Yuli Wardani (1802038)
Yuli Wardani (1802038)
OLEH:
PEKANBARU
2019
SEDIAAN TABLET
1. Preformulasi
1.1 Zat aktif
a. Paracetamol (FI III hal 37)
Pemerian : hablur atau serbuk hablur putih, tidak berbau; rasa pahit.
Kelarutan : larut dalam 70 bagian air, dalam 7 bagian etanol (96%) P,
dalam 13 bagian aseton P, dalam 40 bagian gliserol P dan dalam 9 bagian
propilenglikol P; larut dalam larutan alkali hidroksida.
Titik lebur : antara 169⁰ sampai 172⁰
pKa / pKb : pKa 0.6 pada 25⁰C
pH larutan : 5.2 sampai 6.5
stabilitas : Peningkatan suhu dapat mempercepat degradasi obat
khasiat : Analgetikum , Antipiretikum
Pemerian : Tidak berbau dan berasa, serbuk berwarna putih berupa granul
kecil berbentuk oval dengan ukuran dan bentuk yang berbeda
Kelarutan : Praktis tidak larut dalam etanol dingin (96%) dan air dingin
Titik Lebur : 5.5⁰ - 6.5⁰
Suhu Lebur : 73⁰C untuk pati jagung
Stabilitas : Pati kering dan tanpa pemanasan, stabil jika dilindungi dari
kelembaban yang tinggi
Kegunaan : Glidan, pengisi tabel dan kapsul, penghancur tablet dan
kapsul, pengikat tablet.
b. Amylum Manihot
Pemerian : Serbuk halus; putih; tidak berbau
Kelarutan : Praktis tidak larut dalam air dingin dan etanol
Kegunaan :Bahan pengikat tablet
c. Laktosa
Pemerian : serbuk hablur; putih; tidak berbau; rasa agak manis
Kelarutan : Larut dalam 6 bagian air, larut dalam 1 bagian air mendidih,
sukar larut dalam etanol (95%) P; praktis tidak larut dalam kloroform P
dan dalam eter P.
pKa / pKb : pH larutan 10% b/v 4.0-6.5
Stabilitas : Dalam wadah tertutup baik
Kegunaan : Zat tambahan
d. Magnesium Stearat
Pemerian : Hablur; sangat halus; putih; berbau khas dan berasa
Kelarutan : Praktis tidak larut dalam etanol, eter, dan air. Sedikit larut
dalam benzene hangat dan etanol (95%) P hangat
Titik Leleh : 88.5⁰C
Stabilitas : Stabil
Polimorfisme : Trihidrat, bentuk asikular dan dihidrat, bentuk lamellar
Kegunaan : Lubrikan untuk tablet dan kapsul
e. Talcum
Pemerian : Serbuk sangat halus; putih sampai putih abu-abu; tidak berbau
langsung melekat kulit, lembut disentuh
Kelarutan : Praktis tidak larut dalam larutan asam dan alkali, larutan
organic dan air
pH : 6.5-10 untuk larutan disperse 20% b/v
Stabilitas : Stabil dapat disterilisasi dengan pemanasan pada 160⁰C selama
tidak lebih dari 1 jam
Kegunaan : Anti caking agent, glikan, pengisi tablet, lubrikan tablet.
3.4 Perhitungan
1. Rencana Bobot Tablet : 500 mg
2. Dibuat Sebanyak : 400 Tablet
3. Bobot Seluruh Tablet : 500 x 400 = 200.000 mg = 200 gram
3.5 Penimbangan
Fase Dalam
a. Paracetamol = 140 gram
b. Amprotab = 20 gram
c. Amilum manihot = 6,13 gram
d. Laktosa = 17.87 gram
Fase Luar
a. Mg stearat = 1.745gram
b. Talk = 3.564gram
c. Amprotab =8.712gram
2 Analisis Formulasi
Formulasi A (pengikat amilum solani)
Fase Dalam 92%
1. Paracetamol 350 mg
2. Amprotab 10%
3. Amilum Manihot 10%
4. Laktosa q.s
Fase Luar 8%
1. Mg Stearat 1%
2. Talk 2%
3. Amprotab 5%
3 Prosedur
1. Kecepatan Aliran
a. Metode Corong
- Corong digetarkan sampai seluruh granul mengalir keluar dari lubang corong
- Baca waktu yang diperlukan untuk mengalirkan seluruh granul keluar dari corong
- Kecepatan aliran dehitung dengan membagi bobot granul (30 g) dengan waktu yang
diperlukan untuk melewati corong (g/detik). Aliran granul baik jika waktu yang diperlukan
untuk mengalirkan 30 g granul ≤ 3 detik.
