Anda di halaman 1dari 14

TUGAS MATA KULIAH

KEWARGANEGARAAN

TENTANG
FILSAFAT PANCASILA

DISUSUN OLEH :
MASRENI

DOSEN : RIFI RIVANI RADIANSYAH S,IP, M.SI

FAKULTAS ILMU SOSIAL POLITIK


PRODI PEMERINTAHAN
UNIVERSITAS BALE BANDUNG
TAHUN 2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas limpahan dan berkat-Nya sehingga penulis dapat
menyelesaikan makalah Filsafat Pancasila ini dengan baik. Makalah ini disusun sebagai salah satu tugas
mata kuliah pendidikan Kewarganegaraan. Makalah ini menjelaskan lebih mendalam mengenai ideologi
Pancasila sebagai ideologi bangsa Indonesia dengan bahasa yang lebih mudah untuk di cerna dan di
pahami.Makalah ini ditulis dari hasil penyusunan data-data sekunder yang penulis peroleh dari infomasi
dari media massa yang berhubungan dengan Filsafat Pancasila sebagai dasar Filsafat Negara Indonesia.

Penulis berharap dengan membaca makalah ini dapat memberi manfaat bagi kita semua, dalam
hal ini dapat menambah wawasan kita mengenai Pancasila yang ditinjau dari aspek filsafat atau
falsafah, khususnya bagi penulis. Akhir kata mungkin dalam penulisan makalah ini masih banyak
kekurangan. Kritik dan saran tentunya sangat saya harapkan demi perbaikan dan kesempurnaan.
Akhirnya penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihaky ang telah
membantu dalam penyusunan makalah ini, sehingga makalah ini dapat terselesaikan.

Bandung, 26 Maret 2019

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar belakang

B. Rumusan masalah

C. Tujuan

BAB II PEMBAHASAN

A. Pengertian Filsafat

B. Pengertian Pancasila sebagai Sistem

C. Kesatuan Sila-Sila Pancasila

D. Kesatuan Sila-Sila Pancasila Sebagai Dasar Otologis, Epistomologis dan Aksiologis

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan

B. Saran

Daftar Pustaka
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pancasila adalah lima dasar yang menjadi ideologi negara Indonesia. Sejarahnya yang
panjang dalam mencari jati diri selama ratusan tahun mulai dari zaman kerajaan Kutai hingga dijajah
oleh negara lain membuat para pendiri bangsa berfikir untuk merumuskan suatu landasan negara yang
memiliki karakteristik sesuai kepribadian bangsa Indonesia. Hingga akhirnya tersimpul lima dasar yang
mencakup segala aspek, baik berupa Religius, Humanisme, Nasionalis, Demokrasi dan Keadilan.
Semuanya terkandung dalam satu simbol yaitu Pancasila.

Kedudukan pancasila dalam kehidupan bangsa Indonesia antara lain adalah sebagai dasar
negara Indonesia, sebagai sumber dari segala sumber hukum, sebagai perjanjian luhur bangsa, sebagai
cita-cita dan tujuan bangsa serta sebagai ideologi nasional yang mempersatukan bangsa.

Rumusan Pancasila dalam pembukaan UUD 1945 alenia ke empat merupakan landasan yuridis
yang tidak dapat diubah, alasannya adalah pancasila merupakan falsafah hidup dan perjanjian luhur
bangsa Indonesia. Sebagai falsafah hidup dan kepribadian bangsa Pancasila diyakini memiliki rumusan
yang paling tepat. Oleh karena itu, saya menulis makalah berjudul ”Filsafat Pancasila” selain untuk
memenuhi tugas mata kuliah Pendidikan Kewarganegaraan juga untuk menambah nasionalisme
pembaca, mengingat nasionalisme warga negara Indonesia akhir-akhir ini yang semakin luntur.
Sehingga saya harapkan apa yang disampaikan dapat menjiwai setiap tingkah laku dan kepribadian
pembaca.

