Anda di halaman 1dari 15

MAKRO

FEB

PIE MAKRO

Muhammad Julio Cahaya Hartawan 1641031022


KATA PENGANTAR
Puji Syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas diselesaikannya makalah
kewirausahaan dan bisnis baru. Makalah ini berisi tentang seluk beluk kewirausahaan dan
bisnis baru. Tidak lupa, rasa terima kasih kami ucapkan pada Ibu yang telah membimbing
kami dalam penyusunan makalah ini.

Akhir kata, tak ada gading yang tak retak, demikian pula dengan makalah ini. Untuk itu
kami mohon maaf jika terdapat banyak kesalahan di dalamnya, dan oleh karenanya saran
dan kritik yang membangun sangat kami harapkan.

Bandar Lampung, 6 Oktober 2016

Kelompok 10

1
DAFTAR ISI
SAMPUL.......................................................................................................................... i
KATA PENGANTAR..................................................................................................... ii
DAFTAR ISI.................................................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN
a. Latar Belakang ........................................................................................................... 1
b. Rumusan Masalah....................................................................................................... 2
c. Tujuan ........................................................................................................................ 2
d. Metode Penulisan........................................................................................................ 2

BAB II PEMBAHASAN
a. Pengertian Uang.......................................................................................................... 3
b. Pengertian penawaran uang........................................................................................ 3
c. Jenis-Jenis Teori Penawaran Uang.............................................................................. 4
d. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Penawaran Uang................................................ 5
e. Kurva Penawaran Uang.............................................................................................. 6
f. Pergeseran Kurva Penawaran Uang............................................................................ 7
g. Pengertian Kebijakan Moneter.................................................................................... 7
1. Kebijakan Moneter Ekspansif............................................................................... 8
2. Kebijakan Moneter Kontraktif.............................................................................. 8
h. Instrumen Kebijakan Moneter ................................................................................... 9
1. Instrumen Kebijakan Moneter Secara Langsung.................................................. 9
2. Instrumen Kebijakan Moneter Secara Tidak Langsung........................................ 10
i. Mekanisme Kebijakan Moneter............................................................... ..................
11
BAB III PENUTUPAN
a. Kesimpulan .......................................................................................................... 14
BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Uang merupakan sesuatu benda yang diterima secara umum oleh masyarakat, sehingga
untuk melakukan transaksi ekonomi tidak mengalami kesulitan, karena salah satu fungsi dari
uang adalah sebagai standart nilai, maka seluruh barang atau jasa dinilai dengan satuan uang.
Uang merupakan unsur terpenting dalam suatu sistem perekonomian modern. Kehadiran uang
sudah melembaga dalam masyarakat, sehingga segala aktivitas masyarakat dipengaruhi, diukur
dan banyak ditentukan oleh uang. Dengan adanya uang, transaksi yang dilakukan oleh manusia
menjadi lebih mudah, cepat, dan tidak terlalu dibatasi lagi oleh dimensi waktu.
Peranan uang dalam perekonomian antara lain dapat meningkatkan efisiensi baik bagi
produsen, konsumen dan kegiatan ekonomi pada umumnya. Dalam perkembangannya, jumlah
uang yang beredar yang ada di Indonesia tidak tertutup kemungkinan untuk mengalami kenaikan
atau penurunan jumlah uang beredar. Gejala bertambahnya jumlah uang beredar merupakan
fenomena ekonomi, karena berkaitan dengan fungsi uang sebagai alat tukar, yang semakin
dibutuhkan pada saat perekonomian semakin berkembang. Ekonomi yang tumbuh dan
berkembang mempunyai konsekuensi meningkatkan transaksi, yang membutuhkan uang guna
mempermudah proses pembayaran.
Peningkatan jumlah uang beredar yang berlebihan dapat mendorong peningkatan harga
melebihi tingkat yang diharapkan sehingga dalam jangka panjang dapat mengganggu
pertumbuhan ekonomi. Sebaliknya, apabila peningkatan jumlah uang beredar rendah maka
kelesuan ekonomi akan terjadi. Apabila hal ini berlangsung terus menerus, kemakmuran
masyarakat secara keseluruhan akan mengalami penurunan. Kondisi tersebut antara lain melatar
belakangi upaya-upaya yang dilakukan oleh pemerintah atau otoritas-otoritas moneter dalam
mengendalikan jumlah uang beredar dalam perekonomian. Kegiatan mengendalikan jumlah
uang beredar tersebut lazimnya disebut kebijakan moneter, yang pada dasarnya merupakan salah
satu bagian integral dari Kebijakan ekonomi makro yang ditempuh oleh otoritas moneter.

2. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian penawaran uang ?
2. Bagaimana pergerakan kurva penawaran?
3. Apa saja yang berada dalam kebijakan moneter ?
4. Bagaimana mekanisme serta instrument yang ada dalam kebijakan moneter ?
5. Bagaimana permintaan agregat untuk uang dalam model keseimbangan portofolio?

3. Tujuan
1. Mengetahui arti dari penawaran uang
2. Mengetahui bgaimana kurva penawaran uang
3. Mengetahui lebih dalam mengenai kebijakan moneter, mekanisme serta instrument apa saja
yang ada dalam kurva penawaran uang.
4. Metode Penulisan
Untuk mempermudah dan membantu kelancaran penulisan yang dilaksanakan, maka penulis
menggunakan beberapa referensi :
a. Penulis mencari berbagai referensi buku sebagai sumber penulis
b. Penulis juga mencari sumber lainnya melalui situs-situ internet.

BAB II
PEMBAHASAN
Pengertian Uang
Uang adalah segala sesuatu yang dapat digunakan sebagai alat pembayaran yang sah.
Berikut ini merupakan jenis jenis uang :
1. Uang kartal atau dapat disebut sebagai mata uang (currency) yaitu jumlah uang kertas dan
uang logam yang beredar. Uang kartal adalah alat pembayaran yang sah dan wajib
diterima oleh masyarakat dalam melakukan jual beli dalam kegiatan transaksi sehari-hari.
2. Uang giral (uang turutan) tercipta akibat semakin mendesaknya kebutuhan masyarakat
akan adanya sebuah alat tukar. Bentuk uang giral dapat berupa cek ataupun giro. Namun
uang giral bukan alat pembayaran yang sah. Sehingga masyarakat boleh menolak dibayar
dengan uang giral.
3. Uang kuasi adalah surat surat berharga yang dapat dijadikan sebagai alat pembayaran.
Biasanya uang kuasi ini terdiri dari atas deposito berjangka dan tabungan serta rekening
valuta asing milik swasta domestic.
Pengertian Penawaran Uang
Penawaran uang adalah jumlah uang yang beredar dalam perekonomian suatu Negara
pada rentan periode tertentu atau lebih sederhananya adalah jumlah uang yang beredar.
Penawaran uang lebih populer dinyatakan dengan istilah jumlah uang yang beredar.
Biasanya jumlah uang beredar dilambangkan dengan huruf M. Disini ada beberapa definisi
yang berbeda mengenai jumlah uang yang beredar tergantung dari tingkat likuiditasnya.
Pada umumnya uang beredar didefinisikan sebagai berikut.

 M1 adalah uang kertas dan logam (kartal) ditambah simpanan dalam bentuk rekening
koran (uang giral/ demand deposit)
 M2 adalah M1 + tabungan + deposito berjangka (time deposit) pada bank-bank umum.
 M3 adalah M2 + tabungan + deposito berjangka pada lembaga-lembaga keuangan bukan
bank.

Secara sederhana penawaran uang atau jumlah uang yang beredar terdiri atas uang logam,
uang kertas, simpanan giro, deposito berjangka, berbagai macam tabungan, dan rekening valuta
asing milik swasta domestik. Penawaran uang dipengaruhi oleh pemerintah dengan berbagai
kebijakan yang ditetapkan. Lembaga yang biasanya bertanggungjawab mengatur dan
menjalankan kebijakan khususnya kebijakan moneter adalah bank sentral.
Jenis-Jenis Teori Penawaran Uang :
1. Teori penawaran uang modern
Dalam perekonomian modern digunakan sistem standart kertas dan sebagai sumber
terciptanya uang beredar adalah otorita moneter (pemerintah dan bank sentral) dan lembaga
keuangan. Otorita moneter sebagai sumber penawaran uang inti dan lembaga keuangan sebagai
sumber penawaran uang sekunder. JUB merupakan proses pasar, artinya hasil interaksi anatara
permintaan dan penawaran, dan bukan ahanya pencetakan uang atau merupakan keputusan
pemerintah saja. Apabila suatu waktu permintaan uang inti tidak sesuai dengan penawaran uang
inti, maka para pelaku dalam pasar uang masing-masing akan melakukan “penyesuaian” berupa
tindakan-tindakan (mengubah struktur/komposisi dari kekayaan) di sub-pasar uang inti sehingga
terjadi keseimbangan antara permintaan dan penawaran. Demikian juga jika terjadi
ketidakseimbangan di pasar uang sekunder. Kedua sub-pasar ini harus mencapai keseimbangan
secara bersama-sama.
Sebagai contoh, ketika pasar dalam posisi keseimbangan, pemerintah penambah penawaran uang
inti kepada masyarakat (ada kenaikan gaji pegawai).

