Anda di halaman 1dari 14

SEJARAH PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN ISLAM

DI INDONESIA
Oleh: Fitriani
19 April 2015
BAB I

PENDAHULUAN

Indonesia bukanlah negara yang berasaskan Islam namun peradaban Islam


mendominasi kehidupan bangsa Indonesia, khususnya penduduk yang beragama
Islam. Kebudayaan- kebudayaan yang ada lama kelamaan membentuk suatu
peradaban Islam yang mampu membawa penduduk Indonesia kepada kemajuan
dan kecerdasan. Hal ini tidak lepas dari peran pedagang pedagang muslim dari
Arab, Persia dan India juga penduduk asli sendiri ikut aktif ambil bagian dalam
penyebaran Islam di Indonesia
Perlu diketahui bahwa wilayah Indonesia yang dulu disebut dengan istilah
Nusantara dikenal mancanegara sebagai daerah yang subur serta kaya akan
potensi alamnya. Karena hal tersebut, tidak mengherankan jika para pedagang-
pedagang asing berdatangan ke wilayah-wilayah di Nusantara. Dengan
berkembangnya perdagangan antar bangsa maka berkembang pula pelabuhan-
pelabuhan atau bandar-bandar terutama di daerah-daerah pesisir pulau. Kemajuan
dari perdagangan Internasional tersebut menyebabkan kerajaan-kerajaan yang ada
di Nusantara menjadi kaya dan makmur, bandar-bandar atau pelabuhan-pelabuhan
yang ada pun berkembang menjadi besar. Hal ini menyebabkan lebih banyak lagi
para pedagang dari berbagai bangsa berdatangan untuk melakukan transaksi
perdagangan dengan penduduk pribumi yang ada di wilayah Nusantara. Seiring
dengan itu terjadi interaksi antara penduduk pribumi dengan para pedagang asing
termasuk di dalamnya pedagang muslim sehingga berpengaruh pula pada budaya
lokal.

1
BAB II

PEMBAHASAN

A. Proses masuknya Islam ke Indonesia


Menurut Ahmad Mansur, proses masuk dan berkembangnya agama Islam
di Indonesia terdapat 3 teori yaitu teori Gujarat, teori Makkah dan teori
Persia. Ketiga teori tersebut di atas memberikan jawaban tentang
permasalahan waktu masuknya Islam ke Indonesia, asal negara dan tentang
pelaku penyebar atau pembawa agama Islam ke Nusantara. Teori-teori
tersebut, antara lain:
1. Teori Gujarat
Teori Gujarat berpendapat bahwa agama Islam masuk ke Indonesia
pada abad 13 dan pembawanya berasal dari Gujarat (Cambay), India.
Dasar dari teori ini adalah:
a. Kurangnya fakta yang menjelaskan peranan bangsa Arab dalam
penyebaran Islam di Indonesia.
b. Hubungan dagang Indonesia dengan India telah lama melalui jalur
Indonesia – Cambay – Timur Tengah – Eropa.
c. Adanya batu nisan Sultan Samudra Pasai yaitu Malik Al Saleh tahun
1297 yang bercorak khas Gujarat.
Pendukung teori Gujarat adalah Snouck Hurgronye, WF Stutterheim
dan Bernard H.M. Vlekke. Hal ini juga bersumber dari keterangan
Marcopolo dari Venesia (Italia) yang pernah singgah di Perlak(Perureula)
tahun 1292. Ia menceritakan bahwa di Perlak sudah banyak penduduk
yang memeluk Islam dan banyak pedagang dari India yang menyebarkan
ajaran Islam.
2. Teori Makkah
Teori ini merupakan teori baru yang muncul sebagai sanggahan
terhadap teori lama yaitu teori Gujarat. Teori Makkah berpendapat
bahwa Islam masuk ke Indonesia pada abad ke 7 dan pembawanya
berasal dari Arab (Mesir). Dasar teori ini adalah:

