Anda di halaman 1dari 18

LAPORAN PENDAHULUAN

PADA PASIEN STROKE NON HEMORAGIK DENGAN


GANGGUAN MOBILITAS FISIK

OLEH :

NI KADEK MARHENDRAYANI
P07120016014

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLTEKKES KEMENKES DENPASAR
JURUSAN KEPERAWATAN
TAHUN 2019
LAPORAN PENDAHULUAN
PADA PASIEN STROKE NON HEMORAGIK DENGAN
GANGGUAN MOBILITAS FISIK
A. Pengertian Stroke Non Hemoragik
Menurut Price (2006), stroke non hemoragik (SNH) merupakan
gangguan sirkulasi cerebri yang dapat timbul sekunder dari proses patologis
pada pembuluh misalnya trombus, embolus atau penyakit vaskuler dasar
seperti artero sklerosis dan arteritis yang mengganggu aliran darah cerebral
sehingga suplai nutrisi dan oksigen ke otal menurun yang menyebabkan
terjadinya infark.
Menurut Padila (2012), Stroke Non Haemoragik adalah cedera otak
yang berkaitan dengan obstruksi aliran darah otak terjadi akibat pembentukan
trombus di arteri cerebrum atau embolis yang mengalir ke otak dan tempat
lain di tubuh.
Menurut Arif Mansjoer (2000), Stroke non hemoragik adalah sindroma
klinis yang awalnya timbul mendadak, progresi cepat berupa deficit
neurologis fokal atau global yang berlangsung 24 jam atau lebih atau
langsung menimbul kematian yang disebabkan oleh gangguan peredaran
darah otak non straumatik.
Menurut Arif Muttaqin (2008), Stroke non hemoragik merupakan
proses terjadinya iskemia akibat emboli dan trombosis serebral biasanya
terjadi setelah lama beristirahat, baru bangun tidur atau di pagi hari dan tidak
terjadi perdarahan. Namun terjadi iskemia yang menimbulkan hipoksia dan
selanjutnya dapat timbul edema sekunder.
Jadi, dari beberapa pengertian stroke diatas, disimpulkan stroke non
hemoragik adalah adalah gangguan cerebrovaskular yang disebabakan oleh
sumbatnya pembuluh darah akibat penyakit tertentu seperti aterosklerosis,
arteritis, trombus dan embolus.
B. Tanda dan Gejala
Menurut Smeltzer dan Bare, (2002) Stroke menyebabkan berbagai deficit
neurologik, gejala muncul akibat daerah otak tertentu tidak berfungsi akibat
terganggunya aliran darah ke tempat tersebut, bergantung pada lokasi lesi
(pembuluh darah mana yang tersumbat), ukuran area yang perfusinya tidak
adekuat, dan jumlah aliran darah kolateral (sekunder atau aksesori). Fungsi
otak yang rusak tidak dapat membaik sepenuhnya.

Manifestasi klinis (tanda dan gejala) dari stroke menurut Smeltzer &
Bare (2002) adalah sebagai berikut:

1. Kehilangan motorik
Stroke adalah penyakit motor neuron atas dan mengakibatkan
kehilangan control volunter terhadap gerakan motorik. Karena neuron motor
atas melintas, gangguan control motor volunteer pada salah satu sisi tubuh
dapat menunjukkan kerusakan pada neuron motor atas pada sisi yang
berlawanan dari otak. Disfungsi motorik paling umum adalah hemiplegia
(paralisis pada salah satu sisi) karena lesi pada sisi otak yang berlawanan.
Hemiparesis atau kelemahan pada salah satu sisi tubuh, adalah tanda yang
lain.

