kelahiran anak, harus turun ke rata-rata sebelum hamil.
4) Pernapasan : Pernapasan akan jatuh ke keadaan normal wanita
sebelum persalinan.
5) Tekanan darah : Tekanan darah berubah rendah semua,
ortistatik hipotensi adalah indikasi merasa pusing atau
pusingtiba-tiba setelah terbangun, dapat terjadi 48 jam pertama
(Bahiyatun, 2009).

Penyimpangan dari kondisi dan penyebab masalah :


1) Diagnosa sepsis puerpuralis adalah jika kenaikan pada maternal
suhu menjadi 380C
2) Kecepatan rata-rata nadi adalah satu yang bertambah mungkin
indikasi hipovolemik akibat perdarahan.
3) Hipoventilasi mungkin mengikuti keadaan luar biasanya karena
tingginya sub arachnoid (spinal) blok.
4) Tekanan darah rendah mungkin karena refleksi dari
hipovolemik sekunder dari perdarahan (Suhermi, 2007).

2. Perubahan Psikologi
Perubahan psikologi masa nifas terbagi menjadi dalam 3 tahap yaitu:
1. Periode Taking In
Periode ini terjadi setelah 1-2 hari dari persalinan. Dalam masa
ini terjadi interaksi dan kontak yang lama antara ayah, ibu dan
bayi. Hal ini dapat dikatakan sebagai psikis honey moon yang
tidak memerlukan hal-hal yang romantis, masing-masing saling
memperhatikan bayinya dan menciptakan hubungan yang baru.
2. Periode Taking Hold
Berlangsung pada hari ke – 3 sampai ke- 4 post partum. Ibu
berusaha bertanggung jawab terhadap bayinya dengan berusaha
untuk menguasai keterampilan perawatan bayi. Pada periode ini
ibu berkosentrasi pada pengontrolan fungsi tubuhnya, misalnya
buang air kecil atau buang air besar.

8
3. Periode Letting Go
Terjadi setelah ibu pulang ke rumah. Pada masa ini ibu
mengambil tanggung jawab terhadap bayi (Nirwana, 2011).

Baby Blues Syndrome


Pasca melahirkan adalah periode dimana ibu menjalani hari yang
melelahkan. Kelelahan ini terkait dengan keadaan sang bayi maupun
perubahan kondisi fisik dan psikis ibu, dan hal ini dapat memicu perasaan
tertekan (stres). Banyak ibu baru melahirkan mengalami depresi pasca
persalinan atau lebih dikenal sebagai baby blues syndrome (Murtiningsih,
2012).
Baby blues syndrome atau sering disebut juga dengan istilah
maternity blues atau post partum blues adalah gangguan emosi ringan
yang biasanya terjadi dalam kurun waktu 2 minggu atau 14 hari setelah
ibu melahirkan. Banyak faktor yang bisa menyebabkan baby blue
syndrome, yaitu : dari ibu, bayi yang di lahirkan dan lingkungan sekitar.
Ketidakseimbangan hormonal, hormon thyroid, perubahan gaya hidup
juga dilaporkan sebagai faktor yang menyebabkan baby blue syndrome
(Nirwana, 2011).
Baby blues ditandai perasaan sedih, seperti menangis, perasaan
kesepian atu menolak bayi, cemas, bingung, lelah, merasa gagal dan tidak
bisa tidur. Baby blues relatif ringan dan biasanya berlangsung 2 minggu.
Perbedaan dengan syndrome of postpartum distress adalah pada
frekuensi, intensitas dan lamanya durasi gejala. Dalam postpartum
depression, gejala yang lebih sering, lebih intens dan lebih lama
(Murtiningsih, 2012).
Seseorang terdiagnosis Baby Blues Syndrome apabila terlihat
secara psikologis kejiwaannya seperti di bawah ini.
a. Dipenuhi oleh perasaan kesedihan dan depresi disertai dengan
menangis tanpa sebab
b. Mudah kesal, gampang tersinggung dan tidak sabaran
c. Tidak memiliki tenaga atau sedikit saja
d. Cemas, merasa bersalah dan tidak berharga
e. Menjadi tidak tertarik dengan bayi anda atau menjadi terlalu
memperhatikan dan kuatir terhadap bayinya
f. Tidak percaya diri
g. Sulit beristirahat dengan tenang bias juga tidur lebih lama
h. Peningkatan berat badan yang disertai dengan makan berlebihan
i. Penurunan berat badan yang disertai tidak mau makan
j. Perasaan takut untuk menyakiti diri sendiri atau bayinya
(Murtiningsih, 2012).

