Anda di halaman 1dari 9

BAB IV

PEMBAHASAN

Dalam Bab ini penulis akan membahas tentang kesenjangan antara konsep
malaria secara teoritis dengan aplikasi asuhan keperawatan yang dilakukan pada An.
I dengan Gangguan Sistem Hematologi: Malaria Tropika di Ruang Perawatan Anak
Rumah Sakit Umum Daerah Ade Mohammad Djoen Sintang yang terhitung dari
tanggal 01 juli sampai dengan 02 juli 2010, meskipun antara tinjauan teoritis dan
asuhan keperawatan secara nyata mempunyai sistematika penulisan yang sama yaitu
menguraikan tentang proses keperawatan.
Asuhan Keperawatan adalah proses atau rangkaian kegiatan pada praktek
keperawatan yang langsung diberikan pada klien, dengan berbagai tatanan pelayanan
kesehatan, dengan menggunakan metodologi proses keperawatan dalam lingkup dan
wewenang serta tanggung jawab terhadap kegiatan yang dilakukan dalam upaya
peningkatan kesehatan, pencegahan penyakit, dan pemulihan. Dalam pelaksanaan
Asuhan Keperawatan ini, penulis menggunakan 5 tahap proses keperawatan yaitu:
Pengkajian, diagnosa keperawatan, perencanaan, implementasi, dan evaluasi.

A. Pengkajian Keperawatan
Penulis mengumpulkan data dengan menerapkan tehnik wawancara
secara langsung kepada An. I dan keluarganya, melalui tindakan observasi dan
pemeriksaan fisik. Dari hasil pengkajian yang dilakukan pada An. I dengan
penyakit Malaria Tropika bila dibandingkan dengan tinjauan teori yang ada
adalah sebagai berikut:
1. Aktivitas/istirahat
Teori menyatakan dapat ditemukan: kelemahan, kelelahan, penurunan
masa tonus, dan data yang ditemukan pada klien ialah adanya kelemahan.

68
69

2. Sirkulas
Teori menyatakan dapat ditemukan: Tekanan darah normal/dibawah
normal (jika terjadi penurunan curah jantung), denyut perifer cepat dan lemah,
kulit ikterik, hangat, ekstremitas/akral pucat, kapiler refil < 3 detik
(penurunan perfusi jaringan perifer) dan pucat tapi data tersebut tidak
ditemukan pada klien.
3. Eliminasi
Teori menyatakan dapat ditemukan: Adanya perubahan warna urine
seperti kemerahan hematuria, pada stadium lanjut : hemoglobinuria dan demam
kencing hitam (Balck Water Fever) dan gagal ginjal akut, dan data tersebut tidak
ditemukan pada klien sedangkan pengkajian pada klien hanya ditemukan urine
klien berwarnah jernih.
4. Status nutrisi
Teori menyatakan dapat ditemukan: Anoreksia, mual muntah, penurunan
berat badan dan penurunan lemak bawah kulit/malnutrisi, sedangkan pengkajian
pada klien ditemukan : anoreksia dan penurunan berat badan.
5. Neurosensori
Teori menyatakan dapat ditemukan: Adanya sakit kepala, pusing, pada
stadium lanjut timbul delirium, disorientasi, koma, kejang dan tanda neurologis
fokal, sedangkan pengkajian pada klien hanya ditemukan keluhan pusing.
6. Keamanan/kenyamanan
Teori menyatakan dapat ditemukan: Lokalisasi rasa sakit pada daerah
hepar (hipokondria kanan) dan hipokondia kiri (limpa), hepatosplenomegali dan
nyeri tekan, sedangkan pengkajian pada klien tidak ditemukan data-data tersebut.
7. Pernapasan
Teori menyatakan dapat ditemukan: Takipnea pada malaria falciparum,
adanya edema paru (komplikasi), suhu umumnya meningkat (diatas 370C),
70

demam, menggigil dan berkeringat, sedangkan pengkajian pada klien tidak


ditemukan data-data tersebut.

