Disusun Oleh:
Mohamad Azmi Marla
NIM 20150120169
i
ii
iii
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan Rahmat dan
Karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Laporan Kerja Praktik (KP)
di Gardu Induk Pedan 500kv. Tujuan dari penulisan Laporan Kerja Praktik ini
adalah sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan program studi Strata-1
pada Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah
Yogyakarta.
Penulis menyadari bahwa selama menyelesaikan Laporan Kerja Praktik
pada industri ini tidak lepas dari bantuan moril, materi, bimbingan serta masukan
kritik dan saran. Oleh karena itu penulis menyampaikan terima kasih sebesar-
besarnya kepada:
iv
8. Teman-teman Teknik Elektro terutama angkatan 2015 Universitas
Muhammadiyah Yogyakarta Serta teman kerja praktek Ari nurbudiarta, Akbar
Kurbana, dan Kamal yang selalu mendorong dan memotivasi dalam
menyelesaikan laporan kerja praktik ini.
9. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah
membantu penulis baik dalam melaksanakan maupun menyelesaikan
pelaksanaan dan laporan kerja praktik ini.
Dalam penyusunan laporan kerja praktik ini masih banyak kesalahan dan
masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, kritik dan saran sangan diharapkan
untuk perbaikan penyusunan laporan kerja praktik ini.
Penulis
v
DAFTAR ISI
vi
3.2.2 Berdasarkan Jumlah Mekanik Penggerak .............................................................15
3.2.3 Berdasarkan Media isolasi ....................................................................................16
3.2.4 Berdasarkan proses pemadaman busur api listrik diruang pemutus ............16
3.3 Komponen dan Fungsi PMT .............................................................................16
vii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Visi & Misi sistem kerja dan motto PT PLN(Persero) UPT Salatiga ...................7
Gambar 2.2 Struktur Organisasi................................................................................................9
Gambar 2.3 Wilayah Kerja PT.PLN(Persero) UPT Salatiga ..................................................10
Gambar 3.1 PMT Three Pole ..................................................................................................15
Gambar 3.2 Sistem Pegas Gulung...........................................................................................19
Gambar 3.3 Sistem Pegas .......................................................................................................19
Gambar 4.1 Grounding dan Pelepasan Terminal atas dan bawah ...........................................30
Gambar 4.2 Terminal Tempat Pengukuran Tahanan Isolasi PMT .........................................31
Gambar 4.3 diagram alur pengujian Tahanan Isolasi .............................................................32
Gambar 4.4 Pengujian Tahanan Kontak ................................................................................34
Gambar 4.5 diagram alur pengujian Tahanan Kontak ...........................................................35
viii
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 Fungsi PMT ............................................................................................... 21
Tabel 3.2 Fungsi Sub Sistem ..................................................................................................22
Tabel 4.1 Daftar Pemeliharaan Mingguan ..............................................................................25
Tabel 4.2 Daftar Pemeliharaan Bulanan .................................................................................26
Tabel 4.3 Daftar Pemeliharaan Tahunan.................................................................................27
Tabel 4.4 Nilai Tahanan Kontak Acuan pabrikan ..................................................................33
Tabel 4.5 Refrensi Pengukuran Waktu Buka, Pengukuran waktu tutup .................................36
Tabel 4.6 Pengukuran Deviasi Waktu Antar Fasa pabrikan ..................................................37
Tabel 4.4 Tekanan normal SF6 ...............................................................................................37
ix
BAB I
PENDAHULUAN
1
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas dapat dikemukakan
rumusan masalah sebagai berikut:
1. Bagaimana pemeliharaan berkala pada PMT yang dilakukan di Gardu induk
Pedan 500KV?
2. Bagaimana cara melakukan pemeliharaan berkala pada PMT di Gardu Induk
Pedan 500KV?
3. Apakah pemeliharaan PMT sudah sesuai dengan Pedoman Pemeliharaan
PLN?