B. Rumusan Masalah

1. Pengertian Filsafat
2. Pengertian Pancasila Sebagai Sistem
3. Kesatuan Sila-sila Pancasila
4. Kesatuan Sila-sila Pancasila sebagai Dasar Ontologis, Epistomolgis dann Aksiologis

C. Tujuan Penulisan

1. Untuk mengetahui pengertian Filsafat


2. Untuk mengetahui pengertian Pancasila sebagai system
3. Untuk Mengetahui Kesatuan sila-sila Pancasila

BAB II

PEMBAHASAN
A. Pengertian filasat

Secara etimologis istilah ”filsafat“ atau dalam bahasa Inggrisnya “philosophi”adalah berasal
dari bahsa Yunani “philosophia” yang secara lazim diterjemahkan sebagai “cinta kearifan” kata
philosophia tersebut berasal darikata “philos” (pilia, cinta) dan “sophia” (kearifan). Berdasarkan
pengertian bahasa tersebut filsafat berarti cinta kearifan. Kata kearifan bisa juga berarti “wisdom” atau
kebijaksanaan sehingga filsafat bisa juga berarti cinta kebijaksanaan. Berdasarkan makna kata tersebut
maka mempelajari filsafat berarti merupakan upaya manusia untuk mencari kebijaksanaan hidup yang
nantinya bisa menjadi konsep kebijakan hidup yang bermanfaat bagi peradaban manusia.
Sesungguhnya nilai ajaran filsafat telah berkembang, terutama di wilayah Timur Tengah sejak sekitar
6000 – 600 SM, juga di Mesir dan sekitar sungai Tigris dan Eufrat sekitar 5000 – 1000 SM, daerah
Palestina/Israel sebagai doktrine Yahudi sekitar 4000 – 1000 SM (Radhakrishnan, et al. 1953: 11; Avey
1961: 3-7). Juga di India sekitar 3000 –1000 SM, sebagaimana juga di Cina sekitar 3000 –500 SM. Nilai
filsafat berwujud kebenaran sedalam-dalamnya, bersifat fundamental, universal dan hakiki, karenanya
dijadikan filsafat hidup oleh pemikir dan penganutnya. Pada umunya terdapat dua pengertian filsafat,
yaitu filsafat dalam arti proses, dan filsfat dalam arti produk atau hasil. Pancasila dapat digolongkan
sebagai filsafat dalam arti produk, filsafat pancasila sebagai pandangan hidup maupun filsafat pancasila
dalam arti praktis. Oleh karena itu, berarti pancasila memiliki fungsi dan peranan sebagai pedoman
danpegangan dalam bersikap, bertingkah laku, dan perbuatan dalam kehidupan sehari hari dalam
kehidupan bermasyarakat maupun bernegara di manapun mereka berada.

Keseluruhan arti filsafat yang meliputi berbagai masalah tersebut dapat dikelompokkan menjadi
dua macam sebagai berikut:

Pertama : filsafat sebagai produk mencakup pengertian

a. Pengertian filsafat yang mencakup arti-arti filsafat sebagai jenis pengetahuan, ilmu, konsep dari
para filsuf pada zaman dahulu, teori, sistem atau pandangan tertentu, yang merupakan hasil dari
proses berfilsafat dan yang mempunyai ciri-ciri tertentu.

b. Filsafat sebagai suatu jenis problema yang dihadapi oleh manusia sebagai hasil dari aktivitas
berfilsafat. Filsafat dalam pengertian ini mempunyai cir-ciri khas tertentu sebagai suatu hasil
kegiatan berfilsafat dan pada umumnya proses pemecahan persoalan filsafat ini diselesaikan
dengan kegiatain berfilsafat (dalam pengertian filsafat sebagai proses yang dinamis).

Kedua: filsafat sebagai suatu proses mencakup pengertian

Filsafat yang diartikan sebagai bentuk suatu aktivitas berfilsafat, dalam proses pemecahan
suatu permasalahan dengan menggunakan suatu cara dan metode tertentu yang sesuai dengan objek
permasalahannya. Dalam pengertian ini filsafat merupakan suatu sistem pengetahuan yang bersifat
dinamis. Filsafat dalam pengertian ini tidak lagi hanya merupakan sekumpulan dogma yang hanya
diyakiniditekuni dan dipahami sebagai suatu sistem nilaitertentu, tetapi lebih merupakan suatu aktivitas
berfilsafat, suatu proses yang dinamis dengan menggunakan suatu cara dan metode tersendiri.

