Anda di halaman 1dari 6

1.

Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)


Perencanaan pembangunan ekonomi, memerlukan bermacam data statistik sebagai
dasar berpijak dalam menentukan strategi kebijakan, agar sasaran pembangunan dapat
dicapai dengan tepat. Strategi dan kebijakan yang telah diambil pada masa-masa lalu perlu
dimonitor dan dievaluasi hasil-hasilnya. Berbagai data statistik yang bersifat kuantitatif
diperlukan untuk memberikan gambaran tentang keadaan pada masa yang lalu dan masa
kini, serta sasaran-sasaran yang akan dicapai pada masa yang akan datang.
Pada hakekatnya, pembangunan ekonomi adalah serangkaian usaha dan kebijakan
yang bertujuan untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat, memperluas lapangan kerja,
memeratakan distribusi pendapatan masyarakat, meningkatkan hubungan ekonomi
regional dan melalui pergeseran kegiatan ekonomi dari sektor primer ke sektor sekunder
dan tersier. Dengan perkataan lain arah dari pembangunan ekonomi adalah mengusahakan
agar pendapatan masyarakat naik, disertai dengan tingkat pemerataan yang sebaik mungkin.
Untuk mengetahui tingkat dan pertumbuhan pendapatan masyarakat, perlu disajikan
statistik Pendapatan Nasional/Regional secara berkala, untuk digunakan sebagai bahan
perencanaan pembangunan nasional atau regional khususnya di bidang ekonomi. Angka-
angka pendapatan nasional/regional dapat dipakai juga sebagai bahan evaluasi dari hasil
pembangunan ekonomi yang telah dilaksanakan oleh berbagai pihak, baik pemerintah
pusat/daerah, maupun swasta.
Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) merupakan nilai tambah bruto seluruh
barang dan jasa yang tercipta atau dihasilkan di wilayah domestik suatu negara yang
timbul akibat berbagai aktivitas ekonomi dalam suatu periode tertentu tanpa memperhatikan
apakah faktor produksi yang dimiliki residen atau non-residen. Penyusunan PDRB dapat
dilakukan melalui 3 (tiga) pendekatan yaitu pendekatan produksi, pengeluaran, dan
pendapatan yang disajikan atas dasar harga berlaku dan harga konstan (riil).
PDRB atas dasar harga berlaku atau dikenal dengan PDRB nominal disusun berdasarkan
harga yang berlaku pada periode penghitungan, dan bertujuan untuk melihat struktur
perekonomian. Sedangkan PDRB atas dasar harga konstan (riil) disusun berdasarkan harga
pada tahun dasar dan bertujuan untuk mengukur pertumbuhan ekonomi.

2. Manfaat PDRB
Data pendapatan nasional adalah salah satu indikator makro yang dapat
menunjukkan kondisi perekonomian nasional setiap tahun. Manfaat yang dapat diperoleh
dari data ini antara lain adalah:
 PDRB harga berlaku (nominal) menunjukkan kemampuan sumber daya
ekonomi yang dihasilkan oleh suatu wilayah. Nilai PDRB yang besar menunjukkan
kemampuan sumber daya ekonomi yang besar, begitu juga sebaliknya.
 PDRB harga konstan (riil) dapat digunakan untuk menunjukkan laju pertumbuhan
ekonomi secara keseluruhan atau setiap kategori dari tahun ke tahun.
 Distribusi PDRB harga berlaku menurut lapangan usaha menunjukkan struktur
perekonomian atau peranan setiap kategori ekonomi dalam suatu wilayah. Kategori-
kategori ekonomi yang mempunyai peran besar menunjukkan basis perekonomian suatu
wilayah.
 PDRB per kapita atas dasar harga berlaku menunjukkan nilai PDB dan PNB per
satu orang penduduk.
 PDRB per kapita atas dasar harga konstan berguna untuk mengetahui pertumbuhan
nyataekonomi per kapita penduduk suatu negara.