2. Tujuan Khusus
a) Mahasiswa dapat menggunakan teori-teori dasar teknik elektro yang
telah diperoleh sehingga mahasiswa dapat mempraktekannya di dunia
kerja sesungguhnya.
b) Mengetahui Sistem Perindustrian energi listrik secara lokal yang diterapkan di
PT. PLN (Persero) Unit Induk Transmisi Jawa Bagian Tengah Unit Pelaksana
2
Transmisi (UPT) Salatiga ULTG Surakarta Gardu Induk Tegangan Ekstra Tinggi
(GITET) Pedan 500 kV, Klaten, Jawa Tengah.
Adapun manfaat dari dilaksanakannya kerja praktek ini bagi mahasiswa, antara
lain :
a) Memperlihatkankan kepada Mahasiswa tentang gambaran nyata dunia
kerja sebelum terjun kedalamnya.
b) Memperkenalkan kepada mahasiswa tentang perkembangan teknologi
Aktual di dunia industri.
c) Mahasiswa mendapatkan pengetahuan dan pengalaman tentang kondisi
suatu gardu induk baik manajemen, sarana fisik, maupun peralatan yang
digunakan didalamya.
d) Melatih penerapan teori yang di dapatkan dibangku kuliah di dalam dunia
kerja, khususnya di bidang industri.
3
1. Metode Pengamatan Langsung dilakukan dengan tujuan mendapatkan data-data
aktual tentang kegiatan yang dilakukan di GARDU INDUK EKSTRA TINGGI
PEDAN 500KV dengan cara :
a) Observasi, yaitu mengumpulkan data dengan melakukan pengamatan secara
langsung jalannya proses pengolahan yang menjadi tinjauan umum.
b) Wawancara, yaitu mengumpulkan data yang diperlukan dengan cara
melakukan tanya jawab langsung dengan narasumber, baik itu pimpinan
maupun karyawan perusahaan yang terlibat langsung dalam lingkungan kerja
dimana dilakukan Kerja Praktek.
c) Praktek, yaitu turut bekerja secara langsung dalam maintenance walau hanya
membantu sebagian pekerjaan.
4
BAB II
SEJARAH DAN PROFIL PERUSAHAAN
2.1 Sejarah Singkat PT. PLN (Persero) Unit Induk Transmisi Jawa Bagian
Tengah UPT Salatiga
Pada tahun 1973, Yogyakarta mulai merintis sistem Gardu Induk dengan
pembangunan jaringan transmisi Gardu Induk dan pembebasan tanah untuk
pembangunan Gardu Induk. Pembangunan Gardu Induk yang pertama dimulai di
daerah Semarang Timur (GI Pandean Lamper) sampai di daerah Solo (GI Jajar).
Sistem Gardu Induk 150 kV dirintis untuk memenuhi kebutuhan akan listrik yang
semakin meningkat, sebab pada tahun 1970 hanya ada PLTG dan PLTA yang
memiliki daya ±38 MW. Struktur organisasi PT. PLN (Persero) P3BJB UPT
Yogyakarta, UPT Surakarta, UPT Salatiga bergabung menjadi Area Pelaksana
Pemeliharaan (APP) Salatiga dan arah kerjanya lebih dispesifikkan pada masing-
masing area.
PT. PLN (Persero) APP Salatiga dulunya merupakan salah satu unit dari PT.
PLN (Persero) P3B Jawa Bali dimana dibentuk berdasarkan SK Direktur No.
1466.K/DIR/2011 tanggal 13 Desember 2011. Kemudian mulai Oktober 2015 PT.
PLN (Persero) APP Salatiga merupakan salah satu unit dari PT. PLN (Persero) Transi
Jawa Bagian Tengah (TJBT) berdasarkan SK Direktur No. 019.P/DIR/2015.
Kemudian mulai 6 Juni 2018 PT. PLN (Persero) APP Salatiga menjadi PT PLN
(Persero) Unit Induk Transmisi Jawa Bagian Tengah Unit Pelaksana Transmisi
Salatiga berdasarkan SK Direktur No. 0090.P/DIR/2018
5
Transmisi Jawa Bagian Tengah Unit Pelaksana Transmisi (UPT) Salatiga sendiri
berlokasi di Jl. Diponegoro No. 149, Salatiga.
