OLEH :
GUNAWAN
NIM 20182008
(http://artikelkesmas.blogspot.com/2014/09.html)
2. Klasifikasi Hipertensi
a. Klasifikasi tekanan darah untuk yang berumur 18 tahun atau lebih
Katergori Sistolik (mmHg) Diastolik (mmHg)
(https://pustaka sehatku.blogspot.com/2015/09/penyakit-pada-sistem-peredaran-darah.html)
4. Etiologi
a. Usia
Hipertensi makin meningkat dengan meningkatnya usia hipertensi pada yang
berusia dari 35 tahun dengan jelas menaikkan insiden panykit arteri dan
kematian premature.
b. Jenis Kelamin
Jenis kelamin pria umumnya terjadi insiden yang lebih tinggi daripada
wanita. Namun pada usia pertengahan, insiden pada wanita mulai meningkat,
sehingga pada usia di atas 65 tahun, insiden pada wanita lebih tinggi.
c. Ras
Hipertensi pada yang berkulit hitam paling sedikit dua kalinya pada yang
berkulit putih.
d. Pola Hidup
Faktor seperti pendidikan, penghasilan dan faktor pola hidup pasien telah
diteliti, tanpa hasil yang jelas.Penghasilan rendah, tingkat pendidikan rendah
dan kehidupan atau pekerjaan yang penuh stress agaknya berhubungan
dengan insiden hipertensi yang lebih tinggi.Obesitas dipandang sebagai
faktor resiko utama.Merokok dipandang sebagai faktor resiko tinggi bagi
hipertensi dan penyakit arteri koroner.Hiperkolesterolemia dan
hiperglikemia adalah faktor – faktor utama untuk perkembangan
arterosklerosis yang berhubungan dengan hipertensi.
5. Patofisiologi
Faktor-faktor yang berperan dalam pengendalian tekanan darah, pada
dasarnya merupakan faktor-faktor yang mempengaruhi rumus dasar: tekanan
darah = curah jantung x resistensi perifer. Tekanan darah dibutuhkan untuk
mengalirkan darah melalui sistem sirkulasi yang merupakan hasil dari aksi
pompa jantung atau yang sering disebut curah jantung (cardiac output) dan
tekanan dari arteri perifer atau sering disebut resistensi perifer.Kedua penentu
primer adanya tekanan darah tersebut masing-masing juga ditentukan oleh
berbagai interaksi faktor-faktor serial yang sangat kompleks.Berdasarkan rumus
tersebut, maka peningkatan tekanan darah secara logis dapat terjadi karena
peningkatan curah jantung dan atau peningkatan resistensi perifer.Peningkatan
curah jantung dapat melalui dua mekanisme yaitu melalui peningkatan volume
cairan (preload) atau melalui peningkatan kontraktilitas karena rangsangan
neural jantung.Meskipun faktor peningkatan curah jantung terlibat dalam
pemulaaan timbulnya hipertensi, namun temuan-temuan pada penderita
hipertensi kronis menunjukkan adanya hemodinamik yang khas yaitu adanya
peningkatan resistensi perifer dengan curah jantung yang normal.
Adanya pola peningkatan curah jantung yang menyebabkan peningkatan
resistensi secara persisten, sudah diteliti pada beberapa oraang dan pada banyak
hewan coba pada penelitian-penelitian tentang hipertensi. Pada hewan coba,
dengan kondisi jaringan ginjal yang berkurang, ketika diberi penambahan
volume cairan, maka tekaanan darah pada awalnya akan naik sebagai
konsekuensi tinggi curah jantung, namun dalam beberapa hari, resistensi perifer
akan meningkat dan curah jantung akan kembali ke nilai basal. Perubahan
resistensi perifer tersebut menunjukkan adanya perubahan property instrinsik
dari pembuluh darah yang berfungsi untuk mengatur aaliran darah yang terkait
dengan kebutuhan metabolic dari jaringan. (Pikir dkk, 2015)
8. Penatalaksanaan Medik
a. Penatalaksanaan farmakologis / perubahan gaya hidup pengurangan asupan
garam dan upaya penurunan berat badan, menghindari faktor resiko seperti
merokok, minum alcohol, hiperlipidemia dan stress.
b. Penatalaksanaan dengan obat berlandaskan beberapa prinsip
1) Pengobatan hipertensi sekunder lebih mengutamakan pengobatan kasual.
2) Pengobatan hipertensi primer ditujukan untuk menurunkan tekanan darah
dengan hartapan memperpanjang umur dan mengurangi komplikasi.
3) Upaya menurunkan tekanan darah dicapai denga menggunakan obat anti
hipertensi selain dengan perubahan gaya hidup.
4) Pengobatan hipertensi primer adalah pengobatan jangka panjang dengan
kemungkinan besar untuk seumur hidup.
5) Pengobatan penggunaan obat golongan diuretic, penyekat beta antagonis
kalsium, dan penghambat enzim koversi angiotensin (penghambat ACE)
merupakan anti hipertensi yang sering digunakan.
