saja tetapi juga membutuhkan suatu proses pembelajaran yang mengedepankan pemberian
pengalaman langsung ini salah satunya dapat dilakukan dengan kegiatan praktikum. Menurut
keterampilan teknis seperti memanipulasi peralatan dan bahan, observasi, pengumpulan data,
analisis data, interpretasi hasil observasi, pemecahan masalah, kerja kelompok, mendesain
melalui praktikum dapat meningkatkan ketertarikan siswa terhadap materi pelajaran dan
kegiatan praktikum dengan baik. Banyak masalah yang dialami sekolah, salah satunya dan
yang paling sering terjadi adalah ketidaktersediaan alat dan bahan praktikum. Masalah ini
hampir dialami oleh semua sekolah baik yang sudah masuk kategori maju sekalipun. Masalah
Menurut Wiratma & Subagia (2014) secara umum, persoalan pengelolaan alat dan
bahan di laboratorium kimia SMA dapat muncul pada proses pengadaan, penggunaan,
pemeliharaan, dan pemusnahan. Pada proses pengadaan masalah dapat muncul karena
ketidaktepatan pengadaan alat dan bahan, selanjutnya pada proses penggunaan masalah dapat
muncul karena kesalahan pengoperasian alat atau bahan, kemudian pada proses pemeliharaan
masalah dapat muncul akibat kesalahan pembersihan dan penempatan alat dan bahan, terakhir
pada proses pemusnahan alat dan bahan yang sudah rusak masih belum sesuai dengan aturan
yang berlaku. Berikut ini penjabaran mekanisme pengelolaan alat dan bahan praktikum
Menurut Lubis (1993) proses pengadaan alat dan bahan itu harus melalui beberapa
proses, diantaranya di mulai dari peninjauan kurikulum, penentuan pokok bahasan, pemilihan
eksperimen, sampai dengan pemilihan alat/bahan. Lebih lanjut dijelaskan bahwa ada
a) Pertama, dropping alat dan bahan dilakukan oleh pemerintah melalui proyek-proyek
pengadaan. Sekolah hanya tinggal menerima dropping alat dan bahan tersebut tanpa
perlu menyusun daftar usulan alat dan bahan mana yang benar-benar diperlukan.
disusun berdasarkan usulan guru mata pelajaran maupun berdasarkan catatan harian
mengenai keperluan alat dan bahan. Setelah daftar usulan alat/bahan selesai disusun,
kemudian diajukan kepada wakil kepala sekolah bidang sarana prasarana selaku
menyerahkannya kepada kepala sekolah, tetapi pada tahap selanjutnya kepala sekolah
alat/bahannya.
Penggunaan alat dan bahan praktikum mempunyai dua prinsip yang harus
diperhatikan yaitu: prinsip efektivitas dan prinsip efisiensi. Prinsip efektivitas berarti alat dan
bahan praktikum hanya ditujukan untuk memperlancar pencapaian tujuan pendidikan. Prinsip
efisiensi berarti penggunaan alat dan bahan praktikum harus hemat dan hati-hati sehingga
tidak mudah habis, rusak ataupun hilang. Untuk memenuhi kedua prinsip tersebut terdapat
tiga kegiatan pokok yang harus dilakukan oleh warga sekolah, yaitu, (1) memahami petunjuk
penggunaan, (2) menata, dan (3) memelihara baik secara berkelanjutan maupun berkala
Sebelum menggunakan alat dan bahan pada saat praktikum, setiap pengguna
laboratorium harus sudah mengetahui fungsi alat dan bahan yang digunakan. Peralatan yang
ada juga harus disertai dengan buku petunjuk (manual-operation) agar apabila sewaktu-
waktu ada kerusakan kecil atau besar maka buku manual tersebut dapat digunakan sebagai
pedoman. Pada akhir praktikum, alat dan bahan yang sudah selesai digunakan, harus
Pemeliharaan alat dan bahan dalam hal ini bukan berarti alat dan bahan tersebut
disimpan dengan baik sehingga selalu dalam keadaan utuh, akan tetapi alat dan bahan
tersebut dapat digunakan dalam waktu yang relatif lama. Memang tidak dapat dipungkiri jika
semua alat dan bahan praktikum lambat laun akan mengalami kerusakan, baik itu karena
dimakan usia maupun karena pemakaian atau penyimpanannya yang terlalu lama. Sumber-
sumber kerusakan alat dan bahan praktikum yang disebabkan oleh lingkungan dapat
digolongkan menjadi tujuh yaitu: (1) udara, (2) cairan: air, asam, basa, dan cairan lainnya, (3)
panas/temperatur, (4) mekanik, (5) sinar, (6) api, (7) sifat bahan kimia itu sendiri.
Berdasarkan penjelasan tersebut, dibutuhkan suatu teknik pemeliharaan yang tepat agar alat
maupun bahan kimia bisa digunakan dalam jangka waktu yang lama (Budimarwanti, 2011).
A. Pemeliharaan Alat
membersihkan, mengganti label yang rusak, melakukan perbaikan ringan dan lain-lain.
