Anda di halaman 1dari 7

TUGAS FILSAFAT CINA

OLEH:

NAMA : WASTY R.WUARLELA

NIM : 12175201170077

KELAS : B
1. APA MAKNA DARI FILSAFAT CINA?

Filsafat Cina lebih banyak memusatkan perhatian pada persoalan politik, kenegaraan dan etika.
Kecenderungan inilah yang membuat filsafat Cina memiliki ciri yang berbeda dari filsafat India,
Yunani dan Islam. Berbeda dengan filsafat Yunani, filsafat Cina Kuno memandang soal
perubahan dan transformasi sebagai sebuah sifat dunia yang tidak bisa direduksikan lagi,
termasuk di dalamnya benda-benda dan manusia itu sendiri. Ada perbedaan yang mencolok antara
Filsafat Cina dengan filsafat Barat. Filsafat Cina menekankan pada perubahan, becoming, waktu
dan temporalitas, dan tidak hanya membedakan metafisika Cina tentang realitas dan alam dari
trend utama tradisi filsafat Barat tetapi juga dari orientasi filsafat India. Bagi para filsuf Cina,
pengalaman akan perubahan dalam dunia justru membuat mereka masuk dalam alam dunia yang
sejati dan dalam diri manusia sendiri. Di dalamnya, ada kemungkinan bagi terjadinya
perkembangan, transformasi, interaksi dan integrasi.

