Anda di halaman 1dari 17

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN

KEPERAWATAN

SECTIO CAESARIA DENGAN INDIKASI FETAL


DISTRESS

DI RUANG TULIP 1 RST dr. SOEPRAOEN

DEPARTEMEN KEPERAWATAN MATERNITAS

Disusun oleh :

Laras Frestyawangi Wasitin

2014204610111072

PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI NERS


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG
2015
LEMBAR PENGESAHAN

LAPORAN PENDAHULAN & ASUHAN KEPERAWATAN

PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI NERS

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG

DEPARTEMEN KEPERAWATAN MATERNITAS

2015

Mahasiswa

Laras Frestyawangi Wasitin

201420461011072

Mengetahui, Juli 2015

Pembimbing Institusi Pembimbing


Lahan
( ) ( )

BAB I

TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi

Sectio caesaria adalah suatu persalinan buatan dimana janin

dilahirkan melalui suatu insisi pada dinding depan perut dan

dinding rahim dengan syarat rahim dalam keadaan utuh serta berat

janin di atas 500 gram (Sarwono, 2009).

Sectio Caesaria ialah tindakan untuk melahirkan janin dengan

berat badan diatas 500 gram melalui sayatan pada dinding uterus

yang utuh (Gulardi & Wiknjosastro, 2006).

Sectio caesaria adalah pembedahan untuk melahirkan janin

dengan membuka dinding perut dan dinding rahim (Mansjoer,

2002).

B. Indikasi

1. Indikasi Medis

Ada 3 faktor penentu dalam proses persalinan yaitu :

a) Power
Yang memungkinkan dilakukan operasi caesar, misalnya

daya mengejan lemah, ibu berpenyakit jantung atau

penyakit menahun lain yang mempengaruhi tenaga.

b) Passanger

Diantaranya, anak terlalu besar, anak “mahal” dengan

kelainan letak lintang, primi gravida diatas 35 tahun

dengan letak sungsang, anak tertekan terlalu lama pada

pintu atas panggul, dan anak menderita fetal distress

syndrome (denyut jantung janin kacau dan melemah).

c) Passage

Kelainan ini merupakan panggul sempit, trauma persalinan

serius pada jalan lahir atau pada anak, adanya infeksi pada

jalan lahir yang diduga bisa menular ke anak, umpamanya

herpes kelamin (herpes genitalis), condyloma lota

(kondiloma sifilitik yang lebar dan pipih), condyloma

acuminata (penyakit infeksi yang menimbulkan massa

mirip kembang kol di kulit luar kelamin wanita), hepatitis B

dan hepatitis C (Dewi, 2007).

2. Indikasi Ibu

a) Usia

Ibu yang melahirkan untuk pertama kali pada usia sekitar

35 tahun, memiliki resiko melahirkan dengan operasi.

Apalagi pada wanita dengan usia 40 tahun ke atas. Pada


usia ini, biasanya seseorang memiliki penyakit yang

beresiko, misalnya tekanan darah tinggi, penyakit jantung,

kencing manis, dan preeklamsia. Eklampsia (keracunan

kehamilan) dapat menyebabkan ibu kejang sehingga

dokter memutuskan persalinan dengan sectio caesarea.

b) Tulang Panggul

Cephalopelvic diproportion (CPD) adalah ukuran lingkar

panggul ibu tidak sesuai dengan ukuran lingkar kepala

janin yang dapat menyebabkan ibu tidak melahirkan secara

alami. Tulang panggul sangat menentukan mulus tidaknya

proses persalinan.

c) Persalinan Sebelumnya dengan sectio caesarea

Sebenarnya, persalinan melalui bedah caesar tidak

mempengaruhi persalinan selanjutnya harus berlangsung

secara operasi atau tidak. Apabila memang ada indikasi

yang mengharuskan dilakukanya tindakan pembedahan,

seperti bayi terlalu besar, panggul terlalu sempit, atau jalan

lahir yang tidak mau membuka, operasi bisa saja dilakukan.