3. PDRB Atas Dasar Harga Berlaku


PDRB atas dasar harga berlaku menggambarkan nilai tambah barang dan jasa yang
dihitung menggunakan harga pada tahun berjalan. PDRB menurut harga berlaku digunakan
untuk mengetahui kemampuan sumber daya ekonomi, pergeseran, dan struktur ekonomi suatu
daerah.

4. PDRB Atas Dasar Harga Konstan


PDRB atas dasar harga konstan menunjukkan nilai tambah barang dan jasa tersebut yang
dihitung menggunakan harga yang berlaku pada satu tahun tertentu sebagai tahun dasar. PDRB
konstan digunakan untuk mengetahui pertumbuhan ekonomi secara riil dari tahun ke tahun atau
pertumbuhan ekonomi yang tidak dipengaruhi oleh faktor harga.

5. Gambaran Umum Tentang Provinsi Jawa Barat


Provinsi Jawa Barat, berdasarkan sejarah, merupakan provinsi pertama yang dibentuk di
wilayah Indonesia. Secara geografis, Jawa Barat terletak pada posisi 5°50’-7°50’ Lintang Selatan
dan 104°48’ Bujur Timur, dengan batas wilayah: sebelah utara berbatasan dengan Laut Jawa dan
Provinsi DKI Jakarta; sebelah timur berbatasan dengan Provinsi Jawa Tengah; sebelah selatan
berbatasan dengan Samudra Indonesia; dan sebelah barat berbatasan dengan Provinsi Banten.
Luas wilayah Provinsi Jawa Barat meliputi wilayah daratan seluas 3.710.061,32 Ha,
dengan garis pantai sepanjang 755,83 km. Ciri utama daratan Jawa Barat adalah bagian dari
busur kepulauan gunung api (aktif dan tidak aktif) yang membentang dari ujung utara Sulawesi.
Kawasan pantai utara merupakan data merupakan pegunungan yakni bagian dari rangkaian
pegunungan yang membujur dari Barat hingga Timur Pulau Jawa.
6. Nilai PDRB Provinsi Jawa Barat
Selama tahun 2010-2018, nilai Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Jawa Barat baik
Atas Dasar Harga Berlaku (ADHB) maupun Atas Dasar Harga Konstan (ADHK) terus
mengalami peningkatan. Pada Tahun 2010 nilai PDRB ADHB mencapai 906,68 triliun rupiah,
meningkat menjadi 1.021,63 triliun rupiah pada tahun 2011, dan terus meningkat tiap tahunnya
terhitung hingga tahun 2018 PDRB ADHB meningkat sebesar 1.962,23 triliun rupiah. Sementara
itu nilai PDRB ADHK pada tahun 2010 mencapai 906,68 triliun rupiah, meningkat menjadi
965,62 triliun rupiah pada tahun 2011, dan terus meningkat tiap tahunnya terhitung hingga tahun
2018 PDRB ADHK meningkat sebesar 1.419,68 triliun rupiah.

