Bab 2 Cedera Kepala Su (Recovered)
Bab 2 Cedera Kepala Su (Recovered)
E. Patofisiologi
Dalam keadaan normal otak mempunyai kemampuan melakukan
autoregulasi aliran darah serebral dan menjamin aliran daerah konstan
melalui pembuluh darah serebral.Faktor-faktor ini dapat mengubah
kemampuan pembuluh serebral untuk berkontraksi dan berdilatasi serta
mengganggu autoregulasi diantaranya trauma otak, iskemia dan hipoxia,
pada klien dengan kerusakan autoregulasi. Aktivitas yang dapat
menyebabkan peningkatan aliran darah serebral juga dapat meningkatkan
TIK. Tekanan Intra Kranial (TIK) merupakan tekanan yang dikeluarkan oleh
kombinas dari 3 komplemen intrakranial yaitu jaringan otak, CSS dan darah.
Hipotesa monro kellie mengatakan volume intrakranial sama dengan volume
otak ditambah volume darah serebral dan CSS, dimana tiap perubahan
volume dari tiap-tiap komponan karena gangguan kranial dapat
menyebabkan peningkatan TIK.
Peningkatan TIK mengarah pada timbulnya iskemia, kekakuan otak dan
kemungkinan herniasi.Peningkatan TIK berkembang pada hampir semua
klien dengan lesi intra kranial setelah mengalmi cedera kepala.Pada semua
klien dengan cedera kepala bera, peningkatan TIK yang tidak terkontrol
dapat menyebabkan kematian.
Defisit Nerurologik pada cedera kepala dimulai dengan adanya trauma
pada otak yang dapat menyebkan fragmentasi jaringan dna contusio,
merusakn sawar otak, diserbtai vasodilatasi dan eksudasi jaringan sehingga
timbul edema yang dapat menyebabkan peningkatan TIK. Keadaan ini dapat
menurunkan aliran daerah serebral, iskemia, hipoksia, asidosis dan
kerusakan sawar darah otak lebih lanjut dan terjadi kematian sel-sel otak dan
edema bertambah positif.
Pada saat otak mengalami hipoksia, tubuh berusaha memenuhi kebutuhan
oksigen melalui proses metabolik anaerob yang dapat menyebabkan dilatasi
pembuluh darah. Pada kontusio berat, hipoksia atau kerusakan otak akan
terjadi penimbunan asam laktat akibat metabolisme anaerob. Hal ini akan
menyebabkan asidosis metabolik.
Dalam keadaan normal cerebral blood flow (CBF) adalah 50 - 60 ml /
menit / 100 gr. Jaringan otak, yang merupakan 15 % dari cardiac output.
Trauma kepala meyebabkan perubahan fungsi jantung sekuncup aktivitas
atypical-myocardial, perubahan tekanan vaskuler dan udem
paru.Perubahan otonom pada fungsi ventrikel adalah perubahan
gelombang T dan P dan disritmia, fibrilasi atrium dan vebtrikel, takikardia.
Akibat adanya perdarahan otak akan mempengaruhi tekanan
vaskuler, dimana penurunan tekanan vaskuler menyebabkan pembuluh
darah arteriol akan berkontraksiPengaruh persarafan simpatik dan
parasimpatik pada pembuluh darah arteri dan arteriol otak tidak begitu
besar.
F. Tanda dan gejala
Adapun manifestasi klinis dari cedera kepala adalah sebagai berikut :
1. Gangguan kesadaran
2. Konfusi
3. Abnormalitas pupil
4. Piwitan tiba-tiba defisit neurologis
5. Perubahan TTV
6. Gangguan pergerakan
7. Gangguan penglihatan dan pendengaran
8. Disfungsi sensori
9. Kejang otot
10. Sakit kepala
11. Vertigo
12. Kejang
13. Pucat
14. Mual dan muntah
15. Pusing kepala
16. Terdapat hematoma
17. Kecemasan
18. Sukar untuk dibangunkan
19. Bila fraktur, mungkin adanya ciran serebrospinal yang keluar dari
hidung (rhinorrohea) dan telinga (otorrhea) bila fraktur tulang
temporal.
G. Test Diagnostik
1. CT-Scan (dengan atau tanpa kontras) : Mengidentifikasi luasnya lesi,
perdarahan, determinan ventrikuler, dan perubahan jaringan otak.