d) Faktor Hambatan Jalan Lahir

Adanya gangguan pada jalan lahir, misalnya jalan lahir

yang kaku sehingga tidak memungkinkan adanya

pembukaan, adanya tumor dan kelainan bawaan pada jalan

lahir, tali pusat pendek, dan ibu sulit bernafas.

e) Kelainan Kontraksi Rahim


Jika kontraksi rahim lemah dan tidak terkoordinasi

(inkordinate uterine action) atau tidak elastisnya leher

rahim sehingga tidak dapat melebar pada proses

persalinan, menyebabkan kepala bayi tidak terdorong,

tidak dapat melewati jalan lahir dengan lancar.

f) Ketuban Pecah Dini

Robeknya kantung ketuban sebelum waktunya dapat

menyebabkan bayi harus segera dilahirkan. Kondisi ini

membuat air ketuban merembes ke luar sehingga tinggal

sedikit atau habis. Air ketuban (amnion) adalah cairan yang

mengelilingi janin dalam rahim.

g) Rasa Takut Kesakitan

Umumnya, seorang wanita yang melahirkan secara alami

akan mengalami proses rasa sakit, yaitu berupa rasa mulas

disertai rasa sakit di pinggang dan pangkal paha yang

semakin kuat dan “menggigit”. Kondisi tersebut karena

keadaan yang pernah atau baru melahirkan merasa

ketakutan, khawatir, dan cemas menjalaninya. Kecemasan

yang berlebihan juga akan mengambat proses persalinan

alami yang berlangsung (Kasdu, 2003).

3. Indikasi Janin

a) Ancaman Gawat Janin (fetal distress)

Detak jantung janin melambat, normalnya detak jantung janin

berkisar 120- 160. Namun dengan CTG (cardiotography)


detak jantung janin melemah, lakukan segera sectio caesarea

segara untuk menyelematkan janin.

b) Bayi Besar (makrosemia)

c) Letak Sungsang

Letak yang demikian dapat menyebabkan poros janin tidak

sesuai dengan arah jalan lahir. Pada keadaan ini, letak kepala

pada posisi yang satu dan bokong pada posisi yang lain.

d) Faktor Plasenta

i. Plasenta previa

Posisi plasenta terletak dibawah rahim dan menutupi

sebagian atau selruh jalan lahir.

ii. Plasenta lepas (Solution placenta)

Kondisi ini merupakan keadaan plasenta yang lepas lebih

cepat dari dinding rahim sebelum waktunya. Persalinan

dengan operasi dilakukan untuk menolong janin segera

lahir sebelum ia mengalami kekurangan oksigen atau

keracunan air ketuban.

iii. Plasenta accreta

Merupakan keadaan menempelnya plasenta di otot rahim.

Pada umumnya dialami ibu yang mengalami persalinan

yang berulang kali, ibu berusia rawan untuk hamil (di atas

35 tahun), dan ibu yang pernah operasi (operasinya

meninggalkan bekas yang menyebabkan menempelnya

plasenta.

e) Kelainan Tali Pusat


i. Prolapsus tali pusat (tali pusat menumbung) : keadaan

penyembulan sebagian atau seluruh tali pusat. Pada

keadaan ini, tali pusat berada di depan atau di samping

atau tali pusat sudah berada di jalan lahir sebelum bayi.

ii. Terlilit tali pusat : Lilitan tali pusat ke tubuh janin tidak

selalu berbahaya. Selama tali pusat tidak terjepit atau

terpelintir maka aliran oksigen dan nutrisi dari plasenta

ke tubuh janin tetap aman.(Kasdu, 2003).

C. Jenis-Jenis Sectio Caesarea

Ada dua jenis sayatan operasi yang dikenal yaitu :

a. Sayatan melintang

Sayatan pembedahan dilakukan dibagian bawah rahim (SBR).

Sayatan melintang dimulai dari ujung atau pinggir selangkangan

(simphysisis) di atas batas rambut kemaluan sepanjang sekitar 10-

14 cm. keuntunganya adalah parut pada rahim kuat sehingga

cukup kecil resiko menderita rupture uteri (robek rahim) di

kemudian hari. Hal ini karna pada masa nifas, segmen bawah

rahim tidak banyak mengalami kontraksi sehingga luka operasi

dapat sembuh lebih sempurna (Kasdu, 2003).

b. Sayatan memanjang (bedah caesar klasik)

Meliputi sebuah pengirisan memanjang dibagian tengah yang

memberikan suatu ruang yang lebih besar untuk mengeluarkan

bayi. Namun, jenis ini kini jarang dilakukan karena jenis ini labil,

rentan terhadap komplikasi (Dewi, 2007).