 Pertama: tambahan uang inti akan diterima masyarakat sebagai tambahan uang tunai
(kartal). Hal ini dapat mengganggu keseimbangan karena masyarakat akan merasa terlalu
banyak memegang uang tunai.
 Misalkan tindakan penyesuaian yang dilakukan masyarakat adalah dengan menyimpan
kelebihan tersebut dalam rekening giro, maka berarti bahwa cadangan bank menjadi lebih
besar.
 Bank pada gilirannya merasa kelebihan cadangan (uang tunai), dan bank mungkin akan
menanamkan kelebihan cadangan tersebut dengan membeli SBI
 Dalam transaksi tersebut, bank menerima SBI dan BI menerima uang tunai
 Kesimpulan: tambahan uang inti oleh pemerintah, kembali ke BI sebagai otorita moneter.
 Uang kartal yang dipegang masyarakat tetap, tetapi ada tambahan uang giral, sehingga
M1 bertambah.

2. Teori Penawaran uang tanpa bank


Teori ini menganggap seakan-akan perbankan tidak ada, kalaupun ada tidak mempunyai
pengaruh terhadap proses penciptaan uang.Teori yang paling sederhana adalah gambaran dari
sistem standart emas, dimana emas adalah satu-satunya alat pembayaran. JUB naik-turun sesuai
dengan tersedianya emas di masyarakat. Jumlah uang (emas) dapat turun apabila emas dikirim ke
luar negeri untuk menutup defisit neraca pembayaran (impor), industri-industri yang
menggunakan emas dalam proses produksinya menyedot emas yang ada. JUB (emas) naik
apabila ada surplus neraca pembayaran atau karena produksi emas meningkat
Uang beredar benar-benar ditentukan oleh proses pasar, sedangkan pemerintah, bank sentral
atau perbankan tidak mempunyai pengaruh terhadap besarnya uang beredar. Contoh sederhana,
suatu perekonomian tertutup yang menggunakan emas untuk alat pembayarannya. Dalam hal ini
uang hanya akan bertambah apabila orang memproduksi emas. Sedangkan produsen emas akan
memproduksi emas hanya apabila menguntungkan, yaitu apabila harga emas di pasaran lebih
tinggi daripada biaya produksinya.
3. Money Multiplier (Pelipat Uang)
Proses pelipatan uang atau money multiplier merupakan proses pasar ( penyesuaian antara
permintaaan dan penawaran uang ).Proses pelipatan itu dimungkinakan karena adanya lembaga
yang disebut bank,yang tidak harus menjamin secara penuh uang giral yang diciptakannya
dengan uang tunai.Seandainya cash ratio yang dipegang bank adalah 100%,maka proses
pelipatan uang tidak akan terjadi.
Uang giral ( demand deposit,time deposit dan saving deposit) tidak harus dijamin secara
penuh dalam bentuk uang tunai pada bank.Uang giral sebesar Rp.10.000 misalnya bank hanya
perlu menyimpan uang tunai (cadangan bank) sebesar Rp.500 ( jika cash ratio yang berlaku 5 %
).Artinya dengan memegang uang inti sebesar Rp.500 bank bias menciptakan uang giral sebesar
Rp.10.000.Jadi bank menciptakan uang giral Rp.9.500 (Rp.10.000 – Rp. 500) .Oleh karena itu
setiap tambahan uang inti sebesar Rp.1 akan dapat menciptakan tambahan uang beredar yang
lebih besar daripada Rp.1.Dalam kenyataanya uang yang diciptakan bank,tidak hanya
bergantung pada kemauan bank semata,tetapi tergantung pula pada hasil interaksi para pelaku
pasar.

