Anda di halaman 1dari 17

I.

JUDUL PERCOBAAN : Destilasi Fraksinasi


II. TANGGAL PERCOBAAN : Rabu,13 Maret 2019 pukul 09.30 WIB
III. SELESAI PERCOBAAN : Rabu, 13 Maret 2019 pukul 14.30 WIB
IV. TUJUAN PERCOBAAN :
1. Menentukan indeks bias destilat
2. Menentukan presentase kemurnian destilat
V. DASAR TEORI :
A. Pengertian destilasi
Proses Distilasi merupakan salah satu cara untuk memisahkan komponen
dalam larutan yang berbentuk cair atau gas dengan mendasarkan pada perbedaan titik
didih komponen yang ada di dalamnya. Dasar dari pemisahan dengan distilasi adalah
jika suatu campuran komponen diuapkan maka komposisi pada fase uap akan berbeda
dengan fase cairnya. Untuk komponen yang memiliki titik didih lebih rendah maka
akan didapatkan komposisi yang cenderung lebih besar pada fase uapnya, uap ini
diembunkan dan dididihkan kembali secara bertingkat–tingkat maka akan diperoleh
komposisi yang semakin murni pada salah satu komponen. Pada beberapa campuran
komponen, untuk komposisi, suhu dan tekanan tertentu tidak memenuhi
kecenderungan tersebut, artinya jika campuran tersebut dididihkan maka komposisi
fase uapnya akan memiliki komposisi yang sama dengan fase cairnya, keadaan ini
disebut kondisi azeotrop, sehingga campuran pada kondisi ini tidak dapat dipisahkan
dengan cara distilasi biasa (Abassato, 2007).
Destilasi air merupakan salah satu cara untuk memisahkan minyak atsiri dari
dalam bahan. Pada metode ini, bahan yang didestilasi akan kontak langsung dengan air
mendidi.Sebelum rimpang jeringau didestilasi, rimpang terlebih dahulu diubah dalam
bentukchipsuntuk mempermudah dalam proses destilasi. Permintaan akan minyak
jeringau ini sangat luas yaitu dari bidang industri makanan, farmasi, kecantikan
maupun industri parfum (Prisca, 2014).
Destilasi merupakan metode yang paling populer, digunakan secara luas,
dan cost-effective untuk memproduksi minyak esensial di seluruh dunia. Destilasi
tanaman aromatik secara sederhana menggunakan penguapan atau membebaskan
minyak dari membran sel tanaman dengan adanya kelembaban, dengan menerapkan
suhu yang tinggi dan kemudian mendinginkan campuran uap untuk memisahkan
minyak dari air berdasarkan ketidakbercampuran dan densitas minyak esensial dengan
air (Caroline, 2011).
Destilasi atau penyulingan adalah suatu metode pemisahanbahan kimia
berdasarkan pada perbedaan kecepatan atau kemudahan menguap (volatilitas) bahan
atau zat.Dalam penyulingan, campuran zat dididihkan sehingga menguap, dan uap ini
kemudian didinginkan kembali ke dalam bentuk cairan. Zat yang memiliki titik didih
lebih rendah akan menguap lebih dulu (Syukri,2007).
Prinsip destilasi adalah penguapan cairan dan pengembunan kembali uap
tersebut pada suhu titik didih. Titik didih suatu cairan adalah suhu dimana tekanan
uapnya sama dengan tekanan atmosfer. Cairan yang diembunkan kembali disebut
destilat.Tujuan destilasi adalah pemurnian zat cair pada titik didihnya, dan
memisahkan cairan tersebut dari zat padat yang terlarut atau dari zat cair lainnya yang
mempunyai perbedaan titik didih cairan murni.Pada destilasi biasa, tekanan uap di atas
cairan adalah tekanan atmosfer (titik didih normal). Untuk senyawa murni, suhu yang
tercatat pada termometer yang ditempatkan pada tempat terjadinya proses destilasi
adalah sama dengan titik didih destilat (Harizul, Rivai, 1995).
Dalam proses destilasi terdapat dua tahap proses yaitu tahap penguapan dan
dilanjuntukan dengan tahap pengembangan kembali uap menjadi cair atau padatan.
Atas dasar ini maka perangkat peralatan destilasi menggunakan alat pemanas dan alat
pendingin.
Proses destilasi diawali dengan pemanasan, zat yang memiliki titik didih lebih
rendah akan menguap. Uap tersebut bergerak menuju kondenser yaitu alat pendingin.
Proses pendinginan tersebut kemudian mengkondensasikan uap air tersebut dengan
kemurnian yang relatif tinggi. Proses ini berjalan terus menerus dan akhirnya kita
dapat memisahkan seluruh senyawa-senyawa yang ada dalam campuran homogen
tersebut (Syukri, 2007).
Pemisahan dengan cara destilasi berbeda dengan pemisahan dengan cara
penguapan. Pada pemisahan dengan cara destilasi semua komponen yang terdapat
didalam campuran bersifat mudah menguap(volatil). Yang mana tingkat penguapan
(volatilitas) masing-masing komponenberbeda-beda pada suhu yang sama. Hal ini
akan berakibat bahwa pada suhu tertentu uap yang dihasilkan dari suatu campuran
cairan akan selalu mengandung lebih banyak komponen yang lebih volatil. Sifat yang
demikian ini akan terjadi sebaliknya, yakni pada suhu tertentu fasa cairan akan lebih
banyak mengandung komponen yang kurang volatil. Jadi cairan yang setimbang
dengan uapnya pada suhu tertentu memiliki komposisi yang berbeda.Pada pemisahan
dengan cara penguapan komponen volatil dipisahkan dengan komponen yang kurang
volatil, karenaproses pemanasan. Sebagai contoh: pemisahan penguapan dapat
digunakan untuk memisahkan air dari larutan NaCl berair, sedang pemisahan dengan
cara destilasi digunakan untuk memisahkan campuran alkohol dari air (Ketaren, 2008).
Ada 6 jenis destilasi, yaitu destilasi sederhana, destilasi fraksionasi, destilasi
uap, destilasi vakum, destilasi kering dan destilasi azeotropik.
1. Destilasi Sederhana
Pada destilasi sederhana, dasar pemisahannya adalah perbedaan titik didih
yang jauh atau dengan salah satu komponen bersifat volatil. Jika campuran
dipanaskan maka komponen yang titik didihnya lebih rendah akan menguap lebih
dulu. Selain perbedaan titik didih, juga perbedaan kevolatilan, yaitu kecenderungan
sebuah substansi untuk menjadi gas. Destilasi ini dilakukan pada tekanan atmosfer.
Aplikasi destilasi sederhana digunakan untuk memisahkan campuran air dan
alkohol (Syukri,2007).