Beberapa pengertian filsafat dapat dilihat di bawah ini :

1. Secara etimologis, kata filsafat dalam Bahasa Indonesia berasal dari bahasa Yunani, yang terdiri
dari kata Philein artinya cinta dan Sophia artinya kebijaksanaan. Filsafat berarti cinta
kebijaksanaan, cinta artinya hasrat yang besar atau yang berkobar-kobar atau yang sungguh-
sungguh. Kebijaksanaan artinya kebenaran sejati atau kebenaran yang sesungguhnya. Filsafat
berarti hasrat atau keinginan yang sungguh-sungguh akan kebenaran sejati.

2. Secara terminologis, pengertian filsafat telah dikemukakan oleh para ahli sebagai:

a. Pengetahuan segala yang ada (Plato);

b. Penjelasan rasional dari segala yang ada. penjaga terhadap realitas yang terakhir (James K.
Feibleman);

c. Usaha untuk mendapatkan gambaran secara keseluruhan (Harol,d H. Titus);

d. Teori tentang perbincangan kritis (John Passmore);

e. Sistem kebenaran, tentang segala sesuatu yang dipersoalkan secara radikal, sistematik dan
universal (Sidi Gazalba);

f. Refleksi menyeluruh tentang segala sesuatu yang disusun secara sistematis, diuji secara kritis
demi hakikat kebenarannya yang terdalam serta demi makna kehidupan manusia di tengah-
tengah alam semesta (Damardjati Supadjar).

Berdasarkan uraian mengenai pengertian filsafat di atas, dapat dibuat kesimpulan bahwa
filsafat adalah alat untuk mencapai atau mencari kebenaran sejati. Namun perlu diingat bahwa tidak
selamanya filsafat digunakan untuk mencapai kebenaran.

Filsafat Pancasila secara umum adalah hasil berpikir/pemikiran yang sedalam-dalamnya dari
bangsa Indonesia yang dianggap, dipercaya dan diyakini sebagai sesuatu (kenyataan, norma-norma,
nilai-nilai) yang paling benar, paling adil, paling bijaksana, paling baik dan paling sesuai bagi bangsa
Indonesia. Filsafat pancasila mempunyai tujuan yang sesuai dengan dasar filsafat tersebut. Pancasila
dengan dasar sebagai pandangan hidup bangsa dan dasar filsafat negara, maka tujuan filsafat
pancasila secara umum adalah untuk menandingi filsafat komunis dan filsafat liberalis, tujuan ini
berhasil atau tidaknya tergantung dari ketangguhan pancasila yang di dukung oleh penalaran
kefilsafatan.

Tujuan khusus filsafat Pancasila yaitu untuk memahami dan menjelaskan lima prinsip
kehidupan manusia dalam bermasyarakat dan bernegara, mengajukan kritik dan menilai prinsip
tersebut, menemukan hakikatnya secara manusiawi serta mengatur semuanya itu dalam bentuk yang
sistematik sebagai pandangan dunia.

B. Pengertian Pancasila Sebagai Sistem

Pancasila yang terdiri atas lima sila pada hakikatnya merupakan sistem filsafat. Yang
dimaksud dengan sistem adalah satu kesatuan bagian-bagian yang saling berhubungan, saling
bekerjasama untuk tujuan tertentu dan secara keseluruhan merupakan suatu kesatuan yang utuh,
sistem lazimnya memiliki ciri-ciri sebagai berikut:

1. Suatu kesatuan bagian-bagian


2. Bagian-bagian tersebut mempunyai fungsi sendiri-sendiri
3. Saling berhubungan, saling ketergantungan
4. Kesemuanya dimaksudkan untuk mencapai suatu tujuan bersama (tujuan sistem)
5. Terjadi dalam suatu lingkungan yang komples (Shore dan Voich, 1974:22)

Pancasila yang terdiri atas bagian-bagian yaitu sila-sila pancasila setiap sila pada hakikatnya
merupakan suatu asas sendiri, fungsi sendiri-sendiri tujuan tertentu, yaitu suatu masyarakat yang adil
dan makmur berdasarkan pancasila pada hakikatnya merupakan suatu kesatuan. Dasar filsafat negara
Indonesia terdiri atas lima sila yang masing-masing merupakan suatu asas peradaban.

