Anda di halaman 1dari 7

PENGARUH PENGGUNAAN SOLVEN NATRIUM

KARBONAT (Na2CO3) TERHADAP ABSORPSI CO2 PADA


BIOGAS KOTORAN SAPI DALAM SPRAY COLUMN
Lia Cundari*, Selpiana*, Chandra Karta Wijaya, Arini Sucia
*Jurusan Teknik Kimia, Fakultas Teknik Universitas Sriwijaya
Jln. RayaPalembang-PrabumulihKm 32 Inderalaya Ogan Ilir- 30662

Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kondisi optimum larutan natrium karbonat yang mampu
mengasbsorp gas karbon dioksida dalam biogas. Proses absorpsi ini berlangsung dalam spray column
absorber dengan konstruksi fiber glass, berdiameter 10 cm dan tinggi 100 cm. Efektivitas kolom ini diuji
dengan melangsungkan proses absorpsi didalamnya, yaitu dengan mengontakkan biogas dan pelarut
secara countercurrent selama 3 menit. Pelarut yang digunakan adalah larutan natrium karbonat dengan
berbagai variasi konsentrasi (15, 20, 25, 30, 35 %berat). Setelah proses absorpsi, gas hasil absorpsi
dianalisa menggunakan ORSAT Analyzer dan Gas Chromatography (GC) untuk mengetahui kandungan
gas CO2 di dalamnya. Hasil penelitian menunjukkan bahwa titik optimum tercapai ketika 25%berat
larutan natrium karbonat mengabsorp gas CO2 yaitu sebanyak 27,92%. Hal ini membuktikan bahwa
penggunaan larutan penyerap natrium karbonat efektif untuk mengabsorp gas CO2.

Kata kunci: Absorpsi, Natrium Karbonat, Karbon Dioksida, Spray Column Absorber

Abstract

Biogas was one of alternative energy. One of the highest impurities on biogas was carbon dioxide. This
research was conducted to determine the carbon dioxide absorption using sodium carbonate as absorbent.
Absorption process occured in spray column absorber, which is construct from fiber glass with 10 cm
diameter and 100 cm height. Biogas and absorbent were contacted each other by countercurrent flow for 3
minutes. Sodium carbonate concentration was varied from 15 to 35 %wt. After absorption process,
output gas were collected and analized by ORSAT Analyzer and Gas Chromatography (GC). Result of
this research showed that absorption with 25%wt sodium carbonate produces the highest carbon dioxide
absorption. Measurement of this point was 27,92 percentage of carbon dioxide absorption. This proved
that purification biogas with sodium carbonate in spray column was efective to carbon dioxide absorption.