2
3

a. Pada abad ke 7 yaitu tahun 674 H di pantai barat Sumatera sudah


terdapat perkampungan Islam (Arab), dengan pertimbangan bahwa
pedagang Arab sudah mendirikan perkampungan di Kanton sejak
abad ke-4. Hal ini juga sesuai dengan berita Cina.
b. Kerajaan Samudra Pasai menganut aliran mazhab Syafi’i, dimana
pengaruh mazhab Syafi’i terbesar pada waktu itu adalah Mesir dan
Mekkah.
c. Raja-raja Samudra Pasai menggunakan gelar Al malik, yaitu gelar
tersebut berasal dari Mesir.
Pendukung teori Makkah ini adalah Hamka, Van Leur dan T.W.
Arnold. Para ahli yang mendukung teori ini menyatakan bahwa abad
13 sudah berdiri kekuasaan politik.
3. Teori Persia
Teori ini berpendapat bahwa Islam masuk ke Indonesia abad 13
dan pembawanya berasal dari Persia (Iran). Dasar teori ini adalah
kesamaan budaya Persia dengan budaya masyarakat Islam Indonesia
seperti:
a. Peringatan 10 Muharram atau Asyura atas meninggalnya Hasan dan
Husein cucu Nabi Muhammad, yang sangat di junjung oleh orang
Islam Iran. Di Sumatra Barat peringatan tersebut disebut dengan
upacara Tabuik/Tabut. Sedangkan di pulau Jawa ditandai dengan
pembuatan bubur Syuro.
b. Kesamaan ajaran Sufi yang dianut Syaikh Siti Jennar dengan sufi
dari Iran yaitu Al – Hallaj.
c. Penggunaan istilah bahasa Iran dalam sistem mengeja huruf Arab
untuk tanda tanda bunyi Harakat.
d. Ditemukannya makam Maulana Malik Ibrahim tahun 1419 di
Gresik.
e. Adanya perkampungan Leren/Leran di Giri daerah Gresik.
4

Pendukung teori ini yaitu Umar Amir Husen dan P.A. Hussein
Jayadiningrat. Ketiga teori tersebut, pada dasarnya masing-masing
memiliki kebenaran dan kelemahannya.
Ketiga teori tersebut, pada dasarnya masing-masing memiliki
kebenaran dan kelemahannya. Maka itu berdasarkan teori tersebut
dapatlah disimpulkan bahwa Islam masuk ke Indonesia dengan jalan
damai pada abad ke – 7 dan mengalami perkembangannya pada abad
13. Sebagai pemegang peranan dalam penyebaran Islam adalah bangsa
Arab, bangsa Persia dan Gujarat (India).

B. Proses Tumbuhnya Kerajaan Islam di Indonesia


1. Kerajaan Samudra Pasai
Kerajaan Samudra Pasai tercatat dalam sejarah sebagai kerajaan Islam
yang pertama. menurut pendapat Prof. A. Hasymy, berdasarkan naskah tua
yang berjudul Izhharul Haq yang ditulis oleh Al-Tashi dikatakan bahwa
sebelum Samudra Pasai berkembang, sudah ada pusat pemerintahan Islam
di Peureula (Perlak) pada pertengahan abad ke-9. Perlak berkembang
sebagai pusat perdagangan, tetapi setelah keamanannya tidak stabil maka
banyak pedagang yang mengalihkan kegiatannya ke tempat lain yakni ke
Pasai, akhirnya Perlak mengalami kemunduran.
Dengan kemunduran Perlak, maka tampillah seorang penguasa lokal
yang bernama Marah Silu dari Samudra yang berhasil mempersatukan
daerah Samudra dan Pasai. Dan kedua daerah tersebut dijadikan sebuah
kerajaan dengan nama Samudra Pasai. Kerajaan Samudra Pasai terletak di
Kabupaten Lhokseumauwe, Aceh Utara, yang berbatasan dengan Selat
Malaka. lokasi kerajaan Samudra Pasai berada di jalur perdagangan
Internasional, yang melewati Selat Malaka.
Kerajaan Samudra Pasai yang didirikan oleh Marah Silu bergelar
Sultan Malik al-Saleh, sebagai raja pertama yang memerintah tahun 1285
– 1297. Kerajaan Samudra Pasai berkembang pada abad Abad 13 yang
terletak di daerah Kabupaten Lhokseumauwe, Aceh Utara. Keberadaan
5