B. Diagnosa keperawatan
Dalam menentukan diagnosa keperawatan pada pasien dengan
malaria, penulis belum menemukan adanya sumber yang membahas secara
khusus dan terperinci mengenai Asuhan Keperawatan pada pasien malaria
terutama mengenai perumusan dari diagnosa keperawatannya, maka dalam
pengaplikasian tahapan perumusan diagnosa keperawatan, penulis
menentukan berdasarkan dari sejumlah masalah serta tanda dan gejala yang
timbul pada pasien dengan malaria dan kemudian mengaplikasikan dalam
bentuk diagnosa keperawatan dengan acuan Purniawati (2010).
Berdasarkan data yang penulis dapatkan dari proses pengkajian yang
terhitung dari tanggal 01 Juli sampai dengan 02 Juli 2010, penulis
menemukan 4 masalah keperawatan yang di tulis secara teoritis.
Berdasarkan landasan teori, diagnosa yang ditemukan untuk diagnosa
pertama adalah Peningkatan suhu tubuh berhubungan dengan proses infeksi
parasit malaria. Namun penulis mengangkat diagnosa perubahan nutrisi; kurang
dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake yang tidak adekuat sebagai
diagnosa pertama karena pada diagnosa pertama yang terdapat pada teori tidak
ditemukan data-data yang mendukung diagnosa tersebut.
Untuk diagnosa yang kedua pada teoritis adalah Resiko defisit
volume cairan berhubungan dengan pindahnya cairan intravaskuler ke
ekstravaskuler. Namun penulis mengangkat diagnosa perubahan pola tidur
berhubungan dengan hospitalisasi sebagai diagnosa yang kedua yang tidak
tercantum dalam teoritis. Karena penulis beralasan bahwa tidak
mendukungnya data–data baik dari pemeriksaan fisik dan pemeriksaaan
diagnostik.
71

Sedangkan diagnosa ketiga pada tinjauan teoritis adalah resiko


gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan nafsu
makan yang menurun karena diagnosa yang pertama pada asuhan
keperawatan pada An. I adalah perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan nafsu makan yang menurun sehingga penulis
mengangkat diagnosa kurang pengetahuan mengenai penyakit, prognosis dan
kebutuhan pengobatan berhubungan dengan kurangnya pemajanan/mengingat
kesalahan interpretasi informasi, keterbatsan kognitif karena ditemukan data-
data yang mendukung diagnosa tersebut yaitu saat dilakukan pengkajian
mengenai tingkat pengetahuan pada keluarga klien mengenai penyakit
malaria, orangtua klien mengatakan ketika masih di rumah, mereka tidak
mengetahui penyakit anaknya dan tidak tahu bagaimana cara mengatasinya,
orangtua klien mengatakan belum paham mengenai penyakit yang di derita
anaknya, orangtua klien menanyakan penyakit apa yang diderita anaknya,
orangtua klien tampak bingung, pendidikan orang tua klien SD.
Diagnosa selanjutnya yaitu diagnosa keempat pada asuhan keperawatan
pada An. I adalah resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan
pemasangan alat invasif: infus yang tidak terdapat pada tinjauan teori karena
pada tinjauan teori hanya terdapat 3 diagnosa saja yaitu peningkatan suhu tubuh
berhubungan dengan proses infeksi parasit malaria, resiko defisit volume cairan
berhubungan dengan pindahnya cairan intravaskuler ke ekstravaskuler, resiko
gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan nafsu makan
yang menurun.
Adapun faktor penghambat dan pendukung dalam menentukan
diagnosa keperawatan pada klien yaitu:
1. Faktor pendukung dalam menentukan diagnosa:
a. Klien dan keluarga kooperatif sehingga data yang didapatkan dengan
valid dan menunjang untuk menentukan diagnosa.
72

b. Adanya data-data primer dan sekunder pada klien yang menunjang


dalam menetukan diagnosa.
2. Faktor penghambat dalam menentukan diagnosa:
Seperti yang telah dipaparkan di atas, faktor penghambat dalam
menentukan diagnosa ialah penulis belum menemukan adanya sumber
yang membahas secara khusus dan terperinci mengenai Asuhan
Keperawatan pada klien dengan malaria mengenai perumusan dari
diagnosa keperawatannya.