2. BAGAIMANA FILSAFAT CINA MUNCUL?

Perkembangan Awal Filsafat Cina Berdasarkan penemuan arkeologis, Cina Kuno itu sudah ada
sebelum periode Neolitik (5000 SM) baik di sebelah timur laut dan barat laut. Pada periode
tersebut, kehidupan komunitas suku berpusat pada penyembahan dewa-dewa leluhur dan
dewadewa alam. Yang dikenal pada periode ini adalah budaya Yangshao, Dawenko, Liangche,
Hungsan, benda-benda yang dikeramatkan dan tempat penyembahan.
Pada masa budaya Lungshan (2600 SM-2100 SM), yakni pada saat Raja Yao dan Shun
memerintah, kebudayaan Cina yang berpusat pada pengorbanan yang ditujukan bagi roh-roh alam
dan nenek moyang tersebar ke daerah Henan, Shandong dan Hubei. Mereka terintegrasi dalam
sebuah keadaan politis yang tersatukan, Xia. Ada juga tentang praktek li (ritual) dalam bentuk
penghormatan kepada nenek moyang sejak awal sebagaimana diterangkan dalam Period of Jade.
Tradisi pemikiran filsafat di Cina bermula sekitar abad ke-6 SM pada masa pemerintahan Dinasti
Chou di Utara. Kon Fu Tze, Lao Tze, Meng Tze dan Chuang Tze dianggap sebagai peletak
dasar dan pengasas filsafat Cina. Pemikiran mereka sangat berpengaruh dan membentuk ciri-ciri
khusus yangmembedakannya dari filsafat India dan Yunani. Pada masa hidup mereka, negeri Cina
dilanda kekacauan yang nyaris tidak pernah berhenti. Pemerintahan Dinasti Chou mengalami
perpecahan dan perang berkecamuk di antara raja-raja kecil yang menguasai wilayah yang
berbeda-beda. Sebagai akibatnya rakyat sengsara, dihantui kelaparan dan ratusan ribu meninggal
dunia disebabkan peperangan dan pemberontakan yang bertubi-tubi melanda negeri. Tiadanya
pemerintahan pusat yang kuat dan degradasi moral di kalangan pejabat pemerintahan mendorong
sejumlah kaum terpelajar bangkit dan mulai memikirkan bagaimana mendorong masyarakat
berusaha menata kembali kehidupan sosial dan moral mereka dengan baik.
Kaum bangsawan terpelajar ini telah tersingkir dari kehidupan politik dan pemerintahan,
karena pada saat negeri dilanda kekacauan dan perang yang diperlukan ialah para jenderal dan
pengambil kebijakan politik. Dinasti Chou sendiri telah lebih satu abad memerintah negeri Cina.
Pemerintahan mereka semula berjalan baik, tindakan hukum berjalan sebagaimana diharapkan
dan ketertiban telah terbangun dengan baik. Dinasti Chou berhasil membangun tradisi pemikiran
Cina yang selama berabad-abad mempengaruhi pemikiran orang Cina. Misalnya kebiasaan
menghormati leluhur dengan melaksanakan berbagai upacara keagamaan dan kegemaran akan
sejarah masa lalu.
Dalam upaya untuk mendapat legitimasi atas kekuasaannya Dinasti Chou menafsirkan kembali
sejarah Cina. Misalnya saja penaklukan yang dilakukannya atas dinasti sebelumnya, Shang,
dikatakan sebagai amanat dari dewa-dewa yang bersemayam di Kayangan. Penguasa dinasti
Shang dikatakan telah banyak melakukan kejahatan di bumi sehingga tidak direstui oleh leluhur
mereka, dan dewa-dewa di Kayangan membencinya serta memberikan mandat kepada penguasa
Dinasti Chou untuk menggantikannya sebagai pemegang tampuk pemerintahan.
Dalam perkembangan selanjutnya ternyata penyelenggaraan upacara-upacara menghormati
leluhur itu lebih merupakan pemborosan. Sering sebuah upacara dilakukan secara berlebihan
untuk memamerkan kekayaan dari keluarga yang menyelenggarakannya. Pemerintah pusat dan
penguasa wilayah berlomba-lomba memungut pajak yang tinggi, memeras rakyat dan menggiring
mereka melakukan kerja paksa. Para bangsawan, jenderal dan pejabat berlomba-lomba melakukan
korupsi dan penyelewengan, menimbun harta dan kekuasaan. Mereka saling menghasut sehingga
perpecahan tidak bisa dihindari lagi dan peperangan silih berganti muncul antara penguasa
wilayah yang satu dengan penguasa yang lain.
Dilatarbelakangi keadaan seperti itu filsafat Cina lebih banyak memusatkan perhatian pada
persoalan politik, kenegaraan dan etika. Kecenderungan inilah yang membuat filsafat Cina
memiliki ciri yang berbeda dari filsafat India, Yunani dan Islam.
Berbeda dengan filsafat Yunani, filsafat Cina Kuno memandang soal perubahan dan transformasi
sebagai sebuah sifat dunia yang tidak bisa direduksikan lagi, termasuk di dalamnya benda-benda
dan manusia itu sendiri. Ada perbedaan yang mencolok antara Filsafat Cina dengan filsafat Barat.
Filsafat Cina menekankan pada perubahan, becoming, waktu dan temporalitas, dan tidak hanya
membedakan metafisika Cina tentang realitas dan alam dari trend utama tradisi filsafat Barat
tetapi juga dari orientasi filsafat India..

3. APA YANG MAU DILIHAT DARI FILSAFAT CINA?

Ciri Yang Menonjol :