Catatan : Untuk mengetahui adanya infark / iskemia jangan dilekukan
pada 24 - 72 jam setelah injuri.
2. MRI :Digunakan sama seperti CT-Scan dengan atau tanpa kontras
radioaktif.
3. Cerebral Angiography :Menunjukan anomali sirkulasi cerebral,
seperti : perubahan jaringan otak sekunder menjadi udema,
perdarahan dan trauma.
4. Serial EEG :Dapat melihat perkembangan gelombang yang patologis
5. X-Ray :Mendeteksi perubahan struktur tulang (fraktur), perubahan
struktur garis(perdarahan/edema), fragmen tulang.
6. BAER : Mengoreksi batas fungsi corteks dan otak kecil
7. PET : Mendeteksi perubahan aktivitas metabolisme otak
8. CSF, Lumbal Punksi : Dapat dilakukan jika diduga terjadi perdarahan
subarachnoid.
9. ABGs : Mendeteksi keberadaan ventilasi atau masalah pernapasan
(oksigenisasi) jika terjadi peningkatan tekanan intracranial.
10. Kadar Elektrolit : Untuk mengkoreksi keseimbangan elektrolit
sebagai akibat peningkatan tekanan intrkranial.
11. Screen Toxicologi: Untuk mendeteksi pengaruh obat sehingga
menyebabkan penurunan kesadaran.
H. Komplikasi
1. Epilepsi Pasca Trauma
Epilepsi pasca trauma adalah suatu kelainan dimana kejang terjadi
beberapa waktu setelah otak mengalami cedera karena benturan di
kepala.Kejang bisa saja baru terjadi beberapa tahun kemudian setelah
terjadinya cedera. Kejang terjadi pada sekitar 10% penderita yang
mengalami cedera kepala hebat tanpa adanya luka tembus di kepala dan
pada sekitar 40% penderita yang memiliki luka tembus di kepala.
Obat-obat anti-kejang (misalnya fenitoin, karbamazepin atau valproat)
biasanya dapat mengatasi kejang pasca trauma. Obat-obat tersebut sering
diberikan kepada seseorang yang mengalami cedera kepala yang serius,
untuk mencegah terjadinya kejang. Pengobatan ini seringkali berlanjut
selama beberapa tahun atau sampai waktu yang tak terhingga.
2. Afisia
Afasia adalah hilangnya kemampuan untuk menggunakan bahasa
karena terjadinya cedera pada area bahasa di otak.Penderita tidak mampu
memahami atau mengekspresikan kata-kata.Bagian otak yang
mengendalikan fungsi bahasa adalah lobus temporalis sebelah kiri dan
bagian lobus frontalis di sebelahnya. Kerusakan pada bagian manapun
dari area tersebut karena stroke, tumor, cedera kepala atau infeksi, akan
mempengaruhi beberapa aspek dari fungsi bahasa.
3. Apraksia
Apraksia adalah ketidakmampuan untuk melakukan tugas yang
memerlukan ingatan atau serangkaian gerakan.Kelainan ini jarang terjadi
dan biasanya disebabkan oleh kerusakan pada lobus parietalis atau lobus
frontalis.Pengobatan ditujukan kepada penyakit yang mendasarinya, yang
telah menyebabkan kelainan fungsi otak.
4. Agnosia
Agnosia merupakan suatu kelainan dimana penderita dapat melihat
dan merasakan sebuah benda tetapi tidak dapat menghubungkannya
dengan peran atau fungsi normal dari benda tersebut.Penderita tidak dapat
mengenali wajah-wajah yang dulu dikenalnya dengan baik atau benda-
benda umum (misalnya sendok atau pensil), meskipun mereka dapat
melihat dan menggambarkan benda-benda tersebut. Penyebabnya adalah
kelainan fungsi pada lobus parietalis dan temporalis, dimana ingatan akan
benda-benda penting dan fungsinya disimpan. Agnosia seringkali terjadi
segera setelah terjadinya cedera kepala atau stroke. Tidak ada pengobatan
khusus, beberapa penderita mengalami perbaikan secara spontan.