2. Destilasi Fraksionasi
Berikut adalah rancangan alat untuk destilasi fraksinasi. Lihat Gambar 1.
Gambar 1. Rancangan Alat Untuk Destilasi Fraksinasi

Fungsi destilasi fraksinasi adalah memisahkan komponen-komponen cair,


dua atau lebih, dari suatu larutan berdasarkan perbedaan titik didihnya.Destilasi ini
juga dapat digunakan untuk campuran dengan perbedaan titik didih kurang dari
20 °C dan bekerja pada tekanan atmosfer atau dengan tekanan rendah.Destilasi
tunggal menghasilkan pemisahan parsial dari komponen dimana fasa uap diperkaya
dengan zat yang lebih volatil. Dalam destilasi fraksional atau destilasi bertingkat
proses pemisahan parsial diulang berkali-kali dimana setiap kali terjadi pemisahan
berlanjut. Hal ini berarti proses pengayaan dari uap yang lebih volatil juga terjadi
berkali-kali spanjang destilasi fraksional itu berlansung (Soebagio, 2002). Proses
pengayaan itu bila digambar akan menghasilkan Gambar 2 berikut :

Gambar 2.Proses Pengayaan Selama Destilasi Fraksinasi Berlangsung


Untuk Campuran n-heksana n-heptana (Pecsok, 1976).