2.4.2 Visi dan Misi PT. PLN (Persero) Unit Induk Transmisi Jawa Bagian
Tengah UPT Salatiga
Visi:
Menjadi unit pengelola transmisi dan transaksi tenaga listrik yang
Unggul, Andal dan Terpercaya berkelas dunia.
6
Misi:
1. Melakukan dan mengelola penyaluran tenaga listrik tegangan tinggi secara
efisien, andal, dan akrab lingkungan.
2. Mengelola transaksi tenaga listrik secara kompetitif, transparan dan adil.
Gambar 2.1 Visi & Misi, Sistem Kerja dan Motto PT PLN (Persero) UPT Salatiga
2.4.3 Sasaran
Adapun sasaran PT. PLN (Persero) sebagai berikut:
1. Menyediakan kesiapan daya listrik (MVA Available) yang
berkesimbungan untuk mencapai kepuasan konsumen sesuai dengan
target.
2. Menekan angka lama waktu padam Transformer Outage Duration
(TROD) trafo.
3. Menekan angka jumlah terjadi padam Transformer Outage Frequency
(TROF) trafo.
4. Menjaga kesetabilan tegangan sekunder trafo tenaga/distribusi.
7
2.4.4 Acuan Peningkatan Mutu
Adapun acuan peningkatan mutu PT. PLN (Persero) sebagai berikut:
1. Meningkatkan mutu pemeliharaan trafo tenaga / distribusi (Rutin, Korektif,
Preventif, dan Produktif).
2. Meningkatkan koordinasi dengan pelanggan (APD) dalam trafo.
3. Mengantisipasi keluhan (APD) terhadap pelayanan opersaional trafo tebaga /
distribusi
4. Mengperasikan tap charger trafo tenaga / distribusi secara automatic.
8
2.5 Struktur Organisasi Perusahaan
9
2.6 Tugas Utama dan Wilayah Kerja PT. PLN (Persero) UPT Salatiga
Tugas utama PT PLN (Persero) UPT Salatiga adalah mengelola transmisi dan
transaksi tenaga listrik di wilayah sistem Salatiga, Yogyakarta, Surakarta secara
unggul, andal, terpecaya. Wilayah Kerja PT PLN (Persero) UPT Salatiga meliputi 3
(tiga) Unit Layanan Transmisi dan Gardu Induk yaitu ULTG Salatiga, Yogyakarta
dan Surakarta dengan jumlah gardu induk yang dikelola sebanyak 29 (dua puluh
sembilan).
10
1. Manajemen Aset
Manajemen Aset (Asset Management/AM) merupakan bagian dari program
Metamorfosa yang sedang dikembangkan PLN Pusat. Penjabaran AM tersebut
bertujuan untuk mencapai efektivitas pembiayaan investasi (cost effectiveness of
investment) dan memaksimalkan keuntungan jangka panjang.
2. Pembentukan Tim Verifikasi Operasi Sistem Penyaluran
Sehubungan dengan terjadinya gangguan pada system penyaluran di wilayah
kerja UPT Salatiga, maka perlu dilakukan verifikasi gangguan operasi system dengan
tujuan untuk mengetahui penyebab gangguan.
3. Remapping SDM
Remapping SDM merupakan langkah yang dilakukan manajemen untuk
mengoptimalkan fungsi SDM untuk mencapai target dan tujuan perusahaan
4. Code Of Conduct & Good Corporate Government
Code of conduct (tata nilai) adalah kaidah‐kaidah yang menjadi landasan bagi
kita dalam bertindak dan mengambil keputusan. Perjalanan mewujudkan Visi melalui
Misi menuntut perilaku tertentu dari para pegawai UPT Salatiga. Perilaku yang
diharapkan dari setiap pegawai diwujudkan melalui core values yang perlu dijunjung
tinggi oleh setiap anggota organisasi.