9
Jika pasien mengalaminya lebih dari 2 minggu, bisa jadi pasien
mengalami Post partum Depression. Apabila gejala diatas tidak disadari
dan lama kelamaan tekanan atau stres yang dirasakan semakin kuat atau
semakin besar maka penderita akan mengalami depresi pasca melahirkan
yang berat (Nirwana, 2011).
Berikut adalah perbedaan gejala klinis dari Baby blue syndrome,
Postpartum Deppression dan Postpartum Psychotic

Tabel 1.1 Perbedaan Gejala Kinis dari Baby Blue Syndrome, Postpartum
Deppression dan Postpartum Psychotic
Baby Blue Syndrome Postpartum Deppression Postpartum Psychotic
 Terjadi pada 30-75%  Terjadi pada 10-15%  Terjadi pada 0,1-
ibu melahirkan ibu melahirkan 0,2% ibu melahirkan
 Gangguan suasana  Gangguan suasana  Depresi dengan
hati & pikiran hati & pikiran, dengan gangguan mood
(Mood) perasaan tertekan  Khayalan yang kacau
 Munculnya rasa sedih yang merata (bayi cacat/
 Murung, gelisah,  Mudah/sering meninggal,
tidak nyaman menangis mengingkari
 Kebingungan yang  Hampir selalu sulit kelahiran,
subjektif tidur menganggap dirinya
 Menjadi mudah/  Terjadi antara 3-6 belum menikah,
sering menangis bulan setelah perawan, terus
 Kadang sulit tidur melahirkan, biasanya menerus meragukan
 Terjadi 3-5 hari 12 minggu keyakinan diri,
setelah melahirkan  Berlangsung selama mudah terpengaruh,
 Berlangsung selama beberapa bulan, bila memberontak)
beberapa hari sampai tidak mendapatkan  Mengeluh letih, tidak
beberapa minggu perawatan bisa bisa tidur, gelisah,
 Tanpa pemicu khusus mencapai beberapa menangis, emosi
tahun tidak terkendali,
 Tidak dipengaruhi
kondisi sosial budaya  Pemicu utama terjadi curiga, bingung,
bila tidak bukan dirinya
dan tingkat ekonomi
mendapatkan sendiri, kata-kata
 Bisa terjadi pada
dukungan dari suami menyakitkan, obsesi
orang yang tidak
dan/atau anggota pada kesehatan bayi.
pernah dan berasal
keluarga  Mengeluh tidak bisa
dari anggota
yang  Sangat dipengaruhi berdiri, tidak bisa
keluarganya
kondisi sosial budaya berjalan/bergerak
tidak pernah
mengalami dan tingkat ekonomi  Terjadi beberapa
penyimpangan mood  Sangat erat hari, rata-rata 2-3

10
 Tidak berpikir ingin hubungannya dengan minggu setelah
bunuh diri pengalaman kelahiran, hampir
 Jarang ada yang penyimpangan mood selalu dalam kurun 8
berpikir ingin yang pernah/sedang minggu
menyakiti sang bayi dialami. Bisa terjadi  50% berasal dari
 Hampir tidak pernah pada ibu yang anggota keluarga yang pernah
merasa bersalah dan keluarga lainnya mengalami
tidak berdaya. pernah mengalami penyimpangan mood
 Bisa kembali normal penyimpangan mood.  Ingin bunuh diri atau
dengan sendirinya  Kadang berpikir ingin membunuh sang
bila dukungan dan bunuh diri. bayi. Bisa merasa
bantuan anggota  Sering berpikir ingin ada suara-suara yang
keluarga lain bisa menyakiti sang bayi menyuruhnya bunuh
membuat sang ibu  Sering merasa diri atau membunuh
baru tersebut tenang berlebihan merasa sang bayi
bersalah dan tidak  Dari populasi
berdaya penderita, 5% bunuh
 Perlu mendapatkan diri, 4 % membunuh
bantuan dan treatment bayinya, 67%
mengalami kejadian
kedua kali
penyimpangan
emosional (affective
disorder) sepanjang
tahun
 Proses kelahiran
menjadi salah satu
ketegangan yang
berkembang menjadi
penyimpangan mood
yang hebat
 Harus mendapatkan
bantuan, pengawasan
dan treatment

(Nirwana, 2011).

11
Tabel 1.2 Perbedaan antara Baby Blues Syndrome dengan Post Partum
Depression
Karakteristik Baby Blues Syndrome Post Patum Depression
Insiden 30-75% pada ibu yang 10-15% pada ibu yang
melahirkan melahirkan
Onset 3-5 hari setelah 3-6 bulan setelah melahirkan
melahirkan
Durasi Hari sampai minggu Minggu sampai bulanan jika
tidak mendapat perawatan
Stressor yang Tidak ada hubungan Ada terutama kurang nya
berhubungan dukungan
Pengaruh Sosial dan Tidak ada hubungan Ada hubungan yang kuat
Budaya
Riwayat Keluarga Tidak ada hubungan Ada hubungan yang kuat
Mood Disorder
Rasa Sedih ya ya
Mood Lability ya Sering pada awalnya kemudian
depresi secara bertahap
Anhedonia Tidak Sering
Gangguan tidur Kadang-kadang Sering
Keinginan untuk Tidak ada Kadang-kadang
bunuh diri
Keinginan untuk Jarang Sering
menyakiti bayi
Adanya Perasaan Tidak ada dan jika ada Sering dan biasanya berat
bersalah dan biasanya ringan
ketidakmampuan
(Murtiningsih, 2012).