Keywords: Absorption, Sodium Carbonate, Carbon dioxide, Spray column absorber

Jurnal Teknik Kimia No. 4, Vol. 20, Desember 2014 Page | 52


1. PENDAHULUAN juga proses absorpsi. Banyak pelarut yang telah
diaplikasikan untuk mengolah gas CO2, yaitu
Seiring dengan perkembangan larutan alkanolamin, potasium hidroksida
kehidupan di berbagai sektor, misalnya sektor (KOH), sodium hidroksida (NaOH), potasium
rumah tangga, sektor industri baik industri kecil karbonat (K2CO3), dan sodium karbonat
maupun skala yang lebih besar, sektor (Na2CO3).
transportasi, dan lain-lain, membutuhkan energi
sebagai penggeraknya. Selama ini kebutuhan Biogas
akan energi tersebut masih dipenuhi oleh
sumber energi yang berasal dari bahan bakar Pada umumnya kotoran ternak,
fosil, yang merupakan sumber energi tak dedaunan, dan bahan-bahan organik lainnya
terbarukan. Penggunaan yang terus-menerus belum termanfaatkan secara efisien.
tersebut menyebabkan semakin berkurangnya Pemanfaatan bahan-bahan tersebut baru sebatas
bahan bakar fosil tersebut. Hal inilah yang pembuatan pupuk. Dalam pembuatan pupuk
menjadi salah satu pendorong untuk timbulnya tersebut diperlukan waktu pengomposan yang
energi terbarukan sebagai pengganti bahan cukup lama. Seiring dengan perkembangan ilmu
bakar fosil. pengetahuan, waktu pengomposan tersebut
Banyak penelitian yang telah dapat dimanfaatkan untuk pembuatan biogas.
dikembangkan untuk memperoleh energi Dengan perlakuan seperti ini tentu saja bahan-
terbarukan, misalnya biofuel, biomassa, panas bahan yang tadinya tidak terlalu bermanfaat
bumi, energi air, energi surya, energi pasang dapat lebih bernilai. Dua keuntungan yang bisa
surut, energi ombak, dan energi angin. Biogas diperoleh adalah mendapatkan biogas dan juga
adalah salah satu contoh energi terbarukan yang menghasilkan pupuk.
berasal dari biomassa. Biogas adalah campuran Biogas atau disebut juga gas rawa
gas yang dihasilkan bahan-bahan organik akibat merupakan gas hasil dekomposisi bahan-bahan
adanya aktivitas mikroba dalam kondisi organik oleh bakteri pada kondisi tanpa udara
anaerob. Seperti halnya bahan bakar fosil, (anaerob). Bakteri yang berperan dalam
biogas juga bisa digunakan sebagai bahan bakar pembentukan biogas adalah bakteri
kendaraan, bahan bakar rumah tangga, dan metanogenik dan bakteri asidogenetik. Kedua
pembangkit listrik. bakteri ini secara alami terdapat di dalam
Kandungan utama dalam biogas adalah limbah organik.
metana dan karbon dioksida. Karbon dioksida Bakteri metanogenik tidak aktif pada
merupakan gas hasil pembakaran, sehingga temperatur yang sangat tinggi atau rendah.
apabila di dalam biogas tersebut terdapat Temperatur optimumnya adalah 35oC. Jika
sejumlah besar karbon dioksida tentu saja akan temperaturnya turun menjadi 10oC maka
mengganggu proses pembakaran itu sendiri, hal produksi biogas akan berhenti. Produksi yang
ini menyebabkan panas yang dihasilkan masih ideal berada pada daerah mesofilik yaitu antara
rendah sehingga kualitas nyala api biogas masih 25-30oC. Untuk mendapatkan biogas diperlukan
belum optimum (Mara, 2012). Seperti halnya suatu tanki tertutup tempat terjadinya proses
pada gas alam, gas CO2 dapat mengurangi fermentasi, yang disebut juga digester.
efektivitas pembakaran gas alam ketika proses Dari ketiga tahapan proses diatas, maka
pembakaran. Keberadaan gas CO2 pada gas kandungan biogas dapat dilihat pada tabel di
alam juga dapat menurunkan jumlah gas sintesis bawah ini:
yang terbentuk pada proses reforming. Selain Tabel 1. Komposisi Biogas (Andhika Prasetya,
berdampak dalam pembakaran, gas karbon 2012)
dioksida juga merupakan gas rumah kaca yang No. Senyawa % Berat
mempengaruhi perubahan cuaca sehingga akan 1. Metana (CH4) 55 – 75
berdampak ke lingkungan. Oleh karenanya 2. Karbon Dioksida (CO2) 25 – 45
perlu dikembangkan proses untuk mengurangi 3. Nitrogen (N2) 0 – 0,3
atau menyerap kandungan gas CO2 tersebut. 4. Hidrogen (H2) 1–5
Beberapa cara untuk mengolah karbon 5. Oksigen (O2) 0,1 – 0,5
dioksida yaitu dengan absorpsi kimia, adsorpsi 6. Hidrogen Sulfida (H2S) 0–3
fisik, adsorpsi kimia, dan pemisahan gas
menggunakan membran (Ujjal K Ghosh, 2009). Biogas memiliki berat 20% lebih ringan
Dalam penelitian ini, peneliti ingin membahas dibandingkan dengan udara dan memiliki nilai
lebih detil mengenai penyerapan gas karbon panas pembakaran antara 4800 – 6200 kkal/m3.
dioksida dalam biogas tersebut dengan
menggunakan suatu pelarut, atau sering disebut