5. Penyempurnaan proses bisnis
Proses bisnis merupakan sekumpulan tugas atau aktivitas untuk mencapai tujuan
yang diselesaikan baik secara berturut atau paralel oleh manusia atau sistem baik
diluar ataupun didalam organisasi, juga merupakan sebuah abstraksi yang
menggambarkan cara orang‐orang atau pihak‐pihak saling berinteraksi di dalam
sistem, untuk menangani permintaan bisnis yang dijelaskan dalam cara tertentu.
6.SMK3
Bertujuan menciptakan suatu sistem Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) di
tempat kerja dengan melibatkan unsur manajemen, tenaga kerja/ pegawai, kondisi
dan lingkungan kerja yang terintegrasi dalam rangka mencegah dan mengurangi
11
kecelakaan dan penyakit akibat kerja serta terciptanya tempat kerja yang aman (Safe),
efisien dan produktif.
12
Jumlah Gardu Induk yang dikelola UPT Salatiga saat ini berjumlah 29 unit,
baik GIS maupun GI Konvensional baik di Grid 500 kV maupun 150 Kv.
13
BAB III
DASAR TEORI
14
b) PMT tegangan menengah (Medium Voltage)
Dengan range tegangan 1 s/d 35 kV(SPLN 1.1995 – 3.4)
c) PMT tegangan tinggi (High Voltage)
Dengan range tegangan 35 s/d 245 kV(SPLN 1.1995 – 3.5)
d) PMT tegangan extra tinggi (Extra High Voltage)
Dengan range tegangan lebih besar dari 245 kVAC (SPLN 1.1995–
3.6
3.2.2 Berdasarkan Jumlah Mekanik Penggerak /TrippingCoil
PMT dapat dibedakan menjadi:
a) PMT Single Pole
PMT type ini mempunyai mekanik penggerak pada masing-masing
pole, umumnya PMT jenis ini dipasang pada bay penghantar agar PMT
bisa reclose satu fasa
1 Pondasi
2 kerangka
3 mekanik penggerak
4 isolator support
5 ruang pemutus
6 6a. terminal utama atas
6b. terminal utama bawah
7. lemari control local
8. pentanahan
9. pipa gas SF6 dan jalur kabel kontrol
15
3.2.3 Berdasarkan Media Isolasi
Jenis PMT dapat dibedakan menjadi:
a) PMT Gas SF6
b) PMT Minyak
c) PMT Udara Hembus (Air Blast)
d) PMT Hampa Udara (Vacuum)
16
3.3.1 Primary
Merupakan bagian PMT yang bersifat konduktif dan berfungsi untuk
menyalurkan energi listrik dengan nilai losses yang rendah dan Mampu
menghubungkan / memutuskan arus beban saat kondisi normal/tidak normal
3.3.2 Dielectric
Berfungsi sebagai Isolasi peralatan dan memadamkan busur api dengan
sempurna pada saat moving contact bekerja.
17
ditekan kedalam suatu tabung/silinder yang menempel pada kontak
bergerak. Pada waktu pemutusan, gas SF6 ditekan melalui nozzledan
tiupan ini yang mematikan busur api.
18
dapat dipelihara dan umur kontak utama sekitar 20 tahun. Karena kemampuan
tegangan dielektrik yang tinggi maka bentukfisik PMT jenis ini relatif kecil.
19
b) Penggerak Hidrolik
Penggerak mekanik PMT hidrolik adalah rangkaian gabungan dari beberapa
komponen mekanik, elektrik dan hidrolik oil yang dirangkai sedemikian rupa
sehingga dapat berfungsi sebagai penggerak untuk membuka dan menutup PMT.
Skematik diagram Hidrolik dan Elektrik
Skematik diagram sistem hidrolik dan elektrik berikut, merupakan
skematik sederhana untuk memudahkan pemahaman cara kerja sistem
hidrolik dan keterkaitannya dengan sistem elektrik.
Pada kondisi PMT membuka/keluar, sistem hidrolik tekanan tinggi tetap pada
posisi seperti pada piping diagram, di mana minyak hidrolik tekanan rendah warna
biru) bertekanan sama dengan tekanan Atmosfir dan (warna merah) bertekanan tinggi
hingga 360 bar.