Menurut gambar, jika larutan dengan komposisi XB,0 dipanaskan hingga


mencapai suhu T0, maka larutan XB,0 akan mulai mendidih dan menghasilkan uap
dengan komposisi YB,0. Pengembunan uap YB,0 akan menghasilkan kondensat
dengan komposisi XB,1. Kondensat dengan komposisi XB,1 ini sama dengan uap
dengan komposisi YB,0, pada suhu T1. Kondensat tersebut dijaga agar tetap pada
suhu T1 dan sejumlah kecil uap yang dihasilkan dikumpulkan. Kondensat kedua
mempunyai komponen XB,2 dengan titik didih T2. Langkah-langkah dalam proses
ini dilakukan berkali-kali sampai didapatkan destilat murni dari komponen yang
lebih volatil dan residu murni dari komponen yang kurang volatil (Soebagio, 2002).
Destilasi terfraksi ini berbeda dengan destilasi biasa, karena terdapat suatu
kolom fraksionasi dimana terjadi suatu proses refluks. Proses refluks pada destilasi
ini dilakukan agar pemisahan etanol-air dapat terjadi dengan baik. Kolom
fraksionasi berfungsi agar kontak cairan dengan uap terjadi lebih lama, sehingga
komponen yang lebih ringan dengan titik didih yang lebih rendah akan terus
menguap dan masuk kondensor, sedangkan komponen yang lebih besar akan
kembali ke dalam labu destilasi (Soebagio, 2002).
Tujuan dari penggunaan kolom ini adalah untuk memisahkan uap campuran
senyawa dan air yang titik didihnya hampir sama tidak begitu berbeda, sebab
dengan adanya penghalang dalam kolom fraksinasi menyebabkan uap yang titik
didihnya sama akan sama-sama menguap atau senyawa yang titik didihnya rendah
akan naik terus hinga akhirnya mengembun dan turun sebagai destilat, sedangkan
senyawa yang titik didihnya lebih tinggi jika belum mencapai harga titik didihnya
maka senyawa tersebut akan menetes kembali ke dalam labu destilasi yang
akhirnya jika pemanasan dilanjuntukan terus akan mencapai harga titik didihnya.
Senyawa tersebut akan menguap , mengembun dan turun, menetes sebagai destilat
(Soebagio, 2002).
Proses ini digunakan untuk komponen yang memiliki titik didih yang
berdekatan. Pada dasarnya sama dengan destilasi sederhana hanya saja memiliki
kondensor yang lebih banyak sehinga mampu memisahkan dua komponen yang
memiliki perbedaan titik didih yang bertekanan. Pada proses ini akan didapatkan
substan kimia yang lebih murni karena melewati kondensor yang banyak.
Karakteristik bahan pada destilasi fraksinasi adalah cairan yang
mempunyai perbedaan titik didih yang tidak terlalu jauh yaitu sekitar 30oC atau
lebih. Aplikasi dari destilasi jenis ini digunakan pada industriminyak mentah, untuk
memisahkan komponen-komponen dalam minyak mentah. Kolom
fraksionasi:dalam praktek,kolom tutup gelembung kurang efektif untuk pekerjaan
di laboratorium. Hasilnyarelatif terlalu sedikit bila dibandingkan dengan besar
bahan yang tergantung di dalamkolom. Dengan kata lain kolom tutup gelembung
memiliki keluaran yang kecildengan sejumlah besar bahan yang masih tertahan di
dalam kolom (Soebagio, 2002).

Keefektifan kolom fraksionasi sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor


seperti cara pengaturan materi di dalam kolom, pengaturan temperatur, panjang
kolom, dan kecepatan penghilangan hasil destilasi.

3. Destilasi Azeotrop
Azeotrop adalah campuran dari dua atau lebih komponen yang memiliki
titik didih yang konstan.Campuran azeotrop merupakan penyimpangan dari hukum
Raoult.

4. Destilasi Vakum
Destilasi vakum biasanya digunakan jika senyawa yang ingin didestilasi
tidak stabil, dengan pengertian dapat terdekomposisi sebelum atau mendekati titik
didihnya atau campuran yang memiliki titik didih di atas 150 °C.

5. Destilasi Uap
Destilasi uap digunakan pada campuran senyawa-senyawa yang memiliki
titik didih mencapai 200 °C atau lebih.Destilasi uap dapat menguapkan senyawa-
senyawa ini dengan suhu mendekati 100 °C dalam tekanan atmosfer dengan
menggunakan uap atau air mendidih.