2. Kehilangan komunikasi
Fungsi otak lain yang dipengaruhi oleh stroke adalah bahasa dan
komunikasi. Stroke adalah penyebab afasia paling umum. Disfungsi
bahasa dan komunikasi dapat dimanifestasikan oleh hal berikut:
a. Disartria (kesulitan berbicara): ditunjukkan dengan bicara yang sulit
dimengerti yang disebabkan oleh paralisis otot yang bertanggung jawab
untuk menghasilkan bicara.
b. Disfasia atau afasia (bicara defektif atau kehilangan bicara), yang
terutama ekspresif atau reseptif.

3. Gangguan persepsi
Gangguan persepsi adalah ketidakmampuan untuk
menginterpretasikan sensasi. Stroke dapat mengakibatkan disfungsi
persepsi visual, gangguan dalam hubungan visual spasial dan kehilangan
sensori.

4. Kerusakan fungsi kognitif dan efek psikologik


Disfungsi ini dapat ditunjukkan dalam lapang perhatian terbatas,
kesulitan dalam pemahaman, lupa, dan kurang motivasi, yang
menyebabkan pasien ini menghadapi masalah frustasi dalam program
rehabilitasi mereka.

5. Disfungsi kandung kemih


Setelah stroke pasien mungkin mengalami inkontinensia urinarius
sementara karena konfusi, ketidakmampuan mengkomunikasikan
kebutuhan, dan ketidakmampuan untuk menggunakan urinal karena
kerusakan kontrol motorik dan postural.

Tanda dan gejala yang muncul sangat tergantung dengan daerah otak
yang terkena:
1. Pengaruh terhadap status mental: tidak sadar, konfus, lupa
tubuh sebelah
2. Pengaruh secara fisik: paralise, disfagia, gangguan sentuhan
dan sensasi, gangguan penglihatan
3. Pengaruh terhadap komunikasi, bicara tidak jelas, kehilangan
bahasa.
Dilihat dari bagian hemisfer yang terkena tanda dan gejala dapat berupa:
Hemisfer kiri Hemisfer kanan
 Mengalami hemiparese kanan  Hemiparese sebelah kiri tubuh
 Perilaku lambat dan hati-hati  Penilaian buruk
 Kelainan lapan pandang kanan Mempunyai kerentanan terhadap sisi
 Disfagia global kontralateral sehingga
 Afasia memungkinkan terjatuh ke sisi yang

 Mudah frustasi berlawanan tersebut


C. Pohon Masalah

Kurangnya
Asupan
serat

Konstipasi
D. Pemeriksaan Diagnostik
Menurut Muttaqin, (2008), pemeriksaan penunjang yang dapat
dilakukan ialah sebagai berikut :

a. Angiografi serebral
Membantu menentukan penyebab dari stroke secara spesifik seperti
perdarahan arteriovena atau adanya ruptur dan untuk mencari sumber
perdarahan seperti aneurisma atau malformasi vaskular.
b. Lumbal pungsi
Tekanan yang meningkat dan disertai bercak darah pada carran lumbal
menunjukkan adanya hernoragi pada subaraknoid atau perdarahan pada
intrakranial. Peningkatan jumlah protein menunjukkan adanya proses
inflamasi. Hasil pemeriksaan likuor merah biasanya dijumpai pada
perdarahan yang masif, sedangkan perdarahan yang kecil biasanya warna
likuor masih normal (xantokrom) sewaktu hari-hari pertama.
c. CT Scan
Pemindaian ini memperlihatkan secara spesifik letak edema, posisi
henatoma, adanya jaringan otak yang infark atau iskemia, dan posisinya
secara pasti.Hasil pemeriksaan biasanya didapatkan hiperdens fokal,
kadang pemadatan terlihat di ventrikel, atau menyebar ke permukaan otak.
d. MRI
MRI (Magnetic Imaging Resonance) menggunakan gelombang magnetik
untuk menentukan posisi dan besar/luas terjadinya perdarahan otak.Hasil
pemeriksaan biasanya didapatkan area yang mengalami lesi dan infark
akibat dari hemoragik.
e. USG Doppler
Untuk mengidentifikasi adanya penyakit arteriovena (masalah sistem
karotis).
f. EEG
Pemeriksaan ini berturuan untuk melihat masalah yang timbul dan dampak
dari jaringan yang infark sehingga menurunnya impuls listrik dalam
jaringan otak.
E. Penatalaksanaan Medis

1. Penatalaksanaan umum
Ditujukan terhadap fungsi vital : paru-paru, jantung, ginjal, keseimbangan
elektrolit dan cairan, gizi, higiene.