Pertama, dalam pemikiran kebanyakan orang Cina antara teori dan pelaksanaannya tidak dapat
dipisahkan. Dengan demikian pemikiran spekulatif kurang mendapat tempat dalam tradisi
falsafah Cina, sebab falsafah justru lahir karena adanya berbagai persoalan yang muncul dari
kehidupan yang aktual.
Kedua,secara umum falsafah Cina bertolak dari semacam ‘humanisme’. Tekanannya pada
persoalannya kemanusiaan melebihi falsafah Yunani dan India. Manusia dan perilakunya dalam
masyarakat dan peristiwa-peristiwa kemanusiaan menjadi perhatian utama sebagian besar filosof
Cina.
Ketiga, dalam pemikiran filosof Cina etika dan spiritualitas (masalah keruhanian) menyatu secara
padu. Etika dianggap sebagai Ketiga, dalam pemikiran filosof Cina etika dan spiritualitas
(masalah keruhanian) menyatu secara padu. Etika dianggap sebagai intipati kehidupan manusia
dan sekaligus tujuan hidupnya. Di lain hal konsep keruhanian diungkapkan melalui
perkembangan jiwa seseorang yang menjunjung tinggi etika. Artinya spiritualitas seseorang
dinilai melalui moral dan etikanya dalam kehidupan sosial, kenegaraan dan politik. Sedangkan
inti etika dan kehidupan sosial ialah kesalehan dan kearifan.
Keempat, meskipun menekankan pada persoalan manusia sebagai makhluq sosial, persoalan yang
bersaungpaut dengan pribadi atau individualitas tidak dikesampingkan. Namun demikian secara
umum falsafah Cina dapat diartikan sebagaoi ‘Seni hidup bermasyarakat secara bijak dan cerdas’.
Kesetaraan, persamaan dan kesederajaan manusia mendapat perhatian besar. Menurut para filosof
Cina keselerasan dalam kehidupan sosial hanya bisa dicapai dengan menjunjung tinggi
persamaan, kesetaraan dan kesederajatan itu.
Kelima, falsafah Cina secara umum mengajarkan sikap optimistiss dan demokratis. Filosof Cina
pada umumnya yakin bahwa manusia dapat mengatasi persoalan-persoalan hidupnya dengan
menata dirinya melalui berbagai kebijakan praktis serta menghargai kemanusiaan. Sikap
demokratis membuat bangsa Cina toleran terhadap pemikiran yang anekaragam dan tidak
cenderung memandang sesuatu secara hitam putih.
Keenam, agama dipandang tidak terlalu penting dibanding kebijakan berfalsafah. Mereka
menganjurkan masyarakat mengurangi pemborosan dalam penyelenggaraan upacara keagamaan
atau penghormatan pada leluhur.
Ketujuh, penghormatan terhadap kemanusiaan dan individu tampak dalam falsafah hukum dan
politik. Pribadi dianggap lebih tinggi nilainya dibanding aturan-aturan formal dan abstrak dari
hukum, undang-undang dan etika. Dalam memandang sesuatu tidak berdasarkan mutlak benar
dan mutlak salah, jadi berpedoman pada relativisme nilai-nilai.
Kedelapan, dilihat dari sudut pandang intelektual: Para filosof Cina berhasil membangun etos
masyarakat Cina seperti mencintai belajar dan mendorong orang gemar melakukan penelitian
mendalam atas segala sesuatu sebelum memecahkan dan melakukan sesuatu. Demikianlah
pengetahuan dan integritas pribadi merupakan tekanan utama falsafah Cina. Aliran
pemikiran, teori dan metodologi apa saja hanya bisa mencapai sasaran apabila dilaksanakan oleh
seseorang yang memiliki pengetahuan luas dan integratitas pribadi yang kokoh.

4. ADAKAH FILSAFAT BARAT MEMILIKI SUMBANGAN BAGI TEOLOGI?

Filsafat barat bermula di bangsa Yunani. pemikiran Yunani sebagai embrio filsafat barat
berkembang, menjadi titik tolak pemikiran barat abad pertengahan, modern dan masa berikutnya.
Disampung menempatkan filsafat sebagai sumber pengetahan barat juga menjadikan agama
sebagai pedoman hidup.