Sila-sila Pancasila yang merupakan sistem filsafat pada hakikatnya merupakan suatu kesatuan
orrganis. Antara sila-sila pancasila itu saling berkaitan, saling berhubungan bahkan saling
mengkualifikasi. Sila yang satu senantiasa dikuaifikasi oleh sila-sila lainnya. Secara demikian ini maka
pancasila pada hakikatnya merupakan sistem, dalam pengertian bahwa bagian-bagian, sila-silanya
saling berhubungan secara erat sehingga membentuk suatu struktur yang menyeluruh. Pancasila
sebagai suatu sistem juga dapat dipahami dari pemikiran dasar yang terkandung dalam pancasila, yaitu
pemikiran tentang manusia dalam hubungannya dengan Tuhan yang Maha Esa, dengan dirinya sendiri,
dengan sesama manusia, dengan masyarakat bangsa yang nilai-nilainya telah dimiliki oleh bangsa
indonesia.

C. Kesatuan Sila-Sila Pancasila

Pancasila yang saling mengisi dan saling mengkualifikasi. Sila-sila Pancasila sebagai kesatuan
dapat dirumuskan pula dalam hubungannya saling mengisi atau mengkualifikasi dalam kerangka
hubungan hirarkis piramidal seperti di atas. Dalam rumusan ini, tiap-tiap sila mengandung empat sila
lainnya atau dikualifikasi oleh empat sila lainnya. Untuk kelengkapan hubungan kesatuan keseluruhan
sila-sila Pancasila yang dipersatukan dengan rumusan hirarkis piramidal tersebut, berikut disampaikan
kesatuan sila-sila Pancasila yang saling mengisi dan saling mengkualifikasi.

a. Sila pertama; Ketuhanan Yang Maha Esa adalah Ketuhanan yang berkemanusiaan yang adil dan
beradab, yang berpersatuan Indonesia, yang berkerakyatan yang dipimpin oleh hikmat
kebijaksanaan dalam permusyawaratan/ perwakilan, yang berkeadilan sosial bagi seluruh rakyat
Indonesia;
b. Sila kedua; kemanusiaan yang adil dan beradab adalah kemanusiaan yang ber-Ketuhanan Yang
Maha Esa, yang berpersatuan Indonesia, yang berkerakyatan yang dipimpin oleh hikmat
kebijaksanaan dalam permusyawaratan/ perwakilan, yang berkeadilan sosial bagi seluruh rakyat
Indonesia;
c. Sila ketiga; persatuan Indonesia adalah persatuan yang ber-Ketuhanan YME, berkemanusiaan yang
adil dan beradab, yang berkerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan/perwakilan, yang berkeadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia;
d. Sila keempat; kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan/perwakilan, adalah kerakyatan yang ber-Ketuhanan Yang Maha Esa,
berkemanusiaan yang adil dan beradab, yang berpersatuan Indonesia, yang berkeadilan sosial bagi
seluruh rakyat Indonesia;
e. Sila kelima; keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia adalah keadilan yang ber-Ketuhanan
Yang Maha Esa, berkemanusiaan yang adil dan beradab, yang berkerakyatan yang dipimpin oleh
hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan.

Kelima Sila Pancasila Merupakan Satu Kesatuan

Pancasila susunannya adalah majemuk tunggal (merupakan satu kesatuan yang bersifat
organis), yaitu :
a. Terdiri dari bagian-bagian yang tidak terpisahkan.
b. Masing-masing bagian mempunyai fungsi dan kedudukan tersendiri,
c. Meskipun berbeda tidak saling bertentangan,akan tetapi saling melengkapi,
d. Bersatu untuk mewujudkannya secara keseluruhan,
e. Keseluruhan membina bagian-bagian,
f. Tidak boleh satu silapun ditiadakan, melainkan merupakan satu kesatuan.

Berdasarkan uraian diatas maka dapat disimpulkan bahwa kesatuan sila-sila pancasila adalah
apabila kita sudah percaya dengan kebaradaannya Tuhan, maka kemanusiaan yang adil dan beradab
dapat terwujud sehingga menumbuhkan sikap cinta tanah air atau nasionalisme yang mengedepankan
kepentingan umum daripada kepentingan pribadi yang berdasarkan musyawarah untuk mencapai
mufakat dan menciptakan keadilan sosia bagi seluruh rakyat Indonesia untuk kemakmuran bersama.