D. Komplikasi

1) Infeksi puerperal

2) Perdarahan disebabkan banyak pembuluh darah terputus dan

terbuka serta atonia uteri

3) Luka kandung kemih, emboli paru dan keluhan kandung kemih

4) Kemungkinan rupture uteri spontanea pada kehamilan

mendatang

E. Manajemen Post Operatif

1) Pasien dibaringkan miring dikamar pulih dengan pemantauan

ketat : tensi, nadi, nafas tiap 15 menit jam pertama kemudian 30

menit dalam 1 jam berikutnya dan setelah itu tiap 1 jam

2) Pasien tidur dengan muka kesamping dan yakinkan kepalanya

agak tengadah agar jalan nafas bebas

3) Letakkan tangan atas di depan badan agar mudah melakukan

pengambilan tensi

4) Analgesi yang diberikan ialah suppositoria ketoprofen supp 2

kali/12 jam atau tramadol, Oral diberikan tramadol tiap 6 jam

atau phenil butazone atau parasetamol, injeksi ; petidine 50-75

mg diberikan tiap 6 jam bila perlu

5) Pasien telah dapat menggerakkan kaki dan tangan serta

tubuhnya sedikit kemudian dapat duduk pada jam ke 8-12, dapat

berjalan-jalan bila mampu pada 24 jam pasca bedah bahkan

mandi sendiri pada hari kedua

6) Makan-Minum
- Setelah diperiksa peristaltic pada 6 jam pasca bedah, bila

positif maka dapat diberikan minum hangat sedikit dan lebih

banyak apabila mengalami anestesi spinal dan pasien tidak

muntah. Pada anestesi umum mungkin akan lebih lambat

timbulnya peristaltic.

- Bila pasien telah flatus maka ia dapat makan. Dimulai makan

lunak atau makan biasa pada hari pertama

7) Perawatan luka

- Kasa harus dilihat pada hari pertama pasca bedah, bila basah

atau berdarah harus dibuka dan diganti, umumnya kasa perut

dapat diganti pada hari ke3-4 sebelum pulang, dan luka dapat

diberikan salep betadine sedikit

- Jahitan yang perlu dibuka dapat dilakukan pada 5 hari pasca

bedah

8) Pengangkatan kateter dan infus

- Infus dapat diangkat 24 jam pasca bedah

- Kateter dibuka 12-14 jam pasca bedah, bila terdapat

hematuria maka pengangkatan ditunda

- Kateter tetap dipertahankan bila : rupture uteri, partus lam,

edema perineal, sepsis, perdarahan

9) Laboratorium

- Pemerikasaan laboratoeium yang diperlukan adalah Hb dan

hematokrit. Biasanya terjadi penurunan Hb 2%.

- Bila Hb < 8% diperhitungkan transfusi


10) Pemulangan pasien

- Perawatan 3-4 hari kiranya cukup untuk pasien. Berikan

instruksi mengenai perawatan luka dan keterangan tertulis

mengenai teknik pembedahan

- Pasien diminta dating untuk ditindaklanjuti mengenai

perawatan luka 7 hari setelah pulang. Pasien dapat mandi

biasa setelah hari kelima dengan mengeringkan luka dan

merawat seperti biasa

- Pasien diminta dating segera bila terdapat : perdarahan,

demam dan nyeri perut berlebihan

F. Definisi Fetal Distress

Keadaan Secara tiba-tiba bila janin tidak menerima O2 cukup

sehingga mengalami hipoksia. Janin yang beresiko tinggi untuk

mengalami kegawatan (hipersia) adalah janin yang

pertumbuhannya terhambat, janin dari ibu dengan diabetes, janin

preterm dan post term, Janin dengan kelainan letak, dan janin

kelainan bawaan atau infeksi.

