Menetapkan Indikator Kinerja
Menetapkan Indikator Kinerja
Oleh: H. Soemarmo HS
(Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Daerah/ Bappeda Kota
Semarang)
Perubahan. Itulah kata yang punya makna strategis. Apapun yang kita
alami di dunia ini, pasti akan menemui apa yang disebut “perubahan”.
Jadi, bersiaplah untuk berubah setiap saat.
1
Anggaran berbasis prestasi kerja merupakan sistem perencanaan anggaran
yang mengaitkan antara anggaran dengan hasil yang ingin dicapai.
Penerapannya dimulai dari perencanaan kinerja pada tingkat instansi (pusat
dan daerah). Di sini pentingnya instansi perencana yang mengkoordinasikan
penyusunan program dan kegiatan yang akan dilaksanakan sebagai dasar
penyusunan kebutuhan anggaran instansi/lembaga pemerintah. Keberhasilan
penggunaan anggaran dimulai dari perencanaannya.
2
usulan-usulan yang dibuat harus sudah memuat input, output, manfaat, atau
pun dampak dari suatu kegiatan, ungkap Soemarmo.
3
APBD, masing-masing dinas/instansi membuat indikator kinerja yang spesifik
untuk instansinya.
ABK adalah sesuatu yang baru bagi masyarakat dan aparat yang ikut terlibat
di dalamnya. Bappeda sebagai salah satu instansi yang terlibat secara
langsung dalam menangani ABK tentunya dapat melihat bahwa ABK ini
merupakan salah satu alat untuk meningkatkan prestasi kerja, bukan sekedar
menampung aspirasi masyarakat kemudian dituangkan dalam dokumen-
dokumen anggaran. Menurut Soemarmo, ABK dapat dijadikan alat untuk
peningkatan kinerja organisasi, karena dalam sistem ABK ini setiap anggaran
yang dimintakan oleh dinas/instansi harus dapat dipertanggungjawabkan baik
dari sisi anggaran maupun pelaksanaannya. Hasilnya pun harus jelas dan
terukur. Terkait dengan hal itu, Bappeda sebagai instansi perencana
pembangunan, meneliti usulan-usulan kegiatan yang diajukan oleh
masyarakat dan dinas/instansi, kemudian kinerja kegiatan tersebut dipertajam
dalam pembahasan rencana anggaran satuan kerja (RASK).
Pembahasannya dititikberatkan pada manfaat kegiatan bagi masyarakat.
Sebagai contoh jika ada dua kegiatan membuat jembatan dan membuat jalan,
maka dilihat dulu manfaat dan dampak yang paling utama bagi masyarakat di
daerah sekitarnya. Kalau dengan membuat jembatan akan dapat membuka
4
akses perekonomian masyarakat, maka jembatan dibuat dulu, baru kemudian
perbaikan jalan, kata Soemarmo memberi contoh.
Selain itu, pada saat penetapan kinerja secara mikro pada saat menyusun
program dan kegiatan dalam RASK, Bappeda turut mengamati indikator-
indikator kinerjanya terutama menyangkut indikator kinerja output. Tujuannya
adalah untuk mengetahui kewajaran output yang dihasilkan dari suatu
kegiatan ataupun program.
Perubahan Aturan
5
“Kami sudah bisa menghitung berapa biaya pemeliharaan gedung SD untuk
masing-masing siswa SD di wilayah Kota Semarang, dengan menggunakan
Standar Analisa Belanja dan Standar Pelayanan,” kata Lusin yang lulusan
Pasca Sarjana Universitas Islam Indonesia di Yogyakarta ini. Walau diakuinya
masih banyak kendala yang dihadapi, namun upaya ke arah pembentukan
indikator kinerja tersebut sudah dilaksanakan.
6
fisik, belum tentu capaian kinerjanya 100%. “Kami mengambil kebijakan untuk
kegiatan non fisik, capaian kinerja adalah 80% dan sudah dapat dikatakan
optimal,” imbuhnya.
7
"Sebetulnya dengan sistem ABK ini sudah baik sekali. Transparansi dalam
penganggaran, mulai dari perencanaan sampai pelaporan sudah rinci dan
jelas. Sudah ada input, output, dan impact dari suatu kegiatan sudah jelas.
Hanya yang jadi kendala adalah banyaknya aturan keuangan, dan cepat
sekali berubahnya. Yang satu baru diterbitkan namun belum dikuasai
sepenuhnya, sudah ada lagi perubahan aturan lagi. Padahal implementasi
ABK ini mengacunya pada aturan-aturan keuangan. Tunduk pada undang-
undang, peraturan pelaksanaan sampai dengan keputusan departemennya,
dalam hal ini Departemen Dalam Negeri. Ini merupakan kendala kami di
daerah," imbuh Lusin.