2,000.00

1,800.00

1,600.00

1,400.00

1,200.00
ADHB
1,000.00
ADHK
800.00

600.00

400.00

200.00

0.00
2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018
7. Struktur Ekonomi
Sebagaimana halnya terjadi pada sebagian besar negara-negara berkembang, perekonomian
Jawa Barat juga memperlihatkan pergeseran struktur perekonomian. Pada beberapa dekade
sebelumnya, struktur perekonomian Jawa Barat masih bertumpu pada kategori Pertanian,
Kehutanan, dan Perikanan. Namun kini telah bergeser ke kategori ekonomi lainnya seperti
yang terlihat pada peranan masing-masing kategori terhadap kontribusi sektor PDRB Jawa
Barat baik itu berdasarkan harga berlaku maupun berdasarkan harga konstan. Pada Tahun 2018,
peranan terbesar perekonomian yang ditunjukkan oleh peranan PDRB atas Dasar Harga Berlaku
disumbangkan oleh kategori Industri Pengolahan (42,161 persen), disusul kemudian kategori
Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi Mobil dan Motor (14,868 persen), kategori
Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan (8,673 persen), kategori Konstruksi (8,44 persen), serta
kategori Transportasi dan Pergudangan (5,688 persen), adapun peranan kategori-kategori di
luar yang telah disebutkan masing-masing masih berada di bawah 5 persen. Sedangkan, peranan
terbesar perekonomian yang ditunjukkan oleh peranan PDRB atas Dasar Harga Konstan pada
tahun 2018 disumbangkan oleh Industri Pengolahan (43,421 persen), disusul kemudian kategori
Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi Mobil dan Motor (15,258 persen), kategori
Konstruksi (8,404 persen), serta kategori Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan (7,169 persen),
adapun peranan kategori-kategori di luar yang telah disebutkan masing-masing masih berada
di bawah 7 persen.
Berdasarkan 17 sektor yang terpadat pada Provinsi Jawa Barat, dengan menggunakan
Presentase Konstribusi menggunakan harga berlaku kami menyimpulkan bahwa dalam 9 tahun
terakhir sektor yang memiliki kontribusi terbesar di Jawa Berat ialah sektor industri pengolahan
sebesar 44,5 % - 42,1% dan yang memiliki kontribusi paling seidikit ialah sektor pengadaan air,
pengolaan sampah limbah dan daur ulang yaitu sebesar 0,07% - 0,09%. Dari data tersebut kita
dapat menyimpulkkan bahwa provinsi Jawa Barat memiliki spesialisasi sektor Industri
Pengolahan, sektor industri pengolahan mempunyai keterkaitan yang tinggi dengan sektor-sektor
pengguna output dan juga penyedia input. Ini yang membuat pendapatan di sektor tersebut besar.
Untuk mendorong peningkatan kontribusi sektor industri pengolahan di Provinsi Jawa Barat,
Pemerintah Provinsi Jawa Barat hendaknya memprioritaskan kebijakan untuk mengembangkan
subsektor industri pengolahan yang mampu mengahadapi permasalahan yang sedang dihadapi
karena berperan besar terhadap pertumbuhan ekonomi Provinsi Jawa Barat.
Sedangkan Presentase Konstribusi menggunakan harga konstan kami menyimpulkan
bahwa dalam 9 tahun terakhir sektor yang memiliki kontribusi terbesar di Jawa Berat ialah sektor
Industri pengolahan sebesar 44,5 % - 43,4% dan yang memiliki kontribusi paling seidikit ialah
sektor pengadaan air, pengolaan sampah limbah dan daur ulang yaitu sebesar 0,07% - 0,08%.
Dari data tersebut kita dapat menyimpulkkan bahwa provinsi Jawa Barat memiliki spesialisasi
sektor Industri Pengolahan. Tingginya kontribusi yang diberikan oleh sektor industri pengolahan
mencerminkan bahwa peran sektor industri dalam perekonomian ekonomi Jawa Barat
sangat penting karena sebagai pendorong atau penggerak utama perekonomian daerah.
8. Pertumbuhan Ekonomi
Pertumbuhan ekonomi adalah salah satu indikator makro ekonomi yang dapat
menggambarkan kinerja ekonomi di suatu wilayah. Secara umum, pertumbuhan ekonomi
tersebut diukur berdasarkan peningkatan PDRB Atas Dasar Harga Konstan. Pertumbuhan yang
positif menunjukkan adanya peningkatan perekonomian, sebaliknya apabila negatif
menunjukkan penurunan. Secara umum, perekonomian Provinsi Jawa Barat selama kurun waktu
2011-2018 tumbuh di atas 5 (lima) persen. Apabila dicermati, Perekonomian Jawa Barat Tahun
2014 tumbuh sebesar 5,09 persen, melambat dibandingkan pertumbuhan ekonomi tahun 2013.