Kaum sophis mendapat imbangan dalam diri seorang alim yang merupakan guru teladan
sepanjang jaman (the greater teacher all the time) yang bernama Socrates(470-339SM). Ia tidak
menerima kepercayaan yang diabdikan kepada sejumlah berhala, sebab baginya Tuhan adalah
Tunggal. Menurutnya, kebenaran umu itu adalah, kebenaran yang diterima setiap orang.
Pemikiran tersebut dilanjutkan oleh Plato(429-348SM) bagi plato kebenaran umum itu memang
ada, namany adalah ide. Idealisme metafisiknya,Tuhan adalah realitas yang tertinggi dan paling
sempurna. Tuhan tidak menciptakan sesuatu dari yang tidak ada, tetapi dari sesuatu yang disebut
“Dzat primodial” yang berisikan seluruh unsur asli alam. Aristoteles(384-322SM) yang meyakini
Tuhan, yang monoteistik dan kekekalan jiwa manusia.

Dari sini disimpulkan bahwa Filsafat barat memang memiliki sumbangan bagi Teologi, dimana
melaluli pemikir atau filsuf-filsuf yang menganut filsafat barat seperti Socrates, Plato, dan
Aristoteles mengakui dan mendukung keberadaan TUHAN itu sendiri.

5. BERAPA ALIRAN YANG MUNCUL DI FILSAFAT CINA?

Ada enam aliran yaitu :