6. Destilasi kering
Destilasi kering merupakan destilasi yang dilakukan dengan cara
memanaskan material padat untuk mendapatkan fase uap dan cairnya, biasanya
digunakan untuk mengambil cairan bahan bakar dari kayu atau batu bara.

B. Metanol
Metanol adalah salah satu senyawa hidrokarbon dari golongan
alkohol(CnH2n+2O) dengan gugus alkil hidroksil (-OH). Alkohol
memiliki keisomeran fungsidengan eter.Rumus umum methanol adalah CH4O atau
sering ditulis CH3-OH.Ia merupakan bentuk alkohol paling sederhana. Pada “keadaan
atmosfer” ia berbentuk cairan yang ringan, mudah menguap, tidak berwarna, mudah
terbakar, dan beracun dengan bau yang khas (berbau lebih ringan daripada etanol).
Nama lain yaitu metil alkohol, metal hidrat, metil karbinol, wood alkohol atau spiritus.
Metanol diproduksi secara alami oleh metabolisme anaerobik oleh bakteri.
Hasil proses tersebut adalah uap metanol (dalam jumlah kecil) di udara. Setelah
beberapa hari, uap metanol tersebut akan teroksidasi oleh oksigen dengan bantuan
sinar matahari menjadi karbon dioksida dan air.
Metanol mempunyai sifat fisik, berbentuk cairan bening tidak berwarna,
berbau khas; Rumus molekul CH3OH; Berat molekul 32,0; Titik didih 65oC; Titik
lebur -98oC; Berat jenis (air=1) 0,79 g/mL; Tekanan uap 160 mmHg pada 30oC; Titik
nyala 12oC (pada wadah tertutup); Larut dalam air, benzen, etanol, eter, keton, dan
pelarut organik; Mudah larut dalam air dingin dan air panas.
VI. ALAT DAN BAHAN
A. Alat

No. Nama Alat Ukuran Jumlah

1. Labu destilasi - 1 buah


2. Kondensor Liebig - 1 buah
3. Selang - 2 buah
4. Erlenmeyer 25 mL 1 buah
5. Pipet ukur 100 mL 1 buah
6. Rubber bulb - 1 buah
7. Pipet tetes - 10 buah
8. Gelas kimia 100 mL 1 buah
9. Kompor listrik - 1 buah
10. Batu didih - 2 butir
11. Termometer - 1 buah
12. Kolom fraksionasi - 1 buah
13. Refraktometer - 1 buah
14. Statif dan klem - 2 pasang

B. Bahan

No Nama Bahan Jumlah

1. Spiritus 100 mL
2. Metanol 95% Secukupnya
3. Metanol 80% Secukupnya
4. Metanol 70% Secukupnya
5. Metanol 60% Secukupnya
6. Metanol 50% Secukupnya
7. Metanol 40% Secukupnya
8. Metanol 30% Secukupnya
9. Aquades Secukupnya
VII. ALUR PERCOBAAN

Metanol 95%, 80%, 100 ml spirtus


70%, 60%, 50%, 40%,
1. Dimasukkan dalam
40%, dan 30%
labu destilasi.
1. Diukur indeks
2. Disatukan dengan
biasnya dengan
pipa kondensor.
refraktometer.
3. Dipanaskan pada
Indeks bias metanol suhu 64,5℃.
95%, 80%, 70%, 60%,
Destilat
50%, 40%, 40%, dan
30% 4. Ditampung dalam
erlenmeyer 10 ml.
5. Diambil 3 kali.
6. Diukur indeks
biasnya
menggunakan
refraktometer.

Indeks bias destilat


1. Dibandingkan
7. Dihitung %
Hasil kemurnian destilat.
% kemurnian destilat
VIII. HASIL PENGAMATAN
No Hasil pengamatan
Alur percobaan Dugaan/ reaksi Kesimpulan
perc. Sebelum Sesudah
1.  Spirtus =  Indeks bias 1. Titik didih metanol Kemurnian destilat
Metanol 95%, 80%, 100 ml spirtus larutan destilat = 64,5 ℃. adalah 81,02%.
70%, 60%, 50%, 40%, berwarna 1,457306 2. Indeks bias metanol Indeks bias spirtus rata-
1. Dimasukkan dalam labu
40%, dan 30%
destilasi. biru  Indeks bias 95% = 1,3310042 rata = 1,451154
1. Diukur indeks
2. Disatukan dengan pipa  Suhu awal = metanol 3. Indeks bias metanol
biasnya dengan
kondensor. 30℃ 95% = 80% = 1,3373541
refraktometer.
3. Dipanaskan pada suhu 1,466910 4. Indeks bias metanol
Indeks bias metanol 64,5℃.  Indeks bias 70% = 1,3394542
95%, 80%, 70%, 60%,
Destilat metanol 5. Indeks bias metanol
50%, 40%, 40%, dan
30% 7. Ditampung dalam 80% = 60% = 1,3405041

