A. Dampak Euthanasia Pada umumnya seseorang yang menderita sakit parah yang tidak tertahankan akan berusaha untuk menghindari penyebab rasa sakitnya, namun apabila tidak memungkinkan apalagi ditambah dengan faktor lain dan cukup berat, maka tidak menutup kemungkinan pasien tersebut akan bunuh diri. Pada pasien yang mengalami keadaan seperti itu, bunuh diri dilakukan dengan adanya bantuan dari dokternya sendiri untuk melakukan Euthanasia.1 Akan tetapi, dokter melakukan prosedur tersebut setelah mendapatkan persetujuan dari pihak keluarga maupun dari pasiennya dengan sebab tidak kuat lagi menahan sakit yang dideritanya. Maka dari itu, tindakan Euthanasia dapat dilaksanakan. Menghilangkan nyawa atau membiarkan seseorang meninggal dunia merupakan inti definisi dari Euthanasia sendiri. Dalam hal ini, sampai dengan saat ini Negara Indonesia belum melegalkan adanya Euthanasia. Hal ini dikarenakan bahwa proses Euthanasia itu sendiri merupakan suatu tindakan yang bertentangan dengan prinsip Negara Indonesia, yakni negara yang berlandaskan atas hukum. Dimana Euthanasia ini sangat bertentangan dengan prinsip tersebut. Tidak hanya melanggar hukum, akan tetapi Euthanasia sendiri juga melanggar hak asasi manusia. Euthanasia juga menimbulkan dampak-dampak tersendiri dalam kehidupan masyarakat. Dampak-dampak tersebut antara lain, yaitu: 1. Tindakan Euthanasia membuat pasien jadi mudah putus asa karena tidak memiliki semangat untuk berjuang melawan penyakitnya lagi. 2. Melanggar hak asasi yang dimiliki oleh pasien tersebut. 3. Memerlukan biaya yang banyak untuk melakukan tindakan tersebut. 4. Pihak keluarga terancam tindak pidana jika Euthanasia dilakukan tidak sesuai prosedur tenaga medis.2 Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa Euthanasia tidak bisa langsung dilaksanakan begitu saja. Euthanasia dapat dilakukan jika telah memenuhi syarat-syarat yang telah ditentukan oleh hukum kesehatan, yang mana harus berlandaskan prosedur ketenagakerjaan medis serta telah mendapatkan ijin dari pihak keluarga ataupun pasien itu sendiri. 1 Ibid 2 Wiradharma, Op.Cit. Hal 4