C. Perencanaan keperawatan
Dalam menentukan rencana tindakan yang akan diberikan pada An. I
dengan Gangguan Sistem Hematologi: Malaria Tropika di Ruang Perawatan
Anak Rumah Sakit Umum Ade Mohammad Djoen Sintang, penulis hanya
melakukan penyesuaian terhadap prioritas masalah keperawatan. Perencanaan
tindakan keperawatan pada An. I dengan Malaria Tropika dirumuskan sesuai
dengan yang ada pada teori.
Perencanaan tindakan keperawatan pada An. I dengan Malaria Tropika
dirumuskan sesuai dengan yang ada pada teori.
1. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan nafsu
makan yang menurun. Tidak semua rencana tindakan yang ada diteoritis
penulis lakukan.
2. Perubahan pola tidur berhubungan dengan hospitalisasi
Dengan tujuan setelah diberikan asuhan keperawatan selama 3x24 jam
diharapkan gangguan pola tidur teratasi dengan kriteria hasil: Data
subjektifnya klien mengatakan tidurnya tidak terganggu, klien mengatakan
kepalanya tidak pusing dan data objektifnya pola tidur klien kembali normal,
klien tampak rileks dengan rencana tindakannya adalah identifikasi penyebab
klien tidak bisa tidur, berikan lingkungan yang tenang bagi klien dengan
mengurangi jumlah pengunjung, ruangan yang tidak terlalu terang dan
73

ruangan yang sepi, lakukan hal-hal yang menjadi kebiasaan klien sebelum
tidur, dan meganjurkan klien untuk berelaksasi dengan minum segelas susu
hangat sebelum tidur
3. Kurang pengetahuan mengenai kondisi, prognosis, dan kebutuhan pengobatan
berhubungan dengan kurangnya informasi. Tidak semua rencana tindakan
yang penulis lakukan.
4. Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan pemasangan alat invasif:
infus. Tidak semua rencana tindakan penulis lakukan.

D. Implementasi Keperawatan
Pada tahap ini dimana penulis mengaplikasikan langsung pada klien dari
setiap perencanaan yang telah penulis buat. Namun dalam pelaksanaan yang
sudah direncanakan tidak semua dapat dilaksanakan sesuai rencana yang ada,
tapi disesuaikan dengan kondisi klien saat itu. Adapun pelaksanaan yang
dilakukan kepada klien meliputi:
1. Pada diagnosa perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan nafsu makan yang menurun; mengkaji riwayat nutrisi, menimbang
berat badan klien, memberikan porsi makan kecil tapi sering, menganjurkan
klien banyak makan dan menghindari makanan yang bergas, menganjurkan
klien menggosok gigi sebelum makan, menganjurkan menyelingi makan
dengan minum air hangat, memotivasi klien untuk menghabiskan makan yang
diberikan serta memberikan reinforcement positif terhadap kemampuan klien
menghabiskan makan dan memberikan injeksi ranitidin.
Faktor pendukung dan penghambat dalam melakukan tindakan
keperawatan pada diagnosa ini yaitu:
a. Faktor pendukung
Dalam melakukan tindakan keperawatan, klien dan keluarga sangat
kooperatif dan adanya kerjasama yang baik antara tim kesehatan.
74

b. Faktor penghambat
Untuk tindakan pemberian porsi makan kecil tapi sering, perawat
mengalami kesulitan karena hari pertama nafsu makan klien kurang
sehingga hanya makan 6 sendok makan saja tapi pada evaluasi akhir nafsu
makan klien sudah mulai meningkat klien sudah mulai mampu
menghabiskan maknan dari porsi makan yang disajikan.
2. Pada diagnosa perubahan pola tidur berhubungan dengan hospitalisasi;
Mengkaji pola tidur klien, meminta keluarga pasien lain untuk tenang pada
jam istirahat, menganjurkan klien banyak istirahat, menganjurkan kepada
keluarga klien untuk memberikan klien minum susu sebelum tidur.
Faktor pendukung dan faktor penghambat dalam melakukan tindakan
keperawatan pada diagnosa ini yaitu:
a. Faktor pendukung
Dalam melakukan tindakan keperawatan, klien dan keluarga sangat
kooperatif dan adanya kerjasama yang baik antara tim kesehatan.
b. Faktor penghambat
Untuk menciptakan lingkungan yang tenang sulit dilakukan di ruangan
karena kondisi pengunjung dan keluarga pasien lain yang selalu ramai di
ruangan.
3. Pada diagnosa kurang pengetahuan mengenai kondisi, prognosis, dan
kebutuhan pengobatan berhubungan dengan kurangnya informasi: Mengkaji
pemahaman keluarga klien tentang malaria, menjelaskan kepada keluarga
klien tentang terapi obat-obatan dan ketaatan terhadap obat, memberikan
pendidikan kesehatan tentang: pengertian malaria, klasifikasi malaria, tanda
dan gejala malaria, dan penatalaksanaan terhadap malaria.
Faktor pendukung dan faktor penghambat dalam melakukan tindakan
keperawatan pada diagnosa ini yaitu:
75

