Pembimbing :
dr. Djajaludin, Sp.B
Disusun Oleh:
SMF BEDAH
RSUD PROF. DR. MARGONO SOEKARJO
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU-ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
PURWOKERTO
2013
HALAMAN PENGESAHAN
Disusun Oleh:
Vemy Melinda G4A013041
Mengetahui,
Dokter Pembimbing,
A. Latar Belakang
Usus manusia secara umum terdiri atas usus besar dan usus
halus. Segmen pada usus halus terdiri dari duodenum, jejunum, dan
ileum. Duodenum akan diikuti oleh bagian usus yang panjang yang
terakhir dari usus halus yang akan menghubungkan usus halus dengan
usus besar. Apabila bagian dari usus ini gagal untuk berkembang pada
pada tubuh atau organ yang berbentuk tubular secara congenital, 50%
dimulai dari struktur setelah pilorus gaster hingga anus dan terdiri dari
dari 3000 kelahiran hidup, tetapi di Benua Afrika angka kejadian ini
bisa lebih banyak yaitu 1 dari 1000 kelahiran hidup. Kasus atresia
tetapi pada beberapa kasus yang telah terjadi, sering tidak dilaporkan,
kematian akibat atresia jejuno ileal mencapai 90%. Di antara tahun 1952
tanpa reseksi usus. Pada saat reseksi dan dilatasi usus bisa dilakukan,
hingga 10% pada tahun 1959 sampai 2000. Beberapa faktor yang
B. Tujuan
berkaitan dengan anatomi dan fisiologi usus serta kelainan yang berupa
atresia duodenum
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Embriogenesis
Sedangkan anomali letak rendah atau infra levator berasal dari defek
(Langman, 2009).
sefalik dari usus tengah. Titik pertemuan kedua bagian ini terletak tepat
yang semula ke arah sisi kiri rongga abdomen. Deodenum dan kaput
depan akan disuplai oleh pembuluh darah yang berasal dari arteri
Duodenum
apparatus biliaris dari hepar maupun dari pancreas. Selain itu duodenum
juga merupakan batas akhir dari saluran cerna atas. Dimana saluran
cerna dipisahkan menjadi saluran cerna atas dan bawah oleh adanya
sintopi:
psoas sinistra
(Snell, 2006)
Vaskularisasi duodenum
Vaskularisasi duodenum baik arteri maupun vena nya terbagi
Inervasi duodenum
Duodenum di innervasi oleh persarafan simpatis oleh truncus
1. Definisi
2. Epidemiologi
2005).
yaitu :
a. Tipe 1
b. Tipe 2
c. Tipe 3
dan distal.
2004).
6. Penegakkan diagnosis
a. Manifestasi klinis
atau seperti susu yang mengental. Apabila pada usus yang lebih
et al, 2011)
b. Pemeriksaan fisik
Akan tetapi distensi ini tidak selalu ada, tergantung pada level
c. Pemeriksaan penunjang
Pre natal
al, 2003).
double-bubble sign tanpa gas pada distal dari usus. Pada sisi kiri
7. Penatalaksanaan
duodenoduodenostomi.
a. Pre operasi
2005).
al, 2011).
b. Intraoperasi
(Blanco-Rodríguez, 2008).
Menurut Felicitass (2011), teknik pembedahan pada
atresia duodenum :
dijahitkan.
1) Tipe 1
digabungkan.
3) Tipe 3
c. Post operasi
8. Komplikasi
lainnya.
kembali yaitu :
- Kebocoran anostomosis
- Adhesi
- Refluks gastroesofageal
- Sepsis intraabdomen
2001).
BAB III
KESIMPULAN
jantung.
duodenum.
Daftar pustaka