9. Komplikasi
a. Stroke
b. Infark miokard
c. Gagal ginjal
d. Ensefalopati
e. Gangguan penglihatan
2. Diagnosa Keperawatan
a. Penurunan curah jantung b/d peningkatan afterload, vasokonstriksi,
hipertrofi/rigiditas ventrikuler, iskemia miokard
b. Nyeri akut : sakit kepala b/d peningkatan tekanan vaskuler serebral dan
iskemia
c. Intoleransi aktivitas b/d kelemahan, ketidakseimbangan suplai dan kebutuhan
oksigen.
d Defisiensi pengetahuan tentang penatalaksanaan diet dan proses penyakit
3. Rencana Keperawatan
a. Penurunan curah jantung b/d peningkatan afterload, vasokonstriksi,
hipertrofi/rigiditas ventrikuler, iskemia miokard
NOC
1) Cardiac Pump effectiveness
2) Circulation Status
3) Vital Sign Status
Kriteria Hasil:
1) Tanda Vital dalam rentang normal (Tekanan darah, Nadi, respirasi)
2) Dapat mentoleransi aktivitas, tidak ada kelelahan
3) Tidak ada edema paru, perifer, dan tidak ada asites
4) Tidak ada penurunan kesadaran
NIC
1) Cardiac Care
a) Evaluasi adanya nyeri dada ( intensitas,lokasi, durasi)
b) Catat adanya disritmia jantung
c) Catat adanya tanda dan gejala penurunan cardiac putput
d) Monitor status kardiovaskuler
e) Monitor status pernafasan yang menandakan gagal jantung
f) Monitor abdomen sebagai indicator penurunan perfusi
g) Monitor balance cairan
h) Monitor adanya perubahan tekanan darah
i) Monitor respon pasien terhadap efek pengobatan antiaritmia
j) Atur periode latihan dan istirahat untuk menghindari kelelahan
k) Monitor toleransi aktivitas pasien
l) Monitor adanya dyspneu, fatigue, tekipneu dan ortopneu
m) Anjurkan untuk menurunkan stress
2) Vital Sign Monitoring
a) Monitor TD, nadi, suhu, dan RR
b) Catat adanya fluktuasi tekanan darah
c) Monitor VS saat pasien berbaring, duduk, atau berdiri
d) Auskultasi TD pada kedua lengan dan bandingkan
e) Monitor TD, nadi, RR, sebelum, selama, dan setelah aktivitas
f) Monitor kualitas dari nadi
g) Monitor adanya pulsus paradoksus
h) Monitor adanya pulsus alterans
i) Monitor jumlah dan irama jantung
j) Monitor bunyi jantung
k) Monitor frekuensi dan irama pernapasan
l) Monitor suara paru
m) Monitor pola pernapasan abnormal
n) Monitor suhu, warna, dan kelembaban kulit
o) Monitor sianosis perifer Monitor adanya cushing triad (tekanan nadi
yang melebar, bradikardi, peningkatan sistolik)
p) Identifikasi penyebab dari perubahan vital sign
b. Nyeri akut : sakit kepala b/d peningkatan tekanan vaskuler serebral dan
iskemia
NOC : Pain Level, Pain control, Comfort level
Kriteria Hasil :
1) Mampu mengontrol nyeri (tahu penyebab nyeri, mampu menggunakan
tehnik nonfarmakologi untuk mengurangi nyeri, mencari bantuan)
2) Melaporkan bahwa nyeri berkurang dengan menggunakan manajemen
nyeri
3) Mampu mengenali nyeri (skala, intensitas, frekuensi dan tanda nyeri)
4) Menyatakan rasa nyaman setelah nyeri berkurang
5) Tanda vital dalam rentang normal
NIC :
1) Pain Management
a) Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif termasuk lokasi,
karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas dan faktor presipitasi
b) Observasi reaksi nonverbal dari ketidaknyamanan
c) Gunakan teknik komunikasi terapeutik untuk mengetahui
pengalaman nyeri pasien
d) Kaji kultur yang mempengaruhi respon nyeri
e) Evaluasi pengalaman nyeri masa lampau
f) Evaluasi bersama pasien dan tim kesehatan lain tentang
ketidakefektifan kontrol nyeri masa lampau
g) Bantu pasien dan keluarga untuk mencari dan menemukan
dukungan
h) Kontrol lingkungan yang dapat mempengaruhi nyeri seperti suhu
ruangan, pencahayaan dan kebisingan
i) Kurangi faktor presipitasi nyeri
j) Pilih dan lakukan penanganan nyeri (farmakologi, non farmakologi
dan inter personal)
k) Kaji tipe dan sumber nyeri untuk menentukan intervensi
l) Ajarkan tentang teknik non farmakologi
m) Berikan analgetik untuk mengurangi nyeri
n) Evaluasi keefektifan kontrol nyeri
o) Tingkatkan istirahat
p) Kolaborasikan dengan dokter jika ada keluhan dan tindakan nyeri
tidak berhasil
2) Analgesic Administration
a) Tentukan lokasi, karakteristik, kualitas, dan derajat nyeri sebelum
pemberian obat
b) Cek instruksi dokter tentang jenis obat, dosis, dan frekuensi
c) Cek riwayat alergi
d) Pilih analgesik yang diperlukan atau kombinasi dari analgesik
ketika pemberian lebih dari satu
e) Tentukan pilihan analgesik tergantung tipe dan beratnya nyeri
f) Tentukan analgesik pilihan, rute pemberian, dan dosis optimal
g) Pilih rute pemberian secara IV, IM untuk pengobatan nyeri secara
teratur
h) Monitor vital sign sebelum dan sesudah pemberian analgesik
pertama kali
i) Berikan analgesik tepat waktu terutama saat nyeri hebat
j) Evaluasi efektivitas analgesik, tanda dan gejala (efek samping)
Haryanto, A., & Rini, S. (2015). Keperawatan Medikal Bedah 1. Yogyakarta: Ar-Ruzz
Media.