1. Konfusianisme (551-497 SM)


Aliran ini didirikan oleh Kong Fu Tse. Inti ajarannya adalah Tao(jalan sebagai prinsip utama dari
kenyataan) ialah jalan manusia. Dengan kehidupan yang baik, manusia menjadikan Tao itu luhur
dan mulia. Kebaikan hidup dapat dicapai melalui perikemanusiaan.
2. Taoisme (550 M)
Didirikan oleh Lao Tse. Inti ajarannya Tao adalah jalan alam. Ajarannya lebih metafisika. Lao
Tse menentang Konfusius. Puncak ajarannya adalah kesaadaran bahwa kita tidak tahu apa apa
tentang Tao. Para penganutnya memandang alam sebagai tempat mereka menjalankan kehidupan
yang sederhana.
3. Mohisme
Didirikan oleh Mo Tse atau Mo Zi. Inti ajarannya adalah cinta universal. Rakyat Cina harus
percaya pada langit yang menampilkan cinta kepada semua orang. Aliran ini bersifat pragmatis,
arinya baik buruknya sesuatu bergantung pada pertimbangan untung ruginya. Mo Zi menentang
kemewahan, dan upacara-upacara yang menghamburkan kekayaan.
4. Legalisme (7 SM)
Legalisme atau Fa Chia (sekolah hukum) didirikan oleh Guan Zhong. Legalisme
menekankan pada sopan santun, keadilan, kejujuran, dan penguasaan diri. Legalisme
mengajarkan bahwa kekuasaan politik tidak harus mulai dari contoh baik yang
diberikan oleh kaisar atau pembesar-pembesar lain, melainkan dari suatu sistem
undang-undang yang keras sekali.
5. Yin-Yang
Yin-Yang merupakan cabang dari Taoisme. Yin-Yang mengajarkan adanya dua prinsip
yaitu : yin (betina) yang bersifat pasif, ketenangan, surga, bulan, air, perempuan, dingin,
dan symbol kematian; dan yang (jantan) yang bersifat aktif, gerak, bumi, matahari, api,
laki-laki, panas, dan symbol kehidupan. Interaksi antara Yin dan Yang ini yang
menimbulkan perubahan di alam semesta.
Sofisme
6. Sofisme
Disebut juga aliran nama-nama (Ming Chia). Ajaran mereka digunakan untuk
menganalisa dan mengkritik dalam kaitan dalam masalah kebahasaan. Ming Chia juga
terdapat khayalan tentang hal-hal seperti eksistensi, relativitas, kausalitas, ruang, dan
waktu.
Pengertian Yin dan Yang
Berdasarkan filsafat Tao kuno, Inti dari Yin Yang adalah dua unsur keberadaan yang
berlawanan tapi saling melengkapi. Dimana Yang adalah Cahaya digambarkan dengan warna
putih, bergerak naik berpadu dengan Yin yaitu kegelapan yang digambarkan dengan warna
hitam dan bergerak turun. Di barat mengatakan bahwa Yin dan Yang selalu dihubungkan
dengan sesuatu yang baik dan jahat. Dalam filosofi Cina, konsep Yin-Yang biasanya
digunakan untuk mendeskripsikan sifat kekuatan yang saling berhubungan dan berlawanan di
dunia ini dan bagaimana mereka saling membangun satu sama lain. Namun, filsafat Taoist
biasanya tidak memperhitungkan sesuatu yang baik atau jahat dan penilaian moral, dalam
kaitannya dengan konsep keseimbangan. Simbol Yin adalah sisi hitam dengan titik putih
pada bagian atasnya dan Yang adalah sisi putih dengan titik hitam pada bagian atasnya.
Hubungan antara Yin dan Yang sering digambarkan dengan bentuk sinar matahari yang
berada di atas gunung dan di lembah. Secara harafiah Yin adalah tempat yang teduh,
sementara Yang adalah tempat yang terang atau cerah. Mereka hanyalah dua aspek realitas
yang sebenarnya berdiri sendiri. Dan masing-masing mengandung unsur dari yang lainnya,
karena itu terdapat titik hitam dari Yin pada bagian putih dan begitu juga sebaliknya. Yin dan
Yang tidak hanya sekedar saling menggantikan, namum mereka menyatu satu sama lain
melalui aliran konstan alam semesta. Para Taijitu dan konsep dari periode Zhou menerapkan
Arti Yin Yang dalam keluarga dan hubungan relasi. Dimana, Yin sebagai wanita dan Yang
sebagai pria. Mereka menjadi satu untuk dua bagian dari keseluruhan. Yin-Yang atau Yin dan
Yang adalah konsep dalam filosofi Tionghoa yang biasanya digunakan untuk
mendeskripsikan sifat kekuatan yang saling berhubungan dan berlawanan di dunia ini dan
bagaimana mereka saling membangun satu sama lain.
Konsep tersebut didasarkan pada asal muasal dari banyaknya cabang ilmu pengetahuan klasik
dah filosofi Tionghoa serta dapat digunakan sebagai pedoman pengobatan Cina dan menjadi
prinsip dari seni bela diri yang ada di Tiongkok, sebagai contoh Baguazhang, Taijiquan (Tai
Chi), dan qigong (Chi Kung) dan ramalan Ching. Yin dan Yang saling berlawanan dalam
interaksi dengan dunia yang
lebih luas dan sebagai bagian dari sistem yang dinamis. Semua hal memiliki kedua aspek
tersebut yakni Yin dan Yang, tetapi tidak setiap aspek tersebut memiliki perwujudan yang
jelas pada objek dan mungkin pasang surut atau mengalir dari
waktu ke waktu. Konsep Yin dan Yang sering dilambangkan dengan berbagai
bentuk yang bervariasi dari simbol Taijitu, yang mana lebih umum dikenal pada kebudayaan
barat. Ada beberapa persepsi (terutama di barat) yang mengatakan bahwa Yin dan Yang
selalu dihubungkan dengan sesuatu yang baik dan jahat. Namun, filsafat Taoist biasanya
tidak memperhitungkan sesuatu yang baik atau jahat dan penilaian moral, dalam kaitannya
dengan konsep keseimbangan. Konfusianisme tidak melampirkan dimensi moral dari Yin dan
Yang. Tapi dalam istilah modern, istilah ini sebagian besar telah teradaptasi oleh filosofi
Budha Taoist.

Sifat Yin dan Yang


Tidak mungkin kita berbicara tentang Yin dan Yang tanpa referensi dari seseorang yang
berpendapat lain, karena Yin dan Yang terikat bersama sebagai bagian dari keseluruhan
(misalnya Anda tidak dapat melihat bagian bawah sebelum melihat bagian atasnya). Sebuah
ilustrasi menjelaskan ide tentang pendalilan antara kehidupan pria saja atau wanita saja. Ras
ini akan punah dalam
satu generasi. Namun, pria dan wanita menciptakan generasi baru yang memungkinkan
mereka untuk bertahan hidup. Interaksi dari keduanya dapat melahirkan ide-ide baru. Yin dan
Yang mengubah satu sama lain seperti arus di dalam laut. Setiap yang hidup akan mati, benih
akan tumbuh dan kemudian akan
mati.