2. Penatalaksanaan Khusus
Pencegahan dan pengobatan komplikasi Rehabilitasi Pencegahan stroke :
tindakan promosi, primer dan sekunder. Penatalaksanaan khusus Penderita
stroke non hemoragik atau stroke iskemik biasanya diberikan:
a. Anti agregasi platelet : Aspirin, tiklopidin, klopidogrel, dipiridamol,
cilostazol
b. Trombolitik : Alteplase (recombinant tissue plasminogen activator (rt-
PA)) Indikasi : Terapi trombolitik pada stroke non hemoragik akut.
Terapi harus dilakukan selama 3 – 4,5 jam sejak onset terjadinya
simptom dan setelah dipastikan tidak mengalami stroke perdarahan
dengan CT scan. Kontra Indikasi : rtPA tidak boleh digunakan pada
pasien yang mengalami resiko tinggi perdarahan, pasien yang menerima
antikoagulan oral (warfarin), menunjukkan atau mengalami perburukan
pendarahan, punya riwayat stroke atau kerusakan susunan saraf pusat,
hemorrhage retinopathy, sedang mengalami trauma pada external jantung
(50 mg/dL (2.7 mmol/L). Tidak mengalami kejang yang disertai dengan
gangguan neurologi postictal residual. 21 Hasil CT scan tidak
menunjukkan terjadinya multilobar infarction (hypodensity kurang dari
1/3 cerebral hemisphere).
c. Antikoagulan : heparin, LMWH, heparinoid (untuk stroke emboli) 4.
Neuroprotektan.
F. Pengkajian Keperawatan

1. Identitas klien
Meliputi nama, umur (kebanyakan terjadi pada usia tua), jenis kelamin
, pendidikaalamat, pekerjaan, agama, suku bangsa, tanggal dan jam MRS, n
omor register, diagnose medis.

2. Keluhan utama
Biasanya didapatkan kelemahan anggota gerak badan sebagian , bicara
pelo, dan tidak dapat berkomunikasi.

3. Riwayat penyakit sekarang


Serangan stroke seringkali berlangsung sangat mendadak. Biasanya
terjadi nyeri kepala, mual, muntah bahkan kejang sampai tidak sadar,
disamping gejala kelumpuhan separuh badan atau gangguan fungsi otak
yang lain.

4. Riwayat penyakit dahulu


Adanya riwayat hipertensi, diabetes militus, penyakit jantung,anemia
dan riwayat kepala, kontrasepsi oral yang lama, obat-obat adiktif dan
kegemukan

5. Riwayat penyakit keluarga


Biasanya ada riwayat keluarga yang menderita hipertensi ataupun di
abetes militus.