D. Kesatuan Sila-Sila Pancasila Sebagai Dasar Ontologis, Epistomologis, Aksiologis


Filsafat Pendidikan Pancasila dalam Tinjauan Trilogi Ilmu Pengetahuan :

1. Ontologis

Ontologi adalah bagian dari filsafat yang menyelidiki tentang hakikat yang ada. Menurut
Muhammad Noor Syam (1984: 24), ontologi kadang-kadang disamakan dengan metafisika, sebelum
manusia menyelidiki yang lain, manusia berusaha mengerti hakikat sesuatu. Manusia dalam
interaksinya dengan semesta raya, melahirkan pertanyaan-pertanyaan filosofis seperti apakah
sesungguhnya realita yang ada itu. Jadi, ontologi adalah cabang dari filsafat yang persoalan pokoknya
apakah kenyataan atau realita itu. Rumusan-rumusan tersebut identik dengan membicarakan tentang
hakikat ada. Hakikat ada dapat berarti segala sesuatu yang ada, menunujuk kepada hal umum (abstrak
umum universal). (Sutrisno, 1984: 82).Dalam kenyataanya, Pancasila dapat dilihat dari penghayatan
dan pengamalan kehidupan sehari-hari. Dan bila dijabarkan menurut sila-sila dari Pancasila itu adalah
sebagai berikut:

a. Sila Ketuhanan Yang Maha Esa

Sila pertama ini menjiwai sila-sila yang lainnya. Di dalam sistem Pendidikan Nasional
dijelaskan bahwa pendidikan nasional adalah pendidikan yang berakar pada kebudayaan bangsa
Indonesia yang berdasarkan Pancasila dan UUD 1945. Dengan sila pertama ini, kita diharapkan
bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, yang juga merupakan bagian dari sistem pendidikan
nasional.

b. Sila Kemanusiaan yang Adil dan Beradab

Manusia yang ada di muka bumi ini mempunyai harkat dan martabat yang sama, yang
diperlakukan sesuai dengan nilai-nilai Pancasila dan fitrahnya sebagai hamba Allah
(Darmodiharjo, 1988: 40). Pendidikan tidak membedakan usia, agama dan tingkat sosial budaya
dalam menuntut ilmu. Setiap manusia mempunyaai kebebasan dalam hal menuntut ilmu,
mendapat perlakuan yang sama, kecuali tingkat ketakwaan seseorang. Dan oleh karena yang
dibangun adalah masyarakat Pancasila, maka pendidikan harus dijiwai Pancasila sehingga akan
melahirkan masyarakat yang susila, bertanggung jawab, adil dan makmur, baik spiritual maupun
materiil dan berjiwa Pancasila. Dengan demikian, sekolah harus mencerminkan sila-sila dari
Pancasila.

c. Sila Persatuan Indonesia

Persatuan merupakan kunci kemenangan. Dengan persatuan yang kuat kita dapat
menikmati alam kemerdekaan. Sila ketiga ini tidak membatasi golongan dalam belajar. ini berarti,
bahwa semua golongan dapat menerima pendidikan, baik dari golongan rendah maupun
golongan yang tinggi, tergantung kepada kemampuannya untuk berpikir, sesuai dengan UUD
1945 Pasal 31 ayat 1.

d. Sila Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam Permusyawaratan Perwakilan
Sila keempat ini sering dikaitkan dengan kehidupan berdemokrasi. Dalam hal ini,
demokrasi sering juga diartikan sebagai kekuasaan ada di tangan rakyat. sebagai contoh, dalam
memilih seorang pemimpin di desa, lembaga untuk menyalurkan kehendak untuk kepentingan
bersama melalui musyawarah (Djamal, 1986: 82). Bila dilihat dari dunia pendidikan, maka hal ini
sangat relevan, karena menghargai pendapat orang lain demi kemajuan. Di samping itu, juga
sesuai dengan UUD 1945 Pasal 28 yang menyatakan kebebasan untuk mengeluarkan pendapat,
baik secara lisan maupun tulisan. Jadi, dalam menyusun tujuan pendidikan, diperlukan ide-ide
dari orang lain demi kemajuan pendidikan.

e. Sila Keadilan Sosial bagi Rakyat Indonesia

Setiap bangsa di dunia bertujuan untuk mencapai masyarakat yang adil dan makmur.
Keadilan ini meliputi kebutuhan di bidang materiil dan di bidang spiritual yang didasarkan pada
asas kekeluargaan.