erlenmeyer 10 ml. 1,456604 6. Indeks bias metanol

8. Diambil 3 kali.  Indeks bias 50% = 1,3415542

9. Diukur indeks metanol 7. Indeks bias metanol

biasnya 70% = 40% = 1,3437061

menggunakan 1,435801 8. Indeks bias metanol

refraktometer.  Indeks bias 30% = 1,3403541

metanol 9. Indeks bias air =


Indeks bias destilat
60% = 1,33
2. Dibandingkan
8. Dihitung % 10. Indeks bias etanol =
1,435703
Hasil kemurnian
destilat.  Indeks bias 1,36
% kemurnian destilat
metanol
50% =
1,425201
 Indeks bias
metanol
40% =
1,425007
 Indeks bias
metanol
30% =
1,414807
IX. ANALISIS dan PEMBAHASAN
Percobaaan destilasi fraksinasi bertujuan untuk menentukan indek bias destilat dan
menentukan kemurnian destilat. Pada percobaan ini, kami menggunakan larutan spiritus
dimana metanol yang terdapat dalam spirtus akan dipisahkan melalui destilasi. Destilat yang
dihasilkan dalam percobaan ini adalah metanol yang memiliki titik didih 64,5 yang
selanjutnya akan ditentukan indeks biasnya menggunakan refraktometer. Jenis destilasi yang
dilakukan yaitu destilasi fraksinasi, karena dalam spiritus juga mengandung komponen lain
yang memiliki titik didih berdekatan dengan titik didih metanol, yaitu etanol yang memiliki
titik didih 70 .
Untuk menentukan kemurnian destilat dilakukan dengan cara membandingkan indeks
bias destilat yang diperoleh dari pengukuran menggunakan refraktometer dengan indeks bias
dari metanol 30%, metanol 40%, metanol 50%, metanol 70%, metanol 80%, dan metanol
95%. Presentasi kemurnian destilat dapat ditentukan dengan rumus :

(𝑛 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙−𝑛 𝑏𝑎𝑡𝑎𝑠 𝑏𝑎𝑤𝑎ℎ)


% Kemurnian destilat = (𝑛 𝑏𝑎𝑡𝑎𝑠 𝑎𝑡𝑎𝑠−𝑛 𝑏𝑎𝑡𝑎𝑠 𝑏𝑎𝑤𝑎ℎ) ×

(% 𝑏𝑎𝑡𝑎𝑠 𝑎𝑡𝑎𝑠 − % 𝑏𝑎𝑡𝑎𝑠 𝑏𝑎𝑤𝑎ℎ) + %𝑏𝑎𝑡𝑎𝑠 𝑏𝑎𝑤𝑎ℎ


Hal yang pertama dilakukan dalam pecobaan ini adalah merangkai alat dengan benar.
Pada kondensor digunakan air yang mengalir sebagai pendingin. Air dari kondensor dialirkan
dari bawah ke atas supaya air dapat mengisi seluruh bagian pada kondensor sehingga akan
dihasilkan proses pendinginan yang sempurna untuk membantu proses sublimasi, yaitu
perubahan wujud dari uap menjadi cairan yang merupakan destilat. Termometer diletakkan
sejajar dengan kondensor agar dapat mengukur dan mengetahui suhu pada proses pemanasan,
serta untuk mengetahui titik didih dari destilat sebelum destilat tepat menguap. Kemudian
labu destilasi diisi dengan spirtus yang berwarna ungu dan ditambahkan dua batu didih.
Spirtus berwarna ungu karena didalam spirtus ditambahkan senyawa cupric sulfat (CuSO4)
untuk membedakan spirtus dengan alkohol-etanol. Penambahan batu didih bertujuan untuk:
1. Meratakan panas, sehingga panas menjadi homogen pada seluruh bagian larutan.
2. Mencegah terjadinya proses bumping pada saat pemanasan. Saat labu destilasi
dipanaskan maka akan terjadi gelembung-gelembung udara yang besar. Dengan
adanya batu didih maka gelembunggelembung tersebut diserap oleh pori-pori batu
didih dan dikeluarkan dalam bentuk gelembung-gelembung udara yang lebih kecil.
3. Untuk menghindari titik lewat didih.
4. Tekanan uap tetap normal sehingga mempercepat proses destilasi.
5. Menstabilkan panas.