E. INTERVENSI MASA NIFAS


Setelah melahirkan, ibu membutuhkan perawatan yang intensif untuk
pemulihan kondisinyasetelah proses persalinan yang melelahkan.
Dimana perawatan post partum meliputi:
1. Mobilisasi Dini
Karena lelah sehabis melahirkan, ibu harus istirahat tidur telentang
selama 8 jam pasca persalinan. Kemudian boleh miring kekanan
kekiri untuk mencegah terjadinya trombosis dan trombo emboli.
Pada hari kedua diperbolehkan duduk, hari ketiga jalan-jalan dan
hari keempat atau kelima sudah diperbolehkan pulang. Mobilisasi
diatas memiliki variasi tergantung pada komplikasi persalinan,
nifas dan sembuhnya luka-luka (Ambarwati, 2008).

12
Keuntungan dari mobilisasi dini adalah melancarkan pengeluaran
lochia, mengurangi infeksi purperium, mempercepat involusi alat
kandungan, melancarkan fungsi alat gastrointestinal dan alat
perkemihan, meningkatkan kelancaran peredaran darah sehingga
mempercepat fungsi ASI dan pengeluaran sisa metabolisme
(Ambarwati, 2008).
2. Rawat Gabung
Rawat gabung adalah suatu sistem perawatan ibu dan anak
bersama-sama pada tempat yang berdekatan sehingga
memungkinkan sewaktu-waktu, setiap saat ibu dapat menyusui
anaknya. Rawat gabung adalah satu cara perawatan dimana ibu dan
bayi yang baru dilahirkan tidak dipisahkan, melainkan ditempatkan
dalam sebuah ruangan, kamar atau tempat bersama-sama selama 24
jam penuh seharinya (Suherni, 2007).

Ada dua jenis rawat gabung :


a. RG kontinu : bayi tetap berada disamping ibu selama 24 jam
b. RG parsial : ibu dan bayi bersama - sama hanya dalam
beberapa jam seharinya. Misalnya pagi bersama ibu sementara
malam hari dirawat di kamar bayi. Rawat gabung parsial saat
ini tidak dibenarkan dan tidak dipakai lagi (Suherni, 2007).
Tujuan rawat gabung
a. Memberikan bantuan emosional
1) Ibu dapat memberikan kasi sayang sepenuhnya kepada bayi
2) Memberikan kesempatan kepada ibu dan keluarga untuk
mendapatkan pengalaman dalam merawat bayi
b. Penggunaan ASI
Agar bayi dapat sesegera mungkin mendapatkan
kolostrum/ASI
Produksi ASI akan makin cepat dan banyak jika diberikan
sesering mungkin
c. Pencegahan infeksi
mencegah terjadinya infeksi silang
d. Pendidikan kesehatan
Dapat dimanfaatkan untuk memberikan pendidikan kesehatan
pada ibu
e. Memberikan stimulasi mental dini tumbuh kembang pada bayi
(Suherni, 2007).

13
Manfaat rawat gabung
a. Bagi ibu
1) Aspek psikologi
a) Antara ibu dan bayi akan segera terjalin proses lekat
(early infant-mother bonding) dan lebih akrab akibat
sentuhan badan antara ibu dan bayi
b) Dapat memberikan kesempatan pada ibu untuk belajar
merawat bayinya
c) Memberikan rasa percaya kepada ibu untuk merawat
bayinya. Ibu dapat memberikan ASI kapan saja bayi
membutuhkan, sehingga akan memberikan rasa
kepuasan pada ibu bahwa ia dapat berfungsi dengan
baik sebagaimana seorang ibu memenuhi kebituhan
nutrisi bagi bayinya. Ibu juga akan merasa sangat
dibutuhkan oleh bayinya dan tidak dapat digantikan
oleh orang lain. Hal ini akan memperlancar produksi
ASI (Suherni, 2007).
2) Aspek fisik
a) Involusi uteri akan terjadi dengan baik karena dengan
menyusui akan terjadi kontraksi rahim yang baik
b) Ibu dapat merawat sendiri bayinya sehingga dapat
mempercepat mobilisasi
b. Bagi bayi
1) Aspek psikologi
a) Sentuhan badan antara ibu dan bayi akan berpengaruh
terhadap perkembangan pskologi bayi selanjutnya,
karena kehangatan tubuh ibu merupakan stimulasi
mental yang mutlak dibutuhkan oleh bayi.
b) Bayi akan mendapatkan rasa aman dan terlindung, dan
ini merupakan dasar bagi terbentuknya rasa percaya
pada diri anak (Suherni, 2007).
2) Aspek fisik
a) Bayi segera mendapatkan colostrum atau ASI jolong
yang dapat memberikan kekebalan/antibodi
b) Bayi segera mendapatkan makanan sesuai
pertumbuhannya
c) Kemungkinan terjadi infeksi nosokomial kecil
d) Bahaya aspirasi akibat susu botol dapat berkurang
e) Penyakit sariawan pada bayi dapat dihindari/dikurangi
f) Alergi terhadap susu buatan berkurang (Suherni,
2007).