- Granul dibiarkan mengalir bebas dari lubang corong dan ditampung pada suatu bidang
datar hingga timbunan granul tersebut membentuk kerucut.
- Dari timbunan ini diukur sudut istirahat (sudut antara lereng granul dengan bidang
datar)
c. Kelembaban
- Panaskan granul pada suhu 60-700C sampai sekala pada alat tidak berubah
- Baca kadar air yang tertera pada skala (%)Kadar air yang baik 1-2%
a) BJ nyata
- Timbang 30 g granul
- Catat volumenya
b) BJ mampat
- Timbang 30 g granul
- Gelas ukur diketuk sebanyah 10 dan 200 kali (catat volumenya V10 dan V200 )
c) BJ sejati
- Massa granul dibagi volme granul yang tidak termasuk pori granul
d) Kadar Pemampatan
- Timbang 30 g granul
e) Perbandingan Haussner
- Timbang 30 g granul
- Timbang 30 g granul
- Catat volumenya
- Gelas ukur diketuk sebanyah 200 kali (catat volumenya)
- Timbang 30 g granul
- Getarkan pengayak
1. Visual/Organoleptik
- Lalu diamati secara visual meliputi warna, bau, tekstur permukaan dan penampilan
fisik.
a) Keseragaman ukuran
- Catat hasilnya (menurut FI III diameter tablet tidak lebih dari 3 kali dan tidak kurang 1
1/3 tebal tablet)
b) Kekerasan
- Kekerasan diukur berdasarkan luas prmukaan tablet dengan menggunakan beban yang
dinyatakan dalam kg/cm2 (Hardness tester)
- Ditentukan kekerasan rata-rata dan standar deviasinya (syarat : Tablet besar 7-10
kg/cm2, tablet kecil 4 kg/cm2)
c) Fariabilitas
d) Keseragaman Bobot
- Kemudian dihitung bobot rata-rata tiap tablet dan penyimpangan tablet terhadap bobot
rata-rata. Tidak boleh ada 2 tablet yang masing-masing menyimpang dari bobot rata-rata
lebih besar dari harga yang ditetapkan pada kolom A, dan Tidak boleh ada satupun tablet
yang masing-masing menyimpang dari bobot rata-rata lebih besar dari harga pada kolom B
- Volume diatur pada kedudukan tertinggi, lempeng kasa tepat pada permukaan larutan
dan pada kedudukan terendah mlut tabung tetap diatas permukaan. Suhu pelarut 370 C (suhu
tubuh).
- Kemudian alat dinyalakan dan atur naik turun keranjang 30 kali tiap menit. Tablet
hancur jika tidak ada bagian tablet yang tertinggal diatas kasa, kecuali fragmen-fragmen
bahan pembantu.
- Waktu hancur dicatat sejak pertama kali alat dinyalakan hingga tidak ada bagian tablet
yang tertinggal diatas kasa.
Syarat waktu hancur tablet tidak bersalut adalah kurang dari 15 menit.
f) Keseragaman kandungan
- Timbang sebanyak 50 mg
- Kocok homogen
- Pipet 500 mikron
- Pipet kemudian masukan ke dalam kuvet, uji dengan spektrofotometer pada λ= 243,5
nm
- Catat absorbansinya
SEDIAAN SETENGAH PADAT (KRIM)
1. Pengertian Krim
Menurut formularium nasional krim adalah sediaan setengah padat berupa emulsi kental
mengandung air tidak kurang dari 60%, dimaksudkan untuk pemakaian luar. Krim adalah
sediaan padat yang mengandung satu atau lebih bahan obat terlarut dalam bahan dasar yang
sesuai. Istilah ini secara tradisional telah digunakan untuk sediaan setengah padat yang
mempunyai konsistensi relatif cair yang diformulasikan sebagai emulsi air dalam minyak
atau minyak dalam air. Sekarang ini batasan tersebut lebih diarahkan untuk produk yang
terdiri dari emulsi minyak dalam air, yang dapat dicuci dengan air atau lebih ditunjukkan
untuk penggunaan kosmetika (Depkes RI, 1995).