Penggunaan nama Yin dan Yang sebagai nama tempat


Banyak tempat di Tiongkok, seperti Luoyang, mengandung kata Yang, dan
beberapa tempat seperti Huayin, mengandung kata Yin. Ini adalah cara yang sangat
tradisional untuk menempatkan nama-nama tempat. Yang berarti tempat ini berada di lereng
bagian selatan gunung atau di tepi utara sungai. Misalnya, Luoyang berada di tepi utara
Sungai Luo. Yin berarti berada di lereng utara gunung atau berada di tepi selatan. Misalnya,
siHuayin berada di lereng utara Gunung Hua.

Simbolisme Yin dan Yang


Yin adalah sisi hitam dengan titik putih pada bagian atasnya dan Yang adalah sisi putih
dengan titik hitam pada bagian atasnya. Hubungan antara Yin dan Yang sering digambarkan
dengan bentuk sinar matahari yang berada di atas gunung dan di lembah. Yin (secara
harafiah yaitu tempat yang teduh) adalah daerah gelap yang merupakan bayangan dari
gunung, sementara Yang (secara harafiah yaitu tempat yang terang atau cerah) adalah bagian
yang tidak terhalang oleh gunung. Saat matahari bergerak, Yin dan Yang secara bertahap
bertukar tempat satu sama lain,
mengungkapkan apa yang tidak jelas dan menyembunyikan yang sudah terungkap. Yin
ditandai dengan sesuatu yang lambat, lembut, menghasilkan, menyebar, dingin,
basah, dan pasif. Berhubungan dengan air, bumi, bulan, feminitas dan malam hari. Yang
sebaliknya ditandai dengan cepat, keras, padat, fokus, panas, kering, dan agresif.
Berhubungan dengan api, langit, matahari, maskulinitas dan siang hari.

Religius dan Filosofis


Para Taijitu dan konsep dari periode Zhou telah diterapkan dalam keluarga dan hubungan
relasi. Yin sebagai wanita dan Yang sebagai pria. Mereka menjadi satu sebagai dua bagian
dari keseluruhan. Praktisi Yoga Zen, sebuah sistem pelatihan yang diciptakan pada tahun
2007, berpendapat bahwa Yin dan Yang merupakan suatu aliran. Taijitu adalah salah satu
simbol yang tertua dan paling terkenal di dunia, tetapi masih banyak orang yang tidak
memahami arti dari Yin dan Yang. Hal tersebut menggambarkan salah satu teori filsafat Tao
kuno yang paling mendasar dan mendalam. Inti dari hal tersebut adalah dua unsur keberadaan
yang berlawanan tetapi saling melengkapi. Cahaya yaitu Yang digambarkan dengan warna
putih,
bergerak naik berpadu dengan kegelapan yaitu Yin yang digambarkan dengan warna hitam
dan bergerak turun. Yin dan Yang adalah kekuatan yang berlawanan,
tergantung dari aliran siklus alami. Mereka selalu mencari keseimbangan meskipun mereka
bertentangan, tetapi mereka tidak selalu bertentangan satu sama lain. Sebagai bagian dari
Tao, mereka hanyalah dua aspek realitas yang sebenarnya
berdiri sendiri. Masing-masing mengandung unsur dari yang lainnya, karena itu terdapat titik
hitam dari Yin pada bagian putih dan begitu pula sebaliknya. Mereka tidak hanya sekadar
saling menggantikan, namum mereka menjadi bersatu sama lain melalui aliran konstan alam
semesta.

Anda mungkin juga menyukai