Jurnal Teknik Kimia No. 4, Vol. 20, Desember 2014 Page | 53


Karbon Dioksida (CO2) pelarut. Proses ini disebut juga dengan absorpsi.
Dikarenakan pelarut yang digunakan bereaksi
Karbon dioksida (rumus kimia: CO2) secara kimia dengan gas CO2, maka proses
atau zat asam arang adalah sejenis senyawa absorpsi yang terjadi disebut juga absorpsi
kimia yang terdiri dari dua atom oksigen yang kimia.
terikat secara kovalen dengan sebuah atom
karbon. CO2 berbentuk gas pada keadaan Absorpsi
temperatur dan tekanan standar dan terdapat di
atmosfer bumi. Rata-rata konsentrasi karbon Absorpsi dapat dibedakan menajdi dua
dioksida di atmosfer bumi kira-kira 387 ppm jenis, yaitu absorpsi fisika dan absorpsi kimia.
berdasarkan volume walaupun jumlah ini bisa Absorpsi fisika adalah proses penyerapa gas-
bervariasi tergantung pada lokasi dan waktu. cair yang disebabkan oleh Gaya Van Der Waals
Karbon dioksida adalah gas rumah kaca yang (penyebab terjadinya kondensasi untuk
penting karena CO2 menyerap gelombang membentuk cairan yang ada pada permukaan
inframerah dengan kuat. absorben), contohnya: absorpsi gas H 2S dengan
Karbon dioksida larut dalam air dan pelarut air, metanol, atau propilen. Sedangkan
secara spontan membentuk H2CO3 (asam absorpsi kimia adalah absorpsi yang terjadi
karbonat) dalam kesetimbangan dengan CO2. karena adanya reaksi antara zat yang diserap
Konsentrasi relatif antara CO2, H2CO3, dan dengan absorben, contohnya: absorpsi gas CO2
HCO3− (bikarbonat) dan CO32−(karbonat) dengan pelarut Na2CO3, NaOH, K2CO3, dan
bergantung pada kondisi pH larutan. Dalam air lain-lain. Besar kecilnya absorpsi dipengarui
yang bersifat netral atau sedikit basa (pH > 6,5), oleh jenis absorben, jenis zat yang akan
bentuk bikarbonat mendominasi (>50%). Dalam diabsorp, konsentrasi absorben, luas permukaan,
air yang bersifat basa kuat (pH > 10,4), bentuk temperatur, dan tekanan.
karbonat mendominasi. Bentuk karbonat dan Gas metana murni memiliki nilai kalor
bikarbonat memiliki kelarutan yang sangat baik. 9100 kkal/m3 pada 15,5 oC dan tekanan 1 atm,
Dalam air laut (dengan pH = 8,2 - 8,5), terdapat sedangkan biogas 4800 – 6200 kkal/m3. Nilai
120 mg bikarbonat per liter. kalor tersebut dapat ditingkatkan dengan
Karbon dioksida dihasilkan oleh semua mengurangi pengotor di dalam biogas melalui
hewan, tumbuh-tumbuhan, fungi, dan proses absorpsi.