5. Amnesia
Amnesia adalah hilangnya sebagian atau seluruh kemampuan
untuk mengingat peristiwa yang baru saja terjadi atau peristiwa yang
sudah lama berlalu.Penyebabnya masih belum dapat sepenuhnya
dimengerti. Cedera pada otak bisa menyebabkan hilangnya ingatan akan
peristiwa yang terjadi sesaat sebelum terjadinya kecelakaan (amnesi
retrograd) atau peristiwa yang terjadi segera setelah terjadinya
kecelakaan (amnesia pasca trauma). Amnesia hanya berlangsung selama
beberapa menit sampai beberapa jam (tergantung kepada beratnya cedera)
dan akan menghilang dengan sendirinya. Pada cedera otak yang hebat,
amnesi bisa bersifat menetap.
Mekanisme otak untuk menerima informasi dan mengingatnya kembali
dari memori terutama terletak di dalam lobus oksipitalis, lobus parietalis
dan lobus temporalis. Amnesia menyeluruh sekejap merupakan serangan
lupa akan waktu, tempat dan orang, yang terjadi secara mendadak dan
berat. Serangan bisa hanya terjadi satu kali seumur hidup, atau bisa juga
berulang. Alkoholik dan penderita kekurangan gizi lainnya bisa
mengalami amnesia yang disebut sindroma Wernicke-Korsakoff.
Sindroma ini terdiri dari kebingungan akut (sejenis ensefalopati) dan
amnesia yang berlangsung lama.
Amnesia Korsakoff terjadi bersamaan dengan ensefalopati Wernicke.
Amnesia
Korsakoff juga bisa terjadi setelah cedera kepala yang hebat, cardiac arre
st atau ensefalitis akut.
6. Fistel Karotis-kavernosus
Ditandai oleh trias gejala: eksoftalmus, kemosis, dan bruit orbita, dapat
timbul segera atau beberapa hari setelah cedera.
Angiografi perlu dilakukan untuk konfirmasi diagnosis dan terapi dengan
oklusi balon endovaskuler untuk mencegah hilangnya penglihatan yang
permanent.
7. Diabetes Insipidus
Disebabkan oleh kerusakan traumtik pada tangkai hipofisis, menyebabkan
penghentian sekresi hormone antidiuretik.Pasien mengekskresikan
sejumlah besar volume urin encer, menimbulkan hipernatremia dan
deplesi volum.
8. Kejang pasca trauma
Dapat segera terjadi (dalam 24 jam pertama), dini (minggu pertama) atau
lanjut (setelah satu minggu).Kejang segera tidak merupakan predisposisi
untuk kejang lanjut; kejang dini menunjukkan risiko yang meningkat
untuk kejang lanjut, dan pasien ini harus dipertahankan dengan
antikonvulsan.
9. Kebocoran cairan serebrospinal
Dapat disebabkan oleh rusaknya leptomeningen dan terjadi pada 2-6 %
pasien dengan cedera kepala tertutup.Kebocoran ini berhenti spontan
dengan elevasi kepala setelah beberapa hari pada 85 % pasien. Drainase
lumbal dapat mempercepat proses ini. Walaupun pasien ini memiliki
risiko meningitis yang meningkat, pemberian antibiotic profilaksis masih
controversial.Otorea atau rinorea cairan serebrospinal yang menetap atau
meningitis berulang merupakan indikasi untuk reparative.
10. Edema serebral dan herniasi
Penyebab paling umum dari peningkatan TIK, Puncak edema terjadi 72
Jam setelah cedera. Perubahan TD, Frekuensi nadi, pernafasan tidak
teratur merupakan gejala klinis adanya peningkatan TIK. Penekanan
dikranium dikompensasi oleh tertekannya venosus & cairan otak
bergeser. Peningkatan tekanan terus menerus menyebabkan aliran darah
otak menurun dan perfusi tidak adekuat, terjadi
vasodilatasi dan edema otak. Lama-lama terjadi pergeseran supratentorial
dan menimbulkan herniasi. Herniasi akan mendorong hemusfer otak
kebawah / lateral dan menekan di enchephalon dan batang otak, menekan
pusat vasomotor, arteri otak posterior, saraf oculomotor, jalur saraf
corticospinal, serabut RES.Mekanisme kesadaran, TD, nadi, respirasi dan
pengatur akan gagal.