kerajaan Samudra Pasai dibuktikan dengan adanya catatan Marcopolo dari


Venetia, Catatan Ibnu Batutah dari Maroko’batu nisan Sultan Malik al-
Saleh, Jirat Putri Pasai. Raja-raja yang memerintah di Samudra Pasai
antara lain Sultan Malik al-Saleh (1285 – 1297), Sultan Muhammad
(Malik al-Tahir I, Sultan Ahmad (Malik al-Tahir II), Sultan Zaenal Abidin
(Malik al-Tahir III).
2. Kerajaan Demak
Demak pada masa sebelumnya sebagai suatu daerah yang dikenal
dengan nama Bintoro atau Gelagahwangi yang merupakan daerah
kadipaten di bawah kekuasaan Majapahit. Kadipaten Demak tersebut
dikuasai oleh Raden Patah salah seorang keturunan Raja Brawijaya V
(Bhre Kertabumi) yaitu raja Majapahit.
Dengan berkembangnya Islam di Demak, maka Demak dapat
berkembang sebagai kota dagang dan pusat penyebaran Islam di pulau
Jawa. Hal ini dijadikan kesempatan bagi Demak untuk melepaskan diri
dengan melakukan penyerangan terhadap Majapahit. Setelah Majapahit
hancur maka Demak berdiri sebagai kerajaan Islam pertama di pulau Jawa
dengan rajanya yaitu Raden Patah. Kerajaan Demak secara geografis
terletak di Jawa Tengah dengan pusat pemerintahannya di daerah Bintoro
di muara sungai Demak, Bintoro sebagai pusat kerajaan Demak terletak
antara Bergola dan Jepara, di mana Bergola adalah pelabuhan yang penting
pada masa berlangsungnya kerajaan Mataram (Wangsa Syailendra),
sedangkan Jepara akhirnya berkembang sebagai pelabuhan yang penting
bagi kerajaan Demak.
Pada masa pemerintahannya Demak memiliki peranan yang penting
dalam rangka penyebaran agama Islam khususnya di pulau Jawa, karena
Demak berhasil menggantikan peranan Malaka, setelah Malaka jatuh ke
tangan Portugis 1511.
Puncak kebesaran Demak terjadi pada masa pemerintahan Sultan
Trenggono (1521 –1546), karena pada masa pemerintahannya Demak
memiliki daerah kekuasaan yang luas dari Jawa Barat sampai Jawa Timur.
6

Daerah kekuasaan tersebut berhasil dikembangkan antara lain karena


Sultan Trenggono melakukan penyerangan terhadap daerah-daerah
kerajaan-kerajaan Hindu yang mengadakan hubungan dengan Portugis
seperti Sunda Kelapa (Pajajaran) dan Blambangan.. Tahun 1526 Demak
mengirimkan pasukannya menyerang Sunda Kelapa, di bawah pimpinan
Fatahillah. Dengan penyerangan tersebut maka tentara Portugis dapat
dipukul mundur di Teluk Jakarta. Kemenangan Fatahillah merebut Sunda
Kelapa tepat tanggal 22 Juni 1527 diperingati dengan pergantian nama
menjadi Jayakarta yang berarti Kemenangan Abadi.
Kehidupan sosial dan budaya masyarakat Demak lebih berdasarkan
pada agama dan budaya Islam karena pada dasarnya Demak adalah pusat
penyebaran Islam. Sebagai pusat penyebaran Islam Demak menjadi tempat
berkumpulnya para wali seperti Sunan Kalijaga, Sunan Muria, Sunan
Kudus dan Sunan Bonar.
3. Kerajaan Banten
Lokasi kerajaan Banten terletak di wilayah Banten sekarang, yaitu di
tepi Timur Selat Sunda sehingga daerahnya strategis dan sangat ramai
untuk perdagangan nasional.mPada masa pemerintahan Hasannudin,
Banten dapat melepaskan diri dari kerajaan Demak, sehingga Banten dapat
berkembang cukup pesat dalam berbagai bidang kehidupan.
Berkembangnya kerajaan Banten tidak terlepas dari peranan raja-raja yang
memerintah di kerajaan tersebut.
Kehidupan masyarakat Banten yang berkecimpung dalam dunia
pelayaran, perdagangan dan pertanian mengakibatkan masyarakat Banten
berjiwa bebas, bersifat terbuka karena bergaul dengan pedagang-pedagang
lain dari berbagai bangsa.
Para pedagang lain tersebut banyak yang menetap dan mendirikan
perkampungan di Banten, seperti perkampungan Keling, perkampungan
Pekoyan (Arab), perkampungan Pecinan (Cina) dan sebagainya.
Dengan adanya perkampungan tersebut, membuktikan bahwa
kehidupan masyarakatnya teratur, dan berlangsung dengan baik bahkan
7