Pemeliharaan alat juga dapat dilakukan secara berkala yang sesuai dengan buku petunjuk alat
bersangkutan misalnya enam bulan sekali maupun setahun sekali. Selain itu, pemeliharaan
juga dapat dilakukan dengan penyimpanan yang baik dan benar. Penyimpanan alat harus
memperhatikan beberapa hal berikut ini yaitu: (1) kondisi alat, (2) frekuensi penggunaan, (3)
spesifikasi dan jenis alat (4) bahan dasar alat (5) set/kit alat (Subamia & Wiratini 2008).
laboratorium harus memperhatikan sifat-sifat dasar dari alat itu sendiri seperti:
Bahan dasar alat harus diketahui agar peyimpanan dan penggunaannya dapat
dilakukan dengan tepat. Misalnya pada saat menggunakan alat yang terbuat dari
kaca harus menggunakan alat kaca yang tahan panas. Contoh lain misalnya alat yang
semuanya maupun sebagian terbuat dari besi, jangan disimpan berdekatan dengan
zat-zat kimia terutama yang bersifat korosif, karena akan membuat alat tersebut
Alat di laboratorium ada yang ringan dan ada yang berat. alat-alat yang berat jangan
ditaruh di tempat yang tinggi, melainkan di taruh di tempat yang lebih rendah agar
Banyak alat yang peka terhadap pengaruh lingkungan, misalnya peka terhadap
kelembaban. Alat yang peka terhadap kelembaban akan mudah ditumbuhi jamur
sehingga harus disimpan di tempat yang tidak lembab. Untuk menghindari keadaan
lembab dalam gudang maka sebaiknya gudang mempunyai lubang ventilasi yang
cukup.
penyimpanan bahan-bahan kimia. Hal ini karena beberapa jenis zat kimia dapat
mempengaruhi bahkan merusak alat-alat tersebut. Misalnya alat yang terbuat dari
logam akan mudah rusak jika disimpan berdekatan dengan zat-zat kimia yang
korosif.
Penyimpanan alat perlu diperhatikan bahwa alat yang terbuat dari logam harus
dipisahkan dari alat yang terbuat dari gelas. Alat-alat yang mengandung medan
magnet juga jangan dismpan dekat alat yang sensitif terhadap magnet dan tidak
boleh disimpan juga dekat alat ukur listrik yang sedang dipakai.
sedangkan untuk alat-alat yang harganya tidak begitu mahal dapat disimpan pada rak
atau tempat terbuka lainnya. Alat-alat yang memiliki nilai/harga yang tinggi
sebaiknya disimpan di dalam ruangan yang dapat dikunci sedangkan alat-alat yang
memiliki nilai/harga yang tidak begitu mahal dapat dsimpan di dalam lemari, rak
atau tempat terbuka lainnya. Jika ada lemari/rak tertutup maka sebaiknya semua alat
Alat-alat di laboratorium juga sering terdapat dalam bentuk set, misalnya set
B. Pemeliharaan bahan
laboratorium khususnya bahan-bahan kimia pada prinsipnya lebih ditekankan pada cara dan
1. Bahan beracun
Bahan-bahan kimia beracun yang sering dijumpai di laboratorium sekolah antara lain:
sublimate (HgCl2 ), persenyawaan sianida, arsen, gas karbon monoksida (CO) dari aliran gas.
Syarat penyimpanan bahan kimia yang beracun yaitu: (1) disimpan di ruangan dingin dan
berventilasi, (2) jauh dari bahaya kebakaran, (3) dipisahkan dari bahan-bahan yang mungkin
bereaksi, (4) kran dari saluran gas harus tetap dalam keadaan tertutup rapat pada saat tidak
digunakan, (5) disediakan alat pelindung diri, pakaian kerja, masker, dan sarung tangan.
2. Bahan korosif
Bahan ini dapat merusak wadah dan bereaksi dengan zat-zat beracun, contohnya
senyawa asam, anhidrida asam, dan alkali dan yang lainnya. Syarat penyimpanan bahan
kimia yang korosif yaitu: (1) ruangan dingin dan berventilasi, (2) wadah tertutup dan
Banyak bahan-bahan kimia yang dapat terbakar sendiri, terbakar jika kena udara, kena
benda panas, kena api, atau jika bercampur dengan bahan kimia lain, contohnya Fosfor putih
(P), fosfin (PH3), alkil logam, boran (BF3) dan yang lainnya. Syarat penyimpanan bahan
kimia mudah terbakar yaitu: (1) temperatur dingin dan berventilasi, (2) jauhkan dari sumber
api atau panas, terutama loncatan api listrik dan bara rokok, (3) tersedia alat pemadam
kebakaran.
Banyak reaksi eksoterm antara gas-gas dan serbuk zat-zat padat yang dapat meledak
dengan dahsyat, contohnya ammonium nitrat, nitrogliserin, TNT dan yang lainnya.
Kecepatan reaksi zat-zat seperti ini sangat tergantung pada komposisi dan bentuk dari
campurannya. Syarat penyimpanan bahan kimia mudah meledak yaitu: (1) ruangan dingin
dan berventilasi, (2) jauhkan dari panas dan api, (3) hindarkan dari gesekan atau tumbukan
mekanis.