14
Sasaran dan syarat
a. Bayi lahir dengan spontan, baik presentasi kepala atau bokong
b. Jika bayi lahir dengan tindakan maka rawat gabung dapat
dilakukan setelah bayi cukup sehat, reflek hisap baik, tidak ada
tanda-tanda infeksi, dsb.
c. Bayi yang lahir dengan Sectio Cesarea dengan anestesi umum,
RG dilakukan segera stelah ibu dan bayi sadar penuh (bayi
tidak ngantuk)misalnya 4-6 jam setelah operasi.
d. Bayi tidak asfiksia setelah 5 menit pertama (nilai apgar
minimal 7)
e. Umur kehamilan 37 minggu atau lebih
f. Berat lahir 2000-2500 gram atau lebih
g. Tidak terdapat tanda-tanda infeksi intrapartum
h. Bayi dan ibu sehat (Suherni, 2007).
Kontra indikasi
Rawat gabung tidak dianjurkan pada keadaan :
a. Ibu
 Penyakit jantung derajat III
 Pasca eklamsi
 Penyakit infeksi akut, TBC
 Hepatitis, terinfeksi HIV, sitimegalovirus, herpes simplek
 Karsinoma payudara
b. Bayi
 Bayi kejang
 Sakit berat pada jantung
 Bayi yang memerlukan pengawasan intensif
 Catat bawaan sehingga tidak mampu menyusu (Suherni,
2007).
Persyaratan rawat gabung yang ideal
a. Bayi
 Ranjang bayi tersendiri yang mudah terjangkau dan dilihat
oleh ibu
 Bagi yang memerlukan tersedia rak bayi
 Ukuran tempat tidur anak 40 x 60 cm
b. Ibu
 Ukuran tempat tidur 90 x 200 cm
 Tinggi 90 cm
c. Ruang
 Ukuran ruang untuk satu tempat tidur 1,5 x 3 m
 Ruang dekat dengan ruang petugas (bagi yang masih
memerlukan perawatan)

15
d. Sarana
 Lemari pakaian
 Tempat mandi bayi dan perlengkapannya
 Tempat cuci tangan ibu
 Setiap kamar mempunyai kamar mandi ibu sendiri
 Ada sarana penghubung
 Petunjuk/sarana perawatan payudara, bayi dan nifas,
pemberian makanan pada bayi dengan bahasa yang
sederhana
 Perlengkapan perawatan bayi
e. Petugas
- Rasio petugas dengan pasien 1 : 6
- Mempunyai kemampuan dan ketrampilan dalam
pelaksanaan RG (Suherni, 2007).
Model pengaturan ruangan rawat gabung
a. Satu kamar dengan satu ibu dan anaknya
b. Empat sampai lima orang ibu dalam 1 kamar dengan bayi pada
kamar yang lain bersebelahan dan bayi dapat diambil tanpa ibu
harus meninggalkan tempat tidurnya
c. Beberapa ibu dalam 1 kamar dan bayi dipisahkan dalam 1
ruangan kaca yang kedap udara
d. Model dimana ibu dan bayi tidur di atas tempat tidur yang
sama
e. Bayi di tempat tidur yang letaknya disamping ibu (Suherni,
2007).
3. Pemeriksaan Umum
Pada ibu nifas pemeriksaan umum yang perlu dilakukan antara lain
adalah kesadaran penderita, keluhan yang terjadi setelah
persalinan.
4. Pemeriksaan Khusus
Pemeriksaan khusus pada ibu nifas meliputi:
a. Fisik: tekanan darah, nadi dan suhu
b. Fundus uteri: tinggi fundus uteri, kontraksi uterus.
c. Payudara: puting susu, pembengkakan, pengeluaran ASI
d. Patrun lochia: Locia rubra, lochia sanginolenta, lochia serosa,
lochia alba
e. Luka jahitan episiotomi: Apakah baik atau terbuka, apakah ada
tanda-tanda infeksi (Mitayani, 2009).
5. Edukasi yang diberikan saat pulang adalah:
a. Diit
Masalah diit perlu diperhatikan karena dapat berpengaruh pada
pemulihan kesehatan ibu dan pengeluaran ASI. Makanan harus

16
mengandung gizi seimbang yaitu cukup kalori, protein, cairan,
sayuran dan buah-buahan (Mitayani, 2009).
b. Pakaian
Pakaian agak longgar terutama didaerah dada sehingga
payudara tidak tertekan. Daerah perut tidak perlu diikat terlalu
kencang karena tidak akan mempengaruhi involusi. Pakaian
dalam sebaiknya yang menyerap, sehingga lochia tidak
menimbulkan iritasi pada daerah sekitarnya. Kasa pembalut
sebaiknya dibuang setiap saat terasa penuh dengan lochia,saat
buang air kecil ataupun setiap buang air besar (Mitayani, 2009).
c. Perawatan vulva
Pada tiap klien masa nifas dilakukan perawatan vulva dengan
tujuan untuk mencegah terjadinya infeksi di daerah vulva,
perineum maupun didalam uterus. Perawatan vulva dilakukan
pada pagi dan sore hari sebelum mandi, sesudah buang air
kemih atau buang air besar dan bila klien merasa tidak nyaman
karena lochia berbau atau ada keluhan rasa nyeri. Cara
perawatan vulva adalah cuci tangan sebelum dan sesudah
melakukan perawatan luka, setelah BAK cebok ke arah depan
dan setelah BAB cebok kearah belakang, ganti pembalut stiap
kali basah atau setelah BAB atau BAK, setiap kali cebok
memakai sabun dan luka bisa diberi betadin (Mitayani, 2009).
d. Miksi
Kencing secara spontan sudah harus dapat dilakukan dalam 8
jam post partum. Kadang kadang wanita sulit kencing, karena
spincter uretra mengalami tekanan oleh kepala janin dan
spasme oleh iritasi musculus spincter ani selama persalinan.
Bila kandung kemih penuh dan wanita sulit kencing sebaiknya
dilakukan kateterisasi (Mitayani, 2009).
e. Defekasi
Buang air besar harus terjadi pada 2-3 hari post partum. Bila
belum terjadi dapat mengakibatkan obstipasi maka dapat
diberikan obat laksans per oral atau perektal atau bila belum
berhasil lakukan klisma (Mitayani, 2009).
f. Perawatan Payudara
Perawatan payudara telah mulai sejak wanita hamil supaya
puting susu lemas, tidak keras dan kering, sebagai persiapan
untuk menyusui bayinya. Dianjurkan sekali supaya ibu mau
menyusui bayinya karena sangat berguna untuk kesehatan
bayi.Dan segera setelah lahir ibu sebaiknya menyusui bayinya
karena dapat membantu proses involusi serta colostrum yang
berguna untuk kekebalan tubuh bayi (Mitayani, 2009).