Secara ringkas proses pelipatan uang tersebut dapat dirumuskan sebagai berikut :
M1 = B ; dimana c = C/M1 dan r = R/DD
Persamaan tersebut menunjukkan bagaimana uang inti B dilipatkan menjadi uang beredar
M1,Sedangkan 1/c+r(1-r) adalah koefisien pelipat uang (money multiplier).Nilai koefisien pelipat
uang biasanya lebih dari satu. Semakin kecil nilai c dan r,akan semakin besar nilai koefisien
pelipat uang.Nilai c yang rendah artinya,masyarakat lebih suka menyimpan uang tunainya di
bank daripada dirumah dan bank memiliki banyak uang inti yang akan dilipatkan.Sedangkan
nilai r yang rendah artinya,lebih banyak uang giral yang bias diciptakan dari setiap rupiah uang
inti yang dipegang olah bank. Nilai c dan r mencerminkan perilaku masyarakat dan bank.
Besarnya uang beredar yang dipegang oleh masyarakat dalam bentuk tunai mencerminkan
keinginan dan perilaku masyarakat .
Faktor-faktor yang mempengaruhi penawaran uang adalah sebagai berikut.

1. Semakin tinggi tingkat bunga, semakin sedikit jumlah uang yang beredar. Semakin
rendah tingkat bunga, semakin banyak jumlah uang yang beredar.
2. Semakin tinggi pendapatan masyarakat, semakin banyak uang yang beredar karena
semakin sering melakukan transaksi.
3. Semakin banyak (padat) jumlah penduduk, semakin banyak dan semakin cepat uang
beredar.
4. Keadaan geografis di perkotaan lebih cepat dan lebih banyak jumlah uang yang beredar
dibanding di pedesaan.
5. Struktur ekonomi, negara agraris berbeda dengan negara industri, negara industri
peredaran uang lebih cepat dan lebih banyak.
6. Penguasaan IPTEK penduduk. Iptek negara yang lebih maju lebih banyak dan lebih cepat
uang beredar dibandingkan dengan negara yang menerapkan teknologi yang sederhana.
7. Globalisasi industri di lingkungan dunia usaha. Semakin global dan arus modal ekonomi
antarnegara yang semakin meningkat, uang yang beredar juga dipengaruhi oleh transaksi-
transaksi internasional dalam hal ini kurs uang mempengaruhi peredaran.

Kurva Penawaran Uang


Permintaan melalui bank sentral sangat mempengaruhi besar kecilnya penawaran uang
atau jumlah uang yang beredar dalam jumlah tetap pda periode tertentu. Sehingga, hal tersebut
membuat kurva penawaran uang berbentuk kurva in-elastis sempurna yang berupa garis vertical
tegak lurus. Adapun gambar kurva penawaran uang adalah sebagai berikut :
Berdasarkan gambar kurva penawaran uang di atas terlihat bahwa jumlah uang beredar
akan memiliki jumlah yang tetap meskipun suku bunga mengalami kenaikan ataupun penurunan,
hal ini karena permintaan memalui bank sentral selalu berupaya agar uang yang beredar
memiliki jumlah tetap pada periode tertentu. Dari kurva di atas juga terlihat bahwa perubahan
penawaran uang terlihat dari adanya pergerakan baik pergerakan dari Ms0 ke Ms1 atau
pergerakan dari Ms0 ke Ms2. Yang perlu diperhatikan adalah apabila terjadi pergerakan kurva
kearah kiri maka menunjukan adanya pengurangan penawaran uang seperti yang terlihat dari
pergerakan Ms0 ke Ms2 dan begitupula sebaliknya. Pergerakan kurva penawaran uang kea rah
kanan menunjukan adanya peningkatan penawaran uang seperti ditunjukan pada kurva yaitu
pergerajkan dari Ms0 ke Ms2.
Pergeseran kurva penawaran uang
Faktor-faktor yang mempengruhi pergeseran kurva penawaran uang, adalah:
1. Tingkat Bunga
Merupakan faktor utama yang mempengaruhi jumlah uang yang beredar dalam perekonomian.
Jika tingkat bunga terlalu tinggi, dunia usaha akan lesu.

2. Tingkat Inflasi
Inflasi yang tinggi dapat melumpuhkan perekonomian. Daya beli masyarakat menjadi rendah dan
perusahaan tidak dapat menjual barang dan jasa yang ditawarkannya.