5. Bahan oksidator
yaitu: (1) temperatur ruangan dingin dan berventilasi, (2) jauhkan dari sumber api dan panas,
termasuk loncatan api listrik dan bara rokok, (3) jauhkan dari bahan-bahan cairan mudah
terbakar atau reduktor. Contoh bahan-bahan kimia yang bersifat oksidator yaitu: perklorat,
Bahan-bahan kimia yang bersifat reaktif terhadap air mempunyai beberapa syarat
penyimpanan yaitu: (1) temperatur ruangan dingin, kering, dan berventilasi, (2) jauh dari
sumber nyala api atau panas, (3) bangunan kedap air, (4) disediakan pemadam kebakaran
tanpa air (CO 2 , dry powder). Contoh bahan-bahan kimia yang reaktif terhadap air yaitu:
Zat-zat tersebut kebanyakan dengan asam menghasilkan gas yang mudah terbakar
atau beracun, contoh: natrium, hidrida, sianida. Syarat penyimpanan bahan kimia yang reaktif
terhadap asam yaitu: (1) ruangan dingin dan berventilasi, (2) jauhkan dari sumber api, panas,
dan asam, (3) ruangan penyimpan perlu didesain agar tidak memungkinkan terbentuk
kantong-kantong hidrogen, (4) disediakan alat pelindung diri seperti kacamata, sarung
8. Gas bertekanan
Bahan-bahan kimia yang berwujud gas contohnya gas N 2 , asetilen, H2 , dan Cl2 dalam
tabung silinder. Cara penyimpanannya yaitu: (1) disimpan dalam keadaan tegak berdiri dan
terikat, (2) ruangan dingin dan tidak terkena langsung sinar matahari, (3) jauh dari api dan
panas, (4) jauh dari bahan korosif yang dapat merusak kran dan katub-katub.
yang berasal dari alat maupun yang berasal dari bahannya. Alat dan bahan praktikum yang
sudah tidak dapat lagi digunakan harus dipisahkan dengan alat dan bahan praktikum yang
masih bisa digunakan. Pembuangan alat dan bahan praktikum yang sudah tidak bisa
potensi bahaya terhadap orang-orang di luar laboratorium dan potensi dampaknya terhadap
lingkungan. Masalah tersebut menjadi tanggung jawab dari pengelola laboatorium karena
pengelola laboratorium yang paling mengetahui sifat dan informasi dari limbah tersebut.
Keputusan dalam membuang limbah harus sejalan dengan kerangka kerja lembaga dan sesuai
Lebih lanjut Moran & Masciangioli (2010) juga menjelaskan tentang langkah-langkah
utama pengelolaan limbah yaitu: (1) mengidentifikasi limbah dan bahayanya, (2)
mengumpulkan dan menyimpan limbah dengan cara yang tepat, (3) mempertimbangkan
pengurangan bahaya jika bisa, (4) membuang limbah dengan baik. Penerapan dari langkah-
langkah ini tergantung pada sumber daya dan peraturan masing-masing laboratorium.
Terdapat beberapa opsi pembuangan yang bisa digunakan dalam menangani limbah
1) Insinerasi
biasanya dilakukan di oven berputar pada suhu tinggi (649-760°C). Opsi ini mahal karena
memerlukan volume bahan bakar yang banyak untuk mencapai suhu yang diperlukan.
dilakukan, tetapi praktik ini telah sangat berubah. Banyak fasilitas laboratorium industri dan
akademik telah sepenuhnya melarang pembuangan ke saluran drainase. Bahan kimia yang
mungkin diizinkan untuk dibuang di pipa drainase meliputi larutan air yang terurai secara
3) Pelepasan ke atmosfer
Pelepasan uap ke atmosfer, seperti melalui saluran keluar evaporasi atau tudung asap
yang terbuka, bukan metode pembuangan yang diperbolehkan. Pasang perangkat perangkap
yang tepat di semua alat untuk pengoperasian yang diperkirakan akan melepaskan uap.
Limbah yang tidak berbahaya dan diperbolehkan oleh peraturan setempat, dapat
dibuang melalui pembuangan limbah biasa atau saluran drainase, hal ini dilakukan untuk
Lubis, M. H., dkk. 1993. Materi Pokok Pengelolaan Laboratorium IPA; PGPA3930/3SKS.
Moran, L., & Masciangioli, T. (Ed). 2010. Keselamatan dan Keamanan Laboratorium
Kimia; Panduan Pengelolaan Bahan Kimia dengan Bijak . Washington, DC: The
Suardana, I. N. 2010. Pengembangan Model Praktikum Kimia Dasar berbasis Budaya Bali
Subamia, I. D. P & Wiratini, N. M. 2008. Penataan, Penyimpanan dan Perawatan Alat dan
Tuysuz, C. 2010. The Effect of the Virtual laboratory on Students’ Achievement and Attitude
Wiratma, I. G. L. & Subagia, I. W. 2014. Pengelolaan Laboratorium Kimia pada SMA Negeri