kehidupan masyarakat Banten dipengaruhi oleh ajaran Islam. Salah satu


contoh dari wujud akulturasi budaya Islam adalah tampak pada bangunan
Masjid Agung Banten, yang memperlihatkan wujud akulturasi antara
kebudayaan Indonesia dengan kebudayaan Islam.
4. Kerajaan Mataram
Lokasi kerajaan Mataram tersebut di Jawa Tengah bagian Selatan
dengan pusatnya di kota Gede yaitu di sekitar kota Yogyakarta. Raja
mataram yang terkenal adalah Sultan Agung usahanya yaitu
menundukkan daerah-daerah yang melepaskan diri untuk memperluas
wilayah kekuasaannya, mempersatukan daerah-daerah kekuasaannya
melalui ikatan perkawinan, melakukan penyerangan terhadap VOC di
Batavia tahun 1628 dan 1629, memajukan ekonomi Mataram. Memadukan
unsur - unsur budaya Hindu, Budha dan Islam.
5. Kerajaan Gowa – Tallo
Di Sulawesi Selatan pada abad 16 terdapat beberapa kerajaan di
antaranya Gowa, Tallo, Bone, Sopeng, Wajo dan Sidenreng. Salah satunya
adalah kerajaan Gowa dan Tallo membentuk persekutuan pada tahun1528,
sehingga melahirkan suatu kerajaan yang lebih dikenal dengan sebutan
kerajaan Makasar. Nama Makasar sebenarnya adalah ibukota dari kerajaan
Gowa dan sekarang masih digunakan sebagai nama ibukota propinsi
Sulawesi Selatan.
Penyebaran Islam di Sulawesi Selatan dilakukan oleh Datuk
Rebandang dari Sumatera, sehingga pada abad 17 agama Islam
berkembang pesat di Sulawesi Selatan, bahkan raja Makasar pun memeluk
agama Islam.
Raja Makasar yang pertama memeluk agama Islam adalah Karaeng
Matoaya (Raja Gowa) yang bergelar Sultan Alaudin yang memerintah
Makasar tahun 1593 – 1639 dan dibantu oleh Daeng Manrabia (Raja
Tallo) sebagai Mangkubumi bergelar Sultan Abdullah. Sejak pemerintahan
Sultan Alaudin kerajaan Makasar berkembang sebagai kerajaan maritim
8

dan berkembang pesat pada masa pemerintahan raja Malekul Said (1639 –
1653).
Selanjutnya kerajaan Makasar mencapai puncak kebesarannya pada
masa pemerintahan Sultan Hasannudin (1653 – 1669). Sultan Hasannudin
terkenal sebagai raja yang sangat anti kepada dominasi asing. Oleh karena
itu ia menentang kehadiran dan monopoli yang dipaksakan oleh VOC
yang telah berkuasa di Ambon
6. Kerajaan Ternate – Tidore
Kerajaan Ternate dan Tidore terletak di kepulauan Maluku. Maluku
adalah kepulauan yang terletak di antara Pulau Sulawesi dan Pulau Irian.
Maluku sebagai daerah kepulauan terkenal sebagai penghasil rempah
terbesar. Diantara pedagang-pedagang tersebut terdapat pedagang-
pedagang yang sudah memeluk Islam sehingga secara tidak langsung
Islam masuk ke Maluku melalui perdagangan dan selanjutnya Islam
disebarkan oleh para mubaligh salah satunya dari Jawa.