6. Pengkajian Fokus:

a. Aktivitas/istirahat
Klien akan mengalami kesulitan aktivitas akibat kelemahan, hilangnya
rasa, paralisis, hemiplegi, mudah lelah, dan susah tidur.
b. Sirkulasi
Adanya riwayat penyakit jantung, katup jantung, disritmia, CHF,
polisitemia dan hipertensi arterial.
c. Integritas Ego
Emosi labil, respon yang tak tepat, mudah marah, kesulitan untuk
mengekspresikan diri
d. Eliminasi
Perubahan kebiasaan BAB dan BAK .Misalnya inkoontinentia urine,
anuria , distensi kandung kemih, distensi abdomen, suara usus
menghilang
e. Makanan/cairan
Nausea, vomiting, daya sensori hilang di lidah, pipi dan tenggorokan
serta dysphagia.
f. Neuro Sensori
Pusing, sakit kepala, perdarahan sub intrakranial.Kelemahan dengan
berbagai tingkatan, gangguan penglihatan, kabur, dyspalopia, lapang
pandang menyempit. Hilangnya daya sensori pada bagian yang
berlawanan dibagian ekstremitas dan kadang-kadang pada sisi yang
sama di muka.
g. Nyaman/nyeri
Sakit kepala, perubahan tingkah laku kelemahan, tegang pada otak/
muka
h. Respirasi
Ketidakmampuan menelan, batuk, melindungi jalan nafas.
i. Keamanan
Sensorik motorik menurun atau hilang mudah terjadi injury.Perubahan
persepsi dan orientasi.
j. Interaksi social
Gangguan dalam bicara dan ketidakmampuan berkomunikasi.

7. Pengkajian Tingkat Kesadaran

a. Kualitatif

Adalah fungsi mental keseluruhan dan derajat kewasapadaan.


1) CMC → dasar akan diri dan punya orientasi penuh
2) APATIS → tingkat kesadaran yang tampak lesu dan mengantuk
3) LATARGIE → tingkat kesadaran yang tampak lesu dan mengantuk
4) DELIRIUM → penurunan kesadaran disertai pe ↑ abnormal aktifitas
psikomotor → gaduh gelisah
5) SOMNOLEN → keadaan pasien yang selalu mw tidur → diransang
bangun lalu tidur kembali
6) KOMA → kesadaran yang hilang sama sekali
b. Kuantitatif
Dengan Menggunakan Glasgow Coma Scale (GCS)
1) Respon membuka mata ( E = Eye )
Spontan (4), dengan perintah (3),dengan nyeri (2),Tidak berespon
2) Respon Verbal ( V= Verbal )
Berorientasi (5),bicara membingungkan (4),kata-kata tidak tepat (3),
Suara tidak dapat dimengerti (2), Tidak ada respons (1)
3) Respon Motorik (M= Motorik )
Dengan perintah (6), Melokalisasi nyeri (5), Menarik area yang nyeri
(4), Fleksi abnormal/postur dekortikasi (3), Ekstensi abnormal/postur
deserebrasi (2), Tidak berespon (1)
8. Pengkajian Fungsi Serebral
a. Status Mental
Observasi penampilan, tingkah laku, nilai gaya bicara, ekspresi
wajah, dan aktivitas motorik klien. Pada klien stroke tahap lanjut
biasanya status mental klien mengalami perubahan.
b. Fungsi Intelektual
Didapatkan penurunan dalam ingatan dan memori, baik jangka pendek
maupun jangka panjang.Penurunan kemampuan berhitung dan
kalkulasi.Pada beberapa kasus klien mengalami brain damage yaitu
kesulitan untuk mengenal persamaan dan perbedaan yang tidak begitu
nyata.
c. Kemampuan Bahasa
Penurunan kemampuan bahasa tergantung daerah lesi yang
memengaruhi fungsi dari serebral.Lesi pada daerah hemisfer yang
dominan pada bagian posterior dari girus temporalis superior (area
Wernicke) didapatkan disfasia reseptif, yaitu klien tidak dapat
memahami bahasa lisan atau bahasa tertulis.Sedangkan lesi pada bagian
posterior dari girus frontalis inferior (area Broca) didapatkan disfagia
ekspresif, yaitu klien dapat mengerti, tetapi tidak dapat menjawab
dengan tepat dan bicaranya tidak lancar.Disartria (kesulitan berbicara),
ditunjukkan dengan bicara yang sulit dimengerti yang disebabkan oleh
paralisis otot yang bertanggung jawab untuk menghasilkan
bicara.Apraksia (ketidakmampuan untuk melakukan tindakan yang
dipelajari sebelumnya), seperti terlihat ketika klien mengambil sisir dan
berusaha untuk menyisir rambutnya.
d. Lobus Frontal
Kerusakan fungsi kognitif dan efek psikologis didapatkan jika
kerusakan telah terjadi pada lobus frontal kapasitas, memori, atau
fungsi intelektual kortikal yang lebih tinggi mungkin rusak.Disfungsi
ini dapat ditunjukkan dalam lapang perhatian terbatas, kesulitan dalam
pemahaman, lupa, dan kurang motivasi, yang menyebabkan klien ini
menghadapi masalah frustrasi dalam program rehabilitasi
mereka.Depresi umum terjadi dan mungkin diperberat oleh respons
alamiah klien terhadap penyakit katastrofik ini. Masalah psikologis lain
juga umum terjadi dan dimanifestasikan oleh emosi yang labil,
bermusuhan, frustrasi, dendam, dan kurang kerja sama.
e. Hemisfer
Stroke hemisfer kanan didapatkan hemiparese sebelah kiri tubuh,
penilaian buruk dan mempunyai kerentanan terhadap sisi kolateral se
hingga kemungkinan terjatuh ke sisi yang berlawanan tersebut. Pada
stroke hemifer kiri, mengalami hemiparese kanan, perilaku lambat d
an sangat hati-hati, kelainan bidang pandang sebelah kanan, disfagia
global, afasia, dan mudah frustrasi.