2. Penggolongan Krim
Krim terdiri dari emulsi minyak di dalam air atau disperse mikrokristal asam-asam lemak
atau alcohol berantai panjang dalam air yang dapat dicuci dengan air dan lebih ditujukan
untuk pemakaian kosmetika dan estetika. Ada 2 tipe krim, yaitu :
a) Tipe M/A atau O/W
Vanishing cream adalah kosmetika yang digunakan untuk maksud membersihkan,
melembabkan, dan sebagai alas bedak. Vanishing cream Krim m/a (vanishing cream) yang
digunakan melalui kulit akan hilang tanpa bekas. Pembuatan krim m/a sering menggunakan
zat pengemulsi campuran dari surfaktan (jenis lemak yang ampifil) yang umumnya
merupakan rantai panjang alcohol walaupun untuk beberapa sediaan kosmetik pemakaian
asam lemak lebih popular. Contoh : vanishing cream sebagai pelembab (moisturizing)
meninggalkan lapisan berminyak/film pada kulit
b) Tipe A/M atau W/O
Krim berminyak mengandung zat pengemulsi A/M yang spesifik seperti adeps lane, wool
alcohol atau ester asam lemak dengan atau garam dari asam lemak dengan logam bervalensi
2, missal Ca. Krim A/M dan M/A membutuhkan emulgator yang berbeda-beda. Jika
emulgator tidak tepat, dapat terjadi pembalikan fasa. Contoh : Cold cream, Cold
cream adalah sediaan kosmetika yang digunakan untuk maksud memberikan rasa dingin dan
nyaman pada kulit, sebagai krim pembersih berwarna putih dan bebas dari butiran. Cold
cream mengandung mineral oil dalam jumlah besar.
3. Bahan-bahan Penyusun Krim
a) Bahan – bahan penyusun krim, antara lain :
1. Zat berkhasiat
2. Minyak
3. Air
4. Pengemulsi: Bahan pengemulsi yang digunakan dalam sediaan krim disesuaikan
dengan jenis dan sifat krim yang akan dibuat/dikehendaki. Sebagai bahan pengemulsi
dapat digunakan emulgide, lemak bulu domba, setaseum, setil alcohol, stearil alcohol,
trietanolalamin stearat, polisorbat, PEG.
b) Bahan – bahan tambahan dalam sediaan krim, antara lain :
1. Zat pengawet untuk meningkatkan stabilitas sediaan. Bahan pengawer sering
digunakan umumnya metal paraben 0,12 – 0,18 % propel paraben 0,02 – 0,05 %.
2. Pendapar untuk mempertahankan PH sediaan
3. Pelembab
4. Antioksidan untuk mencegah ketengikan akibat oksidasi oleh cahaya pada minyak tak
jenuh.
4. Preformulasi
a) Asam Stearat
Asam stearat, atau asam oktadekanoat, adalah asam lemak jenuh yang mudah
diperoleh dari lemak hewani serta minyak masak. Wujudnya padat pada suhu ruang,
dengan rumus kimia CH3(CH2)16COOH. Asam stearat diproses antara lemak hewan
dengan air pada suhu dan tekanan tinggi. Asam ini dapat pula diperoleh dari hidrogenasi
minyak nabati. larut dalam etanol dan propilen glikol, tidak larut dalam air, memiliki
Konsentrasi 1–20%, sebagai pelarut.
Dalam bidang industri asam stearat dipakai sebagai bahan pembuatan lilin, sabun,
plastik, kosmetika, dan untuk melunakkan karet. Titik lebur asam stearat 69.6 °C dan titik
didihnya 361 °C. Reduksi asam stearat menghasilkan stearil alkohol. Asam stearat
merupakan bahan kimia yang dapat digunakan sebagai bahan baku surfaktan, metil ester,
maupun sabun dan deterjen melalui reaksi saponifikasi. Produk ini dihasilkan dari reaksi
hidrolisis minyak atau lemak dengan air.
b) Adeps Lanae
Adeps lanae adalah Cholestolesters yang dibersihkan dari bulu domba mentah. Adeps
Lanae berwarna kuning muda, setengah bening, dengan bentuk yang menyerupai salep,
mempunyai bau yang agak dikenal, Tidak larut dalam air, dapat bercampur dengan air
lebih kurang 2xberatnya, agak sukar larut dalam etanol dingin, lebih larut dalam etanol
panas, sebagai pengemulsi
c) Triethanolamine
Triethanolamin merupakan emulgator yang berfungsi menurunkan tegangan
permukaan kedua cairan tersebut sehingga bersifat sebagai surfaktan. (Muryati dan
Kurniawan, 2006) Fungsi lain dari Triethanolamin tersebut adalah menstabilkan tingkat
pH, Kelarutan dalam etanol 95% larut, methanol larut, air larut.