C. Perkembangan Peradaban Islam Sebelum dan Sesudah Kemerdekaan


Indonesia
1. Fase Sebelum Kemerdekaan
a. Pada Masa Kesultanan
Daerah yang sedikit sekali disentuh oleh kebudayaan Hindu-Budha
adalah daerah Aceh, Minangkabau di Sumatera Barat dan Banten di
Jawa. Agama islam secara mendalam mempengaruhi kehidupan agama,
social dan politik penganut-penganutnya sehingga di daerah-daerah
tersebut agama islam itu telah menunjukkan dalam bentuk yang lebih
murni. Dikerajaan tersebut agama islam tertanam kuat sampai Indonesia
merdeka. Salah satu buktinya yaitu banyaknya nama-nama islam dan
peninggalan-peninggalan yang bernilai keIslaman.
Islam di Jawa, pada masa pertumbuhannya diwarnai kebudayaan
jawa, ia banyak memberikan kelonggaran pada sistem kepercayaan
yang dianut agama Hindu-Budha. Hal ini memberikan kemudahan
9

dalam islamisasi atau paling tidak mengurangi kesulitan-kesulitan. Para


wali terutama Wali Songo sangatlah berjasa dalam pengembangan
agama islam di pulau Jawa. Masa kesultanan ini ditandai dengan
tumbuhnya kerajaan-kerajaan Islam di Indonesia.
b. Pada Masa Penjajahan
Dengan datangnya pedagang-pedagang barat ke Indonesia yang
berbeda watak dengan pedagang-pedagang Arab, Persia, dan India yang
beragama islam, kaum pedagang barat yang beragama Kristen
melakukan misinya dengan kekerasan terutama dagang teknologi
persenjataan mereka yang lebih ungggul daripada persenjataan
Indonesia. Tujuan mereka adalah untuk menaklukkan kerajaan-kerajaan
islam di sepanjang pesisir kepulauan nusantara. Pada mulanya mereka
datang ke Indonesia untuk menjalin hubungan dagang, karena Indonesia
kaya dengan rempah-rempah, kemudian mereka ingin memonopoli
perdagangan tersebut.
Waktu itu colonial Belanda belum berani mencampuri masalah
islam, karena mereka belum mengetahui ajaran islam dan bahasa Arab,
juga belum mengetahui sistem social islam. Pada tahun 1808
pemerintah Belanda mengeluarkan instruksi kepada para bupati agar
urusan agama tidak diganggu, dan pemuka-pemuka agama dibiarkan
untuk memutuskan perkara-perkara dibidang perkawinan dan
kewarisan.
Tahun 1820 dibuatlah Statsblaad untuk mempertegaskan instruksi
ini. Dan pada tahun 1867 campur tangan mereka lebih tampak lagi,
dengan adanya instruksi kepada bupati dan wedana, untuk mengawasi
ulama-ulama agar tidak melakukan apapun yang bertentangan dengan
peraturan Gubernur Jendral. Lalu pada tahun 1882, mereka mengatur
lembaga peradilan agama yang dibatasi hanya menangani perkara-
perkara perkawinan, kewarisan, perwalian, dan perwakafan.
Apalagi setelah kedatangan Snouck Hurgronye yang ditugasi
menjadi penasehat urusan Pribumi dan Arab, pemerintahan Belanda
10