11. Defisit Neurologis dan Psikologis
Tanda awal penurunan fungsi neulorogis: Perubahan TK kesadaran, Nyeri
kepala hebat, Mual / muntah proyektil (tanda dari peningkatanTIK).
I. Penatalaksanaan
Secara umum penatalaksanaan therapeutic pasien dengan trauma kepala
adalah sebagai berikut:
1. Observasi 24 jam
2. Jika pasien masih muntah sementara dipuasakan terlebih dahulu.
3. Berikan terapi intravena bila ada indikasi.
4. Anak diistirahatkan atau tirah baring.
5. Profilaksis diberikan bila ada indikasi.
6. Pemberian obat-obat untuk vaskulasisasi.
7. Pemberian obat-obat analgetik.
8. Pembedahan bila ada indikasi.
II. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian
Pemeriksaan fisik:
1. System pernapasan
Anamnesa
merasa kekurangan O2, batuk dengan atau tanpa sputum
(tergantung adanya infeksi atau tidak)
Inspeksi
Batuk dengan sputm atau tidak, nafas bau ,aseton,tackipneu
nafas kurmaul
Auskultasi
Bunyi nafas vesikuler pada seluruh lapang paru
Perkusi
Suara paru (pekak, redup, sono, hipersonor, timpani)
2. System kardiovaskular
Anamnesa
Lemah, letih, sulit bergerak,keram otot, ada riwayat
hipertensi atau tidak
Inspeksi
amati iktus cordis
Palpalsi
raba letak iktus cordis
Perkusi
batas-batas jantung
Batas normal jantung yaitu:
Kanan atas: SIC II RSB, kiri atas: SIC II LSB,
kanan bawah: SIC IV RSB, kiri bawah: SIC V medial 2
MCS
Auskultasi
Jantung pekak (jika terjadi komplikasi karena masalah
jantung)
3. System pencernaan
Anamnesa
Tidak ada nafsu makan ,mual muntah.
Inspeksi
keadaan kulit, besar dan bentuk abdomen, gerakan
Palpasi
hati, limpha teraba/tidak, adanya nyeri tekan
Perkusi
suara peristaltic usus
Auskultasi
frekuensi bising usus
4. System neurologis
Anamnesa
Sakit kepala, pusing gangguan penglihatan
Inspeksi
Retinopati, nauropati, gangguan memori, kesadaran
menurun
5. System muskuloskoletal
Anamnesa
Lemah, letih, sulit bergerak, keram pada otot
Inspeksi
Penderita lebih banyak tidur,tidak banyak bergerak
Palpasi
Penurunan kekuatan otot, tonus otot menurun sulit
bergerak/ berjalan
6. System perkemihan
Anamnesa
Kesulitan berkemih,atau terjadi perubahan pola berkemi
ada atau tidak riwayat ISK
Inspeksi
Volume urin, warna urin, polyuria, dapat berkembang
menjadi oliguria, anuria, jika hipovolemik
Palpasi
Adanya nyeri tekan pada kuadran kanan atas
7. System persepsi sensori
Anamnesa
Kesulitan melihat, strees
Inspeksi
Adanya retinopati, katarak, kebutaan, ansietas, peka
terhadap rangsanagan.
Adanya nyeri tekan/ tidak
8. System endokrin
Anamnesa
Lapar terus, kencing terus, nyeri di area perut
Inspeksi
Palpasi
9. System intigumen
Anamnesa
Pusing ,sakit kepala
Inspeksi
Ada luka/ tidak
Palpasi
Turgor kulit jelek, kulit kering, keriput
10. System reproduksi
Anamnesa
Gangguan seksualitas
11. System imunologi
Anamnesa
Mudah sakit, cepat lelah
Inspeksi
Peningkatan leukosit ( apabila ada infeksi)
B. Diagnosa keperawatan
1. Gangguan pola nafas B.d obstruksi tracheabronkial, naurovaskuler,
kerusakan medula oblongata,hiperventilasi
2. Perubahan perfusi jaringan serebral B.d edema serebral dan
peningkatan TIK
3. Gangguan rasa nyaman nyeri B.d peningkatan TIK
4. Kerusakan mobilitas fisik B.d kerusakan persepsi atau kognitif.