Kota Ambon 4 2015 PDF
Kota Ambon 4 2015 PDF
PROVINSI MALUKU
TENTANG
WALIKOTA AMBON,
Menimbang : a. bahwa Retribusi Rumah Potong Hewan adalah jenis
Republik Indonesia;
2.Undang-Undang Nomor 60 Tahun 1958 tentang Penetapan
Undang-Undang Darurat Nomor 23 Tahun 1957 tentang
Pembentukan Daerah-Daerah Swatantra Tingkat II dalam
Wilayah daerah Swatantra Tingkat I Maluku (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 1957 Nomor 80 ) sebagai
Undang-Undang (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 1958 Nomor 111, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 1645);
3.Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1967 tentang Ketentuan-
Nomor 2824);
4.Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang
I
21. Peraturan Daerah Nomor 7 Tahun 2008 Tentang Urusan
Pemerintah yang menjadi kewenangan Kota Ambon
dan
WALIKOTA AMBON
MEMUTUSKAN :
lainnya, Badan usaha milik negara (BUMN), atau Badan usaha milik
daerah (BUMD) dengan nama dan dalam bentuk apa pun, firma, kongsi,
koperasi, dana pensiun, persekutuan, perkumpulan, yayasan, organisasi
16.Hewan adalah semua binatang yang hidup di darat baik yang dipelihara
maupun yang hidup secara liar.
18.Wajib Retribusi adalah orang pribadi atau Badan yang menurut peraturan
serta mengumpulkan bukti yang dengan bukti itu membuat terang tindak
pidana di bidang perpajakan daerah dan retribusi yang terjadi serta
menemukan tersangkanya.
BAB II
NAMA, OBYEK DAN SUBYEK RETRIBUSI
Pasal 2
Dengan nama Retribusi Rumah Potong Hewan dipungut retribusi sebagai
Pasal4
Subjek Retribusi Rumah Potong Hewan adalah orang pribadi atau Badan yang
BAB III
GOLONGAN RETRIBUSI
Pasal 5
Retribusi Rumah Potong Hewan termasuk dalam golongan Retribusi Jasa
Usaha.
BAB IV
CARA MENGUKUR TINGKAT PENGGUNAAN JASA
Pasal 6
Tingkat penggunaan jasa Retribusi Rumah Potong Hewan berdasarkan jenis
pelayanan, jenis hewan temak, dan jumlah ternak yang akan dipotong.
BABV
PRINSIP DAN SASARAN
DALAM PENETAPAN STRUKTUR DAN BESARNYA TARIF
Pasal 7
(1) Prinsip dan sasaran dalam penetapan tarif Retribusi Rumah Potong
layak.
i
(2) Keuntungan yang layak sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah
keuntungan yang diperoleh apabila pelayanan jasa usaha tersebut
dilakukan secara efisien dan berorientasi pada harga pasar.
Pasal 8
Struktur dan besamya tarif Retribusi Rumah Potong Hewan ditetapkan
sebagai berikut:
Pasal 9
(1)Besamya tarif retribusi sebagaimana dimaksud dalam pasal 8 ditinjau
paling lama 3 (tiga) tahun sekali.
(2)Peninjauan tarif retribusi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan
dengan memperhatikan indeks harga dan perkembangan perekonomian.
BAB VI
WILAYAH PEMUNGUTAN
Pasal 10
Retribusi Rumah Potong Hewan dipungut di wilayah Daerah.
BAB VII
MASA RETRIBUSI DAN SAAT RETRIBUSI TERUTANG
Pasal 11
(1)Masa retribusi adalah suatu jangka waktu yang merupakan batas waktu
bagj wajib retribusi untuk memanfaatkan jasa dan fasilitas rumah potong
he wan dari Pemerintah Daerah.
(2)Saat Retribusi terutang adalah pada saat diterbitkannya SKRD atau
dokumen lain yang dipersamakan.
BAB VIII
TATA CARA PEMUNGUTAN, PEMBAYARAN DAN PENAGIHAN
Pasal 12
(1)Retribusi dipungut dengan menggunakan SKRD atau dokumen lain yang
dipersamakan.
Pasal 13
(1)Pembayaran retribusi yang terutang harus dilunasi sekaligus dan
dilakukan secara tunai.
Pasal 14
(1)Pembayaran retribusi dilakukan di Kas Uraum Daerah atau tempat lain
yang ditunjuk sesuai waktu yang ditentukan.