Selanjutnya labu yang berisi spirtus dipanaskan hingga suhu 64,5 karena metanol
memiliki titik didih 64,5 . Suhu tetap dijaga dan dikontrol agar tidak sampai melebihi titik
didih etanol, yaitu 70. Jika suhu melebihi titik didih etanol maka etanol akan ikut menguap,
akibatnya destilat yang dihasilkan tidak akan murni. Labu ukur yang dipanaskan
dihubungkan dengan refluks. Fungsi dari refluks adalah untuk memperbesar L/V di
enriching section, sehingga mengurangi jumlah equilibrium stage yang diperlukan untuk
product quality yang ditentukan, atau dengan jumlah stage yan sama, akan menghasilkan
product quality yang lebih baik dengan menggandakan kontak kembali antara cairan dan uap
agar panas yang digunakan efisien.

Jenis refluks yang digunakan dalam praktikum ini yaitu refluks yang memiliki kolom
fraksinasi. Dikolom ini terjadi pemanasan secara bertahap dengan suhu yang berbeda-beda
pada setiap kolomnya. Pemanasan yang berbeda-beda ini bertujuan untuk pemurnian distilat
yang lebih dari kolom-kolom dibawahnya, sehingga komponen yang memiliki titik didih
yang lebih tinggi akan tetap berada dibawah dan tidak bisa melewati kolom-kolom
fraksionasi tersebut, sedangkan syang titik didihnya paling rendah akan naik dan lolos dari
kolom fraksinasi dan terpisah dari zat lainnya.

Kemudian uap yang dihasilkan dihasilkan melewati kondensor dan menghasilkan destilat
yang tidak berwarna. Destilat yang dihasilkan adalah metanol. Destilat ditampung dalam
gelas ukur. 3 tetes pertama destilat yang dihasilkan dibuang, karena memungkinkan adanya
pengotor dalam destilat tersebut. Setelah itu, destilat yang dihasilkan ditampung dalam gelas
kimia. Destilat pada gelas kimia diukur indeks biasnya menggunakan refraktometer dengan
hasil pengukuran sebagai berikut:

Destilat ke- Indeks Bias


1 1,457306
Dari hasil diatas, diperoleh indeks bias rata-rata sebesar 1,457306. Setelah itu diukur
kemurnian destilat dengan cara membandingkannya dengan indeks bias metanol. Hasil
pengujian indes bias metanol dengan menggunakan refraktometer yaitu:

 Indeks bias metanol 95% = 1,466910


 Indeks bias metanol 80% = 1,456604
 Indeks bias metanol 70% = 1,435801
 Indeks bias metanol 60% = 1,435703
 Indeks bias metanol 50% = 1,425201
 Indeks bias metanol 40% = 1,425007
 Indeks bias metanol 30% = 1,414807
Hasil ini sesuai dengan teori yang indeks bias metanol meningkat dengan bertambahnya
persentase dari metanol, karena semakin pekat sampel, maka semakin banyak yang dibiaskan,
sehingga indeks biasnya akan semakin besar.