d) Parafin liquid
Campuran dari hidrokarbon – hidrokarbon cair, dari minyak tanah gubal yang
diperoleh dengan penyulingan. Zat cair yang mengandung minyak, tak berbau dan tidak
berwarna, hernih, tidak berflouresensi. Berat jenis tidak lebih rendah dari 0,87 – 0,88
(selisih 0,0006 untuk 1°). Titik didih tidak dibawah 300° (selisih 0,7° untuk tekanan 10
mm). kekentalan 10 -12°. Parafin liquid apabila didinginkan sampai 5° harus tetap jernih,
bila parafin liquid dipanasi dengan spiritus yang banyaknya sama sehingga mendidih dan
dikocok, maka zat cair yang mengandung spiritus itu setelah didinginkan dan diencerkan
dengan air yang volumennya sama, maka reaksinya adalah netral. Parafin liquid
dipanaskan pada suhu 60° dengan campuran yang volumenya sama dari 1 bagian air dan 1
bagian asam sulfat dalam penangas air selama 10 menit dengan dikocok berulang-ulang,
maka kedua lapisannya masing – masing tidak boleh mendapat warna. Parafin liquid tidak
dapat larut dalam air.
e) Aquadest
Aquadest ini merupakan H2O murni, Karena sifatnya yang murni ini, aquadest
(suling) sering digunakan dalam laboratorium untuk menghindari kontaminasi zat
maupun galat-galat yang akan ditimbulkan dalam penelitian.
f) Nipagin
Memiliki berat molekul 152,15, berfungsi sebagai antimikroba untuk sediaan
topikal 0,02%-0,3%, berbentuk kristal putih, tidak berbau, panas, Kelarutannya dalam
etanol 1:2, gliserin 1:60, air 1:400.
5. Formulasi
Tabel 1. Formula Basis Krim
Formula
NO Nama Bahan Satuan I II
6. Teknik Pembuatan
a) Menimbang semua bahan yang diperlukan. Bahan yang terdapat dalam formula
dipisahkan menjadi dua kelompok yaitu fase minyak dan fase air.
b) Fase minyak yaitu asam stearat, paraffin liquid, adeps lanae dipindahkan dalam cawan
porselin, dipanaskan diatas hot plate dengan suhu 700C sampai lebur.
c) Fase air yaitu Trietanolamin dan akuades, dipanaskan di atas hot plate pada suhu
7000C sampai lebur.
d) Fase air dimasukkan secara perlahan lahan ke dalam fase minyak kemudian
tambahkan nipasol dan nipagin dengan pengadukan yang konstan sampai diperoleh
massa krim yang homogen.
e) Krim dibuat dengan cara dituangkan ekstrak lidah buaya 10% dan 15% ke dalam
cawan porselin yang berisi 100 g krim, digerus pelan-pelan sampai homogen.
EMULSI
Pengertian
Emulsi adalah suatu dispersi dimana fase terdispersinya terdiri dari bulatan-bulatan
kecil zat cair yang terdistribusi ke seluruh pembawa yang tidak bercampur.
Tipe-tipe emulsi
Tipe emulsi o/w atau m/a : emulsi yang terdiri atas butiran minyak yang
tersebar atau terdispersi ke dalam air. Minyak sebagai fase internal, air sebagai
fase eksternal.
Tipe emulsi w/o atau m/a : emulsi yang terdiri atas butiran air yang tersebar
atau terdispersi ke dalam minyak. Air sebagai fase internal, minyak sebagai
fase eksternal.
Penggunaan Emulsi
Berdasarkan penggunaannya, emulsi dibagi dalam 2 golongan, yaitu:
Emulsi untuk pemakaian dalam
Emulsi untuk pemakaian dalam meliputi per oral dan injeksi intravena.
Emulsi untuk pemakaian luar
Emulsi untuk pemakaian luar digunakan pada kulit atau membran mukosa,
seperti linimen, losion, dan krim.
Metode Pembuatan Emulsi:
Metode Gom Kering (metode kontinental /metode 4:2:1)
Metode ini khusus untuk emulsi dengan zat pengemulsi gom kering.
Basis emulsi (corpus emuls) dibuat dengan 4 bagian minyak, 2 bagian air dan
1 bagian gom, lalu sisa air dan bahan lain ditambahkan kemudian. Caranya,
minyak dan gom dicampur, dua bagian air kemudian ditambahkan sekaligus
dan campuran tersebut digerus dengan segera dan dengan cepat serta terus-
menerus hingga terdengar bunyi “lengket”, bahan lainnya ditambahkan
kemudian dengan pengadukan.