2. Epistemologis

Epistemologis adalah studi tentang pengetahuan (adanya) benda-benda. Epistemologi


yang diartikan sebagai filsafat yang menyelidiki sumber, syarat, proses terjadinya ilmu
pengetahuan, batas validitas dan hakikat ilmu pengetahuan. Dengan filsafat, kita dapat
menentukan tujuan-tujuan yang akan dicapai demi peningkatan ketenangan dan kesejahteraan
hidup, pergaulan dan berwarga negara. Untuk itu bangsa Indonesia telah menemukan filsafat
Pancasila.

a. Sila Ketuhanan Yang Maha Esa

Pemikiran tentang apa dan bagaimana sumber pengetahuan manusia diperoleh melalui
akal atau panca indra dan dari ide atau Tuhan. Berbeda dengan Pancasila, ia lahir tidak secara
mendadak, tetapi melalui proses panjang yang dimatangkan dengan perjuangan. Pancasila digali
dari bumi Indonesia yang merupakan dasar negara, pandangan hidup bangsa, kepribadian
bangsa, tujuan atau arah untuk mencapai cita-cita dan perjanjian luhur rakyat Indonesia
(Widjaya, 1985:176-177). Dalam rangka pikiran seperti ini, maka cita-cita telah merupakan
ideologi (lihat Deliar Noer, 1983: 25).

b. Sila Kemanusiaan yang Adil dan Beradab

Kepribadian manusia adalah subjek yang secara potensial dan aktif berkesadaran tahu atas
eksistensi diri, dunia, bahkan juga sadar dan tahu bila di suatu ruang dan waktu “tidak ada” apa-
apa (kecuali ruang dan waktu itu sendiri). Pancasila adalah ilmu yang diperoleh melalui
perjuangan yang sesuai dengan logika. Dengan mempunyai ilmu moral, diharapkan tidak ada lagi
kekerasan dan kesewenang-wenangan manusia terhadap yang lainnya.

c. Sila Persatuan Indonesia

Proses terbangunnya pengetahuan manusia merupakan hasil dari kerja sama atau produk
hubungan dengan lingkungannya. Potensi dasar denga faktor kondisi lingkungan yang memadai
akan membentuk pengetahuan.

d. Sila Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam Permusyawaratan Perwakilan

Manusia diciptakan Allah SWT sebagai pemimpin di muka bumi ini untuk memakmurkan
umat manusia. Seorang pemimpin mempunyai syarat untuk memimpin dengan bijaksana. Dalam
sistem pendidikan nasional, pendidikan memang mempunyai peranan yang besar, tetapi itu tidak
menutup kemungkinan peran keluarga dan masyarakat dalam membentuk manusia Indonesia
seutuhnya. Jadi, dalam hal ini diperlukan suatu ilmu keguruan untuk mencapai guru yang ideal,
guru yang kompeten. Setiap manusia bebas mengeluarkan pendapat dengan melalui lembaga
penidikan. Setiap ada permasalahan diselesaikan dengan jalan musyawarah, agar mendapat kata
mufakat.

e. Sila Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia

Ilmu pengetahuan sebagai perbendaharaan dan prestasi individu serta sebagai karya
budaya umat manusia merupakan martabat kepribadian manusia (IKIP Malang, 1983: 63). Dalam
arti luas, adil di atas dimaksudkan seimbang antara ilmu umum dan ilmu agama. Hal ini
didapatkan melalui pendidikan, baik itu informal, formal dan non formal. Dalam sistem
pendidikan nasional yang intinya mempunyai tujuan yang mengejar Iptek dan Imtaq. Di bidang
sosial, dapat dilihat pada suatu badan yang mengkoordidir dalam hal mengentaskan kemiskinan,
di mana hal ini sesuai dengan butir-butir Pancasila. Kita harus menghormati dan menghargai
hasil karya orang lain, hemat yang berarti pengeluaran sesuai dengan kebutuhan.