3. Tingkat Produksi dan Pendapatan Nasional


Bila tingkat produksi dan pendapatan nasional rendah, pemerintah mungkin akan memperbanyak
jumlah uang yang beredar. Dengan tujuan untuk menggairahkan dunia perbankan dan dunia
usaha (melalui peningkatan suku bunga dan peningkatan harga).

4. Kondisi Kesehatan Dunia Perbankan


Setiap bank diharuskan memiliki cadangan uang yang cukup untuk menjaga dana nasabah agar
tetap aman. Bank Indonesia menetapkan tingkat cadangan tertentu, yang sekaligus menjadi
pengukur kesehatan bank.

5. Nilai Tukar Rupiah, Jika nilai tukar rupiah menurun, pemerintah akan menurunkan jumlah
rupiah yang beredar, sehingga sesuai hukum keseimbangan permintaan dan penawaran. Tingkat
bunga akan naik dan nilai rupiah pun terangkat.
Pengertian kebijakan moneter
Kebijakan moneter adalah salah satu factor yang dapat mempengaruhi kegiatan ekonomi dan
merupakan factor yang dapat dikontrol oleh pemerintah sehingga sehingga dengan demikian
dapat dipakai untuk mencapai sasaran kegiatan ekonomi. Kebijakan moneter juga kebijakan
ekonomi yang digunakan Bank Indonesia sebagai otoritas moneter yang berkaitan dengan
pengendalian jumlah uang beredar, pengaturan tingkat suku bunga, dan kredit.

a. Kebijakan moneter ekspansif (Monetary expansive policy)


Adalah suatu kebijakan dalam rangka menambah jumlah uang yang beredar. Kebijakan
ini dilakukan untuk mengatasi pengangguran dan meningkatkan daya beli masyarakat
(permintaan masyarakat) pada saat perekonomian mengalami resesi atau depresi. Kebijakan ini
disebut juga kebijakan moneter longgar (easy money policy)
Kebijakan yang bersifat ekspansif berarti menambah jumlah uang beredar (penawaran
uang) di masyarakat. Masyarakat dan perusahaan memiliki lebih banyak uang di kas atau di
rekening bank. Banyaknya jumlah uang beredar akan memengaruhi tingkat suku bunga untuk
cenderung turun.
Konsekuensinya, masyarakat (konsumen dan para investor) dapat meningkatkan
kemampuan atau daya beli mereka terhadap sejumlah barang dan jasa yang diinginkan. Selain
itu, dalam kondisi tingkat bunga rendah permintaan untuk berinvestasi pun meningkat. Investasi
antara lain dilakukan dalam bentuk pembelian tanah, gedung untuk disewakan atau dengan
menyimpan kekayaannya dalam bentuk surat berharga seperti obligasi dan saham perusahaan.

Meningkatnya pengeluaran konsumen dan investor, akan berpengaruh terhadap produksi,


kesempatan kerja di masyarakat. Proses tersebut akan berakibat pada besarnya permintaan
agregat dan pada gilirannya akan berpengaruh terhadap pendapatan nasional.
b. Kebijakan Moneter Kontraktif (Monetary contractive policy)
Adalah suatu kebijakan dalam rangka mengurangi jumlah uang yang beredar. Kebijakan
ini dilakukan pada saat perekonomian mengalami inflasi. Disebut juga dengan kebijakan uang
ketat (tight money policy)
Kebijakan yang bersifat kontraktif akan mengurangi jumlah uang beredar ( penawaran
uang) di masyarakat. Masyarakat dan perusahaan memiliki lebih sedikit uang di kas atau di
rekening bank. Berkurangnya jumlah uang beredar akan memengaruhi tingkat suku bunga
cenderung naik.

Konsekuensinya, masyarakat (konsumen dan para investor) tidak dapat meningkatkan


kemampuan atau daya beli terhadap sejumlah barang dan jasa yang diinginkan. Selain itu, dalam
kondisi tingkat bunga tinggi permintaan untuk berinvestasi pun berkurang.