17
g. Kembalinya Datang Bulan atau Menstruasi
Dengan memberi ASI kembalinya menstruasi sulit
diperhitungkan dan bersifat individu. Sebagian besar
kembalinya menstruasi setelah 4-6 bulan (Mitayani, 2009).
h. Cuti Hamil dan Bersalin
Bagi wanita pekerja menurut undang-undang berhak
mengambil cuti hamil dan bersalin selama 3 bulan yaitu 1 bulan
sebelum bersalin dan 2 bulan setelah melahirkan (Mitayani,
2009).
i. Mempersiapkan untuk Metode KB
Pemeriksaan post partum merupakan waktu yang tepat untuk
membicarakan metode KB untuk menjarangkan atau
menghentikan kehamilan. Oleh karena itu penggunaan metode
KB dibutuhkan sebelum haid pertama kembali untuk mencegah
kehamilan baru. Pada umumnya metode KB dapat dimulai 2
minggu setelah melahirkan (Mitayani, 2009)

F. SIBLING RIVALRY
1. Pengertian
Sibling rivalry adalah kompetisi antara saudara kandung untuk
mendapatkan cinta kasih, afeksi dan perhatian dari satu kedua orang
tuanya, atau untuk mendapatkan pengakuan atau suatu yang lebih.
Sibling rivalry atau perselisihan yang terjadi pada anak-anak tersebut
adalah hal yang biasa bagi anak-anak usia antara 5-11 tahun. Bahkan
kurang dari 5 tahun pun sudah sangat mudah terjadi sibling rivalry
(Nirwana, 2011).
2. Penyebab
Menurut Hanifa (2007), banyak faktor yang menyebabkan sibling
rivalry, antara lain:
a. Masing-masing anak bersaing untuk menentukan pribadi mereka,
sehingga ingin menunjukkan pada saudara mereka.
b. Anak merasa kurang mendapatkan perhatian, disiplin dan mau
mendengarkan dari orang tua mereka.
c. Anak-anak merasa hubungan dengan orang tua mereka terancam
oleh kedatangan anggota keluarga baru/ bayi.
d. Tahap perkembangan anak baik fisik maupun emosi yang dapat
mempengaruhi proses kedewasaan dan perhatian terhadap satu
sama lain.
e. Anak frustasi karena merasa lapar, bosan atau letih sehingga
memulai pertengkaran.
f. Kemungkinan, anak tidak tahu cara untuk mendapatkan perhatian
atau memulai permainan dengan saudara mereka.

18
g. Dinamika keluarga dalam memainkan peran.
h. Pemikiran orang tua tentang agresi dan pertengkaran anak yang
berlebihan dalam keluarga adalah normal.
i. Tidak memiliki waktu untuk berbagi, berkumpul bersama dengan
anggota keluarga.
j. Orang tua mengalami stres dalam menjalani kehidupannya.
k. Anak-anak mengalami stres dalam kehidupannya.
l. Cara orang tua memperlakukan anak dan menangani konflik yang
terjadi pada mereka (Hanifa, 2007).
3. Cara Mengatasi Sibling Rivalry
Beberapa hal yang perlu diperhatikan orang tua untuk mengatasi
sibling rivalry, sehingga anak dapat bergaul dengan baik, antara lain:
a. Tidak membandingkan antara anak satu sama lain.
b. Membiarkan anak menjadi diri pribadi mereka sendiri.
c. Menyukai bakat dan keberhasilan anak-anak Anda.
d. Membuat anak-anak mampu bekerja sama daripada bersaing antara
satu sama lain.
e. Memberikan perhatian setiap waktu atau pola lain ketika konflik
biasa terjadi.
f. Mengajarkan anak-anak Anda cara-cara positif untuk mendapatkan
perhatian dari satu sama lain.
g. Bersikap adil sangat penting, tetapi disesuaikan dengan kebutuhan
anak. Sehingga adil bagi anak satu dengan yang lain berbeda.
h. Merencanakan kegiatan keluarga yang menyenangkan bagi semua
orang.
i. Meyakinkan setiap anak mendapatkan waktu yang cukup dan
kebebasan mereka sendiri.
j. Orang tua tidak perlu langsung campur tangan kecuali saat tanda-
tanda akan kekerasan fisik.
k. Orang tua harus dapat berperan memberikan otoritas kepada anak-
anak, bukan untuk anak-anak.
l. Orang tua dalam memisahkan anak-anak dari konflik tidak
menyalahkan satu sama lain.
m. Jangan memberi tuduhan tertentu tentang negatifnya sifat anak.
n. Kesabaran dan keuletan serta contoh-contoh yang baik dari
perilaku orang tua sehari-hari adalah cara pendidikan anak-anak
untuk menghindari sibling rivalry yang paling bagus (Schrader et
al., 2012).
4. Peran Perawat
Peran perawat dalam mengatasi sibling rivalry, antara lain:
a. Membantu menciptakan terjadinya ikatan antara ibu dan bayi
dalam jam pertama pasca kelahiran.