mikroorganisme pada proses respirasi dan Pemilihan absorben tergantung dari
digunakan oleh tumbuhan pada proses konsentrasi feed gas dan prosentase pemisahan
fotosintesis. Oleh karena itu, karbon dioksida yang diinginkan. Jika konsentrasi impurities
merupakan komponen penting dalam siklus pada feed gas tinggi, 10% s/d 50%, absorpsi
karbon. Karbon dioksida juga dihasilkan dari bisa dilakukan dengan melarutkan impurities
hasil samping pembakaran bahan bakar fosil. dengan liquid yang nonvolatile dan nonreactive.
Pembakaran dari semua bahan bakar yang Liquid nonreactive tersebut biasa disebut pelarut
mengandung karbon, seperti metana (gas alam), fisika (physical solvents). Jika konsentrasi
distilat minyak bumi (bensin, diesel, minyak impurities rendah sekitar 1% s/d 10%, akan
tanah, propana), arang dan kayu akan digunakan liquid yang bereaksi kimia dengan
menghasilkan karbon dioksida. impurities secara cepat, dan reversible. Liquid
Seperti terlihat pada Tabel 1, dalam yang mampu bereaksi dengan impurities
biogas terkandung 25 – 45 %berat gas CO2, hal tersebut disebut pelarut kimia (chemical
itu tentu saja akan mengganggu proses solvents). Jika konsentrasi impurities dalam gas
pembakaran dari biogas, karena karbon dioksida masih perlu lebih rendah lagi, maka harus
merupakan molekul yang dapat menghambat digunakan liquid yang bereaksi secara
dan menurunkan laju reaksi pembakaran. irreversible, namun cara ini membutuhkan biaya
Karbon dioksida akan terurai dan bekerja besar dan menghasilkan limbah padat.
dengan mengganggu rantai reaksi kimia Pada dunia industri, umumnya metode
pembakaran (Andhika Prasetya, 2012). Oleh yang digunakan untuk menangkap atau
karena itu perlu dilakukan pemurnian biogas mereduksi jumlah karbon dioksida adalah
yang bertujuan mengurangi kandungan pengotor proses Chemical Absorption. Dan pelarut yang
dalam biogas, terutama gas CO2. Dalam hal digunakan dalam absorpsi kebanyakan adalah
menyerap gas CO2 dapat digunakan beberapa Monoethanolamine (MEA),
proses yaitu absorpsi kimia, adsorpsi fisik dan methylethanolamine (DEA),
kimia, serta dengan menggunakan membran. methyldiethanolamine (MDEA), Piperazine, dan
Di dalam penelitian ini, gas CO2 tersebut Kalium Karbonat (K2CO3). Dalam penelitian ini
akan diserap dengan menggunakan suatu proses absorpsi karbon dioksida (CO2)