3) Penggerak Pneumatic
Penggerak mekanik PMT pneumatic adalah rangkaian gabungan dari beberapa
komponen mekanik, elektrik dan udara bertekanan yang dirangkai sedemikian rupa
sehingga dapat berfungsi sebagai penggerak untuk membuka dan menutup PMT.
20
3.3.4 Secondary
Sub sistem secondary berfungsi mengirim sinyal kontrol/trigger untuk
mengaktifkan subsistem mekanik pada waktu yang tepat, bagian subsistem
secondaryterdiri dari:
a. Lemari Mekanik/Kontrol
Berfungsi untuk melindungi peralatan tegangan rendah dan sebagai
tempat secondary equipment.
b. Terminal Dan Wiring Control
Sebagai terminal wiring kontrol PMT serta memberikan trigger
pada mekanik penggerak untuk operasi PMT
Failure Modes and Effects Analysis (FMEA) adalah prosedur analisa dari
model kegagalan (failure modes) yang dapat terjadi dalam sebuah sistem untuk
diklasifikasikan berdasarkan hubungan sebab-akibat dan penentuan efek dari
kegagalan tersebut terhadap sistem.
21
Tabel 3.2 Fungsi Subsistem
22
BAB IV
PEMBAHASAN
23
4. Conditional (Pascarelokasi / Pasca Gangguan/bencana alam)
5. Overhaul
In Service Inspection, In Servise Measurement/On Line Monitoring,
Shutdown Measurement/ Shutdown Function Check, Conditional dan Overhaul
sebagaimana dimaksud dalam butir 1 s/d 5 di atas, merupakan bagian dari uraian
kegiatan pemeliharaan yang tertuang dalam KEPDIR 114.K/DIR/2010. Periode
pemeliharaan shutdown measurement dan shutdown function check dilaksanakan
setiap 2 Tahun dan kegiatan pemeriksaan maupun pengujian mengacu kepada Failure
Mode Effect Analysis ( FMEA) dari setiap komponen peralatan tersebut.
a) Evaluasi Level –1
Pelaksanaan tahap awal ini berdasarkan pada hasil In Service / Visual
Inspection yang sifatnya berupa harian, mingguan, bulanan atau tahunan, serta
dapat juga dengan menambahkan hasil on line monitoring. Tahapan ini
menghasilkan kondisi awal (early warning) dari PMT.
b) Evaluasi Level –2
Hasil akhir serta rekomendasi pada tahap pertama menjadi inputan untuk
dilakukannya evaluasi level – 2, ditambah dengan pelaksanaan In Service
Measurement. Tahapan ini menghasilkan gambaran lebih lanjut untuk
justifikasi kondisi PMT, serta menentukan pemeliharaan lebih lanjut.
c) Evaluasi Level –3
Merupakan tahap akhir pada metode evaluasi pemeliharaan. Hasil evaluasi
level – 2 ditambah dengan hasil shutdown measurement dan shutdown
function check, menghasilkan rekomendasi akhir tindak lanjut yang berupa
24
Life extension program dan Asset development plan, seperti retrofit,
refurbish, replacement atau reinvestment.
AC/ DC
dropper fasadengan
menggunakan
Thermovisi
25
b. Monitoring Bulanan
26
c. Monitoring Tahunan
27
4.4 Pengukuran Thermovisi
Teknik melihat suhu dari jauh menggunakan infrared Thermovision,suhu
dapat dilihat pada skala warna (gradasi). Bila suhu tertinggi yang terekam masih
dibawah yang diijinkan, maka evaluasi foto dianggap normal. Namun bila terjadi
pemanasan lebih setempat, sehingga terdapat perbedaan suhu yang signifikan (dari
gradasi warna) antar bagian peralatan, berapapun besarnya maka keadaan ini harus
segera ditangani, karena pasti terjadi penyimpangan.
Gradasi warna pada infra red.