19
b. Memberikan dorongan pada ibu dan keluarga untuk memberikan
respon positif tentang bayinya, baik melalui sikap maupun ucapan
dan tindakan (Mitayani, 2009).

20
G. ASUHAN KEPERAWATAN POST PARTUM FISIOLOGIS

1. Pengkajian
- Biodata Klien
Biodata klien berisi tentang: Nama, Umur, Pendidikan, Pekerjaan, Suku, Agama,
Alamat, No. Medical Record, Nama Suami, Umur, Pendidikan, Pekerjaan , Suku,
Agama, Alamat, Tanggal Pengkajian.
- Alasan masuk
Alasan yang membuat pasien datang dan ingin berobat, pada mastitis ibu ingin
memreriksakan payudaranya
- Keluhan Utama
Untuk mengetahui apa yang dirasakan pasien tersebut bisa memperberat keadaan klien
atau tidak
- Riwayat kesehatan sekarang dan lalu
- Riwayat Kesehatan Keluarga
- Riwayat perkawinan
Status perkawinan yang kurang jelas akan berkaitan dengan psikologisnya sehingga
akan mempengaruhi proses nifas
- Riwayat KB
Untuk mengetahui jenis KB yang pernah digunakan, dan lamanya berapa tahun
- Riwayat menstruasi
Untuk mengetahui tanggal haid normal terakhir, uraian haid normal terakhir, dan
pengalaman haid sebelumnya
- Riwayat kehamilan
Berapa kali ibu hamil, apa pernah abortus, jumlah anak, cara persalinan yang lalu,
penolong persalinan keadaan nifas lalu
- Riwayat persalinan
Ada kelainan atau tidak
- Riwayat nifas
Apakah pernah terdapat kelainan atau pada payudara berupa kaku payudara atau puting
susu lecet atau kemerahan, bila iya terjadi pada hari keberapa
- Pola Nutrisi dan cairan
sKaji tentang nafsu makan, jenisnya, ada pantangan atau tidak, bagi ibu nifas minum
3 liter/hari, 2 liter didapat dari air minum, dan 1 liter didapat dari kuah sayur dan
buah
- Pola Eliminasi
BAB harus ada dalam 3 hari post partum
- Pola Istirahat
Istirahat yang cukup untuk mencegah kelelahan yang berlebihan
- Personal hygiene
Untuk mencegah adanya infeksi
- Pola psikologis
Untuk mengetahui respon ibu terhadap bayinya
- Penggunaan obat-obatan/ rokok

21
Apakah ibu pernah mengkonsumsi rokok dan obat-obatan seama hamil
- Pemeriksaan Fisik
 TTV
 Kepala
 Wajah
Keadaan wajah pucat atau tidak, ada oedema/tidak dn eksema grividarum
 Mata
 Konjunctiva pucat/tidak, sklera kuning/tidak
 Hidung
 Telinga
 Payudara
Nyeri teka memerah atau tidak,
 Abdomen
Ada bekas luka /tidak, terdapat strie atau linia nigra atu tidak
 Vulva
Untuk mengetahui apakah ada luka perineum dan lochea sesuai dengan hari nifas
 Anus
 Ekstremitas
Ada oedema atau tidak
 Lochea
Warna dan baunya
- Pemeriksaan Laboratorium
- Darah : Hemoglobin dan Hematokrit 12-24 jam post partum (jika Hb < 10 g%
dibutuhkan suplemen FE), eritrosit, leukosit, Trombosit.
- Klien dengan Dower Kateter diperlukan culture urine.