Jurnal Teknik Kimia No. 4, Vol. 20, Desember 2014 Page | 54


menggunakan larutan kalium karbonat (K2CO3) hidrasi yang telah dikembangkan adalah sodium
yang bereaksi secara lambat dengan karbon atau potasium arsenit, formaldehid, hypoclorit,
dioksida, sehingga penambahan asam borat telluric acid, germanic acid, arsenious acid,
(H3BO3) sebagai promotor alternatif untuk silica acid, chloral hydtare, chloral alchoholate,
menaikkan laju reaksi. Asam borat relatif piperazine, sodium atau potasium borat, lithium
bersifat lebih ramah lingkungan dan tidak silikat, dan lain sebagainya (Ujjal K Ghosh,
berinteraksi dengan sulfur dioksida dan oksigen 2009). Meskipun begitu, kebanyakan promotor
yang kemungkinan ada dalam flue gas, dan juga adalah senyawa beracun di alam dan beberapa
asam borat bisa bersinergi dengan karbonat. yang lainnya kurang stabil di dalam stripper.
Absorbsi gas karbon dioksida yang Asam borat yang nantinya akan digunakan
terjadi dengan larutan natrium karbonat terjadi sebagai promotor dalam penelitian ini adala
melalui reaksi kimia berikut: senyawa yang ramah lingkungan.
CO2 + H2O → H2CO3 (1)
H2CO3 + Na2CO3 → NaHCO3 (2) Natrium Karbonat
Tahapan reaksi ioniknya adalah sebagai
berikut: Natrium karbonat (juga dikenal sebagai
+ washing soda atau soda abu), (Na2CO3), adalah
𝐶𝑂2 + 𝐻2 𝑂 𝐻 + 𝐻𝐶𝑂3− (3)
garam natrium dari asam karbonat. Bentuk
𝐶𝑂3= + 𝐻 + 𝐻𝐶𝑂3− (4) paling umum sebagai heptahidrat kristal, yang
𝐶𝑂2 + 𝑂𝐻 −
𝐻𝐶𝑂3− (5) mudah effloresces untuk membentuk bubuk
putih, monohidrat tersebut. Natrium karbonat di
𝐶𝑂3=+ 𝐻2 𝑂 𝐻𝐶𝑂3−+ 𝑂𝐻 −
(6) dalam negeri, terkenal untuk penggunaan
Reaksi (3) dan (5) berjalan lambat dan tentunya sehari-hari sebagai pelunak air. Hal ini dapat
menjadi penentu laju absorpsi yang terjadi. diekstraksi dari abu macam-macam tanaman.
Dengan penambahan asam borat akan Hal ini secara sintetis diproduksi dalam jumlah
menjadikannya katalis pada reaksi (5) sehingga besar dari garam dan kapur dalam proses yang
dapat berlangsung lebih cepat. dikenal sebagai proses Solvay.
Dalam penggunaan domestik, digunakan
Pelarut sebagai pelunak air selama cuci. Na2CO3
bersaing dengan ion magnesium dan kalsium
Pelarut yang telah dikembangkan untuk dalam air keras dan mencegah mereka dari
menyerap gas CO2 adalah larutan alkanolamin ikatan dengan deterjen yang digunakan. Tanpa
atau potasium karbonat panas. Amina primer menggunakan soda cuci, deterjen tambahan
dan sekunder bereaksi dengan CO2 membentuk diperlukan untuk menyerap magnesium dan ion
amin karbamat. Larutan amina primer, seperti kalsium. Disebut soda cuci, kristal soda, atau
monoetanolamin, menunjukkan laju absorpsi soda sal di bagian deterjen toko, secara efektif
yang lebih cepat daripada larutan amina menghilangkan noda minyak, lemak, dan
sekunder, seperti diethanolamin. Keuntungan alkohol. Natrium karbonat juga digunakan
penggunaan larutan alkanolamin dibandingkan sebagai agen pembersih kerak pada boiler
potasium karbonat adalah laju absorpsi gas CO2 seperti yang ditemukan dalam pot kopi, mesin
yang cepat. Tetapi, alkanolamin juga memiliki espresso, dan lain-lain.
beberapa kekurangan, yaitu panas absorpsinya Dalam kimia, sering digunakan sebagai
tinggi, degradasi oksidatif pada temperatur elektrolit. Hal ini karena elektrolit biasanya
tinggi, dan korosi. Selain itu, larutan amina juga garam berbasis, dan natrium karbonat bertindak
menyebabkan timbulanya energi desorpsi yang sebagai konduktor yang sangat baik dalam
tidak diinginkan dan emisi dari produk yang proses elektrolisis. Selain itu, tidak seperti ion
terdegradasi (Nathalie J.M.C. Penders-van Elk, klorida, yang membentuk gas klor, ion karbonat
2013). Sebaliknya, walaupun larutan potasium tidak korosif pada anoda. Hal ini juga
karbonat panas memiliki panas absorpsi yang digunakan sebagai standar utama untuk titrasi
hampir sama dengan absorpsi fisika, harga lebih asam-basa karena itu padat dan udara-stabil,
murah, kapasitas yang lebih besar, lebih stabil, sehingga mudah untuk menimbang secara
mudah dalam penanganannya, dan relatif mudah akurat. Hal ini juga digunakan untuk
diregenerasi, tetapi larutan ini mempunyai laju mempercepat dekomposisi air dalam
absorpsi yang lambat. elektrolisis.
Laju absorpsi gas CO2 dalam karbonat
ini dapat ditingkatkan dengan menambahkan
sejumlah aditif, termasuk senyawa amina, enzim
carbonic anhydrase, dan katalis hidrasi. Katalis

Jurnal Teknik Kimia No. 4, Vol. 20, Desember 2014 Page | 55


2. METODOLOGI PENELITIAN pasang spray pada top kolom dan
inlet gas pada bottom kolom.
Penelitian ini dilakukan dengan metode 2. Pasang kolom pada rangka yang
penelitian eksperimental nyata, yaitu dengan sudah disiapkan
melakukan pengujian langsung pada obyek 3. Hubungkan kompresor dengan
penelitian untuk mendapatkan data. kolom pada bagian bottom dan
A. Tempat Penelitian pompa dengan kolom bagian top
Penelitian akan dilaksanakan di 2 tempat melalui selang yang disiapkan.
yaitu: 1) Laboratorium Energi Baru dan 4. Hubungkan kompresor dengan
Terbarukan Jurusan Teknik Kimia penampung biogas
Fakultas Teknik Universitas Sriwijaya 5. Hubungkan pompa pada wadah
untuk run proses absorpsi, dan 2) penampung absorban
Laboratorium PT PUSRI untuk analisa 6. Siapkan basin penampung cairan
hasil penelitian. outlet kolom pada bagian bottom
B. Alat Penelitian
 Prototipe absorber (gambar 1)
 Erlenmeyer
 Gelas ukur
 Neraca Analitik
 Pipet Tetes
 ORSAT
 Gas chromatograph (GC)
C. Bahan Penelitian
 Na2CO3
 Aquadest
 H3BO3
D. Variabel Penelitian
Penelitian ini menggunakan tiga macam
variabel sebagai berikut:
 Variabel terikat, yaitu variabel yang
menjadi tujuan utama dari penelitian.
Tujuan utama dari penelitian ini
adalah mengurangi kadar gas CO2,
jadi yang menjadi variabel terikatnya Gambar 1. Spray Column Absorber
adalah kualitas biogas setelah  Proses Absorbsi
absorpsi. 1. Larutan Na2CO3 dipompa dan
 Variabel bebas, yaitu variabel yang diumpankan ke dalam kolom
mempengaruhi varibael terikat, yakni melalui bagian atas kolom pada
kondisi yang ditetapkan peneliti. laju alir tertentu hingga keadaan
Dalam penelitian ini yang menjadi steady tercapai. Flow aliran
variabel bebasnya adalah variasi dinyatakan dengan bukaan penuh
komposisi larutan natrium karbonat, valve.
yakni 15%;20%;25%; 30%;35% dari 2. Biogas dialirkan hingga kondisi
jumlah berat total. steady dengan bukaan penuh
 Variabel terkontrol, yaitu variabel valve.
yang dibuat tetap untuk mengontorol 3. Proses absorbs dilakukan dalam
jalannya penelitian, yakni waktu waktu 3 menit
penyerapan selama 3 menit untuk
sekali run, dan laju alir, temperatur F. Analisis Sampel
dan tekanan biogas yang mengalir Analisa sampel gas menggunakan ORSAT dan
dalam alat absorpsi juga dibuat tetap. Gas cromatograph (GC) dengan prosedur seperti
E. Prosedur Penelitian dalam panduan operasi PT PUSRI.
 Pembuatan Larutan Absorban
Buat larutan absorban yang terdiri 3. HASIL DAN PEMBAHASAN
dari Na2CO3 dan aquadest
 Persiapan Alat Absorbsi Prototipe absorber berupa spray
1. Siapkan kompresor, pompa, serta column yang telah dirancang tersebut kemudian
kolom absorbs yang sudah di digunakan untuk memurnikan biogas dari