3. Aksiologis

Aksiologis adalah bidang filsafat yang menyelidiki aspek nilai (value). Nilai tidak akan
timbul karena manusia mempunyai bahasa yang digunakan dalam pergaulan sehari-hari. Jadi,
masyarakat menjadi wadah timbulnya nilai. Dikatakan mempunyai nilai, apabila berguna, benar (logis),
bermoral dan etis. Dengan demikian, dapat pula dibedakan nilai materiil dan spiritual. Pancasila sebagai
pandangan hidup dan dasar negara memiliki nilai-nilai: Ketuhanan, Kemanusiaan, Persatuan,
Kerakyatan dan Keadilan. Nilai ideal, materiil, spiritual dan nilai positif dan juga nilai logis, estetika, etis,
sosial dan religius. Dengan demikian Pancasila syarat akan nilai.

a. Sila Ketuhanan yang Maha Esa


Percaya kepada Allah merupakan hal yang paling utama dalam ajaran Islam. Di setiap kita
mengucapkan kalimah Allah, baik itu dalam shalat, menikahkan orang, dikumandangkan adzan,
para dai mula-mula menyiarkan Islam dengan menanamkan keimanan. Pendidikan, sejak tingkat
kanak-kanak sampai perguruan tinggi, diberikan pelajaran agama dan hal ini merupakan sub-
sistem pendidikan nasional.

b. Sila Kemanusiaan yang Adil dan Beradab

Dalam kehidupan umat Islam, setiap Muslim yang datang ke masjid untuk shalat
berjamaah berhak berdiri di depan dengan tidak membedakan keturunan, ras dan kedudukan. Di
mata Allah sama, kecuali ketakwaan seseorang. Inilah sebagian kecil contoh dari nilai-nilai
Pancasila yang ada dalam kehidupan umat Islam.

c. Sila Persatuan Indonesia

Islam mengajarkan supaya bersatu dalam mencapai tujuan yang dicita-citakan,


mengajarkan untuk taat kepada pemimpin. Memang Indonesia adalah negara Pancasila, bukan
negara yang berdasarkan satu agama. Meskipun demikian demikian, warga negara kita tidak
lepas dari pembinaan dan bimbingan kehidupan beragama untuk terwujudnya kehidupan
beragama yang rukun dan damai.

d. Sila Kerakyatan yang Dipimpin Oleh Hikmat Kebijaksanaan Dalam Permusyawaratan Perwakilan

Jauh sebelum Islam datang, di Indonesia sudah ada sikap gotong-royong di musyawarah.
Dengan datangnya Islam, sikap ini lebih diperkuat lagi dengan datangnya al-Qur’an.

e. Sila Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia

Adil berarti seimbang antara hak dan kewajiban. Dalam segi pendidikan, adil itu seimbang
antara ilmu umum dan ilmu agama di mana ilmu agama adalah sub-sistem dari sistem
pendidikan nasional.
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Filsafat Pendidikan Pancasila adalah tuntutan formal yang fungsional dari kedudukan dan
fungsi dasar negara Pancasila sebagai sistem Kenegaraan Republik Indonesia. Kesadaran memiliki dan
mewarisi sistem kenegaraan Pancasila adalah dasar pengamalan dan pelestariannya, sedangkan
jaminan utamanya ialah subjek manusia Indonesia seutuhnya terbina melalui sistem pendidikan
nasional yang dijiwai oleh filsafat pendidikan Pancasila.

B. Saran

Setelah kita membahas dan menyimpulkan makalah ini, maka saya menyarankan agar
memperhatikan dan memahami semua permasalahan ini. Hendaknya kita mengaplikasikan semua apa
yang telah kita bahas itu ke dalam kehidupan sehari-hari.
DAFTAR PUSTAKA

http://seramoe-printstation.blogspot.com/2013/01/makalah-filsafat-pancasila_20.html

http://www.makalah.co.id/2016/10/makalah-filsafat-pendidikan-pancasila.html

http://makalahcyber.blogspot.com/2012/04/makalah-filsafat-pancasila.html

Anda mungkin juga menyukai