Instrumen Kebijakan Moneter


Dalam upaya mengatur jumlah uang beredar, bank sentral umumnya menggunakan
beberapa instrument kebijakan moneter yang dapat digolongkan kedalam dua jenis instrument
yaitu:
1.Instrumen kebijakan moneter langsung (direct monetary policy instruments)
2.Instrumen kebijakan moneter tidak langsung (indirect monetary policy instruments)

Instrument kebijakan moneter langsung yang biasa digunakan oleh bank sentral atau otoritas
moneter terutama di negara-negara berkembang antara lain sebagai berikut:
a. Credit Ceiling / Pagu Kredit
Credit Ceiling : penentuan jumlah batas maksimal kredit yang diperbolehkan untuk
disalurkan oleh masing-masing bank yang ditetapkan oleh bank sentral.
Penentuan jumlah pagu kredit yang dapat disalurkan setiap bank antara lain dapat ditetapkan
berdasarkan jumlah modal yang dimiliki oleh bank atau dikaitkan dengan jumlah dana pihak
ketiga yang dikelola.
Kebijakan pagu kredit ini diadopsi oleh Bank Indonesia sebagai instrument pengendalian
langsung sampai era deregulasi atau kebijakan moneter dan perbankan 1 Juni 1983. Instrumen ini
dapat dikatakan cukup efektif menekan laju kenaikan harga (inflasi) pasa saat itu, namun dari sisi
lain instrument tersebut sangat tidak efektif dan bahkan menjadi disinsentif bagi perbankan
dalam upaya mobilisasi dana masyarakat. Disamping itu, instrument ini dapat menyebabkan
terjadinya distorsi sumber-sumber daya karena adanya kecenderungan bank-bank mengalami
ekses likuiditas akibat fungsi intermediasi tidak dapat dilakukan secara optimal.

b. Penetapan Tingkat Bunga


Bank sentral dalam melaksanakan pengendalian moneter langsung dengan menetapkan
tingkat bunga (interest rate ceiling), dilakukan dengan menentukan besarnya tingkat bunga yang
diberikan atau dikenakan olen bank kepada nasabahnya, baik nasabah deposan atau penabung
maupun nasabah debiturnya.
Penetapan tingkat bunga simpanan dengan tingkat buunga pinjaman (kredit) seringkali
sangat kecil sehingga spread (selisih antara biaya dana atau cost of funds dengan bunga kredit)
bank kemungkinan bisa menjadi negative.
Penggunaan instrument kebijakan moneter dewasa ini tidak begitu efektif mengingat
produk-produk bank semakin bervariasi. Disamping semakin pesatnya perkembangan instrument
financial dan terintegrasinya pasar keuangan dunia sebagai konsekuensi dari perekonomian
global.

c. Penurunan Nilai Uang


Salah satu kebijakan pengendalian moneter yang berdampak langsung terhadap
pengurangan jumlah uang beredar adalah dengan menurunkan nilai uang yang ada ditangan
masyarakat atau di perbankan.
Nilai penurunan uang biasanya dilakukan dengan persentase tertentu, misalnya 25% atau
50% dari nilai nominal uang, tergantung kebijakan pemerintah atau bank sentral.
Pengurangan nilai mata uang ini pernah dilakukan saat tahun 1965, pemerintah melakukan
penurunan nilai Rupiah dari Rp 1000,- menjadi hanya Rp 1,-. Penurunan nilai uang tersebut bisa
saja mendapatkan penggantian dari pemerintah, namun bisa saja tidak. Kalau pemerintah
memberikan penggantian biasanya jumlah penurunan nilai uang ditukar dengan Surat Utang
Negara.

d. Kredit Langsung (direct loan)


Kredit langsung ini dimaksudkan untuk membantu pembiayaan sektor-sektor usaha
tertentu yang merupakan sector yang diprioritaskan untuk dikembangkan dan telah deprogram
oleh pemerintah.
Kredit ini disalurkan langsung oleh pemerintah melalui lembaga keuangan (perbankan)
sebagai agennya. Oleh karena itu, kredit ini sering juga disebut sebagai kredit program.
Pemerintah telah banyak menyalurkan kredit langsung ini pada tahun 1980-an untuk memacu
perkembangan sector usaha kecil menengah, yaitu kredit modal kerja permanen dan kredit
investasi kecil. Pada akhir decade 1990-an, pemerintah menyalurkan kredit langsung dalam
bentuk dana bergulir yang diberikan kepada sektor UKM.