2. Diagnosa Keperawatan
a. Nyeri akut
b. Gangguan rasa nyaman
c. Defisiensi pengetahuan
d. Gangguan eliminasi urine
e. Intoleransi aktivitas
f. Kesiapan meningkatkan pemberian ASI
g. Resiko konstipasi
h. Resiko infeksi
3. Rencana Keperawatan

22
Nyeri akut
Diagnosa Keperawatan/ Rencana keperawatan
Masalah Kolaborasi Tujuan dan Kriteria Intervensi
Hasil
Nyeri akut berhubungan NOC : NIC :
dengan:  Pain Level, Pain Management
Agen injuri (biologi, kimia,  pain control, 1. Lakukan pengkajian nyeri
fisik, psikologis),  comfort level secara komprehensif
kerusakan jaringan Setelah dilakukan termasuk lokasi,
tindakan keperawatan karakteristik, durasi,
DS: selama 1x24 jam klien frekuensi, kualitas dan
- Laporan secara verbal tidak mengalami nyeri, faktor presipitasi
DO: dengan kriteria hasil: 2. Observasi reaksi
- Posisi untuk menahan  Mampu mengontrol nonverbal dari
nyeri nyeri (tahu penyebab ketidaknyamanan
- Tingkah laku berhati-hati nyeri, mampu 3. Bantu pasien dan keluarga
- Gangguan tidur (mata menggunakan tehnik untuk mencari dan
sayu, tampak capek, sulit nonfarmakologi untuk menemukan dukungan
atau gerakan kacau, mengurangi nyeri, 4. Kontrol lingkungan yang
menyeringai) mencari bantuan) dapat mempengaruhi nyeri
- Terfokus pada diri  Melaporkan bahwa seperti suhu ruangan,
sendiri nyeri berkurang dengan pencahayaan dan
- Fokus menyempit menggunakan kebisingan
(penurunan persepsi manajemen nyeri 5. Kurangi faktor presipitasi
waktu, kerusakan proses  Mampu mengenali nyeri nyeri
berpikir, penurunan (skala, intensitas, 6. Kaji tipe dan sumber nyeri
interaksi dengan orang frekuensi dan tanda untuk menentukan
dan lingkungan) nyeri) intervensi
- Tingkah laku distraksi,  Menyatakan rasa 7. Ajarkan tentang teknik
contoh : jalan-jalan, nyaman setelah nyeri non farmakologi: napas
menemui orang lain berkurang dalam, relaksasi, distraksi,
dan/atau aktivitas,  Tanda vital dalam kompres hangat/ dingin
aktivitas berulang-ulang) rentang normal 8. Tingkatkan istirahat
- Respon autonom (seperti  Tidak mengalami 9. Berikan informasi tentang
diaphoresis, perubahan gangguan tidur nyeri seperti penyebab
tekanan darah, nyeri, berapa lama nyeri
perubahan nafas, nadi akan berkurang dan
dan dilatasi pupil) antisipasi
- Perubahan autonomic ketidaknyamanan dari
dalam tonus otot prosedur
(mungkin dalam rentang 10. Kolabrasi dalam
dari lemah ke kaku) pemberian analgetik untuk
- Tingkah laku ekspresif mengurangi nyeri

23
(contoh : gelisah, 11. Monitor vital sign
merintih, menangis, sebelum dan sesudah
waspada, iritabel, nafas pemberian analgesik
panjang/berkeluh kesah) pertama kali
- Perubahan dalam nafsu
makan dan minum

Kurang Pengetahuan
Diagnosa Keperawatan/ Rencana keperawatan
Masalah Kolaborasi Tujuan dan Kriteria Intervensi
Hasil
Kurang Pengetahuan NOC: NIC :
Berhubungan dengan :  Kowlwdge : infant Parent education: Infant
keterbatasan kognitif, care 1. Tentukanpengetahuanoran
interpretasi terhadap  Maternal status: g tuadan kesiapandan
informasi yang salah, postpartum kemampuan untuk
kurangnya keinginan untuk Setelah dilakukan belajartentang
mencari informasi, tidak tindakan keperawatan perawatanbayi
mengetahui sumber- selama …. pasien 2. Monitorkebutuhan
sumber informasi. menunjukkan belajarkeluarga
pengetahuan tentang 3. Berikan
proses penyakit dengan bimbinganantisipatiftentan
DS: Menyatakan secara kriteria hasil: g
verbal adanya masalah  Pasien menyatakan perubahanperkembangans
DO: ketidakakuratan pemahaman tentang elama tahunpertama
mengikuti instruksi, perawatan bayi baru kehidupan
perilaku tidak sesuai lahir 4. Bantuorang tuadalam
 Pasien dan keluarga mengartikulasikancaraunt
mampu melaksanakan uk
prosedur yang mengintegrasikanbayike
dijelaskan secara dalam sistemkeluarga
benar 5. Ajarkan
 Pasien dan keluarga keterampilanorangtuauntu
mampu menjelaskan k merawatbayi baru lahir
kembali apa yang 6. Berikaninformasikepada
dijelaskan perawat/tim orang tua tentangdot
kesehatan lainnya 7. Berikaninformasitentang
menambahkanmakanan
padatuntuk dietibu selama
tahun pertama
8. Bahasalternatif
terhadapdotmenjelang