Pemeriksaan thermovision digunakan untuk melihat titik-titik panas pada
klem PMT .Standar kondisi yang di pakai GITET Pedan 500KV dalam menentukan
suhunya adalah sebagai berikut:
1. 10 – 15 oC : kondisi baik
2. 15 - 40 oC : rencana perbaikan
o
3. 40 -70 C : perbaiki segera
4. >70 oC : kondisi darurat
28
4.5.1 Pengukuran Tahanan Isolasi
Batasan tahanan isolasiPMT sesuai buku pemeliharaan peralatan
SE.032/PST/1984 dan menurut standart VDE (catalogue 228/4) minimum besarnya
tahanan isolasi pada suhu operasidihitung ”1kV=1 Mega ohm dengan catatan 1kV
=besarnya tegangan fasa terhadap tanah kebocoran arus yang diijinkansetiap kV=
1mA.
Proses pengukuran meliputi kesiapan alat ukur dan kesiapan obyek yang
diukur.Kesiapan alat ukur dapat mengacu pada instruksi kerja masing – masing
peralatan uji. Sedangkan kesiapan obyek yang diukur adalah merupakan kegiatan
yang tujuannya membebaskan obyek ( misal = PMT ) dari tegangan sesuai Prosedur
Pelaksanaan Pekerjaan Pada Insatalasi Listrik Tegangan Tinggi/Ekstra Tinggi
(Dokumen K3/Buku Biru) dan dilanjutkan dengan pelepasan klem-klem terminal atas
dan terminal bawah.
Kesiapan obyek yang akan diukur dilakukan dengan urutan sebagai berikut:
1) Pemasangan pentanahan lokal (Local Grounding) disisi terminal atas dan
terminal bawah dengan tujuan membuang tegangan sisa (Residual) yang
masih ada.
29
Gambar 4.1. Grounding dan pelepasan terminal atas dan terminal bawah
30
Gambar 4.2 Terminal tempat Pengukuran Tahanan Isolasi PMT
Keterangan:
Ra = Terminal atas fasa R (Merah)
Rb = Terminal bawah fasa R
Sa = Terminal atas fasa S (Kuning)
Sb = Terminal bawah fasa S
Ta = Terminal atas fasa T (Biru)
Tb = Terminal bawah fasa T
31
Gambar 4.3 diagram alur pengujian Tahanan Isolasi
32
Tabel 4.4 Nilai Tahanan Kontak Acuan pabrikan
Merk Tipe PMT Data Teknis Resistansi
Kontak Utama
ALSTHOM FX11 72,5 kV, Hydraulic, ON 50
mechanism
ALSTHOM FX12 170 kV, Hydraulic, ON 50
mechanism
ALSTHOM FX22 or FX22D 550 kV, Hydraulic, ON 40
mechanism
ALSTHOM FX32 or FX32D 550 kV, Hydraulic, ON 40
mechanism
ALSTHOM FXT9 72,5 kV, Spring 50
Nilai standar normal yang menjadi acuan yaitu R ≤ 120 % nilai pabrikan atau Nilai
Pengujian FAT ,nilai saat pengujian komisioning.
Rangkaian tenaga listrik sebagian besar terdiri dari banyak titik sambungan.
Sambungan adalah dua atau lebih permukaan dari beberapa jenis konduktor bertemu
secara fisik sehingga arus/energi listrik dapat disalurkan tanpa hambatan yang berarti.
Pertemuan dari beberapa konduktor menyebabkan suatu hambatan/resistan terhadap
arus yang melaluinya sehingga akan terjadi panas dan menjadikan kerugian teknis.
Rugi ini sangat signifikan jika nilai tahanan kontaknya tinggi.
33
Sambungan antara konduktor dengan PMT atau peralatan lain merupakan
tahanan kontak yang syarat tahanannya memenuhi kaidah Hukum Ohm sebagai
berikut:
E=I.R
Jika didapat kondisi tahanan kontak sebesar 1 Ohm dan arus yang mengalir adalah
100Amp maka ruginya adalah:
W = I2 . R
W = 10.000 watts
Prinsip dasarnya adalah sama dengan alat ukur tahanan murni (Rdc), tetapi
pada tahanan kontak arus yang dialirkan lebih besar I=100 Amperemeter. Kondisi ini
sangat signifikan jika jumlah sambungan konduktor pada salah satu jalur terdapat
banyak sambungan sehingga kerugian teknis juga menjadi besar, tetapi masalah ini
dapat dikendalikan dengan cara menurunkan tahanan kontak dengan membuat dan
memelihara nilai tahanan kontak sekecil mungkin. Jadi pemeliharaan tahanan kontak
sangat diperlukan sehingga nilainya memenuhi syarat nilai tahanan kontak.