Instrument pengendalian moneter yang secara tidak langsung mempengaruhi sasaran


operasional kearah yang ditargetkan oleh bank sentral sebagai otoritas moneter. Instrument tidak
langsung yang digunakan bank sentral dalam rangka mengendalikan variable moneter antara lain
sebagai berikut:
a. Operasi Pasar Terbuka (Open Market Operation)
Operasi pasar terbuka adalah cara mengendalikan uang yang beredar dengan menjual
atau membeli surat berharga pemerintah (government securities). Jika ingin menambah jumlah
uang beredar, pemerintah akan membeli surat berharga pemerintah. Namun, bila ingin jumlah
uang yang beredar berkurang, maka pemerintah akan menjual surat berharga pemerintah kepada
masyarakat. Surat berharga pemerintah antara lain diantaranya adalah SBI atau singkatan dari
Sertifikat Bank Indonesia dan SBPU atau singkatan atas Surat Berharga Pasar Uang.

b. Fasilitas Diskonto (Discount Rate)


Fasilitas diskonto adalah pengaturan jumlah uang yang beredar dengan memainkan
tingkat bunga bank sentral pada bank umum. Bank umum kadang-kadang mengalami
kekurangan uang sehingga harus meminjam ke bank sentral. Untuk membuat jumlah uang
bertambah, pemerintah menurunkan tingkat bunga bank sentral, serta sebaliknya menaikkan
tingkat bunga demi membuat uang yang beredar berkurang.
c. Rasio Cadangan Wajib (Reserve Requirement Ratio)
Rasio cadangan wajib adalah mengatur jumlah uang yang beredar dengan memainkan
jumlah dana cadangan perbankan yang harus disimpan pada pemerintah. Untuk menambah
jumlah uang, pemerintah menurunkan rasio cadangan wajib. Untuk menurunkan jumlah uang
beredar, pemerintah menaikkan rasio.
d. Imbauan Moral (Moral Persuasion)
Himbauan moral adalah kebijakan moneter untuk mengatur jumlah uang beredar dengan
jalan memberi imbauan kepada pelaku ekonomi. Contohnya seperti menghimbau perbankan
pemberi kredit untuk berhati-hati dalam mengeluarkan kredit untuk mengurangi jumlah uang
beredar dan menghimbau agar bank meminjam uang lebih ke bank sentral untuk memperbanyak
jumlah uang beredar pada perekonomian.
Mekanisme Kebijakan Moneter
Sampai saat ini ada beberapa perbedaan pendapat mengenai bagaimana jumlah uang
beredar dapat mempengaruhi perekonomian serta bagaimana mekanisme transmisi (jalur
pengaruh) perubahan jumlah uang beredar. Sehingga ada beberapa jalur yang bisadipakai untuk
menerangkan bagaimana jumlah uang beredar mempengaruhi kegiatan ekonomi,
a. Jalur Biaya Modal
Menurut Keynes, tingkat bunga merupakan penghubung utama antara sector moneter dan sector
rill. Misalnya, perubahan jumlah uang yang beredar akan mempengaruhitingkat bunga.
Selanjutnya melalui perubahan tingkat bunga pemerintah akan dapat mempengaruhi tingkat
bunga. Selanjutnya melalui perubahan tingkat bunga pemerintah akan dapat mempengaruhi
investasi atau mungkin juga konsumsi, yang selanjutnya akan mempengaruhi pula permintaan
agregat atau pengeluaran total. Perubahan dalam pengeluaran total pada akhirnya akan
mempengaruhi keseimbangan pendapatan nasional (GDP) rill. Dengan demikian, tingkat bunga
uang merupakan biaya modal yang dapat dipandang sebagai indicator pengaruh kebijakan
moneter/ sector moneter terhadap keseimbangan pendapatan nasional (sector rill). Secara
skematis jalur tersebut dapat digambarkan sebagai berikut :

b. Jalur Kekayaan
Pengaruhperubahan jumlah uang yang beredar terhadap pendapatan nasional dapat juga di
tenrangkan melalui jalur kekayaan. Pengertian kekayaan disini meluputi :
- Barang fisik ( tabah, rumah, dan sebagainya )
- Surat berharga
- Uang tunai
Hubungan kekayaan dengan pengeluaran total ( seperti yang di terangkan oleh pigou ) adalah
sebagai berikut :
Perubahan nilai uang rill (real cash balance) disebabkan oleh karena turunnya harga (
dengan jumlah uang yang tetap ) ataupun naiknya jumlah uang ( dengan harga tetap ) akan
mempengaruhi tingkat konsumsi yang merupakan bagian dari pengeluaran total. Perubahan
pengeluaran uang total ini pada gilirannya akan mempengaruhi keseimbangan pendapatan.
Dengan demikian kebijaksanaan moneter disini akan akan mempengaruhi konsumsi melalui apa
yang disebut real sach balance atau pigou effect. Secara skematis perubahan jumlah uang beredar
melalui jalur kekayaan ini adalah sebagai berikut :

c. Jalur Harga Relatif ( Teori Portofolio )