G. Etiologi Fetal Distress

a) Persalinan yang berlangsung lama

b) Induksi persalinan dengan oksitosin

c) Ada perdarahan atau infeksi

d) Insufisiensi plasenta posterm, preeklamsia

e) Penyakit hipertensi
f) Penyakit jantung

g) Malnutrisi ibu, anemia, iso imunisasi RH dan penyakit ginjal

h) Posisi tidur ibu (Posisi terlentang)

i) Anastesi epidural (obat-obatan) : Mepivacaine, lidocaine,

bupivacaine

H. Tanda Gawat Janin

1) DJJ abnormal :

- Bradikardi : DJJ kurang dari 110 x/menit

Terjadi saat kontraksi atau tidak menghilang setelah kontraksi

menunjukan adanya kegawatan janin.

- Taki Kardi : DJJ lebih dari 160 x/menit

Dapat merupakan reaksi terhadap adanya : demam pada

ibu,obat-obatan yang dapat menyebabkan

takhikardi,misalnya :obat tokolitik,amnionitis,bila ibu tidak

mengalami takhikardi,DJJ lebih dari 160 x/menit menunjukan

adanya anval hipoksia

2) Mekoneum

Cairan amnion yang hijau kental menandakan jumlah air ketuban

yang sedikit.

I. Perubahan Psikologis Post Partum

Tahapan-tahapan adaptasi psikologi pada masa nifas menurut Reva

Rubin yaitu :

1) Fase Taking In (1-3 hari) ketergantungan


Yaitu pada saat 2-3 hari bersalin, ibu bersikap pasif dan sangat

tergantung segala energinya difokuskan pada kekhawatiran

tentang adanya bayi

2) Fase Taking Hold (4-10 hari) belajar dan praktek

Yaitu terjadi pada hari ke 2-4 setelah bersalin, ibu menjadi

khawatir akan kemampuannya merawat bayi dan menerima

tanggung jawab sebagai ibu semakin besar. Pada tahap ini ibu

berpuasa untuk menguasai keterampilan bayi, ibu mungkin

menjadi sensitif dalam ketidakmampuan merawat bayi.

3) Fase Latting Go (3-4 minggu) mampu sendiri.

Masa ini terjadi setelah ibu sudah berada dirumahnya dan

melibatkan mengambil tanggung jawab dalam merawat bayinya

diri dengan tuntutan ketergantungannya khususnya interaksi

sosial, depresi post partum sering terjadi pada masa ini

penyebab diantaranya adalah kekecewaan emosional dan takut

yang dialami selama kehamilan dan persalinan, rasa sakit pada

nifas awal, kelelahan karena kurang tidur selam persalinan dan

post partum, kecemasan pada kemampuan untuk merawat

bayinya kerumah.

J. Perawatan Pasca Persalinan

Tindakan yang baik untuk asuhan masa nifas normal pada ibu :

1. Nutrisi

- Mengkonsumsi tambahan 500 kalori tiap hari


- Makan dengan diet berimbang untuk mendapatkan protein,

mineral dan vitamin yang cukup

- Minum sedikitnya 3 liter setiap hari

- Pil zat besi harus diminum untuk menambah zat gizi selama

40 hari pasca bersalin

- Minum kapsul vitamin A (200.000 unit) agar bisa memberikan

vitamin A kepada bayinya

2. Kebersihan diri

- Menganjurkan kebersihan seluruh tubuh.

- Mengajarkan ibu membersihkan daerah kelamin dengan

sabun dan air. Dan nasehatkan kepada ibu untuk

membersihkan vulva setiap kali selesai BAB/BAK

- Sarankan untuk mengganti pembalut atau kain pembalut

setidaknya 2 x sehari.

- Sarankan untuk mencuci tangan dengan sabun dan air

sebelum dan sesudah membersihkan alat kelaminnya

3. Mobilisasi

Karena lelah sehabis bersalin, ibu harus istirahat, tidur

terlentang selama 8 jam pasca persalinan. Kemudian boleh

miring-miring ke kanan dan ke kiri untuk mencegah terjadinya

trombosis dan tromboemboli. Mobilisasi mempunyai variasi

bergantung pada komplikasi persalinan, nifas dan sembuhnya

luka-luka

4. Istirahat
- Anjurkan ibu agar istirahat cukup untuk mencegah kelelahan

yang berlebihan.