Dengan memasukkan data yang diperoleh kedalam rumus kemurnian destilat, diporoleh
kemurnian destilat sebesar 81,02%.Hal ini menunjukkan bahwa kemurnian metanol sebesar
81,02% dan sisanya adalah etanol sebesar 18,98%. Destilat yang dihasilkan tidak 100%
murni. Hal ini dapat disebabkan oleh pengontrolan suhu yang kurang sempurna, suhu
melebihi dari titik didih etanol, sehingga etanol ikut menguap dan terkondensasi bersama
metanol menjadi destilat. Agar hal ini tidak terjadi, maka ketika melakukan percobaan suhu
harus benar-benar dikontrol dengan teliti agar tidak sampai melebihi titik didih dari etanol
untuk menghindari terjadinya penguapan etanol, sehingga distilat yang dihasilkan murni.
X. KESIMPULAN
Dari percobaan yang kami lakukan, dapat disimpulkan bahwa:
1. Indeks bias destilat dari hasil pengukuran dengan menggunakan refraktometer sebesar
1,457306.
2. Persentase kemrunian destilat yang didapatkan 81,02%.

XI. DAFTAR PUSTAKA


Anonim. 2016. Pengertian Destilasi dan Penggunaannya.
https://www.mystupidtheory.com/2016/02/pengertian-destilasi-dan-
penggunaannya.html?m=1. Diakses pada Sabtu, 16 Maret 2019 pukul 11:20 WIB.
Aslam, Rabinia Ariani. 2014. Laporan Lengkap Praktikum Ilmu Farmasi Dasar
Percobaan Indeks Bias. http://rabiniaarianiaslam.blogspot.co.id/2014/05/jurnal-
indeks-bias.html. Diakses pada Jumat, 16 Maret 2019 pukul 10:02 WIB.
Abbassato, Tony Irwanto & Eko Aris Budiarto. (2007).Efisiensi Kolom Sieve Tray pada
Destilasi yang Mengandung Tiga Komponen (Aceton-Alkohol-Air). Jurnal
Nasional.978-979.
Caroline. (2011). Pembuatan Minyak Esensial dengan Cara Destilasi. Makalah Konsep
Herbal Indonesia. Depok.
Prisca, Violetta Effendi & Simon Bambang Widjanarko. (2014). Distilasi dan
Karakterisasi Minyak Atsiri Rimpang Jeringau. Jurnal Pangan dan Agroindustri.
Vol.2, No.2. 1-8.
Harizul, Rivai. 1995. Asas Pemeriksaan Kimia. Jakarta:UI Press.
Ketaren, S. 2008. Minyak dan Lemak Pangan. Jakarta:UI Press.
Soebagio,dkk. 2002. Kimia Analitik II, Common Textbook, Edisi Revisi. Malang:JICA.
Syukri.2007. Kimia Dasar 2. Bandung:ITB.
LAMPIRAN PERHITUNGAN
(𝑛 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙−𝑛 𝑏𝑎𝑡𝑎𝑠 𝑏𝑎𝑤𝑎ℎ)
% Kemurnian destilat = (𝑛 𝑏𝑎𝑡𝑎𝑠 𝑎𝑡𝑎𝑠−𝑛 𝑏𝑎𝑡𝑎𝑠 𝑏𝑎𝑤𝑎ℎ) ×

(% 𝑏𝑎𝑡𝑎𝑠 𝑎𝑡𝑎𝑠 − % 𝑏𝑎𝑡𝑎𝑠 𝑏𝑎𝑤𝑎ℎ) + %𝑏𝑎𝑡𝑎𝑠 𝑏𝑎𝑤𝑎ℎ


Indeks bias I = 1,457306
Indeks bias 95% = 1,466910
Indeks bias 80% = 1,456604
(1,457306𝑙−1,456604)
% Kemurnian destilat = (1,466910−1,456604)
× (95 − 80) + 80

= 0,068 × 15 + 80
= 1,02 + 80
= 81,02%

LAMPIRAN FOTO

ALUR
FOTO KETERANGAN
PERCOBAAN

Mengukur 100 ml
spirtus dengan
100 ml spirtus berupa menggunakan gelas
larutan berwarna biru ukur. Kemudian
dimasukkan ke dalam
labu dasar bulat

Labu dasar bulat yang


sudah diisi dengan
Rancangan alat yang 100 ml spirtus
sudah dirangkai disatukan dengan
kondensor yang sudah
dipasangkan
termometer dan selang
plastik yang dialiri air
mengalir.