(2)Dalam hal pembayaran dilakukan di tempat lain yang ditunjuk
puluh empat) jam atau dalam waktu yang ditentukan oleh Walikota atau
. .Pasal 15
Pasal 16
(1)Untuk melakukan penagihan retribusi, Walikota dapat menerbitkan STRO
jika Wajib Retribusi tertentu tidak membayar retribusi terutang tepat pada
waktunya atau kurang membayar.
Pasal 17
(l)Tata cara pemungutan, pembayaran, tempat pembayaran dan penyetoran
sebagaimana dimaksud dalam pasal 13, pasal 14 dan pasal 15 diatur lebih
lanjut dengan Peraturan Walikota.
(2) Bentuk formulir yang dipergunakan untuk pelaksanaan penagihan
retribusi sebagaimana dimaksud dalam pasal 17 ayat (1) ditetapkan oleh
Walikota.
BAB IX
KEBERATAN
Pasal 18
(1)Wajib retribusi dapat mengajukan keberatan hanya kepada Walikota atau
pejabat yang ditunjuk atas SKRD atau dokumen lain yang dipersamakan.
(3)Keberatan harus diajukan dalam jangka waktu paling lama 3 (tiga) bulan
Pasal 19
(1)Walikota dalam jangka waktu paling lama 6 (enam) bulan sejak tanggal
surat keberatan diterima harus memberi keputusan atas keberatan yang
(4)Apabila jangka waktu sebagaimana dimaksud pada ayat (1) telah lewat
Pasal 20
(1)Jika pengajuan keberatan dikabulkan sebagian atau seluruhnya,
kelebihan pembayaran retribusi dikembalikan dengan ditambah imbalan
bunga sebesar 2 % (dua persen) sebulan untuk paling lama 12 (dua belas)
bulan.
(2)Imbalan bunga sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dihitung sejak bulan
BABX
Pasal 21
(1) Atas kelebihan pembayaran retribusi, wajib retribusi dapat mengajukan
Pasal 22
(1)Permohonan pengembalian kelebihan pembayaran retribusi diajukan
(3)Bukti penerimaan oleh pejabat daerah atau bukti pengiriman pos tercatat
Pasal 23
(1) Pengembalian kelebihan retribusi dilakukan dengan menerbitkan surat
BAB XI
PENGURANGAN, KERINGANAN DAN PEMBEBASAN RETRIBUSI
Pasal 24
(1)Walikota dapat memberikan pengurangan, keringanan dan pembebasan
retribusi.
BAB XII
KEDALUWARSA, PENGHAPUSAN PIUTANG DAN
KEDALUWARSA PENAGIHAN
Pasal 25
(1)Hak untuk melakukan penagihan retribusi, menjadi kedaiuwarsa setelah
tertangguh jika :
PEMERIKSAAN
Pasal 27
(1)Walikota berwenang melakukan pemeriksaan untuk menguji kepatuhan
pemenuhan kewajiban retribusi dalam rangka melaksanakan peraturan
daerah ini.
pemeriksaan; dan/atau
BAB XIV
Pasal 28
sebagai berikut:
a.Biaya administrasi;
d.Biaya pengawasan.
(3)Dalam hal diterbitkan Surat Teguran sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
Pasal26
(1)Piutang retribusi yang tidak mungkin ditagih lagi karena hak untuk
melakukan penagihan sudah kedaluwarsa dapat dihapuskan.
tercantum dalam SKRD atau dokumen lain yang dipersamakan dan STRO
yang tidak dapat atau tidak mungkin dapat ditagih karena Wajib Retribusi
meninggal dunia dengan tidak meninggalkan harta warisan dan tidak
mempunyai ahli wans, tidak dapat ditemukan, tidak mempunyai harta
kekayaan lagi.
(4)Piutang retribusi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) hanya
dapat dihapuskan setelah adanya laporan pemeriksaan penelitian
administrasi mengenai kedaluwarsa penagihan.
BAB XVI
INSENTIF PEMUNGUTAN
Pasal 30
(1)Instansi yang melaksanakan pemungutan pajak dan retribusi dapat diberi
insentif atas dasar pencapaian kinerja tertentu;
(2)Pemberian insentif sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan melalui
BAB XVII
SANKSI ADMINISTRASI
Pasal 31
Dalam hal Wajib Retribusi tidak membayar tepat pada waktunya atau kurang
BAB XVIII
KETENTUAN PENYIDIKAN
Pasal 32
(1)Pejabat Pegawai Negeri Sipil tertentu di lingkungan Pemerintah Daerah
diberi wewenang khusus sebagai Penyidik untuk melakukan penyidikan
i
(3) Wewcnang Penyidik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah:
Pasal 34
Denda sebagaimana dimaksud dalam Pasal 33 merupakan penerimaan
Negara.