Teori Portofolio merupakan dasar yang rasional mengapa seseorang memegang sesuatu
(beberapa) kekayaan tertentu termasuk dalam bentuk uang. Beberapa anggapan teori ini antara
lain sebagai berikut :
- Setiap orang akan selalu berusaha untuk menyamakan pendapatan marginal ( marginal return )
dari masing masing bentuk kekayaan dalam portofolio
- Bertambahnya salah satu bentuk kekayaan akan menurunkan harga bentuk kekayaan tersebut
relative terhadap bentuk kekayaan yang lain.
- Individu tersebut akan menukarkan bentuk kekayaan yang harganya turun tersebut dengan
bentuk kekayaan lain yang harganya lebih tinggi.
- Proses penukaran tersebut (juga proses perubahan susunan bentuk kekayaan akan berjalan terus
( akan dilakukan ) sampai pendapatan marginal dari masing-masing bentuk kekayaan sama
besar.
Perubahan harga relative yang terjadi sebenarnya merupakan konsekuensi dari proses
penyesuaian susunan portofolio seseorang. Misalnya, penambahan jumlah uang sebagai akibat
dari kebijaksanaan moneter membeli surat berharga oleh bank sentral, akan memnyebabkan
individu kelebihan uang dengan bentuk kekayaan yang lain. Harga kekayaan lain akan naik (atau
returnnya turun) produksi juga investasi pada bentuk kekayaan lain akan naik. Dengan naiknya
investasi maka akan menaikkan pendapatan pula. Sehingga jelaslah dari contoh tersebut bahwa
kenaikan jumlah uang beredar akan menaikkan pendapatan.
d. Jalur Langsung (Teori Moneterist)
Teori menjelaskan bahwa kebijaksanaa moneter bisa mempengaruhi GNP (Pendapatan) secara
langsung. Menurut teori ini, karena sebenarnya mekanisme transmisi itu begitu kompleks, maka
sulit untuk digambarkan, sehingga tidak bisa dinyatakan secara spesifik dan tidak bisa
digambarkan secara terperinci. Secara skematis mekanisme jalurnya sebagai berikut :

Pengaruh jumlah uang terhadap pengeluaran total adalah melalui harga

BAB III
PENUTUP
a. Kesimpulan
Penawaran uang adalah jumlah uang yang beredar dalam perekonomian suatu Negara
pada rentan periode tertentu atau lebih sederhananya adalah jumlah uang yang beredar. Penaran
uang lebih populer dinyatakan dengan istilah jumlah uang yang beredar. Beredarnya jumlah uang
tidak dapat dilakukan dengan semena mena. Melainkan harus melihat faktor-faktor apa saja yang
akan menyebabkan pemerintah dan bank sentral untuk mengambil sebuah kebijakan.
Kebijakan yang dimaksud disini adalah kebijakan yang berada di dalam kebijakan
moneter. Kebijakan moneter adalah salah satu factor yang dapat mempengaruhi kegiatan
ekonomi dan merupakan factor yang dapat dikontrol oleh pemerintah sehingga sehingga dengan
demikian dapat dipakai untuk mencapai sasaran kegiatan ekonomi. Kebijakan moneter juga
kebijakan ekonomi yang digunakan Bank Indonesia sebagai otoritas moneter yang berkaitan
dengan pengendalian jumlah uang beredar, pengaturan tingkat suku bunga, dan kredit
Kebijakan moneter dapat ditempuh adalah kebijakan moneter ekspansif atau yang lebih
dikenal sebagai kebijakan uang longgar (easy money policy). Sebaliknya, jika pemerintah ingin
mengurangi jumlah uang beredar di masyarakat, kebijakan moneter yang ditempuh adalah
kebijakan moneter kontraktif atau yang lebih dikenal dengan nama kebijakan uang ketat (tight
money policy)

Anda mungkin juga menyukai