Pertumbuhan Ekonomi Provinsi Jawa Barat

8.00%

6.00%

4.00%

2.00%

0.00%
2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018

Melambatnya pertumbuhan ekonomi tahun 2014 disebabkan karena melambatnya


pertumbuhan beberapa sektor ekonomi pembentuk PDRB dibandingkan tahun 2013 seperti
Pertanian, Kehutanan dan Perikanan; Jasa Pendidikan; Industri Pengolahan; Pengadaan Listrik
dan Gas; Pengadaan Air, Pengolahan Sampah, Limbah dan Daur Ulang; Konstruksi;
Perdagangan Besar dan Eceran, Reparasi Mobil dan Sepeda Motor; Real Estate; serta Jasa
Perusahaan. Sementara itu, Jasa Keungan dan Asuransi mengalami kontraksi sehingga turut
memberikan andil terhadap melambatnya pertumbuhan ekonomi tahun 2014. Namun demikian,
meningkatnya pertumbuhan sektor Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial mampu memberikan
kontribusi pertumbuhan sehingga Provinsi Jawa Barat tidak mengalami perlambatan
pertumbuhan ekonomi yang terlalu dalam.

Pertumbuhan Ekonomi Jawa Barat setahun terakhir tepatnya pada 2018 yang ditunjukkan
oleh pertumbuhan PDRB atas dasar harga konstan mencapai 5,64 persen, lebih cepat bila
dibandingkan tahun 2017 yang sebesar 5,36 persen. Pertumbuhan tersebut didukung oleh
peningkatan kinerja hampir seluruh kategori kecuali pertambangan dan penggalian yang
mengalami kontraksi menjadi sebesar minus 4,29 persen. Penurunan tersebut terutama
disebabkan oleh penurunan produksi hasil tambang migas. Adapun pertumbuhan ekonomi
tertinggi dicapai oleh kategori Real Estate sebesar 8,79 persen. Sementara itu, kategori-kategori
lainnya yang mencatat pertumbuhan positif adalah kategori Informasi dan Komunikasi sebesar
8,38 persen; kategori Jasa Perusahaan sebesar 7,95 persen; kategori Penyediaan Akomodasi dan
Makan Minum sebesar 7,53 persen; kategori Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial sebesar 7,32
persen; kategori Konstruksi sebesar 6,96 persen; kategori Jasa Lainnya sebesar 6,27 persen;
kategori Industri Pengolahan sebesar 6,09 persen; kategori Jasa Pendidikan sebesar 5,4 persen;
kategori Transportasi dan Pergudangan sebesar 5,09 persen; kategori Pengadaan Air,
Pengelolaan Sampah, Limbah dan Daur Ulang sebesar 4,72 persen; kategori Jasa Keungan dan
Asuransi sebesar 4,33 persen; kategori Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi Mobil dan
Sepeda Motor sebesar 4,02 persen; kategori Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan sebesar 2,07
persen; kategori Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib sebesar 1,56
persen; serta kategori Pengadaan Listrik dan Gas Sebesar 0,01 persen.

Sehingga dapat kami simpulkan bahwa dari data Pertumbuhan Ekonomi Provinsi Jawa
Barat Berdasarkan Harga Konstan, kita dapat melihat bahwa pertumbuhan ekonomi di Jawa
Berat mengalami penurunan dari 6,5% tahun 2011 ke 5,64% tahun 2018. Menurut pendapat
kelompok kami, ini terjadi karena kontribusi sektor industri pengolahan turun dari tahun ke
tahunnya. Karena di Jawa Barat sektor Industri Pengolahan merupakan penopang ekonomi di
provinsi itu, seharusnya pemerintah memberikan perhatian lebih khusus lagi ke sektor ini.
Karena spesialisasi suatu provinsi merupakan kunci kesuksesan ekonomi di Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai