Pembimbing:
Disusun oleh:
Mohamad Fadli
030.11.195
PERSETUJUAN
LAPORAN KASUS
Judul:
“DERMATITIS STASIS”
Disusun oleh:
Mohamad Fadli
(030.11.195)
Telah diterima dan disetujui oleh dr. Prima Kartika Esti, Sp.KK, M.Epid untuk
dipresentasikan
Mengetahui,
PENDAHULUAN
Dermatitis statis adalah salah satu penyakit peradangan kulit pada ekstremitas. Hal ini
merupakan manifestasi dari Chronic Venous Disease (CVD) yang berakibat insufisiensi dan
hipertensi vena. Normalnya aliran darah mengalir dari ke jantung dengan bantuan katup-katup
vena. Katup ini berfungsi menjaga darah tetap mengair menuju jantung melawan gravitasi.
Apabila fungsi katup tidak berjalan semestinya, darah akan mengalir kembali ke bawah (reflux).
Reflux berakibat terjadi penumpukan darah pada vena dan bermanifestasi awal pada kulit
sebagai hiperpigmentasi. 1
Penyakit ini umumnya menyerang pada usia pertengahan dan usia lanjut. Penyakit ini
jarang terjadi sebelum dekade ke lima kehidupan. Kecuali pada keadaan dimana insufisiensi
vena disebabkan oleh pembedahan, trauma, atau trombosis. Dermatitis statis dapat merupakan
prekusor dari keadaan lain seperti ulkus vena tungkai atau lipodermatoskerosis.2
Beberapa penyakit seperti lipodermatosklerosis, selulitis, dermatisis statis vena,
dermatitis kontak akut mungkin dapat secara bersamaan terjadi pada anggota gerak bawah,
sehingga sulit untuk di bedakan. Untuk itu, disusunlah referat ini yang bertujuan mengetahui
lebih rinci tentang manifestasi klinis dan tatalaksana dermatitis statis.
3
BAB II
LAPORAN KASUS
I. Identitas pasien
Nama : Ny. KH
Tanggallahir : 4/2/1960
Jeniskelamin :Perempuan
Pendidikan terakhir : SD
Agama : Islam
Tanggalpemeriksaan : 2/3/2019
II. Anamnesis
Anamnesis dilakukan secara auto anamnesis pada tanggal 2 maret 2019 di poliklinik RS
Sitanala
Keluhan Utama
Bengkak pada kaki kiri disertai perlukaan sejak kurang lebih 1 minggu sebelum masuk rumah
sakit
4
Riwayat kebiasaan
Pasien mandi 2 kali sehari, air yang digunakan adalah air PDAM, pasien tidak menggunakan
handuk mandi secara bersama dengan anggota keluarga lainnya, merokok (-), konsumsi
alcohol (-)
+ +
V. Diagnosa Utama
Dermatitis Kontak Iritan
5
VI. Diagnosa Banding
Dermatitis kontak alergi
Dermatitis Atopi
Tinea Pedis
VII. Tatalaksana
Medikamentosa
Hydrocortisone cream 2,5 % 2 kali perhari
Nonmedikamentosa
Edukasi pasien tentang penyakit dermatitis kontak iritan, perjalanan penyakit serta cara
pencegahan dermatitis kontak iritan yang berupa :
- Menghindari paparan zat penyebab iritasi atau alergi di kulit.
- Berhentimenggunakanproduk yang mengandungzatpemicuiritasiataualergi
- Menggunakanpelembapkulit. Hal
inidilakukanuntukmengurangirisikokulitkering dan melindungikulit.
- Kompres area dermatitis kontakdengankompresdingin.
Kompresdapatdilakukandengankainlembap yang dapatmeredakan
rasa gatal.
- Hindarimenggarukdaerah dermatitis kontak. Selainitu,
penderitaperlumemotong kuku jikatidakbisaberhentimenggaruk.
VIII. Prognosis
Ad vitam : ad bonam
Ad functionam : ad bonam
Ad sanationam : ad bonam
6
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
A. DEFINISI
Dermatitis statis adalah dermatitis yang terjadi akibat adanya gangguan aliran darah vena
di tungkai bawah (Marwali Harahap, 2000)1. Penyakit ini sering menyerang pada tungkai
bagian bawah karena tempat ini sering terjadi kelainan insufisiensi vena. 5
B. PATOMEKANISME
Terdapat beberapa teori yang menjelaskan mekanisme timbulnya dermatitis statis, yaitu:
7
Pada pasien dengan dermatitis stasis, dapat kita perhatikan pada bagian betis,
karena cedera pada sistem vena karena trauma atau pembedahan adalah faktor
umum yang berkontribusi terhadap perkembangan dermatitis stasis.2
Teori tentang penyebab peradangan kulit di insufisiensi vena berpusat pada
perfusi oksigen dari tungkai jaringan. Awalnya, sistem vena yang tidak kompeten
dianggap menyebabkan pengumpulan darah di vena superfisial, dengan arus
berkurang dan karenanya mengurangi tekanan oksigen di kapiler dermis.
Kandungan oksigen menurun darah menggenang menyebabkan kerusakan hipoksia
untuk kulit di atasnya.3
3. Teori hipoksia / stasis itu disangkal oleh bukti bahwa setelah dikumpulkan, darah
stagnan dengan tekanan oksigen rendah, vena tungkai pada pasien dengan
insufisiensi vena telah dikompensasi dengan peningkatkan laju aliran dan tekanan
peningkatan tekanan oksigen. Shunting arteriovenosa bisa menyumbang temuan
ini, tetapi tidak ada bukti shunting pada pasien dengan insufisiensi vena. Kurangnya
lengkap bukti untuk mendukung teori hipoksia / stasis telah menyebabkan banyak
peneliti menganjurkan ditinggalkannya teori dermatitis stasis ini.1
C. MANIFESTASI KLINIS
8
4. Prurity patch yang bermula dari medial tungkai bawah dan ankle yang proggresif.
Hal ini dapat berupa inflamasi akut maupun eksaserbasi akut. Hal ini disebabkan
karena pada bagian medial tungkai bawah merupakan watersher area dari pembuluh
vena yang mempunyai perdarahan yang buruk dibanding pada bagian bawah.
Bagian ini selalu terkena dampak dari hipertensi vena. 5
5. Stocking erytoderma. Hal ini disebabkan nekrosis dari lemak di bawah kulit akibat
dermatitis statis yang tak tertangani pada stadium awal sehingga area lesi meluas
yang akhirnya melingkar pada tungkai bawah. Seringkali lesi meluas ke bagian
superior sampai kearah tumit. 5
6. Ulserasi dan likenifikasi, kondisi seperti dermatitis lainnya dapat terjadi akibat dari
ekskoriasi yang berulang. Erosi pada kulit dapat terjadi apabila terjadi trauma yang
dalam. Likenifikasi umumnya terjadi karena garukan dengan tungkai maupun
dengan tumit sebelahnya terutama saat pasien duduk. 5
9
7. Purpura dan ekimosis, Umumnya terjadi akibat trauma saat lesi digaruk dan dari
edema tungkai. 5
8. Lipodermatosclerosis, kelainan ini terdiri dari inflamasi pada dermis dan subkutis
akibat fibrosis. Dapat ditemukan pada dermatitis statis yang lama (kronis) maupun
sebagai tanda manifestasi awal. Awal dari lipodermatosklerosis tungkai seperti
kemerahan dan tegang dan sangat nyeri. Pada stage kronis didapatkan gambaran
“inverted champagne bottle”, dengan garis parut seperti terikat, dan
hiperpigmentasi, serta edema tanpa sklerotik pada bagian atas dari tungkai yang
terkena.. 5
D. DIAGNOSA
a. Kriteria Diagnosis
Anamnesis:
Keluhan awalnya kemerahan pada kulit dan sedikit bersisik, setelah beberapa
minggu atau bulan warna kulit menjadi cokelat gelap, selain itu timbul
penumpukkan darah dan terjadi bengkak. Pasien juga merasakan kaki seperti diikat
kencang dan terasa nyeri.5
10
Faktor resiko dermatitis stasis pada pasien meliputi faktor risiko varises yang
meliputi: Usia > 50 tahun, wanita multi para, obesitas, lebih banyak berdiri, penyakit
metabolik dan gangguan jantung-pembuluh darah.2
b. Predileksi
Pada tungkai bawah, dimana bagian tungkai bawah adalah tempat teresering
terjadinya kelainan vena.5
c. Pemeriksaan Fisik
Pada status lokalis didapatkan gambaran UKK meliputi:
Adanya varises dengan patch hiperpigmentasi dengan hemosiderosis disertai
likenifikasi tertutup skuama tebal dan krusta kadang disertai ulcus berbentuk
melingkar pada pergelangan kaki memberikan gambaran stocking erytrodherma
sering disertai edema dan ekomisis pada bagian distal yang memberikan gambaran
inverted champagne bottle serta didapatkannya ulserasi.
d. Pemeriksaan Penunjang
Radiologi/Doppler untuk melihat adanya perubahan (dilatasi) vena yang dalam,
trombosis atau gangguan katup. Pada pemeriksaan histologis akan ditemukan
adanya tanda-tanda inflamasi, agregasi hemosiderin di dermis atau penebalan
arteriol/venula.5
G. PENATALAKSANAAN
PENGOBATAN
11
1. Sistemik
a) Pada kasus ringan dapat diberikan anti histamine, atau dapat dikombinasikan
dengan anti serotonin, anti bradikinin, dan sebagainya. Hidroksizin hidroklorida
10-50 mg setiap 6 jam bilamana perlu.7
2. Topikal
a) Dermatitis akut/ basah (madidans) harus diobati secara basah (kompres terbuka),
bila subakut diberikan losio (bedak kocok), krim (terutama pada daerah
berambut), dan apabila kronik/kering diberikan zalf.
iii) Kortikosteroid topikal, berguna bila daerah yang terkena tidak terlampau
luas atau bila kortikosteroid oral merupakan kontraindikasi. Pada serangan
akut dapat mengunakan steroid sedang sampai kuat (potensi sedang:
mometasone 1% 2 kali sehari)8
b) Makin berat atau akut penyakitnya, dapat dikombinasi dengan obat topical jenis
lain sesuai simtomnya.7
12
3. Rujukan; Pasien dengan penyakit kronik yang tidak memberikan respons terhadap
terapi dan penghindaran semua penyebab yang dicurigai harus dirujuk ke ahli kulit
untuk tes tempel.8
b) Apabila lesi eksudatif, eksudat yang ada dapat dikompres terbuka dengan
permanganas kalikus 1/10.000 dan setelah kering diberi kortikosteroid topikal
potensi rendah sampai sedang.
H. KOMPLIKASI
Dermatitis stasis dapat mengalami komplikasi berupa ulkus diatas maleolus desebut
ulkus venosum atau ulkus varikosum, dapat pula mengalami infeksi sekunder, misalnya
selulitis. Dermatitis stasis dapat diperberat karena mudah teriritasi oleh bahan
kontakan.7
I. PROGNOSIS
Dermatitis stasis sering merupakan penyakit dengan kondisi jangka panjang (kronis). Kita
bisa meminimalkan gejala dengan mengendalikan kondisi dan pembengkakan.9
13
DAFTAR PUSTAKA
1. Djuanda, Adhi. 2008. Ilmu Penyakit Kulit Dan Kelamin. Balai Penerbit FKUI.
Indonesia: Jakarta
2. PERDOSKI. 2011. Panduan Pelayanan Medis Dokter Spesialis Kulit dan Kelamin.
Jakarta : Departemen Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin FKUI.
3. Fitzpatrick, T. B., Jonhson, R. A., Polano, M.K., Suurmond, D., Wolff, K. 1992.
Color Atlas and Synopsis of Clinical Dermatology: Common and Serious Disease
Second Edition. United States of America : Mc.Graw-Hill.
4. Daili, Emmy S. S., Menaldi, Sri L., Wisnu, Made. 2005. Penyakit Kulit Yang Umum
di Indonesia : Sebuah Panduan Bergambar. Jakarta Pusat : PT Medical Multimedia
Indonesia.
5. Rudikoff D, Steven RC, Scheinfeld N, 2014, Atopic Dermatitis and Eczematous
Disorders,United States of America : CRC Press.
6. Lyons F, Ousley Lisa, 2015, Dermatology for the Advanced Practice Nurse, New
York: LLC
7. Craft N, Lindy P, Fox, Lowell A, Goldsmith, et all., 2013, VisualDx: Essential Adult
Dermatology (VisualDx: The Modern Library of Visual Medicine), Visual Dx
8. Jean L. Joseph L, Ronald P, 2003, Dermatology, United States of America: Elsevier’s
Health Service Philadelphia.
9. Davey P., 2003, At a Glance Medicine, Jakarta:Gramedia
14