lebih berani membuat kebijaksanaan mengenai masalah islam di


Indonesia, karena Snouck mempunyai pengalaman dalam penelitian
lapangan di negeri Arab, Jawa, dan Aceh. Lalu ia mengemukakan
gagasannya yang dikenal dengan politik islamnya. Dengan politik itu, ia
membagi masalah islam dalam tiga kategori :
 Bidang agama murni atau ibadah
Pemerintahan kolonial memberikan kemerdekaan kepada umat islam
untuk melaksanakan agamanya sepanjang tidak mengganggu kekuasaan
pemerintah Belanda.
 Bidang sosial kemasyarakatan
Hukum islam baru bisa diberlakukan apabila tidak bertentangan dengan
adat kebiasaan.
 Bidang politik
Orang islam dilarang membahas hukum islam, baik Al-Qur’an maupun
Sunnah yang menerangkan tentang politik kenegaraan dan ketata
negaraan.
2. Fase Sesudah Kemerdekaan
Masa seteleh diproklamasikannya kemerdekaan Indonesia, bisa kita
sebut sebagai Rezim Orde lama, dimana Soekarno bertindak sebagai
kepala negara.
Pemerintahan Soekarno yang berlangsung sejak tahun 1945 nyatanya
bisa katagorikan kedalam dua kelompok besar, yakni masa Demokrasi
Liberal (1945-1958) dan Demokrasi Terpimpin (1959-1966).

a. Islam masa Revolusi dan Demokrasi Liberal

Pada awal kemerdekannya, Indonesia menghadapi sebuah


pertanyaan besar , apakah pemerintahan akan dijalankan berlandaskan
ajaran agama Islam ataukah secara sekuler? Hal ini dipicu oleh tindakan
dimentahkannya kembali Piagam Jakarta. Kedudukan golongan Islam
merosot dan dianggap tidak bisa mewakili jumlah keseluruhan umat
Islam yang merupakan mayoritas. Misalnya saja, dalam KNIP dari 137
11

anggotanya, umat islam hanya diwakili oleh 20 orang, di BPKNIP yang


beranggotakan 15 orang hanya 2 orang tokoh Islam yang dilibatkan.
Belum lagi dalam kabinet, hanya Menteri Pekerjaan umum dan Menteri
Negara yang di percayakan kepada tokoh Islam, padahal Umat Islam
mencapai 90% di Indonesia.
Dalam usaha untuk menyelesaikan masalah perdebatan ideologi
diambilah beberapa keputusan, salah satunya adalah dengan mendirikan
Kementrian Agama.
b. Pembentukan Kementrian Agama
Pembentukan Kementrian Agama ini tidak lepas dari keputusan
Komite Nasional Indonesia Pusat (KNIP) dalam sidangnya pada tanggal
25-26 Agustus 1945 yang membahas agar dalam Indonesia yang
merdeka ini soal-soal keagamaan digarap oleh suatu kementrian
tersendiri, tidak lagi bagian tanggung jawab kementrian Pendidikan.
Kementrian Agama resmi berdiri 3 Januari 1946 dengan Menteri
Agama pertama M. Rasyidi yang diangkat pada 12 Maret 1946.
Awalnya kementrian ini terdiri dari tiga seksi ,kemudian menjadi
empat seksi masing-masing untuk kaum Muslimin, Potestan, Katolik
Roma, dan Hindu-Budha. Kini strukturnya pun berkembang, terdiri dari
lima Direktorat Jenderal ( Ditjen Bimbingan Masyarakat Islam dan
Bimbingan Haji, Ditjen Pembinaan Kelembagaan Agama Islam,
Bimbingan masyarakat Katolik, Ditjen Bimbingan Protestan dan Ditjen
Bimbingan Hindu-Budha) juga dibantu oleh Inspektorat Jenderal,
Sekertariat Jenderal, Badan Penelitian dan Pembangunan (Balitbang)
Agama serta Pusat pendidikan dan Latihan (Pusdiklat) Pegawai.
c. Pendidikan
Setelah merdeka, terutama setelah berdirinya Departemen Agama,
persoalan pendidikan agama Islam mulai mendapat perhatian lebih
serius. Salah satu tugas penting yang dilakukan Departemen Agama
adalah menyelenggarakan, membimbing, dan mengawasi pendidikan
agama. Lembaga-lembaga pendidikan Islam sudah berkembang dalam
12