9. Pengkajian Saraf Kranial

Menurut Muttaqin, (2008) Pemeriksaan ini meliputi pemeriksaan


saraf kranial I-X11.
a. Saraf I: Biasanya pada klien stroke tidak ada kelainan pada fungsi penci
uman.
b. Saraf II. Disfungsi persepsi visual karena gangguan jaras sensori primer
di antara mata dan korteks visual. Gangguan hubungan visual-spasial (
mendapatkan hubungan dua atau lebih objek dalam area spasial) sering
terlihat pada Mien dengan hemiplegia kiri. Klien mungkin tidak dapat
memakai pakaian tanpa bantuan karena ketidakmampuan untuk mencoc
okkan pakaian ke bagian tubuh.
c. Saraf III, IV, dan VI. Jika akibat stroke mengakibatkan paralisis, padasa
tu sisi otot-otot okularis didapatkan penurunan kemampuan gerakan kon
jugat unilateral di sisi yang sakit.
d. Saraf V. Pada beberapa keadaan stroke menyebabkan paralisis saraf trig
enimus, penurunan kemampuan koordinasi gerakan mengunyah, penyi
mpangan rahang bawah ke sisi ipsilateral, serta kelumpuhan satu sisi ot
ot pterigoideus internus dan eksternus.
e. Saraf VII. Persepsi pengecapan dalam batas normal, wajah asimetris, da
n otot wajah tertarik ke bagian sisi yang sehat.
f. Saraf VIII. Tidak ditemukan adanya tuli konduktif dan tuli persepsi.
g. Saraf IX dan X. Kemampuan menelan kurang baik dan kesulitan memb
uka mulut.
h. Saraf XI. Tidak ada atrofi otot sternokleidomastoideus dan trapezius.
i. Saraf XII. Lidah simetris, terdapat deviasi pada satu sisi dan fasikulasi,
serta indra pengecapan normal.

9. Pengkajian Sistem Motorik

Stroke adalah penyakit saraf motorik atas (UMN) dan


mengakibatkan kehilangan kontrol volunter terhadap gerakan motorik.
Oleh karena UMN bersilangan, gangguan kontrol motor volunter pada
salah satu sisi tubuh dapat menunjukkan kerusakan pada UMN di sisi yang
berlawanan dari otak.
a. Inspeksi Umum. Didapatkan hemiplegia (paralisis pada salah satu sisi) k
arena lesi pada sisi otak yang berlawanan. Hemiparesis atau kelemahan
salah satu sisi tubuh adalah tanda yang lain.
b. Fasikulasi. Didapatkan pada otot-otot ekstremitas.
c. Tonus Otot. Didapatkan meningkat.