Jurnal Teknik Kimia No. 4, Vol. 20, Desember 2014 Page | 56


kandungan gas karbondioksida. Biogas yang Ketika ditambahkan 30 dan 35% berat
diumpankan berupa biogas yang berasal dari larutan Na2CO3 jumlah gas CO2 yang terabsorp
kooran sapi yang diambil dari Desa Sukomulyo, kembali berkurang, ditunjukkan dengan
Kecamatan Inderalaya Utara, Kabupaten Ogan kenaikan grafik. Titik balik ini terjadi karena
Ilir. Hasil analisa awal dari sampel biogas reaksi yang terjadi antara larutan Na2CO3 dan
tersebut adalah seperti telihat pada tabel 2, gas CO2 adalah reaksi bolak balik (reversible),
analisa dilakukan di Laboratorium Gas PT terlihat dari reaksi kimia yang dipaparkan di
PUSRI. bawah ini. Apabila konsentrasi reaktan
Tabel 2. Komposisi Biogas Awal ditambah maka kesetimbangan bergeser ke arah
Komponen % mol produk, dapat dilihat denagan grafik yang
CH4 55,237 menurun dari 15, 20, dan 25%berat larutan
CO2 39,443 Na2CO3, tetapi ketika kesetimbangan itu telah
N2 2,278 tercapai penambahan konsentrasi justru akan
O2 0,007 mengurangi jumlah produk (jumlah gas CO2
Gas yang tidak terdefinisi 3,036 terabsorp), atau dapat dikatakan larutan telah
jenuh, hal ini terlihat dari grafik 30 dan 35%
Sampel biogas diumpankan ke dalam berat larutan Na2CO3 yang kembali menanjak.
spray column absorber untuk dikontakkan Reaksi antara gas karbon dioksida dan larutan
dengan larutan penyerap (absorben) berupa natrium karbonat adalah sebagai berikut (Ujjal
natrium karbonat (Na2CO3) secara K Ghosh, 2009):
countercurrent. Hal ini dimaksudkan untuk CO2 + H2O → H2CO3
memperluas area kontak antara gas dan cairan
sehingga jumlah solut yang diserap pun akan H2CO3 + Na2CO3 → NaHCO3
semakin meningkat. Variasi larutan Na2CO3 Dengan tahapan reaksi ioniknya adalah sebagai
yang digunakan adalah 15, 20, 25, 30, dan 35 berikut:
%berat. Hasil yang didapat ditunjukkan dengan 𝐶𝑂2 + 𝐻2 𝑂 𝐻 + + 𝐻𝐶𝑂3−
grafik di gambar 2.
Dari gambar 2 tersebut terlihat bahwa 𝐶𝑂3= + 𝐻 + 𝐻𝐶𝑂3−
dengan penambahan larutan Na2CO3 akan 𝐶𝑂2 + 𝑂𝐻 − 𝐻𝐶𝑂3−
mempengaruhi jumlah gas CO2. Terbukti bahwa
proses absorpsi antara gas CO2 dan Na2CO3 𝐶𝑂3= + 𝐻2 𝑂 𝐻𝐶𝑂3− + 𝑂𝐻 −
dapat berlangsung di dalam spray column Secara keseluruhan reaksi tersebut dapat
absorber tersebut. Sebelum proses absorpsi dituliskan sebagai berikut.
berlangsung jumlah gas CO2 yang tersedia CO32- + CO2 + H2O ↔ 2HCO3-
adalah 39,443 %mol. Dengan penambahan 15, Jika dilihat dari persen penyerapan atau
20, 25, 30, dan 35%berat larutan Na2CO3, tingkat keberhasilan proses absorpsi tersebut
jumlah gas CO2 yang tidak terabsorp secara dapat ditunjukkan pada gambar 3.
berurutan adalah 32,143 ; 30,857 ; 28,43 ; 30 ; 30
27.92
%CO2 ter-Absorp

dan 33,93 %mol. Kondisi optimum dicapai 25


ketika menambahkan 25%berat larutan Na2CO3, 23.94
20 21.77
dengan %mol gas CO2 terabsorp sebesar 11,013. 18.51
15 13.98
50
10
40 5
%mol CO2

30 0
0 10 20 30 40
20
10 %beratNa2CO3

0 Gambar 3. Persentase Penyerapan Gas CO2


0 20 40 setelah Proses Absorpsi

%berat Na2CO3 Gambar 3 tersebut menunjukkan


Sebelum Absorpsi Setelah Absorpsi bahwa biogas yang dikontakkan dengan
25%berat larutan Na2CO3 selama 3 menit dalam
Gambar 2. Perbandingan %mol CO2 sebelum spray column absorber mampu menyerap
dan sesudah proses absorpsi (mengabsorb) gas CO2 sebanyak 27,92%.