beberapa bentuk pendidikan Islam zaman penjajahan Belanda. Salah


satu bentuk pendidikan Islam tertua di Indonesia adalah pesantren yang
tersebar di berbagai pelosok Indonesia. Badan Pekerja Komite Nasional
Pusat dalam bulan Desember 1945 menganjutkan agar pendidikan
madrasah diteruskan. Badan ini juga mendesak pemerintah agar
memberikan bantuan kepada madrasah. Departemen Agama dengan
segera membentuk seksi khusus yang bertugas menyusun pelajaran dan
pendidikan agama Islam dan Kristen, mengawasi pengangkatan guru-
guru Agama, dan mengawasi pendidikan agama. Pada tahun 1946,
Departemen Agama mengadakan latihan 90 guru agama, 45 orang
diantaranya kemudian diangkat sekolah guru dan hakim Islam di Solo.
d. Hukum Islam
Salah satu lembaga Islam yang sangat penting yang juga ditangani
oleh Departemen Agama adalah hukum atau syariat. Pengadilan Islam
di Indonesia membatasi dirinya pada soal-soal hukum muamalat
bersifat pribadi. Hukum muamalat pun terbatas pada masalah nikah,
cerai, rujuk, hukum waris itu. (paraid/manicure faraidh, wakaf hibah
dan baitul mal).
Keberadaan lembaga pengadilan agama di masa Indonesia merdeka
adalah kelanjutan dari masa colonial belanda. Pada masa pendudukan
Jepang, pengadilan agama tidak mengalami perubahan. Setelah
Indonesia merdeka jumlah pengadilan agama bertambah, tetapi
administrasinya tidak segera dapat diperbaiki. Sementara itu, belum ada
kitab undang-undang yang seragam yang dapat dijadikan pegangan para
hakim dan pengadilan Agama didominasi oleh golongan tradisionalis.
Karena itulah, sekolah Pendidikan Hakim Islam Negeri (PHIN) dan
Fakultas Syariah di perguruan-perguruan tinggi Islam didirikan.
e. Majelis Ulama Indonesia (MUI)
Disamping Departemen Agama, cara lain pemerintah Indonesia
dalam menyelnggarakan administrasi Islam ialah mendirikan Majelis
Ulama. Suatu program pemerintah, apalagi yang berkenan dengan
13

agama, hanya bisa berhasil dengan baik bila disokong oleh ulama.
Karena itu, kerja sama antara pemerintah dan ulama perlu terjalin
dengan baik. Pertama kali Majelis Ulama didirikan pada masa
pemerintahan Soekarno. Majelis ini pertama-tama berdiri di daerah-
daerah karena diperlukan untuk menjamin keamanan. Di Jawa Barat
berdiri pada tanggal 12 Juli 1958 diketuai oleh seorang panglima
Militer. Setelah keamanan sudah pulih dari pemberontakan DI-TII
tahun 1961, Majelis Ulama ini bergerak dalam kegiatan-kegiatan di luar
persoalan keamanan, seperti dakwah dan pendidikan.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Proses masuknya Islam ke Indonesia terdapat 3 teori yaitu teori Gujarat,
teori Makkah dan teori Persia. Berdasarkan teori tersebut dapatlah
disimpulkan bahwa Islam masuk ke Indonesia dengan jalan damai pada abad
ke – 7 dan mengalami perkembangannya pada abad 13 dengan munculnya
kerajaan kerajaan Islam, seperti Kerajaan Samudera Pasai, Kerajaan Demak,
Kerajaan Banten, Kerajaan Mataram, Kerajaan Ternate-Tidore, Kerajaan
Gowa-Tallo.
Perkembangan Peradaban Islam sebelum kemerdekaan ditandai dengan
munculnya kerajaan-kerajaan Islam pada masa kesultanan dan pada masa
penjajahan saat Indonesia masih dikuasai oleh orang-orang Barat, sedangkan
pada masa sesudah kemerdekaan Indonesia perkembangan Islam lebih pesat
lagi yaitu dengan didirikannya Departeman Agama, Lembaga Pengadilan
Agama dan Majelis Ulama Indonesia (MUI).

B. Saran
Dengan dibuatnya makalah ini diharapkan kita semua lebih mengetahui
dan memahami sejarah perkembangan peradaban Islam di Indonesia, karena
sejarah bukan untuk dilupakan melainkan untuk diingat dan dihargai
prosesnya. Untuk saran dan kritik sangat diharapkan guna perbaikan.

15

Anda mungkin juga menyukai