Suhu pemanasan

Setelah alat dirangkai,


kemudian dipanaskan
Destilat berupa
pada suhu 64,5-65℃
larutan tidak berwarna
hingga keluar destilat
keluar melalui pipa
berupa larutan tidak
destilasi
berwarna ditampung
dalam gelas kimia

Destilat dipindahkan
ke dalam gelas kimia
Pengukuran indeks
bias destilat
Destilat yang telah
ditampung dalam
gelas kimia, diukur
indeks biasnya
menggunakan
refraktometer.

Hasil pengukuran
indeks bias
MSDS METANOL
1. Pengidentifikasi produk
Identifikasi bahan METHANOL
Nomor barang 8388
Nomor registrasi (REACH) 01-2119433307-44-xxxx
No indeks 603-001-00-X
Nomor EC 200-659-6
CAS nomor 67-56-1
2. Penggunaan bahan atau campuran teridentifikasi yang relevan dan penggunaan yang dilarang
Penggunaan teridentifikasi:
kimiawi laboratorium penggunaan industri penggunaan profesional formulation [mixing] of
preparations and/or repackaging (excluding alloys) Penggunaan dalam bahan pembersih
3. Rincian pemasok lembar data keselamatan
Carl Roth GmbH + Co KG
Schoemperlenstr. 3-5
D-76185 Karlsruhe
Germany
Telepon: +49 (0) 721 - 56 06 0
Telefaks: +49 (0) 721 - 56 06 149
e-mail: sicherheit@carlroth.de
Situs web: www.carlroth.de

Petugas berkompeten yang bertanggung jawab atas lembar data keselamatan : Department Health,
Safety and Environment
e-mail (petugas berkompeten) : sicherheit@carlroth.de
4. Nomor telepon darurat
Layanan informasi darurat Poison Centre Munich: +49/(0)89 19240
5. Deskripsi mengenai tindakan pertolongan pertama
Catatan umum
Lepaskan pakaian yang terkontaminasi dan cuci sebelum dipakai kembali.
Setelah terhirup
Beri udara segar. Jika ragu, atau bila gejala tetap berlanjut, minta nasihat medis.
Setelah kontak dengan kulit
Dapat terjadi keracunan berat pada kontak dengan kulit dengan permukaan luas. Dalam kasus apa
pun, panggil dokter.
Setelah kontak dengan mata
Basuhlah hati-hati dengan air untuk beberapa menit. Jika ragu, atau bila gejala tetap berlanjut, minta
nasihat medis.
Setelah tertelan
Basuh mulut. Hubungi dokter jika kamu merasa tidak sehat.
6. Gejala dan efek paling penting, baik akut maupun lambat
Setelah kontak mata: Merah pada konjungtiva mata, Edema konjungtiva (kemosis) mata,
Konjungtivitis (mata merah), Persentuhan kulit berikut: Merah lokal, Setelah proses pencernaan:
Tidak enak badan, Pusing, Muntah-muntah, Efek narkotik, Dosis besar dapat berakibat pada koma
dan kematian, Sakit kepala dan pusing bisa terjadi, dan berlanjut dengan pingsan atau tidak sadar,
Risiko kebutaan, Setelah terhirup: Batuk
7. Media pemadam api
Media pemadam api yang cocok
Koordinasikan pengukuran pemadaman api di lingkungan api semprotan air, busa, busa tahan alkohol,
bubuk pemadam api kering, karbon dioksida (CO2)
Media pemadam api yang tidak cocok
jet air
8. Bahaya khusus yang timbul dari bahan atau campuran
Mudah terbakar. Uap lebih berat daripada udara, menyebar di tanah dan membentuk campuran yang
dapat meledak dengan udara. Dalam penggunaannya, memungkinkan terbentuknya campuran uap
mudah menyala/meledak.
Produk pembakaran yang berbahaya
Jika terjadi kebakaran dapat terjadi: karbon monoksida (CO), karbon dioksida (CO2)
9. Nasihat untuk pemadam kebakaran
Padamkan kebakaran dengan hati-hati/waspada yang normal dari jarak yang masuk akal/aman.
Kenakan alat pernapasan yang mengisi-sendiri.
Peralatan protektif khusus bagi pemadam kebakaran
Pakaian yang melindungi dari bahan kimia cair dan gas, termasuk aerosol cair dan partikel padat.
Alat pernapasan yang mengisi-sendiri (SCBA). Alat pernapasan yang mengisi-sendiri (EN 133).

Anda mungkin juga menyukai