BAB XX
KETENTUAN PERALIHAN
Pasal 35
Pada saat Peraturan Daerah ini berlaku, Retribusi yang masih terutang
berdasarkan Peraturan Daerah Nomor 10 Tahun 2003 tentang Retribusi
Rumah Potong Hewan masih dapat ditagih selama jangka waktu 5 (lima) tahun
terhitung sejak saat terutangnya.
BAB XXI
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 36
Pada saat Peraturan Daerah ini mulai berlaku, semua peraturan yang
Pasal 37
Dengan berlakunya Peraturan Daerah ini, dinyatakan dicabut dan tidak
berlaku lagi Peraturan Daerah Kota Ambon Nomor 10 Tahun 2003 tentang
Retribusi Rumah Potong Hewan (Lembaran Daerah Kota Ambon Tahun 2003
Ditetapkan di Ambon
pada tanggal 15 Mei 2015
Diundangkan di Ambon
TENTTANG
RETRIBUSI RUMAH POTONG HEWAN
UMUM
Cukup jelas.
Pasal 2
Cukup jelas.
Pasal 3
Ayat (1)
Cukup jelas.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Pasal 4
Cukup jelas.
Pasal 5
Cukup jelas.
Pasal 6
Cukup jelas.
Pasal 7
Ayat (1)
Cukup jelas.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Pasal 8
Cukup jelas.
Pasal 9
Ayat(l)
Cukup jelas.
Ayat (2)
Cukup jelas.
J
Ayat (3)
Cukup jelas.
Pasal 10
Cukup jelas.
Pasal 11
Ayat (1)
Cukup jelas.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Pasal 12
Ayat(l)
Cukup jelas.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Ayat (3)
Cukup jelas.
Pasal 13
Ayat (1)
Cukup jelas.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Pasal 14
Ayat (1)
Cukup jelas.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Pasal 15
Ayat (1)
Cukup jelas.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Ayat (3)
Cukup jelas.
Pasal 16
Ayat(l)
Cukup jelas.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Ayat (2)
Culcup jelas.
Ayat (3)
Cukup jelas.
Ayat (4)
Cukup jelas.
Ayat (5)
Cukup jelas.
Ayat (6)
Cukup jelas.
Ayat (7)
Cukup jelas.
Pasal22
Ayat (1)
Cukup jelas.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Ayat (3)
Cukup jelas.
Pasal 23
Ayat (1)
Cukup jelas.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Pasal 24
Ayat (1)
Cukup jelas.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Ayat (3)
Cukup jelas.
Ayat (4)
Cukup jelas.
Pasal 25
• Ayat (1)
Cukup jelas.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Ayat (3)
Cukup jelas.
Ayat (4)
Cukup jelas.
Ayat (5)
Cukup jelas.
Pasal 26
Ayat (1)
Cukup jelas.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Ayat (3)
Cukup jelas.
Ayat (4)
Cukup jelas.
Ayat (5)
Cukup jelas.
Ayat (6)
Cukup jelas.
Pasal 27
Ayat (1)
Cukup jelas.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Ayat (3)
Cukup jelas
Pasal 28
Ayat(l)
Cukup jelas.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Ayat (3)
Cukup jelas.
Ayat (4)
Cukup jelas.
Pasal 29
Cukup jelas.
Pasal30
Ayat (1)
Yang dimaksud dengan "instansi yang melaksanakan
pemungutan' adalah dinas/Badan/lembaga yang tugas
pokok dan fungsinya melaksanakan pemungutan Pajak
dan Retribusi.
Ayat (2)
Pemberian besarnya insentif dilakukan melalui
pembahasan yang dilakukan oleh Pemerintah Daerah
dengan alat kelengkapan Dewan Perwakilan Rakyat
Daerah yang membidangi masalah keuangan.
Ayat (3)
Cukup jelas.
Pasal31
Cukup jelas.
Pasal 32
Ayat(l)
Cukup jelas.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Ayat (3)
Cukup jelas.
Ayat (4)
Cukup jelas.
Pasal 33
Cukup jelas.
Pasal 34
Cukup jelas.
Pasal 35
Cukup jelas.
Pasal 36
Cukup jelas.t
Pasal 37
Cukup jelas.
Pasal 38
Cukup jelas.