10. Pengkajian Sistem Sensorik


Dapat terjadi hemihipestesi.Pada persepsi terdapat ketidakmampuan
untuk menginterpretasikan sensasi.Disfungsi persepsi visual karena
gangguan jaras sensori primer di antara mata dan korteks visual.
11. Pemeriksaan Fisik Sistem Neurologis

a. Menilai Kekuatan Otot

Kaji cara berjalan dan keseimbangan, observasi cara berjalan,


kemudahan berjalan dan koordinasi gerakan tangan, tubuh sampai kaki.
Periksa tonus otot dan kekuatan. Kekualan otot dinyatakan dengan
menggunakan angka dari 0-5. 0 = tidak didapatkan sedikitpun kontraksi
otot ; Iumpuh total, 1 = terlihat kontraksi tetap ; tidak ada gerakan pada
sendi., 2 = ada gerakan pada sendi tetapi tidak dapat melawan gravitasi,
3 = bisa melawan gravitasi tetapi tidak dapat menahan tahanan
pemeriksa, 4 =bisa bergerak melawan tahanan pemeriksa tetapi
kekuatannya berkurang, 5 = dapat melawan tahanan pemeriksa dengan
kekuatan maksimal
b. Pemeriksaan reflek
Pemeriksaan refleks biasanya dilakukan paling akhir.Klien biasa
nya dalam posisi duduk atau tidur jika kondisi klien tidak memungki
nkan. Evaluasi respon klien dengan menggunakan skala 0 – 4
0 = tidak,
1 = Berkurang (+),
2 = Normal (++),
3 = Lebih dari normal (+++),
4 = Hiperaktif (++++)
1) Reflek Fisiologis
a) Reflek patella
Pasien bebaring terlentang lutut diangkat keatas fleksi kurang
lebih dari 300.tendon patella (ditengah-tengah patela dan Tuberosi
tas tibiae) dipukul dengan reflek hamer. respon berupa kontraksi
otot guardrisep femoris yaitu ekstensi dari lutut.
b) Reflek Bisep
Lengan difleksikan terhadap siku dengan sudut 900 supinasi dan l
engan bawah ditopang ada atas (meja periksa) jari periksa ditemp
at kan pada tendon m.bisep (diatas lipatan siku) kemudian dipukul
dengan reflek hamer.normal jika ada kontraksi otot biceps, sediki
t meningkat bila ada fleksi sebagian ada pronasi, hiperaktif maka
akan tejadi penyebaran gerakan-gerakan pada jari atau sendi.
c) Reflek trisep
Lengan bawah disemifleksikan, tendon bisep dipukul dengan
dengan eflek hamer (tendon bisep berada pada jarak 1-2 cm diatas
olekronon) respon yang normal adalah kontraksi otot trisep,
sedikit meningkat bila ada ekstensi ringan dan hiperaktif bila
ekstensi bila ekstensi siku tersebut menyebar keatas sampai ke
otot– otot bahu.
d) Reflek Achiles
Posisi kaki adalah dorso fleksi untuk memudah kan pemeriksaan r
eflek ini kaki yang diperiksa diletakan/disilangkan diatas tungkai
bawah kontral lateral.tendon achiles dipukul dengan reflek hamer,
respon normal berupa gerakan plantar fleksi kaki.
e) Reflek Superfisial
- Reflek kulit perut
- Reflek kremeaster
- Reflek kornea
- Reflek bulbokavernosus
- Reflek plantar
G. Diagnosa Keperawatan
Gangguan Mobilitas Fisik berhubungan dengan kerusakan neuromuskular
dibuktikan dengan mengeluh sulit menggerakkan ekstremitas, nyeri saat
bergerak, enggan melakukan pergerakan, merasa cemas saat bergerak,
kekuatan otot menurun, rentang ROM menurun, sendi kaku, gerakan tidak
terkoordinasi, gerakan terbatas, fisik lemah
H. Intervensi Keperawatan
NO Diagnosa Keperawatan Tujuan Keperawatan ( SLKI) Intervensi Keperawatan (SIKI)
Gangguan Mobilitas Setelah dilakukan Asuhan keperawatan selama Dukungan mobilisasi
1.
Fisik berhubungan 3x24 jam diharapkan pasien: 1. Identifikasi adanya nyeri atau
dengan gangguan Mobilitas Fisik : keluhan fisik lainnya
Neuromuskular Dengan kriteria hasil : 2. Identifikasi toleransi fisik
dibuktikan dengan 1. Pergerakan ekstremitas sedang (3) melakukan pergerakan
mengeluh sulit 2. Kekuatan otot sedang (3) 3. Monitor frekuensi jantung dan
menggerakkan 3. Rentang gerak ( ROM) sedang tekanan darah sebelum
ekstremitas, nyeri saat 4. Gerakan terbatas cukup meningkat memulai mobilisasi
bergerak, enggan Toleransi Aktivitas 4. Fasilitas aktivitas mobilisasi
melakukan pergerakan, Dengan kriteria hasil : dengan alat bantu ( mis. Pagar
merasa cemas saat 1. Frekuensi nadi sedang tempat tidur)
bergerak, kekuatan otot 2. Saturasi oksigen sedang 5. Fasilitasi melakukan
menurun, rentang ROM 3. Kemudahan dalam melakukan pergerakan jika perlu
menurun, sendi kaku, aktivitas sehari-hari sedang 6. Libatkan keluarga untuk
gerakan tidak 4. Tekanan darah sedang membantu pasien dalam
terkoordinasi, gerakan 5. Kekuatan otot atas dan bawah sedang meningkatkan pergerakan
terbatas, fisik lemah 7. Jelaskan tujuan dan prosedur
mobilisasi
8. Anjurkan melakukan
mobilisasi dini
9. Ajarkan mobilisasi sederhana
yang harus dilakukan