24
tiduruntuk
mencegahtimbulnya karies
9. Ajarkan orang tua tentang
cara untuk mengobati dan
mencegah ruam popok
10. Tunjukkan cara di mana
orang tua dapat
merangsang
perkembangan bayi
11. Dorong orang tua untuk
berpelukan, memijat,
danmemberikan sentuhan
bayi
12. Dorong orang tua untuk
berbicara dan membaca
untuk bayinya,
memberikan pendengaran
menyenangkan dan
stimulasi visual seta
bermain dengan bayinya
13. Perkuat kemampuan orang
tua untuk menerapkan
ajaran keterampilan
perawatan anak
14. Berikan dukungan orang
tua denganketika belajar
keterampilanperawatan
bayi
15. Bantu orang tua dalam
menafsirkan isyarat bayi,
isyarat nonverbal,
menangis dan vokalisasi
16. Berikan informasi
tentangkarakteristikperilak
ubayi baru lahir dan
bantuorang tuauntuk
mengidentifikasikarakteris
tik perilakubayi
17. Jelaskan dantunjukkan
teknikmenenangkan bayi

25
Kesiapan meningkatkan pemberian ASI
Diagnosa Keperawatan/ Rencana keperawatan
Masalah Kolaborasi
Tujuan dan Kriteria Intervensi
Hasil

Kesiapan meningkatkan NOC : NIC :


pemberian ASI  Postpartum maternal Lactation counseling
health behavior 1. Berikan informasi tentang
Batasan karakteristik :  Knowledge: manfaat psikologis
- Pola eliminasi bayi breastfeeding menyusui
adekuat sesuai usia  Infant nutritional 2. Tentukan keinginandan
- Pola berat badan bayi status motivasi ibu untuk
tepat sesuai usia Setelah dilakukan menyusui serta persepsi
- Pola komunikasi ibu dan tindakan keperawatan menyusui
bayi efektif selama 1x24 jampasien 3. Koreksi dengan benar
- Bayi kenyang setelah mempunyai kesiapan kesalahpahaman,
menyusui untuk meningkatkan informasi yang salah, dan
- Ibu mampu pemberian ASI dengan ketidakakuratan tentang
memposisikan bayi pada kriteria hasil: menyusui
payudara untuk  Pertahankan asupan 4. Berikan materi pendidikan
meningkatkan respon cairan dan nutrisi 5. Berikan ibu kesempatan
keberhasilan latch on  Supply ASI yang untuk menyusui setelah
- Ibu melaporkan adekuat melahirkan
kepuasan dengan proses  Vital sign dalam batas 6. Bantu dalam memastikan
menyusi normal posisi yang tepat bagi bayi
- Pengisapan reguler pada  Monitor kelembutan ke payudara
payudara puting susu (keselarasanyang tepat,
- Menelan reguler pada  Monitor pegang areolar dan
payudara pembengkakan kompresi, dan suara
payudara menelan)
7. Instruksikan pada
berbagai posisi menyusui
8. Pantau kemampuan bayi
untuk menghisap
9. Instruksikan ibu agar
menyusui bayi untuk
menyelesaikan pada
payudara pertama terlebih
dahulu sebelum
menawarkan payudara
kedua
10. Instruksikan tentang cara
bayi untuk menghisap

26
pada saat menyusui, jika
perlu
11. Instruksikan ibu tentang
perawatan putting susu
12. Pantau nyeri puting dan
integritas kulit gangguan
puting
13. Diskusikan teknik untuk
menghindari atau
meminimalkan
pembengkakan dan
ketidaknyamanan
payudara
14. Diskusikan kebutuhan
untuk istirahat yang
cukup, hidrasi dan diet
seimbang
15. Dorong ibu untuk
memakai bra yang pas
16. Instruksikan penanganan
yang tepat dari ASI perah
17. Anjurkan pasien untuk
menghubungi konsultan
laktasi untuk membantu
dalam menentukan status
pasokan susu

27
DAFTAR PUSTAKA

Ambarwati, 2008. Asuhan Kebidanan Nifas. Yogyakarta: Mitra Cendikia.


Bahiyatun. 2009. Buku Ajar Asuhan Kebidanan Nifas Normal. Jakarta: EGC.
Carpenito, L.J. 2000. Nursing Diagnosis : Application to Clinical Practice. Edisi VIII. USA:
Philadelphia, Lippincot Company.
Doenges, M.E. dan Moorhouse, M.F. 2001. Rencana Perawatan Maternal/ Bayi : Pedoman
untuk Perencanaan dan Dokumentasi Perawatan Klien, Edisi II. Jakarta: EGC.
Hacker, Moore. 2009. Esensial Obstetri dan Ginekologi Edisi 2. Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran EGC.
Hanifa Wikyasastro. 2007. Ilmu Kebidanan, Perawatan Pasien Edisi 3. Jakarta: Penerbit
Buku Kedokteran EGC.
Mitayani. 2009. Asuhan Keperawatan Maternitas. Jakarta: EGC.
Murtiningsih, Afin, 2012. Mengenal Baby Blues dan Pencegahannnya. Jakarta: Niaga
Swadaya.
Nirwana Ade B, 2011. Psikologi Ibu, Bayi dan Anak. Yogyakarta: Nuha Medika.
Schrader M, Jarrett BJ, Kilner RM. 2012. Sibling rivalry: training effects, emergence of
dominance and incomplete control. Proc Maternity Journal. 279(1743): 3727-35.
(Online) http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/22719032. Diakses 23 Juli 2015
Pukul 05.45.
Suherni. 2007. Perawatan Masa Nifas. Yogyakarta: Fitramaya.

28

Anda mungkin juga menyukai