a. Faktor pendukung
Dalam melakukan tindakan keperawatan, klien dan keluarga sangat
kooperatif dan adanya kerjasama yang baik antara tim kesehatan.
b. Faktor penghambat
Tidak ditemukan faktor penghambat dalam melakukan tindakan
keperawatan pada diagnosa kurang pengetahuan, mengenai penyakit,
prognosis dan kebutuhan pengobatan berhubungan dengan kurangnya
pemajanan/mengingat kesalahan interprestasi informasi, keterbatasan
kognitif
4. Pada diagnosa resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan
pemasangan alat invasif: infuse yaitu kolaborasi dalam pemberian antipiretik
dan antibiotik, mengukur tanda-tanda vital klien, Melakukan perawatan infus,
melihat status klien, mengevaluasi hasil laboraorium terhadap keberhasilan
intervensi. Tidak ada faktor penghambat dalam melakukan tindakan
keperawatan.

E. Evaluasi keperawatan
Evaluasi merupakan akhir dari proses keperawatan serta untuk melengkapi
proses keperawatan yang menandakan seberapa jauh diagnosa, rencana dan
implementasi sudah dicapai.
Berdasarkan dari rencana tindakan yang telah dibuat, penulis mencoba
menjelaskan beberapa hasil dari evaluasi yang didapatkan setelah memberikan
asuhan keperawatan selama dua hari mulai dari tanggal 01 juli sampai dengan 02
juli 2010 di uraikan sebagai berikut:
1. Untuk masalah perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh belum teratasi
sampai tanggal 02 juli 2010 karena klien pulang atas instruksi dokter, dari hasi
evaluasi pada tanggal 02 juli yaitu nafsu makan An. I meningkat, klien mampu
76

menghabiskan 1 porsi bubur yang disediakan tapi hemoglobin klien 9,4 gr/dl
masih dibawah normal dan berat badan klien belum menunjukan peningkatan.
2. Perubahan pola tidur juga belum teratasi sampai tanggal 02 juli 2010, karena
pasien pulang berdasarkan atas instruksi dokter, berdasarkan hasil evaluasi pada
tanggal 02 juli, Ibu klien mengatakan anaknya tadi malam terbangun dan
gelisah, Ibu klien mengatakan karena keluarga pasien yang lain terlalu ramai
sehingga anaknya tidak bisa tidur dengan nyenyak dan lingkungan yang tidak
nyaman, klien tampak sering menguap, dan klien mengeluh kepalanya pusing.
3. Kurang pengetahuan teratasi pada tanggal 02 juli 2010, dengan nilai evaluasi
akhir penkes adalah 70 (baik). Keluarga klien dapat menjawab pengertian
malaria sebagian dengan benar, keluarga klien dapat menjelaskan penyebab
malaria sebagian dengan benar, keluarga dapat menyebutkan tanda dan gejala
malaria sebagian dengan benar, keluarga klien dapat menyebutkan pencegahan
malaria dengan benar dan tepat, keluarga klien tidak dapat menjelaskan cara
pengobatan dan penanganan malaria dengan benar dan tepat.
4. Resiko tinggi infeksi terhadap infeksu belum teratasi sampai tanggal 02 juli
2010, karena pasien pulang berdasarkan atas instruksi dokter.
Demikian evaluasi yang dapat penulis lakukan pada An. I dengan
Gangguan Sistem Hematologi : Malaria Tropika di Ruang Perawatan Anak
Rumah Sakit Ade Mohammad Djoen Sintang dari tanggal 01 juli sampai 02 juli
2010. Dari hasil evaluasi yang dilakukan pada An. I dengan Gangguan Sistem
Hematologi: Malaria Tropika tidak teratasi semuanya karena pasien pulang atas
instruksi dari dokter pada tanggal 2 Juli 2010 karena kondisi klien sudah mulai
membaik, nafsu makan klien mulai meningkat, tidak ada keluhan mual dan
muntah, tidak ada keluhan demam dengan suhu klien 36,9 0C.

Anda mungkin juga menyukai