Anda di halaman 1dari 2

Yoga Gonti

C14170031

Waduk Cirata

Permasalahan yang ada di waduk cirata adalah penumpukan bahan organik dan non
organik yang berada didasar waduk, namun mayoritas adalah penumpukan bahan organik.
Bahan organik yang tertumpuk pada dasar kolam berasal dari sisa pakan, residu obat, limbah
organisme lain serta sisa pakan. Akibat yang ditimbulkan adalah air terlampau subur namun
cahaya tidak mampu menembus air. Akibatnya adalah penumpukan bahan organik secara
terus menerus. Hal ini menjadikan permasalahan tidak dapat diselesaikan dengan cara
sederhana saja. Bila dilihat dengan mata telanjang maupun dengan uji lab maka tempat
tersebut bisa dikatakan tidak layak lagi untuk digunakan.

Tingginya bahan organik pada waduk cirata menyebabkan tidak bisa masuknya
cahaya hingga ke dasar perairan. Perairan yang cenderung dalam dan disertai dengan jumlah
bahan organik yang tinggi menyebabkan terjadinya penumpukan bahan organik pada dasar
kolam. Bahan organik yang sedianya terurai dengan bantuan bakteri aerobik, yang terjadi
malahan adalah sebalikya. Bahan organik tersebut terurai dengan bantuan mikroorganisme
anaerob. Bila suatu bahan terurai dengan bantuan bakteri anaerob maka akan dihasilkannya
racun, ditambah lagi tidak adanya cahaya yang mampu menjangkau dasar kolam sehingga
akumulasinya terus bertambah.

Hal ini menyebabkan pada saat terjadi up welling materi organik tersebut yang
bersifat toksik naik ke permukaan sehingga terjadi kematian masal pada ikan. Hal ini sudah
pernah terjadi di waduk cirata beberapa waktu lalu. Sistem yang terjadi pada perairan adalah
dimana cahaya menjadi bahan pokok yang penting disamping oksigen. Hal ini terjadi karena
cahaya mampu mempengaruhi semua parameter yang ada. Cahaya menjadi sumber
kehidupan bagi setiap makhluk hidup, bahkan dalam sejarahnya dahulu dibumi tidak ada
oksigen untuk makhluk hidup bernapas karenanya yang ada hanyalah makhluk hidup anaerob
pada awal mula kehidupan dimana bumi masih dalam keadaan ekstrim.

Maka saat itu organisme pionir adalah makhluk hidup yang mampu menggunakan
CO2 dan materi lainnya. Satu-satunya organisme yang mampu memanfaatkan CO2 adalah
mereka yang memiliki klorofil. Saat itu organisme yang memiliki klorofil tidak sekompleks
sekarang, namun yang ada hanyalah makhluk hidup kelas rendah yang belum terdiferensiasi
seperti saat ini. Mereka terus menerus menggunakan CO2 dibumi dengan bantuan cahaya dan
menambah kadar oksigen dibumi. Maka perlahan bumi berubah hingga seperti saat ini,
hewan-hewan tingkat tinggi muncul dan begitu pula dengan organisme tingkat tinggi lainnya
mereka memenuhi setiap tempat dibumi dan menjadi sebuah siklus karbon yang sangat besar.
Keseimbangan itu terjadi selama bertahun-tahun, dimana ada yang memanfaatkan dan ada
yang dimanfaatkan.

Kemungkinan yang terjadi pada waduk cirata bila bahan organik terus terakumulasi
akibat budidaya dan pencemaran lainnya dan tidak diberi perlakuan adalah akan menjadi
daerah yang mati. Daerah tersebut bila ditinggalkan maka akan menjadi rawa dengan kadar
organik tinggi, sehingga daerah tersebut memiliki sifat asam akibat dari penguraian bahan
organik secara aerobik. Bila terjadi penguraian secara anaerobik maka yang terakumulasi
bukan hanya bahan organik yang menyebabkan asam tapi juga menjadi toksik yang
menyebabkan daerah tersebut mati.

Matinya suatu daerah bila dalam keadaan alami dalam waktu bertahun-tahun akan
terjadi suksesi yang diawali oleh organisme pionir. Suksesi ada dua yakni suksesi primer dan
suksesi sekunder. Daerah tersebut akan kembali seperti semula dengan beberapa siklus yang
sangat lama. Maka satu solusi yang dapat ditawarkan adalah daerah tersebut dibiarkan, alam
akan mengubahnya dengan sendiri namun dalam waktu yang sangat lama yang disebut
suksesi.

Solusi lainnya dari daerah tersebut adalah kita menanam ikan dan berbagai organisme
akuatik yang resisten terhadap keadaan lingkungan tersebut. Organisme-organisme tersebut
akan membantu pulihnya daerah tersebut walaupun dalam waktu yang cukup lama. Namun
kelayakan konsumsi atau tidaknya ikan tersebut tidak dapat dipastikan secara nyata. Karena
kandungan-kandungan bahan dalam air yang sudah terakumulasi bertahun-tahun
memungkinkan ikan tersebut mengandung bahan yang membahayakan.

Untuk mempercepat penguraian bahan organik dalam suatu lingkungan maka


dibutuhkan oksigen yang setara untuk penguraian bahan organik tersebut. Seperti halnya
manusia yang membutuhkan oksigen yang cukup untuk pembakaran dalam kegiatan
metabolisme maka air pun begitu dalam hal menguraikan bahan organik didalamnya. Air
memang tidak mampu mengurai kandungan bahan organik pada perairan, namun air adalah
media yang sangat baik untuk tumbuhnya mikroorganisme pengurai bahan organik. Maka
prinsip tersebut dapat kita terapkan pada perairan di cirata. Jika kita mampu menyediakan
oksigen yang cukup untuk kegiatan pembusukan oleh bakteri pengurai maka pembusukan
akan terjadi dengan cepat juga.

Bakteri merupakan makhluk hidup uniseluler yang mampu berkembang sangat cepat
asalkan beberapa unsur mampu tercukupi. Terutama pada daerah yang banyak mengandung
organik maka unsur C sudah lebih dari cukup yang perlu kita usahakan hanyalah memenuhi
kebutuhan oksigen bagi bakteri, sehingga pembusukan dapat terjadi dengan cepat. Solusi lain
yang mungkin dilakukan adalah dengan penambahan KmnO4 sekitar 0,2 ppt dan ditambahkan
pula CaO sekitar 200kg/Ha tergantung kedalaman waduk. Namun cara ini cukup memakan
biaya.

Beberapa hal diatas lah yang memungkinkan untuk dilakukan karena bila dibiarkan
maka tempat tersebut akan menjadi rawa, dan tidak memungkinkan pula untuk dilakukan
pengangkatan bahan organik dari dasar kolam.

Anda mungkin juga menyukai