Jurnal Teknik Kimia No. 4, Vol. 20, Desember 2014 Page | 57


Maryam Mahmoudkhani, D. W. (2009). Low-
4. KESIMPULAN DAN SARAN energy sodium hidroxide recovery for
CO2 cupture from atmospheric air -
Adapun kesimpulan adalah sebagai Thermodynamic analysis. International
berikut; Journal of Greenhouse Gas Control,
1. Prototipe hasil perancangan berupa spray ELSEVIER .
column absorber efektif digunakan untuk N. Tippayawong, P. T. (2010). Biogas quality
menyerap gas CO2 dalam biogas. upgrade by simultaneous removal of
2. Kondisi optimum larutan natrium karbonat CO2 and H2S in a packed column
yang mengabsorb gas CO2 adalah reactor. Energy, ELSEVIER .
25%berat dengan kemampuan penyerapan Nathalie J.M.C. Penders-van Elk, e. (2013).
sebesar 27,92%. Kinetics of absorption of carbon dioxide
in aqueous amine and carbonate
Untuk pengembangan keilmuan, solutions with carbonic anhydrase.
Peneliti menyarankan agar ada keberlanjutan International Journal of Greenhouse Gas
proses absorbsi menggunakan spray column Control , 259-268.
absorber ini dengan memvariasikan suhu, laju Sanjay Bishnoi, G. T. (2002). Thermodynamics
alir, promotor yang digunakan. of
piperazine/metyldiethanolamine/water/ca
DAFTAR PUSTAKA rbon dioxide. Ind. Eng. Chem. Res. , 604-
612.
Andhika Prasetya, D. W. (2012). Pengaruh Ujjal K Ghosh, S. E. (2009). Absorption of
konsentrasi NaOH terhadap kandungan carbon dioxide into aqueous potassium
gas CO2 dalam proses purifikasi biogas carbonate promoted by boric acid.
sistem continue. e-Journal Teknik Mesin, Energy Procedia, ELSEVIER , 1075-
Universitas Brawijaya , 1. 1081.
Cullinane J.T, G. T. (2004). Carbon dioxide
absorption with aqueous potassium
carbonate promoted by piperazine.
Department of Chemical Engineering,
University of Texas, Austin .
Gary T. Rochelle, M. H. (2005). CO2 cupture
by absorption with potassium carbonate.
Department of Chemical Engineering,
University of Texas, Austin .
Hilliard, M. D. (2005). A predictive model for
aqueous potassium
carbonate/piperazine/ethanolamine for
carbon dioxide removal from flue gas.
Department of Chemical Engginering,
University of Texas, Austin .
Hongyi Dang, G. T. (2001). CO2 Absorpstion
rate and solubility in
monoetahnolamine/piperazine/water.
National Conference on Carbon
Sequestration. Washington DC.
Maeka Puspa, P. A. (2010). Pengaruh
Penambahan Asam Borat (H3BO3)
terhadap solubilitas Co2 dalam larutan
K2CO3. Surabaya: Laboratorium
Thermodinamika Teknik Kimia, Institut
Teknologi Sepuluh November.
Mara, I. M. (2012). Analisi penyerapan gas
karbon dioksida (CO2) dengan larutan
NaOH terhadap kualitas biogas kotoran
sapi. Dinamika Teknik Mesin, Fakultas
Teknik, Universitas Mataram , 2, 38-46.

Jurnal Teknik Kimia No. 4, Vol. 20, Desember 2014 Page | 58

Anda mungkin juga menyukai