- Sarankan untuk kembali ke kegiatan rumah tangga biasa

perlahan-lahan serta untuk tidur siang atau beristirahat

selagi bayi tidur

- Kurang istirahat akan mempengaruhi ibu dalam beberapa

hal :

- Mengurangi jumlah ASI yang diproduksi

- Memperlambat proses involusi uterus dan memperbanyak

perdarahan

- Menyebabkan depresi dan ketidakmampuan untuk merawat

bayi dan dirinya sendiri

5. Perawatan payudara

- Menjaga payudara tetap bersih dan kering

- Menggunakan BH yang menyokong

- Apabila putting lecet oleskan kolostrum/ASI, menyusui tetap

dilakukan dimulai dari putting yang tidak lecet

6. Hubungan perkawinan

- Aman untuk memulai hubungan suami istri begitu darah

merah berhenti dan ibu dapat memasukkan satu atau dua jari

ke dalam vagina tanpa rasa nyeri.


Pathways Sectio Caecaria
Indikasi Medis, Indikasi
Ibu dan Indikasi Janin Sectio

Post anasthesi
Post Partum
Penurunan Jaringan Jaringan Luka Post Jaringan Distensi
Operasi Nifas
medulla
Penurunan terputus terputus terbuka kandung
Penurunan Merangsang area Proteksi Oedem dan
refleksi batuk kerja otot sensorik kurang memar di
Penurunan Gangguan rasa Invasi bakteri
MK : Nyeri MK : Resiko
Akumulasi nyaman urerta
Penurunan
MK : peristaltik Infeksi
sekret MK : sensitivitas & sensasi
Inefektif Penurunan progresteron & Psikologi
Konstipasi kandung MK :
kemih
bersihan
estrogen Penambahan anggota Gangguan
Merangsang
baru Eliminasi Urin
Kontraksi uterus pertumbuhan kelenjar
Masa kritis Tuntutan anggota
Involusi baru
Peningkatan Perubahan pola Bayi
hormone prolaktin peran menangis
MK : Gangguan
Pengeluaran
Adekuat Tidak
Perdarahan
adekuat Pola Tidur
Ejeksi ASI
Merangsang
Efektif laktasi Tidak efektif
oksitosin
Hb Kekurangan Bengkak
Nutrisi bayi
MK : Resiko
vol.cairan &
terpenuhi
Syok
Kurang O2 MK :
(Hipovolemik)
Ketidakefektifan
MK : Defisiensi
Kelemahan Pemberian ASI
pengetahuan
MK : Nutrisi Bayi
MK : Defisit Perawatan Kurang dari
Kebutuhan Tubuh
DAFTAR PUSTAKA

Benson, R. 2008. Buku Saku Obsteteri dan Ginekologi Edisi 9. Jakarta:

Penerbit EG
Chyntia, E. 2010. Pahami Kista Anda Akan Terbebaskan. Yogyakarta:

Maximus
Herdman, T.H. & Kamitsuru, S. 2014. NANDA International Nursing

Diagnosis: Definitions & Clasification, 2015-2017. Oxford: Wiley

Blackwell
Mansjoer, et al. 2000. Kapita Selekta Kedokteran Edisi ketiga jilid 1.

Jakarta: Media Aesculapius


Manuaba, I.B. 2001. Kapita Selekta Penatalaksanaan Rutin Obstetri

Ginekologi dan KB. Jakarta: EGC


Manuaba, I.B.G. 2009. Memahami Kesehatan Reroduksi Wanita Edisi 2.

Jakarta: Penerbit EGC


Owen, E. 2005. Panduan Kesehatan Bagi Wanita. Jakarta: PT. Prestasi

Pustakaraya
Prawirohardjo, S., Wiknjosastro, H., Sumapraja, S. 2009. Ilmu

Kandungan Edisi 2. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono

Anda mungkin juga menyukai