Metode Gom Basah (metode inggris)
Metode ini digunakan untuk membuat emulsi dengan musilago atau gom yang
dilarutkan sebagai zat pengemulsi. Dalam metode ini digunakan proporsi
minyak, air dan gom yang sama seperti pada metode gom kering. Caranya,
dibuat musilago kental dengan sedikit air, minyak ditambahkan sedikit demi
sedikit dengan diaduk cepat. Bila emulsi terlalu kental, air ditambahkan lagi
sedikit agar mudah diaduk dan bila semua minyak sudah masuk, ditambahkan
air sampai volume yang dikehendaki.
Metode Botol
Metode ini digunakan untuk membuat emulsi dari minyak-minyak menguap
yang juga mempunyai viskositas rendah. Caranya, serbuk gom arab
dimasukkan ke dalam suatu botol kering, ditambahkan dua bagian air
kemudian campuran tersebut dikocok dengan kuat dalam wadah tertutup.
Minyak ditambahkan sedikit demi sedikit sambil terus mengocok campuran
tersebut setiap kali ditambahkan air. Jika semua air telah ditambahkan, basis
emulsi yang terbentuk bisa diencerkan sampai mencapai volume yang
dikehendaki.
Preformulasi
Zat Aktif
Minyak Ikan
Pemerian : cairan kuning pucat, bau khas, agak manis, tidak tengik, rasa khas
Kelarutan : sukar larut dalam etanol (95%) P; mudah larut dalam kloroform P; dalam eter
P dan dalam eter p
Stabilitas : dalam wadah tertutup baik, terisi penuh, terlindung dari cahaya
Zat Tambahan
a) CMC-Na
Pemerian :serbuk atau granul putih sampai krem, sifat higroskopis
Kelarutan :mudah terdispersi dalam air membentuk larutan folekda tidak larut dalam
etanol, eter dan pelarut organik lain.
pH larutan : 6-10
Stabilitas : larutan stabil pada pH 2-10
OTT : inkompitibel dengan larutan asam kuat dan dengan larutan asam besi dan
beberapa logam seperti alumunium.
b) Gliserin
Pemerian :cairan seperti sirop; jerih, tidak berwarna; tidak berbau; manis diikuti rasa
hangat, higroskopis, jika disimpan beberapa lama pada suhu rendah dapat
memadat membentuk masa hablur tidak berwarna yang tidak melebur hingga
suhu mencapai lebih kurang 20º
Kelarutan :dapat campur dengan air, dan dengan etanol (95%) p; praktis tidak larut
dalam kloroform p, dalam eter p, dan dalam minyak lemak
Titik lebur : 18,2ºC
pKa/pKb : larutan 10% b/v bereaksi netral terhadap larutan lakmus p
pH larutan : netral (7)
Stabilitas : stabil dalam penyimpanan dalam wadah tertutup baik
c) Natrium Benzoat
Pemerian: Granul atau serbuk hablur, putih, tidak berbau, stabil di udara.
Kelarutan : Mudah larut dalam air, agak sukar larut dalam etanol, lebih mudah larut
dalam etanol 90%.
Stabilitas :Sebaiknya disimpan dalam wadah tertutup rapat, sejuk dan kering.
Konsentrasi : 0,02-0,5 %
Fungsi : Pengawet/antimikroba.
Wadah : Wadah tertutup rapat, di tempat kering & sejuk.
d) Sirupus simplex
Pemeriaan : cairan jernih, tidak berwarna, manis, tidak berbau
Kelarutan : larut dalam air, mudah larut dalam air mendidih,
sukar larut dalam eter
Titik lebur : 1800
Stabilitas : disimpan di tempat sejuk
Kegunaan : sebagai pemanis
e) Sunset Yellow
Pemerian : serbuk kuning kemerahan
Kelarutan :mudah larut dalam air
OTT : Asam askorbat, gelatin dan glukosa
Stabilitas : wadah tertutup rapat
f) Aquadest
Pemerian : cairan jernih, tidak berwarna, tidak berbau, tidak mempunyai rasa
Kelarutan : dapat bercampur dengan pelarut polar
Stabilitas : dalam keadaan fisik (es, cairan, gas)
OTT :bereaksi dengan obat-obatan dan eksipien lain yang rentan terhadap
hidrolisis. Bereaksi keras dengan alkali.
Formulasi
R) Minyak Ikan
NaCMC
Gliserin
Na Benzoat
Sirupus simplex
Sunset yellow
Aquadest
Tekhnik Pembuatan
Menyiapkan alat dan bahan
Setarakan timbangan, timbang bahan yang akan digunakan
Mengkalibrasi botol 50 Ml
Panaskan aquadest untuk melarutkan nipagin dan CMC Na
Masukan air panas kedalam mortir kemudian masukan CMC- Na diamkan
sampai megembang, gerus kuat hingga terbentuk mucilago
Masukan sedikit demi sedikit minyak ikan kedalam mortir
Larutkan natrium benzoat kemudian masukan dalam mortir, gerus homogen
Masukan gliserin lalu ad homogen
Masukan sirupus simplex lalu ad homogen dan tambahkan essense yellow
ad aquadest sampai 250 ml
Masukan kedalam 2 botol yang telah dikalibrasi
Kemas sediaan dalam dus obat
SUPPOSITORIA
Menurut FI III
Aerosol adalah sediaan yang mengandung satu atau lebih zat berkhasiat dalam wadah
yang diberi tekanan, berisi propelan atau campuran propelan yang cukup untuk memancarkan
isinya hingga habis, dapat digunakan untuk obat luar atau obat dalam dengan
menggunakan propelan yang cukup.
Menurut FI IV
Aerosol farmasetik adalah sediaan yang dikemas dibawah tekanan,
mengandung zat aktif terapeutik yang dilepas pada saat sistem katup yang sesuai
ditekan. Sediaan ini digunakan untuk pemakaiaan topical pada kulit dan juga
pemakaiaan local pada hidung (aerosol nasal ), mulut ( aerosol lingual ) atau paru-
paru ( aerosol inhalasi ) ukuran partikel untuk aerosol inhalasi harus lebih kecil dari
10 mm, sering disebut juga “ inhaler dosis turukur “. Aerosol Busa adalah emulsi yang
mengandung satu atau lebih zat aktif, surfaktan, cairan mengandung air atau tidak, dan
propelan. Dalam literatur lain, aerosol adalah suatu sistem koloid lipofob (hidrofil), dimana
fase eksternalnya berupa gas atau campuran gas dan fase internalnya berupa partikel zat cair
yang terbagi sangat halus atau partikel - partikelnya tidak padat, ukuran partikel tersebut lebih
kecil dari 50 mm. jika partikel internal terdiri dari partikel zat cair, system koloid itu berupa
awan atau embun. Jika partikel internal terdiri ndari partikel zat padat, system koloid
itu berupa asap atau debu.
KOMPONEN AEROSOL
1) Wadah
Berbagai bahan yang telah digunakan dalam pembuatan wadah aerosol, termasuk (1)
gelas, dilapisi atau tidak dilapisi plastik; (2) logam, termasuk kaleng yang disepuh
dengan
baja, aluminium dan baja tidak berkarat (stainless steel); dan (3) plastik. Pemilihan
wadah
untuk produk aerosol berdasarkan pada kemampuan penyesuaiannya terhadap cara
pembuatan, ketercampurannya dengan komponen formula, kemampuannya untuk
menahan
tekanan yang diharapkan produk, kepentingannya dalam model dan daya tarik estetik
pada
bagian pembuatan pembiayaan. Ini bukan untuk kerapukan dan bahaya pecahnya, wadah
gelas lebih dipilih untuk sebagian besar aerosol. Gelas mencegah lebih banyak
persoalan yang disebabkan oleh ketidak campuran secara kimia dengan formulasi dari pada
yang terjadi dengan wadah logam dan bukan menjadi sasaran karat. Gelas juga lebih
dapat disesuaikan dengan kreativitas model. Segi negatifnya, wadah gelas harus
direncanakan tepat untuk menghasilkan tekanan maksimum yang aman dari daya tahan
tekan yang kuat. Lapisan plastik umum dipakai di permukaan luar wadah gelas untuk
membuatnya lebih tahan terhadap kepecahan yang tidak disengaja, dan bila pecah, lapisan
plastik mencegah penyebaran pecahan-pecahan gelas. Bila tekanan total sistem aerosol di
bawah 25 p.s.i.g dan tidak lebih dari 50% propelan digunakan, wadah gelas diperhitungkan
cukup aman. Bila diperlukan, lapisan dalam wadah gelas dapat dilapisi, untuk
membuatnya lebih tahan terhadap zat-zat kimia dari bahan-bahan formulasi. Pada saat
sekarang, wadah kaleng yang disepuh dengan baja yang paling banyak digunakan dari
wadah logam untuk aerosol. Karena bahan awal yang digunakan dalam bentuk lapisan-
lapisan, tabung aerosol yang lengkap dilipat dan dipatri untuk mendapatkan unit yang
tertutup. Bila dikehendai, lapisan penjaga khusus digunakan dalam wadah untuk
mencegah berkarat dan interaksi antara wadah dan formula. Wadah harus dicoba hati-
hati sebelum diisi. Untuk menjamin bahwa tidak ada kebocoran pada lipatan atau pada
lapisan penjaga, yang akan membuat wadah lemah atau menjadi sasaran karat. Wadah
aluminium terbanyak dibuat dengan penjuluran atau dengan cara lain yang
membuatnya tanpa lipatan. Wadah ini mempunyai keuntungan melebihi jenis wa
dah yang dilipat dalam hal keamanannya terhadap kebocoran, ketidakcampuran, dan
karat. Baja tidak berkarat, digunakan untuk mendapatkan wadah aerosol volume
kecil tertentu dimana dibutuhkan daya tahan yang besar terhadap zat-zat kimia.
Keterbatasan pemakaian baja tidak berkarat ini adalah biayanya yang tinggi. Wadah plastik
tidak selalu berhasil baik sebagai pengemas aerosol karena sifatnya yang tidak ditembus
oleh uap dalam wadah. Juga, interaksi tertentu obat plastik telah terjadi yang mempengaruhi
penglepasan obat dari wadah dan menurunkan efektivitas produk.
2) Propelan
Propelan berfungsi memberikan tekanan yang dibutuhkan untuk mengeluarkan bahan dari
wadah dan dalam kombinasi dengan komponen lain mengubah bahan ke bentuk fisik
yang diinginkan. Sebagai propelan digunakan gas yang dicairkan atau gas yang dimampatkan
misalnya hidrokarbon, khususnya turunan fluoroklorometana, etana, butana dan pentana (gas
yang dicairkan), CO2, N2, dan Nitrosa (gas yang dimampatkan).Sistem propelan yang
baik harus mempunyai tekanan uap yang tepat sesuai dengan komponen aerosol lainnya.
3) Konsentrat mengandung zat aktif
Konsentrat zat aktif menggunakan pelarut pembantu untuk memperbaiki kelarutan zat
aktif/zat berkhasiat atau formulasi dalam propelan, misalnya etanol, propilenglikol, PEG
4) Katup
Fungsi katup terpasang adalah untuk memungkinkan penglepasan isi wadah dari
tabung dalam bentuk yang diinginkan dengan kecepatan yang diinginkan dan dengan adanya
katup yang berukuran, dalam jumlah/dosis yang tepat. Bahan yang digunakan
dalam pembuatan katup harus disetujui oleh FDA. Di antara bahan-bahan yang
digunakan dalam
pembuatan berbagai katup ialah plastik, karet, aluminium, dan baja tidak berkarat. Katup
aerosol terpasang biasanya terdiri dari bagian-bagian sebagai berikut :
a. Aktuator; Aktuator adalah konsep yang ditekankan oleh pemakai untuk
mengaktifkan katup terpasang untuk pemancaran produk. Aktuator memungkinkan
pembukaan dan penutupan katup dengan mudah. Ini terjadi lewat lubang pada
aktuator dimana produk dilepaskan. Modal ruang dalam dan ukuran lubang
pemancar di aktuator berperan pada bentuk fisik produk yang dilepas (kabut,
semprotan halus, aliran zat padat, atau busa). Campuran jenis dan jumlah
propelan yang digunakan, model aktuator dan ukuran mengontrol besarnya partikel
produk yang dipancarkan. Lebih besar lubang (dan lebih sedikit propelan) yang
digunakan untuk memancarkan produk dalam bentuk busa atau aliran padat
dibandingkan untuk memancarkan produk dalam bentuk semprotan atau kabut.
b. Tangkai; Tangkai membantu aktuator dan pengeluaran produk dalam bentuk yang
tepat ke ruangan aktuator.
c. Pengikat; Pengikat ditempatkan dengan tepat (pas) terhadap tangkai, untuk
mencegah kebocoran formula bila katup pada posisi tertutup.
d. Pegas; Pegas memegang pengikat pada tempatnya dan juga merupakan mekanisme
yang menarik kembali aktuator ketika tekanan dilepaskan, kemudian
mengembalikan katup ke posisi semula.
e. Lengkungan bantalan; Lengkungan bantalan terikat pada tabung aerosol atau wadah,
berperan dalam pemegangan katup ditempatkannya. Karena bagian bawah
lengkung bantalan ini terkena formula, maka ia harus mendapat perhitungan atau
pertimbangan yang sama dengan bagian dalam wadah, agar kriteria ketercampuran
dipenuhi. Bila diperlukan, harus dilapisi dengan bahan yagninert (seperti resin epoksi
atau vinil) untuk mencegah interaksi yang tidak dikehendaki.
f. Badan; Badan terletak langsung di bawah lengkung bantalan berperan dalam
menghubungkan pipa tercelup dengan tangkai dan aktuator. Bersama dengan
tangkai, lubangnya membantu menentukan kecepatan penglepasan bentuk produk yang
dikeluarkan.
g. Pipa tercelup; Pipa tercelup, memanjang dari badan menurun masuk ke dalam
produk, berperan untuk membawa formula dari wadah ke katup. Kekentalan
produk dan kecepatan penglepasan yang dituju ditentukan oleh besarnya pelebaran
dimensi (ukuran) dalam pipa tercelup dan badan untuk produk tertentu.Aktuator,
tangkai, badan, dan pipa tercelup umumnya dibuat dari plastik, lengkung bantalan
dan pegas dari logam, pengikat dari karet atau plastik yang sebelumnya telah diteliti
ketahannya terhadap formula. Katup pengukur digunakan bila formula adalah obat
yang kuat, seperti pada terapi inhalasi. Di sini dipakai sistem katup pengukur,
jumlah bahan yang dilepaskan diatur oleh ruang katup pembantu berdasarkan pada
kapasitasnya atau ukurannya. Tekanan tunggal pada aktuator menyebabkan
pengosongan ruangan ini dan penglepasan ini. Keutuhan ruang dikontrol oleh
mekanisme dua katup. Bila katup aktuator pada posisi tertutup, penutup antara ruang
dan udara luar diaktifkan. Akan tetapi, pada posisi ini ruangan dimungkinkan
untuk diisi dengan isi dari wadah karena penutup antara ruang dengan wadah
terbuka. Penekanan actuator menyebabkan pembalikan secara serentak kedudukan
penutup, ruang menjadi terbuka kearah udara luar, melepaskan isinya dan pada
waktu yang sama ruang tertutup terhadap isi wadah. Pada penglepasan aktuator,
sistem dikembalikan untuk mendapatkan dosis berikutnya. USP memuat
pemeriksaan penentuan jumlah yang dilepas katup pengukur secara kuantitatif.
Produk aerosol hampir seluruhnya mempunyai tutup pengaman atau penutup yang pas
tepat di atas katup dan lengkung bantalan. Pemberian tutup ini untuk menjaga
katup dari pengotoran debu dan kotoran. Tutup umumnya dibuat dari plastik atau
logam danjuga memberi fungsi dekoratif.
PEMBUATAN AEROSOL
1. Proses pengisian dengan pendinginan
Konsentrat ( umumnya di dinginkan smpai suhu dibawah 0ºC ) dan propelan dingin
yang telah di ukur, dimasukan dalam wadah terbuka ( biasanya wadah telah
didinginkan ). Katup penyemprot kemudian di pasang pada wadah hingga membentuk tutup
kedap tekanan.
Selama interval antara penambahan propelan dan pemasangan katup terjadi
penguapan propelan yang cukup untuk mengeluarkan udara dari wadah.
2. Proses pengisian dengan tekanan ( Panas )
Hilangkan udara dalam wadah dengan cara penghampaan atau dengan menambah
sedikit propelan, isikan konsentrat ke dalam wadah, tutup kedap wadah. Isikan
propelan
melalui lubang katup dengan cara penekanan, atau propelan di biarkan mengalir
dibawah tutup katup, kemudian katup di tutup ( pengisian dilakukan di bawah tutup ).
Pengendalian proses pembuatan biasanya meliputi pemantauan formulasi yang sesuai dan
bobot pengisi propelan serta uji tekanan dan uji kebocoran pada produk akhir aerosol.
FORMULASI AEROSOL
Formulasi aerosol terdiri dari dua komponen yang esensial :
A. Bahan obat yang terdiri dari zat aktif dan zat tambahan (pelarut, antioksidan,
dansurfaktan)
B. Propelan dapat (tunggal atau campuran) Zat tambahan dan propelan tersebut sebelum di
formulasikan harus diketahui betul-betul sifat fisika dan kimianya dan efek yang
ditimbulkan terhadap sediaan jadi. Tergantung dari type aerosol yang di pakai,
aerosol farmasi dapat dibuat sebagai embun halus, pancaran basah, busa stabil.
Bill of Materials
Scale (mcg/mg) Item Material Name Quantity/Kg(g)
1.60 1 Betamethasone dipropionate 1.60
35.20 2 Ethanol 35.20
0.16 3 Oleic acid 0.16
960.00 4 HFA 227 960.00