Alat ukur tahanan kontak terdiri dari sumber arus dan alat ukur tegangan
(drop Tegangan pada obyek yang diukur). Dengan sistem elektronik maka pembacaan
dapat diketahui dengan baik dan ketelitian yang cukup baik pula (digital).
Digunakannya arus sebesar 100 amp karena pembagi dengan angka 100 akan
memudahkan dalan menentukan nilai tahanan kontak dan lebih cepat. Dalam
melakukan pengukuran skala yang digunakan harus diperhatikan jangan sampai
arus yang dibangkitkan sama dengan batasan skala sehingga kemungkinan akan
terjadi overload dan hasil penunjukan tidak sesuai dengan kenyataannya.
34
Gambar 4.4. Pengujian tahanan kontak
35
Gambar 4.5 diagram alur pengujian tahanan kontak
4.5.3 Pengukuran/Pengujian Kecepatan dan Keserempakan Kontak PMT
Tujuan dari pengujian keserempakan PMT adalah untuk mengetahui waktu
kerja PMT secara individu serta untuk mengetahui keserempakan PMT pada saat
menutup ataupun membuka Berdasarkan cara kerja penggerak, maka PMT dapat
dibedakan atas jenis three pole (penggerak PMT tiga fasa) dan single pol e
(penggerak PMT satu fasa). Untuk T/L Bay biasanya PMT menggunakan jenis single
36
pole dengan maksud PMT tersebut dapat trip satu fasa apabila terjadi gangguan satu
fasa ke tanah dan dapat reclose satu fasa yang biasa disebut SPAR (Single Pole Auto
Reclose). Namun apabila gangguan pada penghantar fasa – fasa maupun tiga fasa
maka PMT tersebut harus trip 3 fasa secara serempak.
Pada saat terjadi gangguan pada sistem tenaga listrik, diharapkan PMT
bekerja dengan cepat. Clearing Time sesuai dengan standart SPLN No 52-1 1983
untuk sistem dengan tegangan:
o 500 kV < 90 mili detik
o 275 kV < 100 mili detik
o 150 kV < 120 mili detik
o 70 kV < 150 mili detik
Fault clearing time pengaman cadangan adalah 500 mili detik. Kecepatan
kontak PMT membuka dan atau menutup harus disesuaikan dengan referensi/acuan
dari masing-masing pabrikan PMT (dikarenakan nilai ini dapat berbeda antar merk).
Nilai-nilai referensi pengukuran waktu buka, pengukuran waktu tutup yaitu ≤ 110 %
Tabel 4.5 Refrensi Pengukuran Waktu Buka, Pengukuran waktu Tutup
37
Toleransi perbedaan waktu pada pengujian keserempakan kontak PMT, yang
terjadi antar phasa R, S, dan T pada waktu PMT beroperasi (Open / Close) ditentukan
dengan melihat nilai Δt yang merupakan selisih waktu tertinggi dan terendah antar
phasa R, S, dan T. Pengukuran deviasi waktu antar fasa pabrikan
38
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Setelah melakukan kegiatan kerja praktek di PT. PLN (Persero) Trans JBT
APP Salatiga Base Camp Surakarta pada Gardu Induk Tegangan Ekstra Tinggi 500kv
Pedan, dengan melakukan berbagai macam pemeliharaan maka dapat ditarik
kesimpulan yaitu :
39
DAFTAR PUSTAKA
40
LAMPIRAN
41
hasil pengujian Breaker analyzer open dan close
42
hasil pengujian Breaker analyzer open dan close
43
Thermovisi PMT
44
/
45
persiapan perbaikan PMT 150 kV
46
47