(Studi Kasus Dampak Difungsikannya Kembali Jembatan Kartanegara)
Penulis I : Siti Mudrikah, Penulis 2 : Wahyu Firmansyah Madrasah Aliyah Tenggarong Jalan Jelawat Kab. Kutai Kartanegara Kalimantan Timur
ABSTRAK
Transportasi merupakan salah satu sektor kegiatan yang sangat
penting karena berkaitan dengan kebutuhan setiap orang. Kebutuhan ini misalnya kebutuhan untuk mencapai lokasi kerja, lokasi sekolah, mengunjungi tempat hiburan atau pelayanan dan bahkan untuk bepergian ke luar kota. Kota Tenggarong yang terletak di Kabupaten Kutai Kartanegara. Mempunyai jembatan termegah di Kalimantan Timur. Yang lebih dikenal dengan nama jembatan Kukar. Pada tanggal 26 November 2011 jembatan Kukar ini runtuh dan berakibat putusnya arus transportasi dari kota Tenggarong ke Tenggarog seberang. Dengan berjalannya waktu munculah usaha rakyat yaitu feri penyebrangan. Selanjutnya pemerintah Kabupaten Kutai Kartanegara membangun kembali di lokasi yang sama jembatan Kartanegara dan diresmikan pada tanggal 07 Desember 2015. Diresmikannya jembatan tersebut berdampak pada keberlanjutan usaha kapal feri dan berakibat pada munculnya potensi pengangguran baru. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah para pekerja kapal feri sudah menyiapkan modal jika feri semakin lama semakin sepi peminat dan Untuk mengetahui harapan apa saja yang para pekerja inginkan jika penyebranagan ini akhirnya di tutup. lokasi penelitian dilakukan di feri penyebrangan daerah Tenggarong Kabupaten Kutai Kartanegara. dimana di tempat tersebut banyak terdapat sarana penyeberangan sungai (Feri Tradisional). Penelitian dilakukan tanggal 25 Desember 2015 – 30 Desember 2016, dimulai dari penyusunan proposal sampai penyusunan laporan hasil penelitian. Jenis penelitian ini adalah deskriptif. Sampel dalam penelitian ini berjumlah 32 responden, lokasi penelitian dilakukan di feri penyebrangan daerah Tenggarong Kabupaten Kutai Kartanegara. Penelitian dimulai sejak bulan Desember. Hasil penelitian menunjukkan bahawa banyak para pekerja menempuh pendidikan akhir hingga tingkat sma sebayak 15 (46,88%) dari 32 pekerja. Para pekerja lebih banyak bekerja sebagai pengatur kendaraan sebanyak 17 (53,12%) dari 32 pekerja. Dan penghasilan para perkerja yang mendominasi Rp 50.000,- sebanyak 18 (56,25%) dari 32 pekerja. Sedangkan penghasilan kapal berkisar < Rp 500,000,- sebanyak 7 (41,18%) dari 17 pekerja.