Dukungan perawatan diri


1. Identifikasi kebablasan
aktivitas perawatan diri sesuai
usia
2. Monitor tingkat kemandirian
3. Identifikasi kebutuhan alat
bantu kebersihan diri,
berpakaian, berhias, dan makan
4. Sediakan lingkungan yang
teapiutik
5. Siapkan keperluan kepribadian
6. Dampingi dalam melakukan
perawatan diri sampai mandiri
7. Fasilitasi untuk menerima
keadaan ketergantungan
8. Fasilitasi kemandirian, bantu
jika mampu melakukan
perawatan diri
9. Jadwalkan rutinitas perawatan
diri
10. Anjurkan melakukan
perawatan diri secara konsiten
sesuai kemampuan
DAFTAR PUSTAKA

Arif, Mansjoer, dkk, 2000 . Kapita Selekta Kedokteran. Edisi ke-3. FKUI, Jakarta:
Medica Aesculpalus

Bare & Smeltzer.2002.Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner &


Suddart (Alih bahasa Agung Waluyo) Edisi 8 vol.3. Jakarta :EGC

Bram Ignatius. 2019. Stroke Non Hemoragik.


https://www.academia.edu/11445007/STROKE_NON_HEMORAGI
K. diakses tanggal 18 April 2019

Muttaqin,Arif. 2008. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien Dengan Gangguan


Sistem Imunologi. Jakarta: Salemba Medika

Padila. 2012. Buku Ajar : Keperawatan Medikal Bedah. Yogyakarta : Nuha


Medika

Price, Wilson. 2006. Patofisiologi Vol 2 ; Konsep Kllinis Proses-proses Penyakit.


Penerbit Buku Kedokteran. EGC. Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai