DIREKTORAT JENDERAL
PETERNAKAN DAN KESEHATAN HEWAN
KEMENTERIAN PERTANIAN
2016
KATA PENGANTAR
Kami menyadari pedoman ini masih banyak kekurangan, untuk itu kami
mengharapkan saran dan masukan dari semua pihak khususnya para
pelaksana di lapangan yang dapat melengkapi dan menyempurnakan buku
pedoman ini.
i
DAFTAR ISI
Hal
KATA PENGANTAR.......................................................................................... i
DAFTAR ISI........................................................................................................ ii
DAFTAR LAMPIRAN.......................................................................................... iii
DAFTAR GAMBAR……………………………………………………………………. iv
BAB I. PENDAHULUAN.............................................................................. 1
1.1. Latar Belakang................................................................................... 1
1.2. Maksud dan Tujuan........................................................................... 2
1.2.1. Maksud..................................................................................... 2
1.2.2. Tujuan...................................................................................... 2
1.3. Keluaran............................................................................................ 2
1.4. Pengertian........................................................................................ 2
1.5. Ruang Lingkup.................................................................................. 5
BAB X. PENUTUP................................................................................................ 28
ii
DAFTAR LAMPIRAN
Hal
iii
DAFTAR GAMBAR
Hal
iv
BAB I
PENDAHULUAN
1
1.2. Maksud dan Tujuan
1.2.1. Maksud
Maksud disusunnya Pedoman Pelaksanaan Penanganan Gangguan
Reproduksi adalah sebagai acuan bagi pelaksanaan penanganan
gangguan reproduksi di lapangan.
1.2.2. Tujuan
Tujuan disusunnya Pedoman Pelaksanaan Penanganan Gangguan
Reproduksi Ternak Sapi dan Kerbau adalah untuk meningkatkan
pemahaman pengelolaan dan pelaksanaan teknis kegiatan
penanganan gangguan reproduksi, mencakup:
a. Deteksi gangguan reproduksi dan infertilitas ternak sapi dan kerbau
b. Menanggulangi penyakit gangguan reproduksi
c. Menurunkan kasus gangguan reproduksi
1.3. Keluaran
1.4. Pengertian
Dalam Pedoman Pelaksanaan ini yang dimaksud dengan :
2
3. Paramedik bidang reproduksi yaitu: paramedik yang melaksanakan
tugas bidang reproduksi dibawah penyeliaan medik reproduksi antara
lain inseminator, pemeriksa kebuntingan, dan asisten teknik reproduksi
5. Semen Beku adalah semen yang berasal dari pejantan unggul, sehat,
bebas dari penyakit hewan menular yang diencerkan sesuai prosedur
proses produksi sehingga menjadi semen beku dan disimpan di dalam
rendaman nitrogen cair pada suhu minus 196° Celcius dalam
countainer cryogenic.
7. Inseminator adalah petugas yang telah dididik dan lulus dalam latihan
ketrampilan khusus untuk melakukan IB dan atau memiliki Surat Izin
Melakukan Inseminasi (SIMI).
3
12. Induksi estrus yaitu: upaya menimbulkan estrus menggunakan sediaan
hormon agar terjadi ovulasi yang fertil pada individu ternak yang
memenuhi persyaratan tertentu dalam rangka terapi
13. Body Condition Score (BCS) atau Skor Kondisi Tubuh (SKT) sapi yaitu:
nilai tingkat kegemukan sapi dengan kisaran antara nilai 1-5 (emasiasi =
SKT 1, kurus = 2, ideal/optimum = 3, gemuk = 4, dan obesitas = 5)
14. Anestrus adalah kondisi betina produktif yang tidak berahi atau tidak
mengalami siklus estrus.
15. Anestrus post partum adalah tidak munculnya estrus pada ternak betina
setelah 90 hari setelah melahirkan.
17. Hypofungsi ovaria yaitu adalah ovaria yang mengalami degradasi fungsi
temporer dalam menghasilkan folikel-folikel ovulasi.
18. Kista ovaria (ovarian cyst) adalah folikel yang gagal ovulasi dan
berdiameter lebih dari 20 millimeter.
20. Silent heat adalah sapi yang bersiklus namun tidak menunjukkan gejala
berahinya
22. Abortus (abortion) adalah kelahiran belum saatnya dalam keadaan fetus
matis
24. Still birth adalah pedet dilahirkan sudah saatnya dalam keadaan mati.
25. Days open (hari-hari kosong) adalah hari antara beranak hingga
konsepsi kembali (idealnya 90 hari)
4
26. Service per conception (S/C) adalah jumlah pelayanan IB untuk setiap
kebuntingan (idealnya < 1,5).
27. Conception Rate (CR) adlah angka kebuntingan oleh IB pertama dan
dihitung dalam % (idealnya > 60%).
28. Calving Interval (CI) adalah jarak antara kelahiran ternak betina dan
dihitung dalam bulan (idealnya 12 bulan).
29. Kawin Berulang (repeat breeding) yaitu: ternak betina, pernah beranak,
dengan siklus estrus normal atau mendekati normal dikawinkan baik
dengan IB atau kawin alam 2-3 kali atau lebih tidak menghasilkan
kebuntingan.
30. Retensio plasenta adalah tertahannya selaput plasenta 8-12 jam atau
lebih setelah kelahiran,
32. Kematian fetus adalah kematian fetus umur 43 hari atau lebih dalam
kandungan dapat dikeluarkan atau tidak dikeluarkan dari tubuh.
b. Sumber Daya
1) Penetapan petugas pelaksana penanganan gangguan reproduksi
2) Penyediaan bahan, peralatan dan obat-obatan
3) Biaya operasional
c. Manajemen Operasional
5
e. Monitoring, evaluasi dan pelaporan, yang meliputi
1) Monitoring pelaksanaan kegiatan.
2) Evaluasi pelaksanaan kegiatan.
3) Pelaporan pelaksanaan kegiatan.
6
BAB II.
KLASIFIKASI DAN PENANGANAN GANGGUAN REPRODUKSI
7
Penanganan: Lisiskan corpus luteum secara hormonal, dan
menghilangkan penyebab utama dengan pemberian antibiotika
atau preparat lainnya secara intra uterin (infusi intrauterina).
c. Endometritis
Pada umumnya endometritis terjadi setelah kelahiran abnormal,
seperti abortus, retensio plasenta, distokia, dsb atau sebagai
kelanjutan radang bagian luar (vulva, vagina,dan cervix). Tanda
klinis ditunjukkan dengan keluarnya lendir kotor saat estrus dan
atau keluar lendir mukopurulen secara kontinyu. Pada kasus
endometritis subklinis tidak menunjukkan gejala yang bisa dipalpasi
per rektum.
d. Anestrus
Kasus anestrus disebabkan oleh kegagalan perkembangan folikel
di ovarium. Hal ini dapat disebabkan oleh dua faktor yaitu:
insufisiensi gonadotropin akibat pengaruh faktor lingkungan dan
abnormalitas ovarium; dan
corpus luteum persisten.
8
e. Pyometra
Kejadian endometritis disertai dengan akumulasi pus dalam uterus,
biasanya bilateral, cervix biasanya dalam keadaan konstriksi,
sehingga leleran pus dari vulva tidak selalu terlihat. Peradangan
uterus ini selalu diikuti dengan terbentuknya corpus luteum.
Penderita akan mengalami anestrus akibat terbebasnya
progesteron dari korpus luteum.
f. Kista Ovaria
Kista ovaria disebabkan oleh defisiensi LH yang mengakibatkan
folikel tidak mengalami ovulasi, namun dapat menjadi kista
persisten dengan diameter lebih dari 20 mm. Kista dapat dibagi
menjadi 2 kelompok, yaitu:
kista folikel (follicular cysts) disebabkan defisiensi LH berat,
bersifat multipel, bilateral, gejala umumnya nimfomania.
kista lutea (luteal cyst) disebabkan defisiensi LH ringan, tunggal,
gejala umumnya anestrus.
9
Sedangkan gangguan reproduksi yang bersifat lengkap adalah
sterilitas atau disebut juga kemajiran. Contoh gangguan reproduksi
yang bersifat Sterilitas antara lain
a. Atrofi ovari
b. Defek kongenital, seperti freemartin, hipoplasia ovaria, aplasia
ovaria
c. Fibrosis (indurasi) cervix et uteri.
10
a. Gangguan reproduksi yang disebabkan non infeksi
Kongenital
Nutrisi
a. Terapi
Ternak yang mengalami gangguan reproduksi akan diterapi dengan
perlakuan dan pengobatan, proses kesembuhan bervariasi tergantung
permasalahan reproduksinya sehingga memerlukan waktu dan
penanganan bertahap minimal 1 - 2 kali terapi disertai pemantauan
yang intensif. Selanjutnya sapi yang telah dilakukan tindakan
perbaikan atau terapi dan dinyatakan sembuh dijadikan sebagai
akseptor IB atau kawin alam.
11
BAB III.
SUMBER DAYA
C. Biaya operasional
Pembiayaan untuk pelaksanaan penanganan gangguan reproduksi
bersumber dari dana APBN, APBD Provinsi, APBD Kabupaten/Kota.
12
BAB IV.
MANAJEMEN OPERASIONAL
b. Tingkat Provinsi :
Tim Pelaksana Administratif tingkat provinsi yang dikoordinasikan
oleh Dinas Provinsi yang membidangi fungsi peternakan dan
kesehatan hewan yang memiliki tugas dan peran sebagai berikut:
1. Menyusun perencanaan program dan anggaran
2. Membuat matriks pelaksanaan kegiatan
3. Menginventarisasi data petugas kesehatan hewan kompeten
di bidang reproduksi ternak tingkat provinsi
4. Membuat SK tim pelaksana yang ditandatangani oleh Kepala
Dinas
5. Menetapkan wilayah sasaran kegiatan lingkup provinsi
6. Melakukan pembinaan dan pengawasan
7. Melakukan Sosialisasi dan Koordinasi Kegiatan tingkat
provinsi dan kabupaten/kota
8. Melakukan penyegaran/training tim pelaksana Penanganan
gangrep kabupaten/kota
9. Melakukan monitoring dan evaluasi
10. Pelaporan secara berjenjang.
c. Tingkat Kabupaten/Kota
Tim Pelaksana Administraif Kabupaten/Kota adalah Dinas
Kabupaten/Kota yang membidangi fungsi peternakan dan
kesehatan hewan yang memiliki tugas dan peran sebagai berikut:
1. Menginventarisasi data petugas kesehatan hewan yang
kompeten di bidang reproduksi ternak tingkat
Kabupaten/Kota
13
2. Menetapkan wilayah sasaran kegiatan lingkup
kabupaten/kota
3. Membuat SK tim pelaksana yang ditandatangani oleh Kepala
Dinas
4. Melakukan pembinaan dan pengawasan kepada petugas
teknis lapangan
5. Melakukan sosialisasi dan koordinasi kegiatan ke kelompok
ternak dan masyarakat
6. Melakukan monitoring dan evaluasi
7. Pelaporan secara berjenjang.
Inventarisasi
UPT VETERINER Dinas Provinsi,
data petugas
Dinas Kabupaten/Kota kesehatan hewan dan
Reproduksi
Penentuan
Jadwal
Rencana Kerja
Pelaporan
Melalui:
per 2 minggu
iSikhnas
per bulan
E-Laporan
14
BAB V
MEKANISME KERJA
b. Kelompok Body Condition Score (BCS) di atas atau sama dengan 2,0.
Kondisi berat badan sapi minimal untuk berfungsinya sistem reproduksi.
Apabila ditemukan kondisi sapi yang mengalami gangguan reproduksi,
kondisi tersebut dinilai masih dapat disembuhkan hingga menjadi
normal kembali. Penetapan status reproduksi pada kelompok ini adalah
sebagai berikut:
b.1. bunting,
b.2. tidak bunting dengan status reproduksi normal;
b.3. tidak bunting dengan status mengalami gangrep;
b.4. tidak bunting dengan status mengalami gangrep permanen.
15
c. tidak bunting dengan status mengalami gangrep, ditetapkan
sebagai target Gangrep; atau
d. tidak bunting dengan status mengalami gangrep permanen,
diberikan surat keterangan tidak produktif.
16
Palpasi per rektum dan per vaginam
Sonologi dengan menggunakan alat ultrasonografi (bila tersedia)
Laboratoris dengan pengambilan dan pemeriksaan sampel
darah, feses dan lendir vagina (discharge vagina)
17
Gambar 4. Penetapan Status Reproduksi dan Penanganan Gangguan reproduksi
18
BAB VI
OPERASIONAL KEGIATAN
1) Tahap Persiapan
a. Sosialisasi Kegiatan
Sosialisasi kegiatan berupa Rapat Koordinasi dilaksanakan oleh
pelaksana kegiatan yang dihadiri oleh Perwakilan dari Direktorat
Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan, Unit Pelaksana
Teknis (UPT) Ditjennak dan Keswan (sebagai koordinator
kegiatan), Dinas Provinsi/Kabupaten/Kota yang membidangi
fungsi peternakan dan kesehatan hewan serta perwakilan
petugas teknis lapangan (Inseminator, PKb, ATR, Recorder,
Medik dan Paramedik). Pada rapat tersebut dapat
disosialisasikan Pedoman Teknis Penanganan Gangguan
Reproduksi Ternak Sapi dan Kerbau.
19
e. Pengadaan Barang
Penyediaan barang dan bahan operasional kegiatan
dilaksanakan melalui proses pengadaan barang sesuai peraturan
yang berlaku. Pemilihan bahan operasional didasarkan atas
azas efektif dan efisien.
2) Tahap Pelaksanaan
Adapun tahapan pelaksanaan kegiatan sesuai dengan skema
berikut :
Tidak
Bunting Sembuh
Surveilans klinis Pena-
Sembuh
Gangrep nganan Sembuh
berdasarkan anamnese
Tidak NonPerm Gangrep I Pena-
Normal a-nen Tidak Tidak
TidakTidak
nganan
sembuh sembuh
sembuh
sembuh
Gangrep II
Penaganan
Tidak
Gangrep
sembuh
III
Inventarisasi
populasi sapi betina Gangrep
Culling/
produktif Permanen SKSR SKSR
fatenin Tidak sembuh
g
Keterangan Gambar:
SKTP : Surat Keterangan Tidak Produktif
SKB : Surat Keterangan Bunting
: Melambangkan suatu proses
: Melambangkan penentuan kebijakan
20
b. Operasional
1. Penentuan diagnosa status reproduksi ternak
Penentuan diagnosa status reproduksi ternak dilakukan oleh tim
operasional teknis. Anamnese dan pemeriksaan klinis menjadi
dasar penentuan status reproduksi ternak.
3. Perlakuan/Treatment
Ternak dengan diagnosa gangguan reproduksi non permanen
dilakukan penanganan gangguan reproduksi 2 sampai dengan 3
kali penanganan.
c. Pendataan Hasil
21
Penentuan Status Reproduksi Ternak
a) Data ternak yang disurveilans berdasarkan anamneses
b) Data ternak yang memiliki BCS dibawah 2.0
c) Data ternak yang memiliki BCS diatas sama dengan 2.0
c).1. Data ternak dengan status reproduksi normal
c).2. Data ternak dengan status gangguan reproduksi
22
BAB VII
JADWAL KEGIATAN
Bulan ke 1-3.
Persiapan administrasi, pengumpulan data, identifikasi ternak betina
produktif yang bunting dan tidak bunting, analisa
permasalahan/penyebab.
Bulan ke 4-6.
Pemeriksaan status reproduksi, penentuan diagnosa kelompok ternak di
wilayah sasaran dan treatment ternak yang mengalami gangguan
reproduksi.
Bulan ke 7-9.
Pengamatan tindak lanjut treatment pengobatan bagi ternak yang
mengalami gangguan reproduksi.
Bulan ke 10.
Monitoring, Evaluasi dan Pelaporan.
23
BAB VIII
PENGENDALIAN, PENGAWASAN SERTA INDIKATOR KEBERHASILAN
24
1. Pedoman/petunjuk teknis pelaksanaan yang mudah digunakan sebagai
acuan.
2. Keterlambatan proses pengadaan sarana dan prasarana.
3. Sarana dan prasarana yang tidak sesuai yang diperlukan.
4. Keterlambatan sosialisasi kegiatan di tingkat provinsi/Kab/kota/
Pelaksana.
5. Kurangnya data dan informasi terkait populasi yang mengalami gangguan
reproduksi.
6. Ketidaktepatan diagnosa pemeriksaan status reproduksi.
7. Ketidaktepatan pemberian treatment.
8. Tidak ada Recording data atau ada data yang kurang lengkap.
9. Komitmen waktu pelayanan oleh petugas.
10. Pelaksanaan kegiatan tidak sesuai dengan jadwal palang yang telah
ditetapkan dan yang telah diinformasikan.
25
Pengendalian hanya bisa dilaksanakan apabila sudah diketahui Indikator
Keberhasilan penanganan gangguan reproduksi. Indikator keberhasilan antara
lain meliputi :
1) Perbaikan status kesehatan umum.
2) Peningkatan BCS atau SKT.
3) Pulihnya kembali siklus estrus normal.
4) Timbulnya gejala birahi normal.
5) Dapat dilakukan IB.
6) Menurunnya kejadian abortus dan stillbirth.
7) Kelahiran pedet normal.
8) Menurunnya kejadian patologis kebuntingan, patologis kelahiran dan
patologis pasca beranak.
9) Peningkatan kinerja reproduksi, mendekati slogan satu induk-satu pedet-
satu tahun.
Informasi dan komunikasi, Informasi adalah data yang telah diolah yang
dapat digunakan untuk pengambilan keputusan dalam rangka penanganan
gangguan reproduksi. Sedangkan komunikasi adalah proses penyampaian
pesan atau informasi dengan menggunakan simbol atau lambang tertentu baik
secara langsung maupun tidak langsung untuk mendapatkan umpan balik
hasil penanganan gangguan reproduksi. Untuk mendapatkan informasi yang
optimal perlu penerapan system informasi data/hasil recording mulai data
populasi target, wilayah penanganan gangguan reproduksi dan pelaporan
secara menyeluruh yang dapat dikomunikasikan secara baik terhadap semua
tim yang terlibat dalam organisasi penanganan gangguan reproduksi.
26
BAB IX.
MONITORING, EVALUASI DAN PELAPORAN
B. Pelaporan
Pelaporan sangat diperlukan untuk mengetahui perkembangan kinerja
kegiatan. Hasil pelaksanaan kegiatan dilaporkan secara berjenjang. Untuk
itu perlu ditetapkan mekanisme sistem pelaporan sebagai berikut :
27
BAB X.
PENUTUP
28
Lampiran 1. Form Laporan Penanganan Gangguan Reproduksi di Kelompok Ternak
Koordinator
Lapangan Ketua Kelompok
29
Lampiran 2. Form Laporan Penanganan Gangguan Reproduksi di Kabupaten/Kota
Kabupaten/Kota :
Provinsi :
30
Lampiran 3. Form Laporan Penanganan Gangguan Reproduksi di Provinsi
Provinsi :
31
Lampiran 4. Form Pemantauan Hasil Penanganan Gangguan Reproduksi Nasional
Tanggal Pemeriksaan:
Total
Persentase
(%)
32
Lampiran 5. Data Evaluasi Penanganan Gangguan Reproduksi
(2)
Sembuh....ekor
% = (2)/(1) x 100
(5)
tidak IB/KA....ekor
% = (5)/(2) x 100
(1)
Penanganan
Gangrep.....(ekor)
(6)
sembuh pada penanganan
gangrep II... ..ekor
% = (6)/(3) x 100
(9)
(3) sembuh pada penanganan
Tidak Sembuh...ekor gangrep III... ..ekor
% = (3)/(1) x 100 % = (9)/(7) x 100
(7)
tidak sembuh pada penanganan
gangrep II... ..ekor
% = (7)/(3) x 100 (10) (12)
tidak sembuh pada Culling/fattening...ekor
penanganan gangrep III... ..ekor % = (12)/(10) x 100
% = (10)/(7) x 100
33
Lampiran 6. Data Kasus Hypofungsi Ovaria
34
Lampiran 7. Surat Keterangan Status Reproduksi
KOP SURAT
Surat Keterangan Status Reproduksi
Nomor SKSR : …………
……………………….,……/……/2017
Tanda tangan
drh……………
*) √
* untuk kasus hypofungsi direkap per kab/kota untuk dijadikan sebagai dasar
pemberian pakan konsentrat
35
Lampiran 8. Daftar Peserta Bimtek Petugas Penanganan Gangguan Reproduksi
tahun 2012-2016
36
No Nama Peserta Provinsi
38 Drh. Sri Rahayu DIY
39 Drh. Petra DAK Jawa Tengah
40 Drh. Aldi Salman Jawa Tengah
41 Drh. Eka Setyani Jawa Tengah
42 Drh. Andining Tyas Jawa Tengah
43 Drh. Sri Lestari Jawa Tengah
44 Drh. Winda Titi P Jawa Tengah
45 Drh. Toto Sukarno Jawa Tengah
46 Drh. Tri Wahyu R Jawa Tengah
47 Drh.Yuyun Purwaningsih Jawa Tengah
48 Drh. Ismu Subroto Jawa Tengah
49 Drh. Ari Sulistyo Jawa Tengah
50 Drh. Deni Raditya F Jawa Tengah
51 Drh. Syaiful Ratmus Jawa Timur
52 Drh. Tony Wibowo Jawa Timur
53 Drh. Dhitus Noviayanto Jawa Timur
54 Drh. Moh. Fachrur Rosi Jawa Timur
55 Drh. Muhammad Samsudin Jawa Timur
56 Drh. Rifki Nugroho Jawa Timur
57 Drh. Diah Anggraeni Jawa Timur
58 Drh. Danang Prasetyo Jawa Timur
59 Drh. Rendy Yoenistyawan Jawa Timur
60 Drh. Zulfah Jawa Timur
61 Drh. S. Adi Pratowo Jawa Timur
62 Drh. Edi Poernomo Jawa Timur
63 Drh. Doni Afandi Jawa Timur
64 Drh. Yuli Hidayati Jawa Timur
65 Drh. Ch Indri.S Jawa Timur
66 Drh Rahmat Anung W Jawa Timur
67 Drh. Rulli Yemima Jawa Timur
68 Drh. Puji Rahayu Jawa Timur
69 Drh.Magdalena Yuke M Jawa Timur
70 Drh. Imam Alriadi Banten
71 Drh. Yoga Pratama A.D. Banten
72 Drh. Evi Dianawati NTB
73 Drh. Hosin NTB
74 Drh. Agus Mulyadi NTB
75 Drh. M. Taufik H NTB
76 Drh. Evi Dianawati NTB
77 Drh Cahyo S NTT
78 Drh.Lalu Irwan H NTT
79 Drh. Noviana Makh NTT
80 Drh. Maslihah Umami Kalimantan Barat
37
No Nama Peserta Provinsi
81 Drh. Adriya Dhayani Dwi Putri Kalimantan Barat
82 M. Akbar Susanto Kalimantan Selatan
83 Drh. Nanang Sevina Ekafani Kalimantan Selatan
84 Drh. Alex Uria Atmaja Kalimantan Tengah
85 Drh. Linda Widyastuti Kalimantan Timur
86 Drh. Anik Ariswandani Kalimantan Timur
87 Drh. Heriyanti Kalimantan Timur
88 Drh. Al Habib Kalimantan Timur
89 Drh. Yanno Fidunia Gorontalo
90 Drh. Abdullah Saleh Gorontalo
91 Drh. Asrieana S. Dunggio Gorontalo
92 Drh. Faradila Atamimi Maluku
93 Drh. Sugeng Wiyono Maluku Utara
94 Drh. Ni putu Novi Sulawesi Barat
95 Drh. Isnaniah Bagenda Sulawesi Barat
96 Drh. Irwaty Sulawesi Selatan
97 Drh. Endang Lestari Sulawesi Selatan
98 Drh. Mutawadiah Sulawesi Selatan
99 Drh. Abdul Haris Sulawesi Selatan
100 Drh. Marliana Sulawesi Selatan
101 Drh. Sangia Muldjabar Sulawesi Tenggara
102 Drh. Jusriati Sulawesi Tenggara
103 Drh. Louise Kumaunang Sulawesi Utara
104 Drh. Jhon Karundeng Sulawesi Utara
105 Drh. Sabelina Papua
106 Drh. I Nyoman Polos Papua
107 Drh. Marolop Nadeak Papua
108 Drh. Endah Rukmini Y
109 Drh. Sri Imawati
38
DAFTAR PESERTA BIMTEK PETUGAS PENANGANAN GANGGUAN
REPRODUKSI 2013
No Name Provinsi
1 Drh. Adnan Aceh
2 Drh. Ahmad Syakir Aceh
3 Drh. Aria Yudhistira Aceh
4 Drh. T. Mursyikandi Aceh
5 Drh. Ketut Ani Novita Arsani Bali
6 Drh. Gede Agus Wartanata Bali
7 Drh. I Nyoman Suparta Wijaya Bali
8 Drh. I Made Suteja Bali
9 Drh. I Gede Arri Semara Bali
10 Drh. Hj. Ade Nurhasanah Banten
11 Drh. Titi Heryati Banten
12 Drh. Iyan Kurniawan Bengkulu
13 Drh. Wenny Haryanti Bengkulu
14 Drh. Getri Grecilia Bengkulu
15 Drh. Sigit Purnomo DIY
16 Drh. Suryanto DIY
17 Drh. Lis Suryani DIY
18 Drh. Ahmad Rasyidi DIY
19 Drh. Andy Prasetyo DIY
20 Drh. Yeni Retno Wati Gorontalo
21 Drh. Fenny Rimporok Gorontalo
22 Drh. Fitasari O Tuna Gorontalo
23 Drh. Diah Rodiah Jawa Barat
24 Drh. Dewi Kusuma W Jawa Barat
25 Drh. Adjeng Resty Fauzy Jawa Barat
26 Drh. Dini Dinarwati Jawa Barat
27 Drh. Moosa Jati Waspodo Jawa Barat
28 Drh. Fida Prawita Jawa Barat
29 Drh. Ahmad Nur Hakim Jawa Barat
30 Drh. Manik Retno Dewati Jawa Barat
31 Drh. Narti Sunarti Jawa Barat
32 Drh. Samsul Rizal Jambi
33 Drh. Joko Handoko Jambi
34 Drh. Togu Permadi Samosir Jambi
35 Drh. Deny Ferdiana Jawa Tengah
36 Drh. Wahyu Hendra K Jawa Tengah
37 Drh. Harmanto Jawa Tengah
38 Drh. Ely Susanti Jawa Tengah
39
No Name Provinsi
39 Drh. Arif Rahman Jawa Tengah
40 Drh. Aziz Maulana Jawa Tengah
41 Drh. Diah Rahmawati Jawa Tengah
42 Drh. Anggoro Widi K Jawa Tengah
43 Drh. Aris Susilo Jawa Tengah
44 Drh. Avinda Aji W Jawa Tengah
45 Drh. Aisyah Purnomosari Jawa Tengah
46 Drh. Ummi Hudaefah Jawa Tengah
47 Drh. Damar Dwi Harjanto Jawa Tengah
48 Drh. Suprapto Jawa Tengah
49 Drh. Keki Riza Murti Jawa Tengah
50 Drh. Fathurrahman Jawa Tengah
51 Drh Heri Sularto Jawa Tengah
52 Drh. Ferry A.M Jawa Timur
53 Drh. Pariadi Jawa Timur
54 Drh. Yumananto Jawa Timur
55 Drh. Katik Endah Utami Jawa Timur
56 Drh. Eko Yuli Santoso Jawa Timur
57 Drh. Defi Aqsha Saputra Jawa Timur
58 Drh. Reni Rahmaningsih Jawa Timur
59 Drh. Dony Bindariyanto Jawa Timur
60 Drh. Siska Mahargian F Jawa Timur
61 Drh. Bambang Dwi Sasongko Jawa Timur
62 Drh. Moh. Abd. Hamid Jawa Timur
63 Drh. R. Silvia Yulianti Jawa Timur
64 Drh. Melati Jawa Timur
65 Drh. Lilla Prita Muda Wardani Jawa Timur
66 Drh. Novita Rahmawati Jawa Timur
67 Drh. Gesang Dwi Sasongko Jawa Timur
68 Drh. Huibert Hendrian Umboh Kalimantan Barat
69 Drh. Vingga Wahyuli K Kalimantan Barat
70 Drh. Iwan Kusuma Kalimantan Barat
71 Drh. Tri Budi Setiawan Kalimantan Selatan
72 Drh. Ali Mubin Kalimantan Selatan
73 Drh. Riche Victorina Kalimantan Selatan
74 Drh. Santoso Kalimantan Tengah
75 Drh. Noviyanti Kalimantan Tengah
76 Drh. Eva Masnawati Purba Kalimantan Timur
77 Drh. Ridha Chalifah Kalimantan Timur
78 Drh. Dwi Heru Widyanto Kalimantan Timur
79 Drh.Khusnul Khotimah Kalimantan Timur
40
No Name Provinsi
80 Drh. Ira Kartikasari Kalimantan Timur
81 Drh Sistomo Adi Nugroho Kalimantan Timur
82 Drh. Eny Widayati Kalimantan Timur
83 Drh. Ardi Abdillah Kep Riau
84 Drh. Teuku Taufik Ardiansyah Kep Riau
85 Drh. Tommy Hartono Lampung
86 Drh. Made Agus Aryadi Lampung
87 Drh. Bagus Setiawan Lampung
88 Drh. Elvia Syahrini Primadona Lampung
89 Drh. Eva Yulianti Lampung
90 Drh. Kunta Maluku
91 Drh. R. Dendi. M Maluku
92 Drh. Merlin Jacobus Maluku
93 Drh. Elin M. Thamrin Maluku
94 Drh. M. Hasbi P NTB
95 Drh. Andhista Gusviarini NTB
96 Drh. Maratun Jannah NTB
97 Drh. Nurul Azizah NTB
98 Drh. Hultatang NTB
99 Drh. Zaidun NTB
100 Drh. Edy Sugianto NTB
101 Drh. Arif Nurcahyo NTB
102 Drh. Endah Ismiati NTT
103 Drh. Nina M.B Liban NTT
104 Drh. Moosa John NTT
105 Drh. Andreas Morentino NTT
106 Drh. Marolop Nodeale Papua
107 Drh. Sri Utami Papua
108 Drh. Fitria Sayuri Papua
109 Drh. Adorsina Wompere Papua
110 Drh. Eko Cahyono Riau
111 Drh. Wahyu Samurwat Riau
112 Drh. Fran Deviyanto Riau
113 Drh. Taufiq Bahar Riau
114 Drh. Mus Afandi Rizal Riau
115 Drh. Ade Nurbayanti Sulawesi Barat
116 Drh. Isnaniah Bagenda Sulawesi Barat
117 Drh. Nurmayani Sulawesi Selatan
118 Drh. Marliana Sulawesi Selatan
119 Drh. Bone Ramadhan Sulawesi Selatan
120 Drh. Conny Liestriherayani Sulawesi Selatan
41
No Name Provinsi
121 Drh. Ridwan Gaffar Sulawesi Selatan
122 Drh. Nurdin Sulawesi Selatan
123 Drh. Elvi Martina Sulawesi Selatan
124 Drh. Muhammad Faqih Mappatunru Sulawesi Tengah
125 Drh. Anang Sulawesi Tengah
126 Drh. Tiwuk Wulan Sari Sulawesi Tengah
127 Drh. Susilowati Sulawesi Tengah
128 Drh. Titi Novianti Sulawesi Tengah
129 Drh. Junaedy R Sulawesi Tenggara
130 Drh. Arief Budi P Sulawesi Tenggara
131 Drh. Asifun Sulawesi Tenggara
132 Drh. Wa Ode Yusran Sulawesi Tenggara
133 Drh. Ketut Wahyudiarta Sulawesi Utara
134 Drh. Mokhamad Joko Purnomo Sulawesi Utara
135 Drh. Efal Afriandoni Sumatera Barat
136 Drh. Andriani Sumatera Selatan
137 Drh. Sapta Rianto Sumatera Selatan
138 Drh. Sutarno Sumatera Selatan
139 Drh. Yetmi Satri Sumatera Selatan
42
DAFTAR PESERTA BIMTEK PETUGAS PENANGANAN GANGGUAN
REPRODUKSI 2014
43
No Nama Peserta Provinsi
44 Drh. Sri Maryani Jawa Tengah
45 Drh. Ninik Wirdianingsih Jawa Tengah
46 Drh. Mitta Yuni Lestari Jawa Timur
47 Drh. Retno Wismaningdyah,MM Jawa Timur
48 Drh. Utami Kurniawati,MP Jawa Timur
49 Drh. Ika Puspita Jawa Timur
50 Drh. Retno Wulandari Jawa Timur
51 Drh. Aril Tri Setiyo Perdata Jawa Timur
52 Drh. Sugeng Astri Puspasari Jawa Timur
53 Drh. Ni Made Satriningsih Bali
54 Drh. I Wayan Sutresna Bali
55 Drh. I Nyoman Oka Widiarta Bali
56 Drh. I Gede Suarsadana Bali
57 Drh. I Made Winaya Bali
58 Drh. Antartiningsih DIY
59 Drh. Devy Ardi DIY
60 Drh. Vivin Ristanti DIY
61 Drh. Sri Imawati DIY
62 Drh. Tri Atmojo DIY
63 Drh. Fajar Tri S DIY
64 Drh. Deshinta Candra P DIY
65 Drh. S. Esmanto DIY
66 Drh. Muji Slamet DIY
67 Drh. Radita NW DIY
68 Drh. Yanno DIY
69 Drh. Cathanna A Shima D DIY
70 Drh. Siti Nur Rohmah DIY
71 Drh. Yudhi Ratna N DIY
72 Drh. Eka Sulistya B DIY
73 Drh. Eka Riyanta DIY
74 drh bimo NTB
75 Drh. Reni Utari NTB
76 Drh. Nurisah NTB
77 Drh.Ikhwan NTB
78 Drh.Achyar Rosidi NTB
79 Drh. M.Dega Widiartha NTB
80 Drh. Tatang Suprapto NTB
81 Drh. Vidia Fibriyanti NTB
82 Drh. Surainiwati NTB
83 Drh. Ika Wahyu Trisnawati NTT
84 Drh. Evi Deaviani Hadi NTT
85 Drh. Agnes Maria Cornelia L.S WEA NTT
86 Drh. Ludi Nurmala Kalimantan Barat
87 Drh. Rosaria Kalimantan Barat
88 Drh. Niken Larasati Kharisma Kalimantan Selatan
89 Drh. I Komang Agus Candra Negara Kalimantan Selatan
90 Drh. Eko hari Yuwono Kalimantan Tengah
44
No Nama Peserta Provinsi
91 Drh. Diah Ardhiningrum Kalimantan Tengah
92 Drh. Endrayatno Kalimantan Tengah
93 Drh. Ivan M Tarigan Kalimantan Timur
94 Drh. Didik K Kalimantan Timur
95 Drh. Tri Widiyanti Kalimantan Timur
96 Drh. A. Amri Marzuki Sulawesi Barat
97 Drh. Arie Rosman Sulawesi Barat
98 Drh. Rinandar S Sulawesi Barat
99 Drh. Rivai S Sulawesi Barat
100 Drh. Hartono Sulawesi Selatan
101 Drh. Abd Haris Sulawesi Selatan
102 Drh. Felisia Mira Anom Sari Sulawesi Selatan
103 Drh. Marliana Sulawesi Selatan
104 Drh. Rusmi Anggraini Kira Sulawesi Selatan
105 Drh. Wirawati Sulawesi Selatan
106 drh. Fitriana Sari Benhur Sulawesi Tenggara
107 Drh. Yulianti Sulawesi Tenggara
108 Drh. Ali Sumarlan Sulawesi Tenggara
109 Drh. Jenny A. Situmeang Sulawesi Utara
110 Drh. Lanivia Sulawesi Utara
111 Drh. Merlin Jacobus Maluku
112 Drh. Naser Efendi Gorontalo
113 Drh. Rifina Murtialmira Gorontalo
114 Drh. Novita Angela Raharusun Papua
115 Drh. Banjar Arsi Purbo Papua
45
DAFTAR PESERTA BIMTEK PETUGAS PENANGANAN GANGGUAN
REPRODUKSI 2015
46
DAFTAR PESERTA BIMTEK PETUGAS PENANGANAN GANGGUAN REPRODUKSI 2016
No Nama Peserta Provinsi
1 Irwin Johan H BPTU HPT Sembawa
2 Ahmad Mike Ariyanto Kalimantan Barat
3 Irvansyah Batubara Sumatera Utara
4 Suryantana Bvet Lampung
5 Berlidianty Lampung
6 Nadia K Lampung
7 Sugito Lampung
8 Fakhruddin Lampung
9 Alriasman Lampung
10 Aan Supriyanto Lampung
11 Sujatmiko Lampung
12 Yudistira BS Lampung
13 Putri N. Inawati Sulawesi Selatan
14 Guswandi Riau
15 Adri Nofebri Riau
16 Drh. Alfinus BBVet Maros
17 Drh. Lina Findayani DIY
18 Drh. Dewi Puspita M DIY
19 Drh. Eva Candra A; Sulbar
20 Drh. Hijrah Mutaqin Linda K Sulut
21 Drh. Budi Rahardian; Sulbar
22 Drh. Didik Nurul Hadi Jabar
23 Drh. M. Gustav NTB
24 Drh. I Kadek. S Sulut
25 Drh. Wandi C NTB
26 Drh. Andha Ardianto Jabar
27 Drh. Rudi Harsono; BIB Lembang
28 Drh. Slamet Hartono BPTU HPT Bali
29 Drh. Moh. Anwarul Fuad Jateng
30 Drh. Eko Budi Priyatmoko Jateng
31 Drh. Ali Makki Jatim
32 Drh. Yusron Wahyudi Jatim
33 Drh. Arisa Diana E Kaltim
34 Drh. Maulana Firmansyah Kaltim
35 Drh. Dyah Noviandari Jateng
36 Drh. Elyda Jateng
37 Drh. Indarto BBVet Wates
38 Drh. Nyoman Dibia Bbvet Denpasar
39 Drh. Gigih Tri Pambudi BBPTUHPT Baturaden
40 Drh. Hapy Wahyuningrum BPTU HPT Pelaihari
41 Drh. Krisna K Jateng
42 Drh. Ahyani Indahwati Jateng
43 Martono Jateng
44 Agus Susanto Jateng
45 M.Ridwan Jateng
46 Sukoco Jateng
47